• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskripstif

Dalam dokumen T2 932013901 Full text (Halaman 32-44)

Ada empat variabel pokok dalam penelitian ini, yaitu Sistim pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan dan kecenderungan korupsi pada Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste. Sebelum menyebar kuesioner ke responden, peneliti terlebih dahulu menyampaikan surat izin yang ditujukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum, penyebaran kuesioner dilakukan melalui bantuan bagian pengembangan sumber daya manusia Kementerian Pekerjaan Umum, untuk selanjutnya peneliti mendistribusikan kuestioner kepadasetiap responden.Suratpermohonan izin untuk melakukan penelitian di Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste, pada tanggal05

33

December 2014. Pengambilan kuesioner dilakukan secara bertahap dansecara keseluruhan berakhir pada tanggal 28 Januari 2015.

Responden pada penelitian ini adalah sebagian dari pegawai yang bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste terutama direksi-direksi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini antara lain, bagian direksi Keuangan Anggaran dan Perencanaan, Direksi Sumber Daya Manusia, Administrasi Umum, Direksi Perencanaan Tata Kota dan Perumahan dan Direksi Pembangunan Jalan dan Jembatan. Hasil pengumpulan kuesioner yang disebarkan pada dinas pekerjaan umum adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Kuesioner

Kuesioner yang disebarkan 130 Kuesioner yang tidak kembali 10

Kuesioner yang kembali 120

Kuesioner yang gugur 2

Kuesioner yang memenuhi syarat 118 sumber data yang diolah 2015

Deskripsi Responden

Berikut ini merupakan data demografi responden yang terdiri dari: jenis kelamin, pendidikan, umur dan masa kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

34 Tabel 2

Data Demografi Responden

Keterangan Jumlah Responden

Jenis kelamin Laki-laki 55

Permpuan 65 Pendidikan SMA 38 D3 14 S1 64 S2 4 Umur 25-30 85 31-40 34 > 51 1 Masa Kerja 1-5 60 6-10 49 >11 11

sumber data yang diolah 2015 Uji Validitas.

Untuk melihat validitas dari masing-masing item kuesioner, digunakan Corrected Item. Total Correleration. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai Corrected Item, untuk masing-masing item variable sistem pengendalian internal, budaya organisasi tekanan ketaatan dan korupsi semuanya berada di atas rtabel, maka dapat dikatakan bahwa semua item kuesioner dapat dinyatakan valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3,4,5,6 pada lampiran. Uji Reliabilitas.

Uji Reliabilitas Pengujian ini dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah memiliki validitas. Kegunaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

35

atau lebih terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisienCronbach Alpha lebih besar 0,60. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Hasil analisis SPSS untuk uji reliabilitas terhadap instrumen pada empat variabel yang terdapat pada kuesioner dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 3 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Standard N of Items Hasil SPI 0,760 0,60 9 Reliabel BO 0,733 5 Reliabel TK 0,689 6 Reliabel KP 0,816 14 Reliabel Keterangan:

SPI =Sistem Pengendalian Internal BO = Budaya Organisasi

TK = Tekanan Ketaatan

sumber data yang diolah 2015

Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai

Cronbach’s Alpha untuk semua pernyataan variabel sistim pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan dan kecenderungan korupsi > 0,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua instrumen dalam variabel pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan dan kecenderungan korupsi pada kuesioner tersebut bersifat reliabel.

36 Statistik Deskriptif.

Tabel 4

Descriptive Statistics

Item N Minimum Maximum Mean Std. Deviation SPI 9 118 11 45 30,2797 7,00047 BO 5 118 12 25 20,9153 3,22802 TK 6 118 8 30 25,3136 3,79991 KP 14 118 14 55 31,0169 9,28926 sumber data yang diolah 2015

Dari statistik deskriptif pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai sistim pengendalian internal untuk minimum memperoleh 11 dan nilai maksimum mencapai 45 dengan nilai mean sebesar 30,2797 dan standar deviation 7,00047yang berarti bahwa sistimpengendalian internal masuk dalam kategori sedang.Nilai budaya organisasi untuk minimum memperoleh 12 dan nilai maksimum mencapai 25 dengan nilai mean sebesar 20,9153 dan standar deviation 3,22802 yang berarti bahwa budaya organisasi masuk dalam kategori sedang. Nilai mean tekanan ketaatan untuk minimum memperoleh 8 dan nilai maksimum mencapai 30 dengan nilai mean sebesar 25,3136 dan standar deviation 3,79991 yang berarti bahwa tekanan ketaatan masuk dalam kategori sedang. Nilai kecenderungan korupsi untuk minimum memperoleh 14 dan nilai maksimum mencapai 55 dengan nilai mean sebesar 31,0169 dan standar deviation 9,28926 yang berarti bahwa kecenderungan korupsi masuk dalam kategori sedamg.

37 Hasil Uji Regresi Berganda.

Hasil analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini menguji pengaruh sistem pengendalian internal,budaya organisasi, dan tekanan ketaatan terhadap kecenderungan korupsi.

Uji Model (Goodness Fit Of Model). Tabel 5 Hasil uji statitstik

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,352a 0,124 0,101 8,80865 a. Predictors: (Constant), TK, SPI, BO

b. Dependent Variable: KP sumber data yang diolah 2015

Hasil uji statitstik menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,000< 0,05) dan R square sebesar 0,124. Hal ini berarti bahwa persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan atau model yang digunakan sudah fix dan dapat digunakan untuk memprediksi secara simultan pengaruh variabel sistem pengendalian internal (SPI), budaya organisasi (BO) dan tekanan ketaatan (TK) terhdap variabel dependen Kecenderungan korupsi (KP).

Nilai Adjusted R Square menunjukkan 0,101. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi variabel independen yaitu sistem pengendalian internal, budaya organisasi, dan tekanan ketaatan terhadap variabel dependen yaitu kecenderungan

38

korupsi adalah sebesar 10,1% sedangkan 89,9% ditentukan oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Hasil penelitian dan Pembahasan. Tabel 6

Hasil Pengujian Hipotesis Model Unstandardized Coefficients Stand. Coeff t tabel t statist ics Sig . B Std. Error Beta (Const) 49,922 7,785 1,6706 6,412 0,000 SPI -0,267 0,122 -0,201 -2,183 0,031 BO 0,559 0,273 0,194 2,050 0,043 TK -0,890 0,235 -0,364 -3,790 0,000 sumber data yang diolah 2015

Hasil analisis regresi linear berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh sejumlah variabel bebas terhadap variabel terikat. Penelitian ini menguji pengaruh sistem pengendalian internal, budaya organisasi dan tekanan ketaatan terhadap kecenderungan korupsi. Seluruh hipotesis diuji pada α=0,05. Hasil pengujian Hipotesis 1 dan pembahasan.

Hasil uji regresi berganda pada Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansi sistimpengendalian internal terhadap kecenderungan korupsi yang diperoleh lebih kecil dari α yaitu0,031 lebih kecil dari 0,05 dan bernilai koefisien negatif sebesar 0,267. Hasil tersebutmenunjukkan bahwa sistim pengendalian internal

39

berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Dengan demikian hipotesis pertama pada penelitian ini didukung.

Dari hasil pengujian hipotesis pertama diperoleh bukti empiris bahwa sistim pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik sistim pengendalian internal maka akan mampu menurunkan kecenderungan korupsi pada Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai t hitung untuk variabel sistim pengendalian internal (2,183 > 1,6706) signifikansi (0,031 < α 0,05).Artinya bahwa sistim pengendalian internal berpengaruhsignifikan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) didukung.

Hasil penelitian ini konsisten dengan Teori Gone dalam Simanjuntak (2008:122), bahwa seseorang selalu mempunyai kesempatan (oppurtunity) untuk melakukan kecurangan. Akan tetapi, dengan memperkecil kesempatan dapat menurunkan kecurangan, kesempatan dapat ditekan melalui sistem pengendalian internal yang efektif.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Wilopo (2006) yang menemukan bahwa semakin baik dan semakin efektif suatu pengendalian internal maka akan semakin rendah tingkat terjadinya fraud di sektor pemerintahan. Hal ini mendukung pendapat Wilopo (2006) bahwa adanya suatu sistem pengendalian internal bagi sebuah organisasi sangatlah penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap

40

kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan peraturan,sehingga fraud dapat ditekan dengan adanya penerapan sistem pengendalian internal yang baik dalam suatu organisasi pemerintahan.

Hasil pengujian Hipotesis 2 pembahasan.

Nilai signifikansi budaya organisasi adalah 0,043.Nilai signifikansiinilebih kecil dari α=0,05 dan bernilai koefisien positif sebesar 0,559. Hasil inimenunjukkanbahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan positif terhadapkecenderungan korupsi. Dengan demikian hipotesis kedua pada penelitian iniditolak.

Dari hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh bukti empiris bahwa budaya organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap kecenderungan korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik budaya organisasi maka tidak akan mampu menurunkan kecenderungan korupsi pada dinas Pekerjaan Umum Timor Leste. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai t hitung untukvariabel budaya organisasi (2,050 > 1,6706) signifikansi (0,043 < α 0,05).Artinya bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan korupsi. Dengan demikian hipotesis pertama (H2) didukung.

Hal ini juga dapat disebabkan karena terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi seorang individu dalam berperilaku, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal berasal dari rangsangan atau pengaruh factor lingkungan. Sedangkan

41

faktor internal berasal dari faktor-faktor yang ada dalam diri individu, seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan motivasi. Pengaruh terbesar dalam diri seorang individu berasal dari dalam diri individu tersebut (internal). Hal tersebut yang dapat mempengaruhi pegawai untuk melakukan tindak korupsi, seperti keserakahan, keinginan bergaya hidup mewah, dan pengakuan lebih atas hasil kerja. Hal-hal seperti itu merupakan pengaruh terbesar untuk melakukan tindakan korupsi. Berdasarkan analisis pada hipotesis 2, diperoleh hasil bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan korupsi.

Hasil analisis ini mendukung pernyataan Arifin (2000) bahwa budaya organisasi yang baik tidak akan membuka peluang sedikitpun bagi individu untuk melakukan korupsi, karena budaya organisasi yang baik akan membentuk para pelaku organisasi mempunyai sense of belonging (rasa ikut memiliki) dan sense of identity (rasa bangga sebagai bagian dari suatu organisasi). Variabel budaya organisasi dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang tidak searah dengan kecenderungan korupsi. Sehingga dalam hal ini semakin baik budaya organisasi dalam suatu instansi, maka persepsi aparatur pemerintah dan pegawai untuk tidak setuju dengan tindak korupsi semakin rendah. Sebaliknya semakin buruk budaya organisasi tempat persepsi tersebut berlangsung, maka persepsi aparatur pemerintah dan pegawai tersebut untuk tidak setuju dengan tindak korupsi semakin tinggi.

42

Hasil ini sejalan dengan penelitian Dinanti (2012) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya organisasi, kepemimpinan dan kinerja karyawan.Ratnawati at al (2012) budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen organisasional.

Hasil pengujian Hipotesis 3 pembahasan.

Nilai signifikansi tekanan ketaatan lebih kecil dari α yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan bernilai koefisien negatif sebesar 0,890. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruhsignifikan dan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Dengan demikian hipotesis ketiga pada penelitian ini didukung.

Dari hasil pengujian hipotesis ketiga diperoleh bukti empiris bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan ketaatan maka akan mampu menurunkan kecenderungan korupsi pada Dinas Pekerjaan Umum Timor Leste. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai t hitung untuk variabel tekanan ketaatan (3,790 > 1,6706) signifikansi (0,000 < α 0,05).Artinya bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) didukung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan ketaatan berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan korupsi. Dengan didukungnya hipotesis ketiga pada penelitian ini,

43

maka menyediakan bukti empiris bahwasemakin tinggi tekanan ketaatan pada pada Dinas Pekerjaan Umum Timor Leste maka akan mampu menurunkan kecenderungan korupsi.

Hasil penelitian ini juga konsisten dengan teori yang dinyatakanPraditaningrum dan Januarti (2011) mendefinisikan tekanan ketaatan sebagai tekanan yang umumnya dihasilkan oleh individu yang memiliki kekuasaan. Tekanan ketaatan ini diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior yang dihasilkan olehauditor senior atau atasan dan entitas yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari standar etika dan profesionalisme. Taylor et al. (2009)mendefinisikan tekanan ketaatan sebagai individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan suatu bentuk legitimasi power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena ada posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi.

Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) yang meneliti analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan akuntansi pada BUMN dan perusahan terbuka di Indonesia. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Demikian juga Faisal (2013) memberikan bukti empiris bahwa terdapat pengaruh

44

negatif antara penegakan hukum terhadap fraud di sektor pemerintahan.

PENUTUP

Dalam dokumen T2 932013901 Full text (Halaman 32-44)

Dokumen terkait