TAHUN AJARAN 2014/2105”
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
NURFADILAH
1110015000001
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TERHADAP
HASIL BELAJAR
IPS SISWA MTS AL.KHAIRIYAHTEGAL
PARANGJAKARTA
SELATANTAHUN AJARAN 2014 I2IO5'
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Nurfadilah NIM. 1110015000001
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
r@4
Anissa windarti. M.Sc NIP. 19820802 201101 2 005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGBTAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NBGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dalam siding munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada ujian munaqosah tanggal 08 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S.Pd) padajurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, program studi ekonomi.
lakarta,08 Mei 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal TandaTangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan
Dr. Iwan Purwanto, M Pd NrP. 19730424 20080
|
I 012
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)
Drs.Svaripulloh. M.Si NIP. t9670909 200701 1 033
Penguji I
Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd
NrP. 19761 118 20t101 1006
Penguj i II
Andri Noor Ardiansvah. M.Si
NIP" 198403 t2 201 503 1002
IPS)
./
oI?94
'
tl--lD * a6-
doly<1--" 4-'
d
t-
o.b*?^)t{-Mengetahui
Dekan Fakul Ilmu Tarbiah
Prof. Dr. Ahma
Siswa Mts Al-Khuriyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105 " yang disusun oleh:
Nama
: NurfadilahNim
: 1110015000001Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan SosialFakultas
: Ilmu Tarbiyah dan KeguruanTelah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 08 April 2015.
lakarta,08 April 2015
Yang Mengesahkan
Pembimbing
m
Nama
NIM
Jurusan
Angkatan Tahun
Alamat
: Nurfadilah
: 1 I 10015000001
: Pendidikan IPS/Ekonomi
:2010
:
Jln. Mampang PrapatanVII
buncitV
no: 30 RT/RW:001/006, Tegal Parang, Jakarta Selatan.
MENYATATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul ooPengaruh Penggunaan Strategi Mostery Leurning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang
Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105" adalah benar hasil karya sendiri di
bawah bimbingan dosen:
Nama
Dosen
Jurusan
: Pendidikan IPSDemikian surat pertanyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti skripsi
ini
bukan hasil karya sendiri.Jakarta,08 April 2015
i ABSTRAK
Nurfadilah, “Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning
Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi, Program Studi Ilmu Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi
mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas 8C dan 8D berjumlah 33 orang dari kelas 8C sebagai kelompok eksperimen dan 33 orang dari kelas 8D sebagai kelompok kontrol. Intrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen menggunakan tes objektif yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebanyak 20 soal. Kemudian untuk teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan rumus uji
liliefors dan uji homogenitas menggunakan rumus uji fisher selanjutnya uji hipotesis menggunakan rumus uji t. untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan pemahaman siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol maka dilakukan uji N-Gain menggunakan rumus N-Gain. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 8.65 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1.67 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikan α = 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi mastery learning
terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran 2014/2015.
ii ABSTRACK
Nurfadilah, "Influence of Mastery Learning Strategies Against IPS Student Learning Outcomes Mts Al-Khairiyah". Skripsi, Department of Economics of Education Sciences, Department of Social Education, Faculty of Science Tarbiah And Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
The objective of this research is to find the influence of using mastery
learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) of
MTs Al-Khairiyah. This research is conducted at MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015. The method used in this research is experiment and the sample was taken by using cluster sampling technique. Then, the sample of this research is consisted of two classes, 8C and 8D, 33 students from 8C as experiment class and 33 students from 8D as controlled class. The instrument used in this research is objective test that consist of 20 questions that has been examined its validity and reliability. The technique of data analyzes used in this research is normality test, liliefors test and homogeneity test by using the formula of fisher test, then, the hypothesis is examined by using t test. In order to
find the comparison of students’ outcome and understanding between experiment
and controlled class, the researcher used N-Gain test. Based on the calculation of the data, ttest that was 8.65 is higher than ttable that was 1.67. It means Ho is
rejected and Ha is accepted in the value of t-table significant degree α = 0,05. In other word, it can be concluded that there is significant effect of using mastery
learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) at
MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini, dan dengan
petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts
Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”.
Shalawat serta salam semoga terlimpah selalu kepada revolusioner
terbesar nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya
dan seluruh umat yang meyakini kebenarannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan suatu proses yang harus dijalani. Kemudian dengan
selesainya penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:
1. Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat, hidayah serta
anugerahnya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua jurusan ilmu pengetahuan
sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin
penelitian serta memberikan motivasi pada penulis.
4. Bapak Drs.Syaripulloh, M.Si, selaku wakil ketua jurusan ilmu
pengetahuan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan masukan dan nasehat serta semangat pada penulis.
5. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik
iv
6. Ibu Anissa Windarti, M.Sc, selaku pembimbing skrispi yang telah banyak
meluangkan waktu untuk penulis guna kepentingan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh karyawan dan staf-stafnya di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
8. Kedua Orang Tua (H.Suryani Ahmad, S.Pd dan Hj.Nuroniah) yang selalu
memberikan kasih sayang, bimbingan, do’a dan dukungan baik secara
moril maupun materil. Terima kasih untuk semuanya.
9. Kakak-kakak saya (Rahmawati, MA, Sukriah, M.Pd, Abdul Azim, dan
Abdul Hafiz) dan tak lupa pula kepada kakak ipar dan
keponakan-keponakan saya (Dr.Abdul Muid Nawawi, MA, Silmya Aqila dan Kyara
Aisha) yang selalu menyemangati dan mengingatkan untuk cepat
menyelesaikannya serta selalu setia mendo’akan saya.
10.Keluarga besar H.Fadlullah Ahmad yang tak pernah bosan untuk selalu
mendo’akan saya.
11.Keluarga besar H.Abdullah khususnya Ahmad Fauzi yang telah memberi
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
12.Kepala MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan (A. Hidayat. S.Pd, M.Si) yang
telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
13.Ibu Hj. Shafaul Bariyyah, S.EI selaku guru pendamping dalam kegiatan
penelitian skripsi ini. Dan lupa pula seluruh tenaga pengajar, karyawan,
dan peserta didik MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan yang telah membantu
pengumpulan data penyusunan skripsi ini.
14.Berbagai instansi yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
15.Teman-teman seperjuanganku (Chentauri Galih, Lilian Paramitha, Frisca
Fauziah, Dini Halimah, Gina Rosdianti, Desdemonawita, Cindy Febri)
serta teman-temanku di jurusan IPS Angkatan 2010 (yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu) yang selalu menemaniku disaat aku merindukan
kegembiraan dan kesenangan serta mengisi hari-hariku selama
v
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis merasa
tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus
dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka
dengan sebaik-baiknya balasan.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Maret 2015
vi DAFTAR ISI
HALAMAN ABSTRAK ... i
HALAMAN ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 3
C.Pembatasan Masalah ... 3
D.Perumusan Masalah ... 3
E. Tujuan Penelitian ... 3
F. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoritik ... 5
1. Hasil Belajar ... 5
2. Strategi Pembelajaran ... 14
3. Pengertian Mastery Learning Dan Strategi Konvensiona 15 4. Pengertian IPS Sebagai Bidang Kajian Penelitian ... 30
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 32
C. Kerangka Berfikir ... 33
D. Hipotesis Penelitian ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 35
vii
C.Populasi Dan Sampel ... 37
D.Teknik Pengumpulan Data ... 37
E. Uji Instrumen Tes ... 40
F. Uji Prasyarat Analisis ... 45
G.Uji Hipotesis ... 47
H.Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 50
B.Hasil Penelitian ... 57
C.Pembahasan ... 73
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 76
B.Saran-Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Uji Referensi ... 79
Lampiran 2: Rpp ... 84
Lampiran 3: Instrumen Kisi-Kisi ... 94
Lampiran 4: Soal Pretest-Posttest ... 96
Lampiran 5: Wawancara Guru ... 99
Lampiran 6: Wawancara Siswa ... 100
Lampiran 7: Observasi Guru ... 101
Lampiran 8: Observasi Siswa... 103
Lampiran 9: Uji Validitas... 108
Lampiran 10: Uji Reliabilitas ... 109
Lampiran 11: Uji Tingkat Kesukaran ... 110
Lampiran 12: Uji Daya Beda ... 111
Lampiran 13: Distribusi Pretest-Posttest ... 112
Lampiran 14: Uji Normalitas ... 120
Lampiran 15: Uji Homogenitas ... 124
Lampiran 16: Uji Hipotesis ... 126
Lampiran 17: Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 130
Lampiran 18: Foto Kegiatan ... 132
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1:Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan
Pembelajaran Konvensional ... 28
Tabel 3.1: Paradigma Penelitian ... 36
Tabel 3.2: Daftar Nama Guru ... 40
Tabel 3.3: Daftar Nama Siswa ... 40
Tabel 3.4: Kategori Nilai N-Gain... 49
Tabel 4.1: Daftar Nama-Nama Guru & Karyawan ... 54
Tabel 4.2: Sarana Dan Prasaranan ... 57
Tabel 4.3: Hasil Uji Validitas ... 58
Tabel 4.4: Hasil Uji Reliabilitas ... 58
Tabel 4.5: Hasil Uji Taraf Tingkat Kesukaran ... 58
Tabel 4.6: Hasil Uji Daya Beda ... 59
Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas Pretest ... 59
Tabel 4.8: Hasil Uji Normalitas Posttest ... 60
Tabel 4.9: Uji Homogenitas Pretest ... 61
Tabel 4.10: Uji Homogenitas Posttest ... 62
Tabel 4.11: Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest ... 63
Tabel 4.12: Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen ... 63
Tabel 4.13: Perhitungan N-Gain 8d ( Kelas Kontrol) ... 65
Tabel 4.14: Hasil N-gain Pretest-Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67
Tabel 4.15: Pedoman Wawancara Siswa ... 67
x
[image:15.595.125.509.200.631.2]Tabel 4.17: Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 71
1
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan selalu berusaha terus menerus dan
terprogram mengadakan pembenahan di berbagai bidang, termasuk salah satunya
adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam pembelajaran, guru memiliki
strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Kembali diingatkan pada sebuah hikmah “At-thoriqotu ahammu
min al-maaddah” (metode itu lebih signifikan perannya dari pada materi). Bukan
berarti materi, media, tujuan maupun evaluasi tidak penting, akan tetapi hikmah
tersebut merupakan bentuk penekanan khusus. Seorang guru tidak akan mampu
mengantarkan siswanya untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tanpa memiliki
metode yang baik, dengan kata lain mempunyai keterampilan dalam
menyampaikan materi.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk
mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa
diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah.
Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar
sedangkan tugas utama setiap murid adalah belajar. Selanjutnya keterkaitan antara
belajar dengan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran La Costa mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu
teaching of thinking, teaching for thinking, and teaching about thinking.
Berdasarkan pengamatan observasi peneliti di kelas VIII MTs
Al-Khairiyah Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada
pada pelajaran IPS yang masih di bawah nilai KKM sebesar 50% dari jumlah
siswa pada semester ganjil kelas VIII tahun ajaran 2014/2015. Dimana nilai KKM
yang ditentukan untuk mata pelajaran IPS adalah 6.60. Hal ini dikarenakan dalam
materi-materi pelajaran IPS banyak memuat kata kata istilah, tanggal sejarah yang
penguasaan guru akan penggunaan strategi pembelajaran juga menjadi salah satu
faktor penyebab kurangnya pemahaman siswa akan materi ajar IPS. Penggunaan
strategi pembelajaran dengan model ceramah yang dianggap sebagai model
pembelajaran yang monoton dan membosankan dapat mengurangi minat belajar
siswa. Oleh karena itu guru harus mampu membenahi cara belajar mengajar
dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah
strategi mastery learning.
Keberhasilan guru dilihat dari sejauh mana siswa telah memiliki
kompetensi melalui proses belajar. Dengan demikian, setelah proses pembelajaran
selesai sebaiknya guru bertanya:
“Apakah melalui proses pembelajaran siswa telah berhasil mencapai
sejumlah kompetensi seperti yang dirumuskan?”guru tidak bertanya: “sejauh
mana materi telah tersampaikan kepada siswa”.
Hal ini sangat penting, oleh sebab melalui pertanyaan pertama yang
menjadi sasaran keberhasilan adalah siswa sebagai subyek belajar, sedangkan
pertanyaan kedua yang menjadi sasaran adalah guru. Oleh karena itu penggunaan
metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang benar dan tepat akan
berpengaruh terhadap pembelajaran siswa sebagai upaya pencapaian kompetensi
seperti yang diharapkan.1 Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal
ini seperti yang dikemukan oleh Killen dalam buku Wina Sanjaya: “No teaching
strategy is better than others in all circumtances, so you have to be able to use a
variety of teaching strategy, and make rational decisions about when each of the
teaching strategy is likely to most effective”.
Apa yang dikemukan oleh Killen itu jelas, bahwa guru harus mampu
memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. 2 Strategi mastery
learning dipilih karena di dalamnya mengandung kegiatan-kegiatan yang menarik
serta mengarahkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk berkompetisi dengan teman sebayanya,
melatih bekerjasama dalam sebuah tim serta mengembangkan sikap siswa.
1
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: kencana, 2006), h. 87.
2
Pembelajaran tuntas juga dapat diterapkan dengan berbagai metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada disekolah serta
pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan.
Dengan penggunaan mastery learning tersebut diharapkan mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi, kerjasama, bertukar
pikiran, menjawab bahkan memberikan pertanyaan. Di samping itu juga telah
dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran IPS terkait dengan penerapan
strategi mastery learning dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu peneliti
mengambil judul penelitian ini dengan “Pengaruh Penggunaan Strategi
Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal
Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPS
rendah
2. Penggunaan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang
kurang dikuasai oleh guru
3. Kurangnya penerapan pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas
(mastery learning) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan pembatasan terhadap
permasalahan guna mempermudah dalam pembahasan penelitian, yaitu: Pengaruh
pembelajaran dengan menggunakan mastery learning terhadap hasil belajar IPS
D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah yaitu, Bagaimana
pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi mastery learning Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa
MTs Al-Khairiyah Jakarta selatan.
F. Manfaat Penelitian Secara teoritis:
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapakan hasil penelitian ini dapat
dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan suatu sistem atau
strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning)
1) Bagi sekolah yaitu,
2) Bagi peneliti yaitu,
3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya yaitu,
4) Bagi para siswa yaitu,
Secara praktis:
1) Bagi sekolah yaitu, Mata pelajaran IPS dalam hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mencapai target belajar siswa yang diinginkan. Serta dapat dijadikan
sebagai bahan dalam mengevaluasi dalam pelaksanaan mastery learning
pada mata pelajaran IPS khususnya dan pelaksanaan bidang studi yang
lainnya.
2) Bagi peneliti yaitu penelitian ini sebagai bekal teoritis dan praktis dalam
mengimplementasikan mastery learning di lapangan. Hasil penelitian ini
juga dapat menjadi sarana belajar untuk menjadi seorang pendidik agar
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan hasil
3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya, diharapkan
dapat memberikan pemahaman ilmu pendidikan, pemecahan masalah
dalam mastery learning serta dapat memberikan konstribusi penilaian
bagi dunia pendidikan pada umumnya.
4) Bagi para siswa yaitu dengan model pembelajaran tuntas (mastery
learning) ini diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan, kondusif dan efektif. Siswa juga diharapkan dapat
5
A. Deskripsi Teoritik 1. Hasil Belajar
1) Pengertian Belajar
Dalam hidup manusia dituntut unuk selalu menuntut ilmu dengan banyak
belajar. Jangan pernah ada kata lelah dalam belajar. Belajar adalah proses yang
terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupan manusia akan terus
belajar. Dalam sebuah hadits nabi yang artinya: “tuntutlah ilmu dari buaian
sampai liang lahat”. Dan dalam hadits lain yang Artinya: “Tuntutlah ilmu
walaupun di negeri Cina”, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka
kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu
Abdil Bar).
Banyak sekali pendapat-pendapat para ahli tentang belajar. Salah satunya
adalah pendapat dari Hilgard. Menurut Hilgard, belajar adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun
dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.3
Sedangkan menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pencaindra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons
(S-R). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar
adalah upaya untuk membentuk hubungan Stimulus dan Respons
sebanyak-banyaknya. Salah seorang tokoh behaviorist, yaitu Therndike dengan teori
3
belajarnya koneksionisme mengemukakan bahwa agar terjadi hubungan
Stimulus-Respons perlu memperhatikan hukum-hukum belajar sebagai berikut: a) hukum
kesiapan b) hukum latihan c) hukum akibat.4
2) Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar dengan segala
interaksi di dalamnya. Kata “pembelajaran” adalah terjemah dari “instruction”,
yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan
cetak, program televise, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peranan guru sebagai sumber belajar menjadi
guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan
Gagne, yang menyatakan bahwa:
“instruction is a set of event that effect learners in such a waythat learning is facilitated”
Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan
bgian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan
kepada bagaimana merancang atau mengarasemen berbagai sumber dan fasilitas
yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari
sesuatu. Lebih lengkap Gagne mnyatakan:
why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page of print, by picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may plan an essential role in the arrangement of any of these events
Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan
hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa
diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga
4
dalam setting poses belajar mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh
bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian kalau
istilah “mengajar” atau “teaching”menempatkan guru sebagai “pemeran utama”
memberikan informasi, maka dalam istilah “instruction” guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk
dipelajari siswa. 5
3) Definisi hasil belajar
Dalam proses belajar mengajar guru juga ingin mengetahui seberapa jauh
pemahaman yang telah dicapai oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana: Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berorientasi pada proses
belajar mengajar yang dialami siswa. Sementara menurut Gronlund: hasil belajar
adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu
mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sedangkan Spears
berpendapat bahwa pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik
itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu
sendiri, mendengar, mengikuti perintah.
Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi
hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah:
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan),
comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:
5
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar
yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang
telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada
tingkat kognitifnya saja.
4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam proses belajar pasti ada yang mempengaruhi siswa baik dalam
motivasi belajar, minat belajar bahkan terhadap hasil belajar itu sendiri.
Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang tidaklah sama, tetapi
sangat berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua; (1) Faktor dari dalam diri seseorang
(intrinsic) dan (2) Faktor dari luar seseorang (Extrinsic).
Beberapa Faktor dari dalam (Intrinsic)
1.Inteligensi
Winkel (1986) memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan
mengatakan, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan
suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan
lingkungan disekitarnya secara memuaskan.
Dari pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi
penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya.
2.Motivasi
Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang
mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman
(2003) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan
Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam mencapai
prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan motivasi dari
seseorang.
3.Sikap
Sarwono (1988) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu
rangsangan tertentu.
Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif
maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk dikembangkan/ditanamkan
kepada seseorang sehingga dapat bersikap positip terhadap rangsangan yang
diterima yang pada gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar yang
optimal.
4.Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat
ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: „minat
adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang beberapa
kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa
senang dan diperoleh suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan, 1990). Juga menurut
Winkel (1986) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan untuk rasa
tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang-bidang itu.
Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar
dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat
diupayakan agar siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat
belajarnya.
5.Bakat
Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989), adalah kapasitas seseorang atau
potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya sedikit
Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan
pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi akan
berkembang menjadi kecakapan yang nyata.
6.Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan
perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat dikembangkan
melalui latihan.
Beberapa Faktor dari Luar (Extrinsic)
1.Faktor Keluarga
Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa.
Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi
keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau pelajaran
yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar lingkungan
keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya.
Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua
dengan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus
menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan
berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
2.Faktor Sekolah
Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang
dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat
menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang baik
adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan menggunakan
metode Pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan membelajarkan dan
kemampuan memilih alat bantu pemelajaran yang sesuai serta kemampuan
Dengan metode pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik
minat siswa, perhatian siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga
diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi belajar.
3.Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga
dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang baik.
Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena dari
pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang berguna
bagi anak didik.
Hal ini didukung pendapat Glesser (1987) yang mengatakan, “manusia
normal adalah seorang manusia yang berfungsi secara efektif, yang sampai pada
taraf tertentu merasa bahagia dan menunjukkan prestasi dibidang yang
dianggapnya perlu, ia harus pula dapat bertingkah laku dengan
mempertimbangkan norma dan batasan yang ada dilingkungan setempat ia tinggal
dan hidup”.6
5) Jenis-jenis hasil belajar
Menurut Bloom dalam buku Nana Sudjana 2008 membagi hasil belajar
dalam tiga ranah,yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yakni : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek yakni: gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretative.7
6
http://m.kompasiana.com/post/read/558299/1/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar.html diakses pada 14 maret 2015
7
6) Pentingnya penilaian hasil belajar
Menurut pendapat Suharsimi dalam buku Eko Putro Widoyoko : “Guru
maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa
karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil
belajar mempunyai makna yang penting, bagi siswa, guru maupun sekolah”.
Adapun makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah:
1)Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat
mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan
oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari penilaian hasil belajar ini ada
dua kemungkinan: memuaskan atau tidak memuaskan.
2)Makna bagi guru
Guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak
melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang diharapkan, maupun
mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi
yang diharapkan.
Guru akan dapat mengetuhi apakah pengalaman belajar (materi
pelajaran) yang disajikan sudah tepat pada siswa sehingga untuk kegiatan
pembelajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
Guru akan dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang
digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa
memperoleh hasil penilaian yang kurang baik maupun jelek pada penilaian
yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh strategi atau metode
pembelajaran yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru
harus introspeksi diri dan mencoba mencari strategi lain dalam kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.
3)Makna bagi sekolah
Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana
yang diciptakan oleh sekolah sudah dengan harapan atau belum. Hasil
belajar siswa merupakan cermin kualitas sekolah
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang
dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagimana
dituntut standar nasional pendidikan (SNP) atau belum. Pemenuhan
berbagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar siswa.
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai
pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan
disekolah untuk masa-masa yang akan datang.8
2. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian strategi pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Menurut J.R David dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai
“a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”. Jadi, dengan demikian startegi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas, pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencanan tindakan (rangkaian) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Artinya arah arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan.
8
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien”.
Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga menyebutkan bahwa
strategi pembelajaran itu adalah “suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.
Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan
beberapa metode. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain,
strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah
a way in achieving something.9
b. Jenis jenis strategi pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree
mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau
exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual atau groups-individual learning. 10 Selain pendapat Rowntree, Roy
Killen mencatat beberapa macam strategi pembelajaran yang dapat digunakan
seperti: a) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction), b) Stratergi
pembelajaran dengan diskusi, c) Strategi pembelajaran dengan kerja kelompok
kecil, d) Strategi pembelajaran cooperative learning, e) strategi pembelajaran
problem solving.11 Carleston Washburne dan teman-temannya mengembangkan
strategi mastery learning.12
9
Wina. Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta:kencana, 2008), hal 125-127
10
Wina, Sanjaya. Pembelajaran Dalam Implementasi,….. h. 104
11
Ibid,. h. 105-107
12“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y,
3. Pengertian Mastery Learning Sebagai Strategi Pembelajaran Dan Pengertian Strategi Konvensional
a. Strategi mastery learning
1) Pengertian Mastery Learning (Belajar Tuntas)
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan
yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery
level) terhadap kompetensi tertentu. Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar
yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan
pembelajaran secara tuntas. Pendekatan ini diharapkan dapat mempertinggi
rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang
lebih sesuai dan memberikan perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar
menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar.13
Konsep mastery learning (belajar tuntas) sesungguhnya bukanlah barang
baru. Konsep ini sesungguhnya sudah cukup tua dan sudah berkembang sejak
tahun 1920, yaitu dikembangkan oleh Carleston Washburne dan teman-temannya
melalui Winnetka Plan pada tahun 1992 dan oleh Prof. Henry C. Morrison di
Laboratory school Universitas Chicago tahun 1926.
Maksud utama dari mastery learning adalah memungkinkan 75% sampai
90% siswa untuk mencapai hasil belajar yang sama tingginya dengan kelompok
terpandai dalam pengajaran klasikal. Demikian pula maksud mastery learning
tersebut adalah meningkatkan efisiensi belajar, meningkatkan minat belajar, dan
meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dipelajari
melalui metode-metode belajar dalam kesatuan kelas.
Gambaran pendekatan yang dilakukan oleh kedua ahli tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
a. Mastery learning didefinisikan dalam hubungan dengan tujuan
pendidikan khusus yang diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Bagi
13
Washburne tujuan kognitif sedangkan bagi Morrison tujuan-tujuan
kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Pengajaran diorganisasikan menjadi satuan-satuan pengajaran yang
tertentu. Setiap satuan terdiri dari kumpulan materi pengajaran yang
diatur secara sistematik untuk diajarkan guna mencapai tujuan-tujuan
satuan pelajaran (Morrison)
c. Penguasaan bahan yang komplit untuk setiap satuan pelajaran dituntut
dari siswa-siswa sebelum guru maju lebih lanjut pada satuan pelajaran
berikutnya. Gambaran ini khususnya penting dalam Winnetka Plan
yang satuan-satuan pelajarannya telah diurutkan sehingga mempelajari
setiap suatu pelajaran menjadi prasyarat untuk mempelajari satuan
pelajaran berikutunya.
d. Diagnostic progress test, dilaksanakan setelah para siswa
menyelesaikan kegiatan belajar untuk setiap satuan pelajaran yang
gunanya untuk memperoleh umpan balik mengenai ketepatan cara
belajar siswa, yaitu sejauh mana tingkat penguasaan bahan oleh siswa
dan sejauh mana pula mereka masih memerlukan penguasaan lebih
lanjut.
e. Untuk penyempurnakan bahan, berdasarkan informasi yang diperoleh
dari diagnostic progress test, dilaksanakan learning correctives, yang
menurut Morrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial,
restrukturasi kegiatan belajar, dan pengajaran kembali
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Waktu yang disediakan untuk learning
correctives menurut metode Morrison ditentukan sendiri oleh guru,
sedangkan menurut metode Winnetka Plan ditentukan sendiri oleh
siswa.
Ide kedua ahli tersebut menghilang untuk beberapa tahun dan baru diingat
kembali pada saat Skinner memperkenalkan pengajaran berprograma pada tahun
1954. Secara nyata ide mastery learning timbul kembali dengan munculnya
professor dari Harvard University yang mengemukakan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa disekolah, dan ia menunjukkan
interaksi diantara faktor-faktor tersebut.14
2) Pelopor-Pelopor Strategi Mastery Learning
Pada Abad Ke 20 Ini Pelopornya Antara Lain: Carleton Washburne
(1922), Morrison (1926). Skinner (1954), Goodlad and Anderson (1959), Carroll
(1963), Bruner (1966), Suppes (1966), Glaser (1968), Bloom (1968) dan James H.
Block (1971).15
3) Strategi Mastery Learning Menurut James H. Block
James H. Block dari Universitas California, Santa Barbara, Amerika
Serikat, memandang mastery learning sebagai falsafah persekolahan atau strategi
pengajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas. Falsafah tersebut mengatakan
bahwa di dalam kondisi pengajaran yang tepat semua siswa akan dapat dan akan
mau belajar dengan baik sekali. Menurut James falsafah ini sesungguhnya telah
cukup tua. Hal tersebut tersirat dalam tulisan-tulisan kaum Jezuit, Commenius,
Pestalozzi, dan Herbart.
Namun demikian gagasan tentang mastery learning ini baru dilaksanakan
di Amerika Serikat pada akhir abad ke 20 oleh perorangan, seperti Washburne
pada Winnetka Plan dan Morrison di Universitas Chicago.
Ada 2 jenis gagasan mengenai mastery learning ini, yaitu:
1) Yang menitik beratkan pendidikan perorangan
2) Yang menitik beratkan pendidikan melalui pendekatan kerja
kelompok
Walaupun demikian keduanya berusaha untuk mengembangkan individu
siswa sebaik-baiknya, yaitu dengan cara:
1) Membantu siswa yang mengalami kesulitan
14
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y. loc. Cit. h. 2
15
2) Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa untuk belajar
3) Menentukan bahan yang harus dipelajari secara jelas ruang
lingkupnya dan tingkat kesukarannya.
Menurut pendapat James H. Block (1971) tidak banyak sekolah yang
mempunyai persyaratan untuk menyelenggarakan format pendidikan individual,
karena ia memusatkan perhatiannya pada strategi mastery learning dengan
orientasi pada kerja kelompok. Untuk keperluan itu ia mengolah kembali strategi
mastery learning yang dikemukakan oleh Bloom (1968). Bloom menyebutkan
istilah mastery learning dengan istilah: learning for master.
4) Prosedur Mastery Learning
Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berhasil, Bloom
mengembangkan suatu prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam
memberikan pengajaran kepada suatu kelas. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang
bersifat umum maupun khusus.
b) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran.
c) Member pelajaran secara klasikal (kelompok), sesuai dengan unit
pelajaran yang sedang dipelajari
d) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit
pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam
mengolah materi pelajaran
e) Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan penuh,
diberikan bantuan khusus.
f) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit
pelajaran tersebut, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran
yang berikutnya.
g) Unit pelajaran yang menyusul diajarkan secara kelompok dan diakhiri
h) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit
pelajaran tersebut, barulah guru mengajar unit pelajaran yang ketiga.
i) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit
pelajaran lainnya, sampai seluruh rangkaian selesai.
j) Setelah seluruh rangkain unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes
yang mencakup seluruh rangkaian unit pelajaran16
Strategi mastery learning dari Bloom tersebut dikembangkan oleh James
H. Block (1971) yang perinciannya mencakup:
1) Prakondisi untuk mastery learning
a) Guru yang ingin berhasil dengan mastery learning mulai dengan
suatu asumsi bahwa sebagian besar murid belajar dengan baik, dan
bahwa ia dapat mengajar sehingga sebagian besar siswa akan
berhasil baik.
b) Langkah berikutnya ialah identifikasi masalah yang dihadapi guru,
yaitu merumuskan maksud mastery learning itu.
c) Hasil test ini diukur dengan jalan membandingkan dengan
keberhasilan yang distandarkan sehingga pengajaran tersebut dapat
dilihat berhasil atau tidaknya.
2) Pelaksanaan mastery learning
Sekarang guru siap untuk mulai mengajar. Karena siswa belum biasa
dengan mastery learning ataupun dengan gagasan tentang penilaian A, B, C dan
seterusnya guru berkewajiban untuk memberikan pengarahan mengenai
pelaksanaannya.
Harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Siswa dinilai hanya atas dasar ujian sumatif
b) Penilaian atas standar keberhasilan yang sudah ditentukan.
c) Tahap keberhasilan mungkin A, B, C, D, atau F.
16 Dewi Atikoh, “Pengaruh Strategi Pembelajaran
d) Selama masa belajar, akan diberikan diagnostic progress test
dengan tujuan maningkatkan kemampuan belajar siswa.
e) Setiap siswa mendapatkan bentuan yang diperlukan agar mau
belajar sebagai berikut:
a. Masa pengarahan
Untuk menumbuhkan dorongan belajar, harus menimbulkan pada diri
siswa bahwa dia dapat sanggup belajar.
b. Setelah masa pengarahan
Guru lalu mengajarkan unti pertama dengan pendekatan kelompok. Pada
akhir pelajaran guru memberikan test formatif untuk melihat keberhasilan dan
bukan langsung diteruskan dengan unit berikutnya. Pencatatan skor dilakukan
bersama siswa – siswa sendiri.
c. Berdasarkan hasil penilain test.
Lalu guru menilai kemajuan siswa, agar dapat diketahui siapa yang harus
terus membimbing yang belum berhasil, dan siswa harus mempelajari
bagian-bagian yang belum dikuasai sebelum melanjutkan pelajaran untuk unit berikutnya.
Waktu untuk membimbingnya ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan.
Siswa yang mencapai hasil diatas criteria tingkatan yang ditentukan
memperoleh A, sedangkan yang lebih rendah diberikan nilai yang lebih rendah
walaupun umunya dengan mastery learning nilai B, C hanya sedikit, D dan F
hampir tidak ada.
3) Hasil belajar siswa
Umumnya, siswa yang menggunakan strategi mastery learning berlipat
2-3 kali lebih besar jumlahnya yang memperoleh skala A dibandingkan dengan
mereka yang menggunakan metode konvensional dan kelompok biasa. Jadi,
perbandingan keberhasilan dengan tingkat A dan B itu berkisar antara 25%,.
Data-data menunjukkan mastery learning dapat secara drastis mengurangi jumlah siswa
bersifat kognitif atau aspek kecerdasan. Terdapat juga kenyataan adanya pengaruh
terhadap aspek afektif.
4) Implikasi mastery learning bagi guru
a) Impilikasi mastery learning bagi guru ialah bahwa dia harus
terbiasa terhadap penilain yang eksplisit.
b) Guru harus mempertanggung jawabkan nilai yang diberikannya.
c) Implikasi lainnya ialah bahwa guru harus memelihara mutu-mutu
pengajarannya.
d) Impilkasi berikutnya ialah bahwa guru harus memonitor
keberhasilan belajar secara terus-menerus. Cara mengajar dapat
diperbaiki dengan melihat hasil test formatif.
e) Terakhir ialah bahwa guru harus selalu melakukan hubungan kerja
sama dengan teman sejawat dan dengan siswa. 17
Sedangkan tahap pembelajaran mastery learning yang dikembangkan oleh
John B. Caroll dan Benjamin Bloom adalah sebagai berikut:
a) Orientasi
Pada tahap orientasi ini dilakukan penetapan kerangka isi pembelajaran
b) Penyajian
Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru
disertai dengan contoh-contoh.
c) Latihan Terstruktur
Dalam tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian
masalah, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam
penyelesaian suatu masalah atau tugas.
d) Latihan Terbimbing
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk letihan
menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan.
17“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y,
e) Latihan Mandiri
Tahap latihan mandiri merupakan inti dari strategi ini. Latihan mandiri
dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90%
dalam tahap latihan terbimbing.18
5) Kelebihan serta Kekurangan strategi Mastery Learning
a. Kelebihan Mastery Learning
a) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern
yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar
kelompok.
b) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana
disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah
sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
c) Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara
partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam
proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
d) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil
belajar.
e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa
mengandung unsur objektivitas yang tinggi.
b. Kekurangan Mastery Learning
a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat
perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu
semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang
lengkap dan menyeluruh.
b) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai
kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang
memadai.
18“Dewi Atikoh , op. cit., H 17
c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan
mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang
relatif lebih sulit dan masih baru.
d) Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat,
dana. Dan waktu yang cukup besar.
e) Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan
materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar
menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih
lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan
sumber-sumber yang lebih luas19
b. Strategi Konvensional
Strategi/metode konvensional adalah metode yang biasa dipakai guru pada
umumnya atau sering dinamakan metode tradisional. Diantara metode-metode
konvensional meliputi:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan keterangan yang disampaikan secara lisan
atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Metode ceramah dapat
juga didefinisikan sebagai suatu cara penyampaian pesan dan informasi secara
satu arah lewat yang diterima melalui indra pendengaran.20
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan
oleh setiap guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya kebiasaan baik dari guru atau pun siswa, guru biasanya belum merasa puas
jika dalam pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa.
Mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran
melalui ceramah, sehingga ada guru yang ceramah berarti adanya proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak belajar.21
19
Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru. hal: 86
20
Iwan purwanto (ed), strategi pembelajaran. (Jakarta: cahaya digita, 2012). Hal. 194
21
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut :
1) Kelebihan Metode Ceramah
a. dapat dipakai orang dewasa
b. menghabiskan waktu dengan baik
c. dapat digunakan dalam kelompok besar
d. dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah di baca
e. dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau
aktifitas.
2) Kekurangan Metode Ceramah
a. daya tahan anak didik untuk berkonsentrasi dan mengendalikan alat indra
terbatas.
b. ketika mendengar, peserta didik sangat mudah terganggu karena peserta
didik lebih fokus dengan apa yang dilihat (visual) dari pada yang didengar
(audio)
c. peserta didik tidak dapat membandingkan, menganalisis, mengevaluasi
gagasan atau informasi yang disampaikan ketika ia sedang berceramah.
2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyajian materi dengan menggunakan
pertanyaan baik dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke guru.
Biasanya metode ini tidak berdiri sendiri, tetapi dilakukan dengan metode
ceramah. Metode Tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
antara lain :
1) Kelebihan Metode Tanya Jawab
a. melatih kerjasama
b. memusatkan perhatian
c. melihat kemajuan
d. menguarangi kebosanan
2) Kekurangan Metode Tanya Jawab
a. akan menimbulkan frustasi peserta didik bila guru tidak menggunakan
cara-cara bertanya yang baik22
3. Metode Latihan
Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara belajar
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan.
Metode ini diakui banyak mempunyai kelebihan, tetapi juga mempunyai
beberapa kekurangan sebagai berikut :
1) Kelebihan Metode Latihan
a. Meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan
b. Tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi
c. Gerakan yang kompleks bisa menjadi otomatis
2) Kekurangan Metode Latihan
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik, karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
b. Membosankan, karena selalu diulang-ulang apalagi jika
pengulangannya monoton.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena penekanan lebih pada
mendapatkan kebiasaan secara otomatis, sehingga tidak memerlukan
intelegensi.
d. Menimbulkan verbalisme, karena penekanan pada menghafal.23
3. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk
22
Iwan purwanto (ed),op.cit. hal 196
23
mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas
menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan
kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan
penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi
masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan
pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing peserta didik.
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan
individu, pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang
berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan
sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran
harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran
dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar
selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya
setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria
tertentu.
Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan
pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika
peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari
kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam
kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah
terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang
memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah
bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar,
ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara
[image:43.595.113.514.186.744.2]kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel berikut,
TABEL 2.1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Tuntas Pembelajaran Konvensional A. Persiapan
Tingkat ketuntasan
Diukur dari performance peserta
didik dalam setiap unit (satuan
kompetensi atau kemampuan
dasar
Setiap peserta didik harus
mencapai nilai 75 Diukur dari
performance peserta didik yang
dilakukan secara acak
Satuan Acara Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan dipakai
sebagai pedoman guru serta
diberikan kepada peserta didik
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan hanya dipakai
sebagai pedoman guru
Pandangan terhadap kemampuan peserta didik
Kemampuan hampir sama,
namun tetap ada variasi
Kemampuan peserta didik
dianggap sama
B. Pelaksanaan pembelajaran
Bentuk pembelajaran
Dilaksanakan melalui
pendekatan klasikal, kelompok
dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya melalui
Cara pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui
penjelasan guru (lecture),
membaca secara mandiri dan
terkontrol, berdiskusi, dan belajar
secara individual
Dilakukan melalui
mendengarkan (lecture), tanya
jawab, dan membaca (tidak
terkontrol)
Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance
peserta didik (kompetensi atau
kemampuan dasar) secara
individual
Pada bahan pembelajaran24
Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik secara individual
Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan
seluruh peserta didik dalam kelas
Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing
peserta didik secara individual
Ditujukan kepada peserta didik
dengan kemampuan menengah
Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik
dengan bantuan guru
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
C. Umpan Balik
Instrumen umpan balik
Menggunakan berbagai jenis Lebih mengandalkan pada
24
serta bentuk tagihan secara
berkelanjutan
penggunaan tes objektif untuk
penggalan waktu tertentu
Cara membantu peserta didik
Menggunakan sistem tutor dalam
diskusi kelompok (small-group
learning activities) dan tutor
yang dilakukan secara individual
Dilakukan oleh guru dalam
bentuk tanya jawab secara
klasikal
4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang kajian penelitian
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar dan
menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social
Studies (1952) mengartikan Studi Sosial “those portions or aspect of social
sciences that heve been selected and adapted for used in the school or in other
instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi pengajaran lain).
Paul Mathias dalam buku The Teacher’s