• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh “ Dewi Atikoh “ dalam

penelitian yang dilakukannya yang berjudul pengaruh strategi Pembelajaran

26

Entin Solihatin, COOPERATIVE LEARNING analisis model pembalajaran IPS,

Mastery Learning (Belajar Tuntas) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa, dapat diketahui bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran mastery learning memiliki kenaikan rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa

yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional.27

Pada hasil relevan yang kedua yang dilakukan oleh “Nurhafifah” dalam

penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Belajar Tuntas (mastery learning)

Sebagai Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Di SMP Pelit Harapan Pondok Pinang Kebayoran dinyatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran PAI untuk aspek bilangan adalah 70. Ketuntasan pada kelas eksperimen pada tabel menunjukkan 85% sedangkan pada kelas control 70% hal ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa. Kelas eksperimen yang menggunakan mobel belajar tuntas memiliki ketuntasan belajar lebih besar dari

pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model belajar tuntas.28

Pada hasil relevan ketiga ini yang dilakukan oleh “Hidayattulloh” dalam

penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui

Model Pembelajaran Tuntas (mastery learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas

IV Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013 berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa

siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunakan mastery learning pada pembelajaran

IPS dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Strategi

pembelajaran tuntas (mastery learning) sangat membantu guru dan juga peserta

didik dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar baik secara kognitif yang terlihat dari hasil nilai akademis, juga pada afektif dan psikomotorik peserta didik, sehingga peserta didik menjadi lebih kritis dalam berpikir dan menganalisis

permasalahan dan juga lebih bijaksana dalam bersikap.29

27

Dewi Atikoh , op. cit., h.77

28

Nurhafifah, “Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HARAPAN”, skripsi pada UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h: 46

29 Hidayattulloh, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah

Ar-C. Kerangka Berpikir

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan komponen-komponen pembelajaran yang terdapat dalam kompetensi dasar dan kompetensi inti dengan menggunakan berbagai macam model atau metode pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar benar-benar terserap dibenak siswa. Oleh karena itu, pemilihan model atau metode pembelajaran haruslah tepat dan relevan agar dapat efektif untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model atau strategi

belajar tuntas (mastery learning) yang berorientasi pada kemampuan siswa dalam

menguasai pelajaran maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Model atau strategi ini akan mengacu pada target untuk mencapai suatu ketentuan yang telah ditetapkan oleh KKM yang ada. Sehingga siswa dapat mencapai target atau dapat terjadi ketuntasan dalam belajar

Selama ini guru kurang mampu menguasai berbagai macam model atau metode pembelajaran, sehingga materi pembelajaran kurang tuntas bahkan kurang dikuasai oleh siswa itu sendiri secara menyeluruh. Oleh sebab itu, dengan

menggunakan model atau strategi belajar tuntas (mastery learning ) ini diharapkan

dapat mencapai pembelajaran secara tuntas. Untuk itu perlu diadakan penelitian terkait model atau strategi belajar tuntas untuk menguji apakah penerapan strategi mastery learning ini efektif dalam mencapai ketuntasan pembelajaran. Untuk itu penulis menggunakan metodologi eksperimen dalam penelitian.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas maka hipotesis pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang menggunakan strategi mastery learning diduga akan lebih baik dari hasil belajar IPS yang tidak

menggunakan strategi mastery learning. Maka hipotesisnya adalah:

Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, skripsi pada UIN Syarif

Ha (hasil kerja) : ada pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS

Ho (hasil nol) : tidak ada pengaruh penggunaan strategi mastery learning

36

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian: Adapun penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Khairiyah yang terletak di Jl. Mampang Prapatan 4 no 71/74 Jakarta Selatan.

Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu disemester ganjil tahun ajaran 2014/2015 tepatnya pada pertemuan materi Proses Kebangkitan Nasional pada mata pelajaran IPS terpadu. Penelitian ini dimulai terhitung dari tanggal 22 October 2014 sampai dengan 27 November 2014.

B. Metode Dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pretest-Posttest

Control Group Design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X1) dan yang kelompok lain tidak diberi perlakuan (X2). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok Kontrol. Kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh

adanya perlakuan (treatment) adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).

Dalam penelitian ini pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda

menggunakan statistic t-test.30 Paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

30

Paradigma penelitian

KELOMPOK PERLAKUAN TES AKHIR

R-E O1 O2

R-K O3 O4

Keterangan:

R-E :kelompok eksperimen R-K :kelompok Kontrol

O1 :hasil pretest kelompok eksperimen

O2 :hasil posttest kelompok eksperimen

O3 :hasil pretest kelompok kontrol

O4 :hasil posttest kelompok control

C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Sedangkan sampel

adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.31

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa MTs AL-KHAIRIYAH. Sedangkan sampelnya adalah kelas VIII C dan VIII D yang siswanya berjumlah antara 33 siswa dan 33 siswa siswa. Sampel diambil dengan

menggunakan cluster sampling (Area sampling).

31

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya adalah: Tes, Observasi, Wawancara.

1. Tes: Menurut Djemari dalam buku Eko Putro Wodoyoko “tes merupakan

salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus dan

pertanyaan”.32

Tes juga merupakan alat pengukur yang utama dalam

penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.

Tes terbagi menjadi dua jenis yaitu tes objektif dan subjektif. Dalam

penelitian ini tes yang digunakan adalah jenis tes objektif. Tes objektif adalah

bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respons telah disediakan oleh penyusun butir soal.peserta hanya memilih alternatif jawaban

yang telah disediakan.33

Tes ini dilakukan dengan menggunakan butir soal untuk mengukur hasil belajar siswa, baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan selama tindakan berlangsung, dan kemampuan pada akhir siklus. Pada pra siklus atau

sebelum melakukan tindakan tes juga dilakukan Pre-test dan Post-test

dilakukan pada akhir tiap siklus yang tengah berlangsung. Hal tersebut sebagai pembanding pada tes yang dilakukan ketika tindakan berlangsung.

a) Pretest: suatu bentuk pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada muridnya sebelum memulai suatu pelajaran. Pertanyaan yang ditanya adalah materi yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Pertanyaan itu biasanya dilakukan guru pada awal pembukaan pelajaran.

b) Postest: suatu bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi telah disampaikan. Dapat dikatakan pula sebagai evaluasi akhir

32

Eko Putro Wodoyoko, op.cit., h.45

33

guru.

a. Kelebihan Tes Objektif

1) lebih respresentatif mewakili isi dan luas bahan.

2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat

menggunakan kunci jawaban, bahkan dapat menggunakan alat-alat kemajuan teknologi misalnya mesin scanner.

3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain

4) Dalam pemeriksaanmaupun penskoran, tidak ada unsur subjektif

yang mempengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa.

b. Kekurangan Tes Objektif

1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit dari pada tes esai. Karena

butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

2) Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan

pengenalan kembali (recalling) saja, dan sukar untuk mengukur

kemampuan berpikir yng tinggi seperti sintesis maupun kreativitas.

3) Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau

untung-untungan (guessing) dalam menjawab soal tes.

4) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih

terbuka.34

2. Observasi: adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti melihat situasi penelitian. Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

tentang aktifitas siswa dalam KBM dan implementasi metode mastery

learning dalam mata pelajaran IPS Terpadu.

3. Wawancara: wawancara adalah komunikasi langsung antara yang

mewawancarai dengan yang diwawancarai.35 wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan

34

Ibid., h..49-50

35

juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.36 Sasaran isi

wawancara biasanya ditujukan untuk :

a) Memperoleh dan memastikan data

b) Memperkuat kepercayaan

c) Memperkuat perasaan

d) Menggali standar kegiatan

e) Mengetahui alasan seseorang

f) Mengetahui prilaku sekarang dan prilaku terdahulu.37

Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa orang, diantaranya:

TABEL 3.2 daftar nama Guru:

No Nama Guru Mata Pelajaran

1 Shafaul Bariyyah, S.EI IPS 8C-8D

TABEL 3.3 daftar nama Siswa:

No Nama Kelas 1 Ahmad Sholikhin 8C 2 Alfi Nurfitriani 8C 3 Khaka Noerwahida 8C 36

Sugiono, op. cit., h. 194

37

Adang Rukhiyat, Dkk. PANDUAN PENELITIAN BAGI REMAJA. (Jakarta: Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003). h.29

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas tidak berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan tertentu belum

otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.38 Tujuan validitas item tes adalah

untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Validitas soal adalah indeks diskriminasi dalam membedakan antara peserta tes

yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. 39

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, kiranya menjadi cukup jelas bahwa sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa statistik: Ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya.

Angka yang menujukkan besarnya validitas soal disebut dengan indeks validitas soal yang besarnya berkisar antara -1 sampai dengan +1. Pada tes obyektif maka menggunakan teknik korelasi point biserial. Di mana angka indeks korelasi yang diberi lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

rpbi= dimana:

rpbi = koefisien korelasi point biserial yang melambungkan kekuatan korelasi antara variable 1 dengan variable 2, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisen validitas item.

Mp = skor rata-rata hitung dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang

bersangkutan telah dijawab dengan betul

38

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2012). h. 12

39

Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Pengembangan Instrument Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013). h.111

SDt = deviasi standar dari skor total

p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji

validitas itemnya.

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji

validitas itemnya.40

2. Reliabilitas

Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Ujian reliabilitas

alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. 41

Salah satu syarat agar hasil ukur suatu tes dapat dipercaya ialah tes tersebut harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Dalam buku ini reliabilitas dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan dan reliabilitas konsistensi gabungan item. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas

tanggapan responden terhadap tes atau instrumen yaitu: teknik test retest, teknik

belah dua, dan teknik ekuivalen.42

Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu kelompok kuisioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan bersama-sama terhadap

seluruh butir pertanyaan. Jika nilai alpha > 0,60 maka reliable. Dengan rumus

sebagai berikut :

40

Ibid., h. 112-113

41

Syofian siregar. Statistic Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2013). h; 87

42

r = koefisien reliability instrument(Cronbach alpha) k = banyaknya pertanyaan

= total varian butir pertanyaan

= total varian43

Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada tes obyektif

adalah K-R.21

keterangan:

r11 = koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyaknya soal butir soal

M = Mean atau rata-rata skor soal yang valid S = Simpangan baku

Untuk menginterpretasikan besarnya r11

r11 : 0,8–1,0 reliabilitas sangat tinggi

0,6–0,8 reliabilitas tinggi

0,4–0,6 reliabilitas cukup

0,2–0,4 reliabilitas rendah

0,0–0,2 reliabilitas sangat jelek

3. Uji tingkat kesukaran

Taraf tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui kriteria tiap buti soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks

kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal

43

mudah.44

Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu tes dapat digunakan rumus:

keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes45

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah46

4. Daya beda

Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar

untuk dapat membedakan (= mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan

tinggi (=pandai), dengan testee yang kemampuan rendah (=bodoh) demikian rupa

sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab

butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang

kemampuan rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak menjawab item dengan betul.

Mengetahui daya pembeda itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang dipegang untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya

anggapan, bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu

berbeda-beda, dan bahwa butir-butir ite tes hasil belajar itu haruslah mampu

44

Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006). h.207

45

Ibid., h. 208

46

kemampuan yang terdapat di kalangan testee tersebut.

Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya angka indek diskriminasi item. Angka indek diskriminasi item adalah sebuah angka atau bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki oleh sebutir item.47

Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok atas 33%, kelompok bawah 33% dan sisanya adalah kelompok tengah. Rumus yang digunakan adalah :

keterangan:

D = daya pembeda

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = BA / JA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

JB = BB / JB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

kriteria, jika D bernilai:

0,00–0,20 : soal jelek 0,40–0,70 : soal baik

0,20–0,40 : soal sedang/cukup 0,70–1,00 : soal baik sekali48

Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak

mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.49

47

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2009).Ed.1-9. h.385-387

48

Suharsimi Arikunto. Op.cit., h.213

49

menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali, atau perbedaannya sama dengan nol.

Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negatif, maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir item yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh siswa kelompok bawah

ketimbang siswa kelompok atas.50

F. Uji Prasyarat Analisis

Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis data menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji normalitas dan homogenitas data.

a. Normalitas

Data yang berdistribusi normal artinya data yang mempunyai sebaran yang normal, dengan profil yang dapat dikatakan bisa mewakili populasi. Sedangkan uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik. Jika data tidak berdistribusi normal dapat dipakai statistik non parametik. Uji normalitas adalah melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi

normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita51

50

Anas Sudijono, op.cit,. h.388

51

normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors, dengan langkah

sebagai berikut52:

a. Hitung rata-rata nilai skor sampel

b. Hitung standar deviasi nilai skor sampel

c. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga ke yang besar (X1, X2,

…, Xn). Nilai Xi dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …, Zn. dimana nilai

baku Zi ditentukan dengan rumus Zi =

d. Tentukan besar peluang masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z

(luas lengkung dibawah kurva normal standar dari 0 ke Z, dan disebut

dengan F(Zi)

e. Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut

dengan S(Zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of chases (N)

sampel

f. Tentukan nilai L0(hitung) = F(Zi) – S(Zi) dan bandingkan dengan Ltabel

(tabel nilai kritis untuk uji Liliefors)

g. Apabila L0(hitung) < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

b. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengatahui kesamaan antara dua varains atau kedua kelompok. Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas dua varians, rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu:

Keterangan:

F : homogenitas

S12 : varians data pertama

S22 : varians data kedua

52

Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. ke-1, h. 173.

G. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t, rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut:53

t = dimana: =

= dengan

Keterangan:

D : nilai beda (skor pretest - skor posttest)

∑D : jumlah seluruh nilai D

: rata-rata D

SD : simpangan baku D

: rata-rata simpangan baku D n : banyaknya sampel

Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah: Jika thitung < ttabel maka H0 diterima Ha ditolak

Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak Ha diterima

H. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah. Analisis data dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Tanpa analisis data, maka data mentah yang telah terkumpul tidak ada gunanya karena dengan analisislah data tersebut diberi makna dan diberi

arti. 54 Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian

diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah

53

Ibid, h. 208.

54

cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut

untuk menjawab rumusan masalah.55

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan

statistik yang sudah tersedia.56

1. Uji Normalitas Gain ( N-GAIN )

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Rumus: N-GAIN =

Kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut:

TABEL 3.4 KATEGORI NILAI N-GAIN

G-Tinggi nilai G 0,70

G-Sedang nilai 0,30 G > 0,70

G-Rendah nilai G < 0,30

2. Observasi

Dalam menganalisis data observasi dalam penelitian ini, peneliti membagi kriteria bentuk penilaian data sebagai berikut:

Sangat baik : diberi skor 4

Baik : diberi skor 3

Cukup : diberi skor 2

55

V. wiratna, sujarweni. Op.cit., h. 103

56

Adapun dalam pengolahannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Menjumlahkan perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan.

b) Mencari skor rata-rata dengan cara membagi jumlah perolehan skor

oleh banyaknya pertanyaan.

c) Setelah itu, mencari nilai prosentasinya dengan cara membagi skor

rata-rata dengan nilai maksimum 100%.

Dengan menggunakan skala prosentasi dengan tingkat kriteria sebagai berikut:

90%-100%= sangat baik 80%-89% = baik

70%-79% = cukup 60%-69% = kurang baik

<60% = sangat kurang baik57

57

http://banjirembun.blogspot.com/2013/05/contoh-skripsi-penelitian-tindakan_1446.html diakses pada bulan februari 2014

50

A. DESKRIPSI DATA 1.Profil Sekolah a. Sejarah singkat

Berangkat dari Program Yayasan Al-Khairiyah yang akan menjadikan

Dokumen terkait