• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa Mts Al-Khairiyah tegal parung jakarta selatan tahun ajaran 2014/2015"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN AJARAN 2014/2105”

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

NURFADILAH

1110015000001

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

TERHADAP

HASIL BELAJAR

IPS SISWA MTS AL.KHAIRIYAH

TEGAL

PARANG

JAKARTA

SELATAN

TAHUN AJARAN 2014 I2IO5'

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: Nurfadilah NIM. 1110015000001

Dibawah Bimbingan

Pembimbing

r@4

Anissa windarti. M.Sc NIP. 19820802 201101 2 005

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGBTAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NBGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

dalam siding munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada ujian munaqosah tanggal 08 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S.Pd) padajurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, program studi ekonomi.

lakarta,08 Mei 2015

Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal TandaTangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan

Dr. Iwan Purwanto, M Pd NrP. 19730424 20080

|

I 012

Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)

Drs.Svaripulloh. M.Si NIP. t9670909 200701 1 033

Penguji I

Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd

NrP. 19761 118 20t101 1006

Penguj i II

Andri Noor Ardiansvah. M.Si

NIP" 198403 t2 201 503 1002

IPS)

./

oI?94

'

tl--lD * a6

-

doly<1--" 4-'

d

t-

o.b

*?^)t{-Mengetahui

Dekan Fakul Ilmu Tarbiah

Prof. Dr. Ahma

(4)

Siswa Mts Al-Khuriyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105 " yang disusun oleh:

Nama

: Nurfadilah

Nim

: 1110015000001

Jurusan

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 08 April 2015.

lakarta,08 April 2015

Yang Mengesahkan

Pembimbing

m

(5)

Nama

NIM

Jurusan

Angkatan Tahun

Alamat

: Nurfadilah

: 1 I 10015000001

: Pendidikan IPS/Ekonomi

:2010

:

Jln. Mampang Prapatan

VII

buncit

V

no: 30 RT/RW:

001/006, Tegal Parang, Jakarta Selatan.

MENYATATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Skripsi yang berjudul ooPengaruh Penggunaan Strategi Mostery Leurning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang

Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105" adalah benar hasil karya sendiri di

bawah bimbingan dosen:

Nama

Dosen

Jurusan

: Pendidikan IPS

Demikian surat pertanyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti skripsi

ini

bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,08 April 2015

(6)

i ABSTRAK

Nurfadilah, “Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi, Program Studi Ilmu Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi

mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah. Penelitian ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran 2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas 8C dan 8D berjumlah 33 orang dari kelas 8C sebagai kelompok eksperimen dan 33 orang dari kelas 8D sebagai kelompok kontrol. Intrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen menggunakan tes objektif yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebanyak 20 soal. Kemudian untuk teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan rumus uji

liliefors dan uji homogenitas menggunakan rumus uji fisher selanjutnya uji hipotesis menggunakan rumus uji t. untuk mengetahui perbedaan hasil belajar dan pemahaman siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol maka dilakukan uji N-Gain menggunakan rumus N-Gain. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung sebesar 8.65 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1.67 ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikan α = 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi mastery learning

terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran 2014/2015.

(7)

ii ABSTRACK

Nurfadilah, "Influence of Mastery Learning Strategies Against IPS Student Learning Outcomes Mts Al-Khairiyah". Skripsi, Department of Economics of Education Sciences, Department of Social Education, Faculty of Science Tarbiah And Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

The objective of this research is to find the influence of using mastery

learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) of

MTs Al-Khairiyah. This research is conducted at MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015. The method used in this research is experiment and the sample was taken by using cluster sampling technique. Then, the sample of this research is consisted of two classes, 8C and 8D, 33 students from 8C as experiment class and 33 students from 8D as controlled class. The instrument used in this research is objective test that consist of 20 questions that has been examined its validity and reliability. The technique of data analyzes used in this research is normality test, liliefors test and homogeneity test by using the formula of fisher test, then, the hypothesis is examined by using t test. In order to

find the comparison of students’ outcome and understanding between experiment

and controlled class, the researcher used N-Gain test. Based on the calculation of the data, ttest that was 8.65 is higher than ttable that was 1.67. It means Ho is

rejected and Ha is accepted in the value of t-table significant degree α = 0,05. In other word, it can be concluded that there is significant effect of using mastery

learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) at

MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini, dan dengan

petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts

Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”.

Shalawat serta salam semoga terlimpah selalu kepada revolusioner

terbesar nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya

dan seluruh umat yang meyakini kebenarannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan

hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan

motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan

kesempurnaan merupakan suatu proses yang harus dijalani. Kemudian dengan

selesainya penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:

1. Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat, hidayah serta

anugerahnya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua jurusan ilmu pengetahuan

sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin

penelitian serta memberikan motivasi pada penulis.

4. Bapak Drs.Syaripulloh, M.Si, selaku wakil ketua jurusan ilmu

pengetahuan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan masukan dan nasehat serta semangat pada penulis.

5. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik

(9)

iv

6. Ibu Anissa Windarti, M.Sc, selaku pembimbing skrispi yang telah banyak

meluangkan waktu untuk penulis guna kepentingan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh karyawan dan staf-stafnya di Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

8. Kedua Orang Tua (H.Suryani Ahmad, S.Pd dan Hj.Nuroniah) yang selalu

memberikan kasih sayang, bimbingan, do’a dan dukungan baik secara

moril maupun materil. Terima kasih untuk semuanya.

9. Kakak-kakak saya (Rahmawati, MA, Sukriah, M.Pd, Abdul Azim, dan

Abdul Hafiz) dan tak lupa pula kepada kakak ipar dan

keponakan-keponakan saya (Dr.Abdul Muid Nawawi, MA, Silmya Aqila dan Kyara

Aisha) yang selalu menyemangati dan mengingatkan untuk cepat

menyelesaikannya serta selalu setia mendo’akan saya.

10.Keluarga besar H.Fadlullah Ahmad yang tak pernah bosan untuk selalu

mendo’akan saya.

11.Keluarga besar H.Abdullah khususnya Ahmad Fauzi yang telah memberi

semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

12.Kepala MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan (A. Hidayat. S.Pd, M.Si) yang

telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

13.Ibu Hj. Shafaul Bariyyah, S.EI selaku guru pendamping dalam kegiatan

penelitian skripsi ini. Dan lupa pula seluruh tenaga pengajar, karyawan,

dan peserta didik MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan yang telah membantu

pengumpulan data penyusunan skripsi ini.

14.Berbagai instansi yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

15.Teman-teman seperjuanganku (Chentauri Galih, Lilian Paramitha, Frisca

Fauziah, Dini Halimah, Gina Rosdianti, Desdemonawita, Cindy Febri)

serta teman-temanku di jurusan IPS Angkatan 2010 (yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu) yang selalu menemaniku disaat aku merindukan

kegembiraan dan kesenangan serta mengisi hari-hariku selama

(10)

v

Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis merasa

tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus

dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka

dengan sebaik-baiknya balasan.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

sangat jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Maret 2015

(11)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN ABSTRAK ... i

HALAMAN ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 3

C.Pembatasan Masalah ... 3

D.Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoritik ... 5

1. Hasil Belajar ... 5

2. Strategi Pembelajaran ... 14

3. Pengertian Mastery Learning Dan Strategi Konvensiona 15 4. Pengertian IPS Sebagai Bidang Kajian Penelitian ... 30

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berfikir ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 35

(12)

vii

C.Populasi Dan Sampel ... 37

D.Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Uji Instrumen Tes ... 40

F. Uji Prasyarat Analisis ... 45

G.Uji Hipotesis ... 47

H.Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 50

B.Hasil Penelitian ... 57

C.Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 76

B.Saran-Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Uji Referensi ... 79

Lampiran 2: Rpp ... 84

Lampiran 3: Instrumen Kisi-Kisi ... 94

Lampiran 4: Soal Pretest-Posttest ... 96

Lampiran 5: Wawancara Guru ... 99

Lampiran 6: Wawancara Siswa ... 100

Lampiran 7: Observasi Guru ... 101

Lampiran 8: Observasi Siswa... 103

Lampiran 9: Uji Validitas... 108

Lampiran 10: Uji Reliabilitas ... 109

Lampiran 11: Uji Tingkat Kesukaran ... 110

Lampiran 12: Uji Daya Beda ... 111

Lampiran 13: Distribusi Pretest-Posttest ... 112

Lampiran 14: Uji Normalitas ... 120

Lampiran 15: Uji Homogenitas ... 124

Lampiran 16: Uji Hipotesis ... 126

Lampiran 17: Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 130

Lampiran 18: Foto Kegiatan ... 132

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1:Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan

Pembelajaran Konvensional ... 28

Tabel 3.1: Paradigma Penelitian ... 36

Tabel 3.2: Daftar Nama Guru ... 40

Tabel 3.3: Daftar Nama Siswa ... 40

Tabel 3.4: Kategori Nilai N-Gain... 49

Tabel 4.1: Daftar Nama-Nama Guru & Karyawan ... 54

Tabel 4.2: Sarana Dan Prasaranan ... 57

Tabel 4.3: Hasil Uji Validitas ... 58

Tabel 4.4: Hasil Uji Reliabilitas ... 58

Tabel 4.5: Hasil Uji Taraf Tingkat Kesukaran ... 58

Tabel 4.6: Hasil Uji Daya Beda ... 59

Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas Pretest ... 59

Tabel 4.8: Hasil Uji Normalitas Posttest ... 60

Tabel 4.9: Uji Homogenitas Pretest ... 61

Tabel 4.10: Uji Homogenitas Posttest ... 62

Tabel 4.11: Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest ... 63

Tabel 4.12: Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen ... 63

Tabel 4.13: Perhitungan N-Gain 8d ( Kelas Kontrol) ... 65

Tabel 4.14: Hasil N-gain Pretest-Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 67

Tabel 4.15: Pedoman Wawancara Siswa ... 67

(15)

x

[image:15.595.125.509.200.631.2]

Tabel 4.17: Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 71

(16)

1

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai lembaga pendidikan selalu berusaha terus menerus dan

terprogram mengadakan pembenahan di berbagai bidang, termasuk salah satunya

adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam pembelajaran, guru memiliki

strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

yang diharapkan. Kembali diingatkan pada sebuah hikmah “At-thoriqotu ahammu

min al-maaddah” (metode itu lebih signifikan perannya dari pada materi). Bukan

berarti materi, media, tujuan maupun evaluasi tidak penting, akan tetapi hikmah

tersebut merupakan bentuk penekanan khusus. Seorang guru tidak akan mampu

mengantarkan siswanya untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tanpa memiliki

metode yang baik, dengan kata lain mempunyai keterampilan dalam

menyampaikan materi.

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk

mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa

diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah.

Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar

sedangkan tugas utama setiap murid adalah belajar. Selanjutnya keterkaitan antara

belajar dengan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran La Costa mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu

teaching of thinking, teaching for thinking, and teaching about thinking.

Berdasarkan pengamatan observasi peneliti di kelas VIII MTs

Al-Khairiyah Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada

pada pelajaran IPS yang masih di bawah nilai KKM sebesar 50% dari jumlah

siswa pada semester ganjil kelas VIII tahun ajaran 2014/2015. Dimana nilai KKM

yang ditentukan untuk mata pelajaran IPS adalah 6.60. Hal ini dikarenakan dalam

materi-materi pelajaran IPS banyak memuat kata kata istilah, tanggal sejarah yang

(17)

penguasaan guru akan penggunaan strategi pembelajaran juga menjadi salah satu

faktor penyebab kurangnya pemahaman siswa akan materi ajar IPS. Penggunaan

strategi pembelajaran dengan model ceramah yang dianggap sebagai model

pembelajaran yang monoton dan membosankan dapat mengurangi minat belajar

siswa. Oleh karena itu guru harus mampu membenahi cara belajar mengajar

dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah

strategi mastery learning.

Keberhasilan guru dilihat dari sejauh mana siswa telah memiliki

kompetensi melalui proses belajar. Dengan demikian, setelah proses pembelajaran

selesai sebaiknya guru bertanya:

“Apakah melalui proses pembelajaran siswa telah berhasil mencapai

sejumlah kompetensi seperti yang dirumuskan?”guru tidak bertanya: “sejauh

mana materi telah tersampaikan kepada siswa”.

Hal ini sangat penting, oleh sebab melalui pertanyaan pertama yang

menjadi sasaran keberhasilan adalah siswa sebagai subyek belajar, sedangkan

pertanyaan kedua yang menjadi sasaran adalah guru. Oleh karena itu penggunaan

metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang benar dan tepat akan

berpengaruh terhadap pembelajaran siswa sebagai upaya pencapaian kompetensi

seperti yang diharapkan.1 Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal

ini seperti yang dikemukan oleh Killen dalam buku Wina Sanjaya: “No teaching

strategy is better than others in all circumtances, so you have to be able to use a

variety of teaching strategy, and make rational decisions about when each of the

teaching strategy is likely to most effective”.

Apa yang dikemukan oleh Killen itu jelas, bahwa guru harus mampu

memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. 2 Strategi mastery

learning dipilih karena di dalamnya mengandung kegiatan-kegiatan yang menarik

serta mengarahkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses

pembelajaran dan memotivasi siswa untuk berkompetisi dengan teman sebayanya,

melatih bekerjasama dalam sebuah tim serta mengembangkan sikap siswa.

1

Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: kencana, 2006), h. 87.

2

(18)

Pembelajaran tuntas juga dapat diterapkan dengan berbagai metode dan media

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada disekolah serta

pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan.

Dengan penggunaan mastery learning tersebut diharapkan mampu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi, kerjasama, bertukar

pikiran, menjawab bahkan memberikan pertanyaan. Di samping itu juga telah

dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran IPS terkait dengan penerapan

strategi mastery learning dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu peneliti

mengambil judul penelitian ini dengan “Pengaruh Penggunaan Strategi

Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal

Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPS

rendah

2. Penggunaan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang

kurang dikuasai oleh guru

3. Kurangnya penerapan pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas

(mastery learning) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan pembatasan terhadap

permasalahan guna mempermudah dalam pembahasan penelitian, yaitu: Pengaruh

pembelajaran dengan menggunakan mastery learning terhadap hasil belajar IPS

(19)

D. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah yaitu, Bagaimana

pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi mastery learning Terhadap

Hasil Belajar IPS Siswa MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui

seberapa jauh pengaruh strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa

MTs Al-Khairiyah Jakarta selatan.

F. Manfaat Penelitian Secara teoritis:

Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapakan hasil penelitian ini dapat

dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan suatu sistem atau

strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning)

1) Bagi sekolah yaitu,

2) Bagi peneliti yaitu,

3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya yaitu,

4) Bagi para siswa yaitu,

Secara praktis:

1) Bagi sekolah yaitu, Mata pelajaran IPS dalam hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan masukan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam

mencapai target belajar siswa yang diinginkan. Serta dapat dijadikan

sebagai bahan dalam mengevaluasi dalam pelaksanaan mastery learning

pada mata pelajaran IPS khususnya dan pelaksanaan bidang studi yang

lainnya.

2) Bagi peneliti yaitu penelitian ini sebagai bekal teoritis dan praktis dalam

mengimplementasikan mastery learning di lapangan. Hasil penelitian ini

juga dapat menjadi sarana belajar untuk menjadi seorang pendidik agar

siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan hasil

(20)

3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya, diharapkan

dapat memberikan pemahaman ilmu pendidikan, pemecahan masalah

dalam mastery learning serta dapat memberikan konstribusi penilaian

bagi dunia pendidikan pada umumnya.

4) Bagi para siswa yaitu dengan model pembelajaran tuntas (mastery

learning) ini diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang

menyenangkan, kondusif dan efektif. Siswa juga diharapkan dapat

(21)

5

A. Deskripsi Teoritik 1. Hasil Belajar

1) Pengertian Belajar

Dalam hidup manusia dituntut unuk selalu menuntut ilmu dengan banyak

belajar. Jangan pernah ada kata lelah dalam belajar. Belajar adalah proses yang

terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.

Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupan manusia akan terus

belajar. Dalam sebuah hadits nabi yang artinya: “tuntutlah ilmu dari buaian

sampai liang lahat”. Dan dalam hadits lain yang Artinya: “Tuntutlah ilmu

walaupun di negeri Cina”, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi

setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka

kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu

Abdil Bar).

Banyak sekali pendapat-pendapat para ahli tentang belajar. Salah satunya

adalah pendapat dari Hilgard. Menurut Hilgard, belajar adalah proses perubahan

melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun

dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan

pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,

sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi

karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.3

Sedangkan menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah

pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pencaindra dengan

kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons

(S-R). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar

adalah upaya untuk membentuk hubungan Stimulus dan Respons

sebanyak-banyaknya. Salah seorang tokoh behaviorist, yaitu Therndike dengan teori

3

(22)

belajarnya koneksionisme mengemukakan bahwa agar terjadi hubungan

Stimulus-Respons perlu memperhatikan hukum-hukum belajar sebagai berikut: a) hukum

kesiapan b) hukum latihan c) hukum akibat.4

2) Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar dengan segala

interaksi di dalamnya. Kata “pembelajaran” adalah terjemah dari “instruction”,

yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini

banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan

siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa

mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan

cetak, program televise, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu

mendorong terjadinya perubahan peranan guru sebagai sumber belajar menjadi

guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan

Gagne, yang menyatakan bahwa:

“instruction is a set of event that effect learners in such a waythat learning is facilitated”

Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan

bgian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan

kepada bagaimana merancang atau mengarasemen berbagai sumber dan fasilitas

yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari

sesuatu. Lebih lengkap Gagne mnyatakan:

why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher. Instruction may include events that are generated by a page of print, by picture, by a television program, or by combination of physical objects, among other things. Of course, a teacher may plan an essential role in the arrangement of any of these events

Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan

hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa

diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga

4

(23)

dalam setting poses belajar mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh

bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian kalau

istilah “mengajar” atau “teaching”menempatkan guru sebagai “pemeran utama”

memberikan informasi, maka dalam istilah “instruction” guru lebih banyak

berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk

dipelajari siswa. 5

3) Definisi hasil belajar

Dalam proses belajar mengajar guru juga ingin mengetahui seberapa jauh

pemahaman yang telah dicapai oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana: Hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan

mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berorientasi pada proses

belajar mengajar yang dialami siswa. Sementara menurut Gronlund: hasil belajar

adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu

mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sedangkan Spears

berpendapat bahwa pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik

itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu

sendiri, mendengar, mengikuti perintah.

Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi

hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah:

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan),

comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua

aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang

terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:

5

(24)

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan

ekspresif dan interpretatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar

yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang

telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada

tingkat kognitifnya saja.

4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses belajar pasti ada yang mempengaruhi siswa baik dalam

motivasi belajar, minat belajar bahkan terhadap hasil belajar itu sendiri.

Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang tidaklah sama, tetapi

sangat berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara

garis besar dapat dibedakan menjadi dua; (1) Faktor dari dalam diri seseorang

(intrinsic) dan (2) Faktor dari luar seseorang (Extrinsic).

Beberapa Faktor dari dalam (Intrinsic)

1.Inteligensi

Winkel (1986) memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan

mengatakan, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan

suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan

lingkungan disekitarnya secara memuaskan.

Dari pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi

penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya.

2.Motivasi

Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang

mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman

(2003) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan

(25)

Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam mencapai

prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan motivasi dari

seseorang.

3.Sikap

Sarwono (1988) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau

kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu

rangsangan tertentu.

Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif

maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk dikembangkan/ditanamkan

kepada seseorang sehingga dapat bersikap positip terhadap rangsangan yang

diterima yang pada gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar yang

optimal.

4.Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat

ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: „minat

adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang beberapa

kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa

senang dan diperoleh suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan, 1990). Juga menurut

Winkel (1986) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan untuk rasa

tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam

bidang-bidang itu.

Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar

dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat

diupayakan agar siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat

belajarnya.

5.Bakat

Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989), adalah kapasitas seseorang atau

potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya sedikit

(26)

Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan

pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi akan

berkembang menjadi kecakapan yang nyata.

6.Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan

perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat dikembangkan

melalui latihan.

Beberapa Faktor dari Luar (Extrinsic)

1.Faktor Keluarga

Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa.

Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi

keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau pelajaran

yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar lingkungan

keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya.

Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua

dengan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan

pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus

menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan

berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan

rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung

jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

2.Faktor Sekolah

Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang

dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat

menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang baik

adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan menggunakan

metode Pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan membelajarkan dan

kemampuan memilih alat bantu pemelajaran yang sesuai serta kemampuan

(27)

Dengan metode pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik

minat siswa, perhatian siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga

diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi belajar.

3.Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga

dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang baik.

Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena dari

pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang berguna

bagi anak didik.

Hal ini didukung pendapat Glesser (1987) yang mengatakan, “manusia

normal adalah seorang manusia yang berfungsi secara efektif, yang sampai pada

taraf tertentu merasa bahagia dan menunjukkan prestasi dibidang yang

dianggapnya perlu, ia harus pula dapat bertingkah laku dengan

mempertimbangkan norma dan batasan yang ada dilingkungan setempat ia tinggal

dan hidup”.6

5) Jenis-jenis hasil belajar

Menurut Bloom dalam buku Nana Sudjana 2008 membagi hasil belajar

dalam tiga ranah,yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman, Aplikasi, Analisis, Sintesis, Evaluasi

b. Ranah afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yakni : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek yakni: gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

interpretative.7

6

http://m.kompasiana.com/post/read/558299/1/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar.html diakses pada 14 maret 2015

7

(28)

6) Pentingnya penilaian hasil belajar

Menurut pendapat Suharsimi dalam buku Eko Putro Widoyoko : “Guru

maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa

karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil

belajar mempunyai makna yang penting, bagi siswa, guru maupun sekolah”.

Adapun makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah:

1)Makna bagi siswa

Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat

mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan

oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari penilaian hasil belajar ini ada

dua kemungkinan: memuaskan atau tidak memuaskan.

2)Makna bagi guru

Guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak

melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria

ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang diharapkan, maupun

mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi

yang diharapkan.

Guru akan dapat mengetuhi apakah pengalaman belajar (materi

pelajaran) yang disajikan sudah tepat pada siswa sehingga untuk kegiatan

pembelajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

Guru akan dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang

digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa

memperoleh hasil penilaian yang kurang baik maupun jelek pada penilaian

yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh strategi atau metode

pembelajaran yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru

harus introspeksi diri dan mencoba mencari strategi lain dalam kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan.

3)Makna bagi sekolah

Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana

(29)

yang diciptakan oleh sekolah sudah dengan harapan atau belum. Hasil

belajar siswa merupakan cermin kualitas sekolah

Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat

digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang

dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagimana

dituntut standar nasional pendidikan (SNP) atau belum. Pemenuhan

berbagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar siswa.

Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai

pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan

disekolah untuk masa-masa yang akan datang.8

2. Strategi Pembelajaran

a. Pengertian strategi pembelajaran

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan

sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu

peperangan. Menurut J.R David dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai

a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal”. Jadi, dengan demikian startegi pembelajaran dapat diartikan

sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas, pertama,

strategi pembelajaran merupakan rencanan tindakan (rangkaian) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam

pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Artinya arah arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian

tujuan.

8

(30)

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

dapat dicapai secara efektif dan efisien”.

Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga menyebutkan bahwa

strategi pembelajaran itu adalah “suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.

Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan

beberapa metode. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi

menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode

adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain,

strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah

a way in achieving something.9

b. Jenis jenis strategi pembelajaran

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree

mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau

exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran

individual atau groups-individual learning. 10 Selain pendapat Rowntree, Roy

Killen mencatat beberapa macam strategi pembelajaran yang dapat digunakan

seperti: a) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction), b) Stratergi

pembelajaran dengan diskusi, c) Strategi pembelajaran dengan kerja kelompok

kecil, d) Strategi pembelajaran cooperative learning, e) strategi pembelajaran

problem solving.11 Carleston Washburne dan teman-temannya mengembangkan

strategi mastery learning.12

9

Wina. Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

(Jakarta:kencana, 2008), hal 125-127

10

Wina, Sanjaya. Pembelajaran Dalam Implementasi,….. h. 104

11

Ibid,. h. 105-107

12“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y,

(31)

3. Pengertian Mastery Learning Sebagai Strategi Pembelajaran Dan Pengertian Strategi Konvensional

a. Strategi mastery learning

1) Pengertian Mastery Learning (Belajar Tuntas)

Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan

yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery

level) terhadap kompetensi tertentu. Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar

yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan

pembelajaran secara tuntas. Pendekatan ini diharapkan dapat mempertinggi

rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang

lebih sesuai dan memberikan perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar

menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar.13

Konsep mastery learning (belajar tuntas) sesungguhnya bukanlah barang

baru. Konsep ini sesungguhnya sudah cukup tua dan sudah berkembang sejak

tahun 1920, yaitu dikembangkan oleh Carleston Washburne dan teman-temannya

melalui Winnetka Plan pada tahun 1992 dan oleh Prof. Henry C. Morrison di

Laboratory school Universitas Chicago tahun 1926.

Maksud utama dari mastery learning adalah memungkinkan 75% sampai

90% siswa untuk mencapai hasil belajar yang sama tingginya dengan kelompok

terpandai dalam pengajaran klasikal. Demikian pula maksud mastery learning

tersebut adalah meningkatkan efisiensi belajar, meningkatkan minat belajar, dan

meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dipelajari

melalui metode-metode belajar dalam kesatuan kelas.

Gambaran pendekatan yang dilakukan oleh kedua ahli tersebut di atas

adalah sebagai berikut:

a. Mastery learning didefinisikan dalam hubungan dengan tujuan

pendidikan khusus yang diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Bagi

13

(32)

Washburne tujuan kognitif sedangkan bagi Morrison tujuan-tujuan

kognitif, afektif dan psikomotorik.

b. Pengajaran diorganisasikan menjadi satuan-satuan pengajaran yang

tertentu. Setiap satuan terdiri dari kumpulan materi pengajaran yang

diatur secara sistematik untuk diajarkan guna mencapai tujuan-tujuan

satuan pelajaran (Morrison)

c. Penguasaan bahan yang komplit untuk setiap satuan pelajaran dituntut

dari siswa-siswa sebelum guru maju lebih lanjut pada satuan pelajaran

berikutnya. Gambaran ini khususnya penting dalam Winnetka Plan

yang satuan-satuan pelajarannya telah diurutkan sehingga mempelajari

setiap suatu pelajaran menjadi prasyarat untuk mempelajari satuan

pelajaran berikutunya.

d. Diagnostic progress test, dilaksanakan setelah para siswa

menyelesaikan kegiatan belajar untuk setiap satuan pelajaran yang

gunanya untuk memperoleh umpan balik mengenai ketepatan cara

belajar siswa, yaitu sejauh mana tingkat penguasaan bahan oleh siswa

dan sejauh mana pula mereka masih memerlukan penguasaan lebih

lanjut.

e. Untuk penyempurnakan bahan, berdasarkan informasi yang diperoleh

dari diagnostic progress test, dilaksanakan learning correctives, yang

menurut Morrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial,

restrukturasi kegiatan belajar, dan pengajaran kembali

kebiasaan-kebiasaan belajar siswa. Waktu yang disediakan untuk learning

correctives menurut metode Morrison ditentukan sendiri oleh guru,

sedangkan menurut metode Winnetka Plan ditentukan sendiri oleh

siswa.

Ide kedua ahli tersebut menghilang untuk beberapa tahun dan baru diingat

kembali pada saat Skinner memperkenalkan pengajaran berprograma pada tahun

1954. Secara nyata ide mastery learning timbul kembali dengan munculnya

(33)

professor dari Harvard University yang mengemukakan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa disekolah, dan ia menunjukkan

interaksi diantara faktor-faktor tersebut.14

2) Pelopor-Pelopor Strategi Mastery Learning

Pada Abad Ke 20 Ini Pelopornya Antara Lain: Carleton Washburne

(1922), Morrison (1926). Skinner (1954), Goodlad and Anderson (1959), Carroll

(1963), Bruner (1966), Suppes (1966), Glaser (1968), Bloom (1968) dan James H.

Block (1971).15

3) Strategi Mastery Learning Menurut James H. Block

James H. Block dari Universitas California, Santa Barbara, Amerika

Serikat, memandang mastery learning sebagai falsafah persekolahan atau strategi

pengajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas. Falsafah tersebut mengatakan

bahwa di dalam kondisi pengajaran yang tepat semua siswa akan dapat dan akan

mau belajar dengan baik sekali. Menurut James falsafah ini sesungguhnya telah

cukup tua. Hal tersebut tersirat dalam tulisan-tulisan kaum Jezuit, Commenius,

Pestalozzi, dan Herbart.

Namun demikian gagasan tentang mastery learning ini baru dilaksanakan

di Amerika Serikat pada akhir abad ke 20 oleh perorangan, seperti Washburne

pada Winnetka Plan dan Morrison di Universitas Chicago.

Ada 2 jenis gagasan mengenai mastery learning ini, yaitu:

1) Yang menitik beratkan pendidikan perorangan

2) Yang menitik beratkan pendidikan melalui pendekatan kerja

kelompok

Walaupun demikian keduanya berusaha untuk mengembangkan individu

siswa sebaik-baiknya, yaitu dengan cara:

1) Membantu siswa yang mengalami kesulitan

14

Maman Achdiat Ngadiyono A. Y. loc. Cit. h. 2

15

(34)

2) Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa untuk belajar

3) Menentukan bahan yang harus dipelajari secara jelas ruang

lingkupnya dan tingkat kesukarannya.

Menurut pendapat James H. Block (1971) tidak banyak sekolah yang

mempunyai persyaratan untuk menyelenggarakan format pendidikan individual,

karena ia memusatkan perhatiannya pada strategi mastery learning dengan

orientasi pada kerja kelompok. Untuk keperluan itu ia mengolah kembali strategi

mastery learning yang dikemukakan oleh Bloom (1968). Bloom menyebutkan

istilah mastery learning dengan istilah: learning for master.

4) Prosedur Mastery Learning

Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berhasil, Bloom

mengembangkan suatu prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam

memberikan pengajaran kepada suatu kelas. Langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang

bersifat umum maupun khusus.

b) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran.

c) Member pelajaran secara klasikal (kelompok), sesuai dengan unit

pelajaran yang sedang dipelajari

d) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit

pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam

mengolah materi pelajaran

e) Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan penuh,

diberikan bantuan khusus.

f) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit

pelajaran tersebut, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran

yang berikutnya.

g) Unit pelajaran yang menyusul diajarkan secara kelompok dan diakhiri

(35)

h) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit

pelajaran tersebut, barulah guru mengajar unit pelajaran yang ketiga.

i) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit

pelajaran lainnya, sampai seluruh rangkaian selesai.

j) Setelah seluruh rangkain unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes

yang mencakup seluruh rangkaian unit pelajaran16

Strategi mastery learning dari Bloom tersebut dikembangkan oleh James

H. Block (1971) yang perinciannya mencakup:

1) Prakondisi untuk mastery learning

a) Guru yang ingin berhasil dengan mastery learning mulai dengan

suatu asumsi bahwa sebagian besar murid belajar dengan baik, dan

bahwa ia dapat mengajar sehingga sebagian besar siswa akan

berhasil baik.

b) Langkah berikutnya ialah identifikasi masalah yang dihadapi guru,

yaitu merumuskan maksud mastery learning itu.

c) Hasil test ini diukur dengan jalan membandingkan dengan

keberhasilan yang distandarkan sehingga pengajaran tersebut dapat

dilihat berhasil atau tidaknya.

2) Pelaksanaan mastery learning

Sekarang guru siap untuk mulai mengajar. Karena siswa belum biasa

dengan mastery learning ataupun dengan gagasan tentang penilaian A, B, C dan

seterusnya guru berkewajiban untuk memberikan pengarahan mengenai

pelaksanaannya.

Harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Siswa dinilai hanya atas dasar ujian sumatif

b) Penilaian atas standar keberhasilan yang sudah ditentukan.

c) Tahap keberhasilan mungkin A, B, C, D, atau F.

16 Dewi Atikoh, “Pengaruh Strategi Pembelajaran

(36)

d) Selama masa belajar, akan diberikan diagnostic progress test

dengan tujuan maningkatkan kemampuan belajar siswa.

e) Setiap siswa mendapatkan bentuan yang diperlukan agar mau

belajar sebagai berikut:

a. Masa pengarahan

Untuk menumbuhkan dorongan belajar, harus menimbulkan pada diri

siswa bahwa dia dapat sanggup belajar.

b. Setelah masa pengarahan

Guru lalu mengajarkan unti pertama dengan pendekatan kelompok. Pada

akhir pelajaran guru memberikan test formatif untuk melihat keberhasilan dan

bukan langsung diteruskan dengan unit berikutnya. Pencatatan skor dilakukan

bersama siswa – siswa sendiri.

c. Berdasarkan hasil penilain test.

Lalu guru menilai kemajuan siswa, agar dapat diketahui siapa yang harus

terus membimbing yang belum berhasil, dan siswa harus mempelajari

bagian-bagian yang belum dikuasai sebelum melanjutkan pelajaran untuk unit berikutnya.

Waktu untuk membimbingnya ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan.

Siswa yang mencapai hasil diatas criteria tingkatan yang ditentukan

memperoleh A, sedangkan yang lebih rendah diberikan nilai yang lebih rendah

walaupun umunya dengan mastery learning nilai B, C hanya sedikit, D dan F

hampir tidak ada.

3) Hasil belajar siswa

Umumnya, siswa yang menggunakan strategi mastery learning berlipat

2-3 kali lebih besar jumlahnya yang memperoleh skala A dibandingkan dengan

mereka yang menggunakan metode konvensional dan kelompok biasa. Jadi,

perbandingan keberhasilan dengan tingkat A dan B itu berkisar antara 25%,.

Data-data menunjukkan mastery learning dapat secara drastis mengurangi jumlah siswa

(37)

bersifat kognitif atau aspek kecerdasan. Terdapat juga kenyataan adanya pengaruh

terhadap aspek afektif.

4) Implikasi mastery learning bagi guru

a) Impilikasi mastery learning bagi guru ialah bahwa dia harus

terbiasa terhadap penilain yang eksplisit.

b) Guru harus mempertanggung jawabkan nilai yang diberikannya.

c) Implikasi lainnya ialah bahwa guru harus memelihara mutu-mutu

pengajarannya.

d) Impilkasi berikutnya ialah bahwa guru harus memonitor

keberhasilan belajar secara terus-menerus. Cara mengajar dapat

diperbaiki dengan melihat hasil test formatif.

e) Terakhir ialah bahwa guru harus selalu melakukan hubungan kerja

sama dengan teman sejawat dan dengan siswa. 17

Sedangkan tahap pembelajaran mastery learning yang dikembangkan oleh

John B. Caroll dan Benjamin Bloom adalah sebagai berikut:

a) Orientasi

Pada tahap orientasi ini dilakukan penetapan kerangka isi pembelajaran

b) Penyajian

Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru

disertai dengan contoh-contoh.

c) Latihan Terstruktur

Dalam tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian

masalah, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam

penyelesaian suatu masalah atau tugas.

d) Latihan Terbimbing

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk letihan

menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan.

17“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y,

(38)

e) Latihan Mandiri

Tahap latihan mandiri merupakan inti dari strategi ini. Latihan mandiri

dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90%

dalam tahap latihan terbimbing.18

5) Kelebihan serta Kekurangan strategi Mastery Learning

a. Kelebihan Mastery Learning

a) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern

yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar

kelompok.

b) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana

disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada

siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah

sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.

c) Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara

partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam

proses bimbingan terhadap siswa lainnya.

d) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil

belajar.

e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa

mengandung unsur objektivitas yang tinggi.

b. Kekurangan Mastery Learning

a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat

perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu

semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang

lengkap dan menyeluruh.

b) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai

kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang

memadai.

18“Dewi Atikoh , op. cit., H 17

(39)

c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan

mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang

relatif lebih sulit dan masih baru.

d) Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat,

dana. Dan waktu yang cukup besar.

e) Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan

materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar

menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih

lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan

sumber-sumber yang lebih luas19

b. Strategi Konvensional

Strategi/metode konvensional adalah metode yang biasa dipakai guru pada

umumnya atau sering dinamakan metode tradisional. Diantara metode-metode

konvensional meliputi:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan keterangan yang disampaikan secara lisan

atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai

pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Metode ceramah dapat

juga didefinisikan sebagai suatu cara penyampaian pesan dan informasi secara

satu arah lewat yang diterima melalui indra pendengaran.20

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan

oleh setiap guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga

adanya kebiasaan baik dari guru atau pun siswa, guru biasanya belum merasa puas

jika dalam pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa.

Mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran

melalui ceramah, sehingga ada guru yang ceramah berarti adanya proses belajar

dan tidak ada guru berarti tidak belajar.21

19

Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.

Bandung: Sinar Baru. hal: 86

20

Iwan purwanto (ed), strategi pembelajaran. (Jakarta: cahaya digita, 2012). Hal. 194

21

(40)

Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai

berikut :

1) Kelebihan Metode Ceramah

a. dapat dipakai orang dewasa

b. menghabiskan waktu dengan baik

c. dapat digunakan dalam kelompok besar

d. dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah di baca

e. dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau

aktifitas.

2) Kekurangan Metode Ceramah

a. daya tahan anak didik untuk berkonsentrasi dan mengendalikan alat indra

terbatas.

b. ketika mendengar, peserta didik sangat mudah terganggu karena peserta

didik lebih fokus dengan apa yang dilihat (visual) dari pada yang didengar

(audio)

c. peserta didik tidak dapat membandingkan, menganalisis, mengevaluasi

gagasan atau informasi yang disampaikan ketika ia sedang berceramah.

2. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah penyajian materi dengan menggunakan

pertanyaan baik dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke guru.

Biasanya metode ini tidak berdiri sendiri, tetapi dilakukan dengan metode

ceramah. Metode Tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,

antara lain :

1) Kelebihan Metode Tanya Jawab

a. melatih kerjasama

b. memusatkan perhatian

c. melihat kemajuan

d. menguarangi kebosanan

(41)

2) Kekurangan Metode Tanya Jawab

a. akan menimbulkan frustasi peserta didik bila guru tidak menggunakan

cara-cara bertanya yang baik22

3. Metode Latihan

Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara belajar

untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk

memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat

digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan

keterampilan.

Metode ini diakui banyak mempunyai kelebihan, tetapi juga mempunyai

beberapa kekurangan sebagai berikut :

1) Kelebihan Metode Latihan

a. Meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan

b. Tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi

c. Gerakan yang kompleks bisa menjadi otomatis

2) Kekurangan Metode Latihan

a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik, karena anak didik lebih

banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.

b. Membosankan, karena selalu diulang-ulang apalagi jika

pengulangannya monoton.

c. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena penekanan lebih pada

mendapatkan kebiasaan secara otomatis, sehingga tidak memerlukan

intelegensi.

d. Menimbulkan verbalisme, karena penekanan pada menghafal.23

3. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip

ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk

22

Iwan purwanto (ed),op.cit. hal 196

23

(42)

mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas

menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan

kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani

perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan

penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi

masing-masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan

pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual

masing-masing peserta didik.

Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan

individu, pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang

berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan

sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran

harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar

kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran

dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar

selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya

setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria

tertentu.

Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan

pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika

peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari

kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam

kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah

terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang

memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).

Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa

perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah

bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar,

(43)

ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara

[image:43.595.113.514.186.744.2]

kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel berikut,

TABEL 2.1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Tuntas Pembelajaran Konvensional A. Persiapan

Tingkat ketuntasan

 Diukur dari performance peserta

didik dalam setiap unit (satuan

kompetensi atau kemampuan

dasar

 Setiap peserta didik harus

mencapai nilai 75 Diukur dari

performance peserta didik yang

dilakukan secara acak

Satuan Acara Pembelajaran

 Dibuat untuk satu minggu

pembelajaran, dan dipakai

sebagai pedoman guru serta

diberikan kepada peserta didik

 Dibuat untuk satu minggu

pembelajaran, dan hanya dipakai

sebagai pedoman guru

Pandangan terhadap kemampuan peserta didik

 Kemampuan hampir sama,

namun tetap ada variasi

 Kemampuan peserta didik

dianggap sama

B. Pelaksanaan pembelajaran

Bentuk pembelajaran

 Dilaksanakan melalui

pendekatan klasikal, kelompok

dan individual

 Dilaksanakan sepenuhnya melalui

(44)

Cara pembelajaran

 Pembelajaran dilakukan melalui

penjelasan guru (lecture),

membaca secara mandiri dan

terkontrol, berdiskusi, dan belajar

secara individual

 Dilakukan melalui

mendengarkan (lecture), tanya

jawab, dan membaca (tidak

terkontrol)

Orientasi pembelajaran

 Pada terminal performance

peserta didik (kompetensi atau

kemampuan dasar) secara

individual

 Pada bahan pembelajaran24

Peranan guru

 Sebagai pengelola pembelajaran

untuk memenuhi kebutuhan

peserta didik secara individual

 Sebagai pengelola pembelajaran

untuk memenuhi kebutuhan

seluruh peserta didik dalam kelas

Fokus kegiatan pembelajaran

 Ditujukan kepada masing-masing

peserta didik secara individual

 Ditujukan kepada peserta didik

dengan kemampuan menengah

Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran

 Ditentukan oleh peserta didik

dengan bantuan guru

 Ditentukan sepenuhnya oleh guru

C. Umpan Balik

Instrumen umpan balik

 Menggunakan berbagai jenis  Lebih mengandalkan pada

24

(45)

serta bentuk tagihan secara

berkelanjutan

penggunaan tes objektif untuk

penggalan waktu tertentu

Cara membantu peserta didik

 Menggunakan sistem tutor dalam

diskusi kelompok (small-group

learning activities) dan tutor

yang dilakukan secara individual

 Dilakukan oleh guru dalam

bentuk tanya jawab secara

klasikal

4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang kajian penelitian

1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di

Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah

terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar dan

menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social

Studies (1952) mengartikan Studi Sosial “those portions or aspect of social

sciences that heve been selected and adapted for used in the school or in other

instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu sosial yang dipilih dan

disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi pengajaran lain).

Paul Mathias dalam buku The Teacher’s

Gambar

Tabel 4.18: Instrumen Observasi Guru ......................................................
TABEL 2.1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan
TABEL.3.1
TABEL 3.2 daftar nama Guru:
+7

Referensi

Dokumen terkait

matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam. menyampaikan materi pelajaran. Motivasi belajar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan motivasi dan hasil belajar matematika siswa materi penjumlahan dan pengurangan melalui penggunaan strategi pembelajaran

Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa melalui Strategi Pembelajaran Aktif Teka-Teki Silang pada Mata Pelajaran Matematika (PTK di Kelas VII C Kartika 1-10

Dengan penggunaan media gambar kartun maka akan memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar lebih giat lagi dan dapat memahami materi pelajaran dengan lebih baik

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa khususnya materi shalat jenazah pada mata pelajaran Fikih selama penerapan Media Audio Visual mengalami

Pada langkah ini, guru Madrasah Tsanawiyah Abadiyah Gabus Pati memberikan kesadaran melalui motivasi dengan mengaitkan materi pelajaran akidah akhlak dengan

Guru memberikan lembar kerja peserta didik kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari oleh mereka. Isi dari LKS selain materi pelajaran, juga

Dimana guru-guru SDN 10 Mata Air Padang Selatan juga harus menyampaikan semua pembelajaran mereka kepada murid-muridnya melalui program BDR ( Belajar Dari Rumah), hal ini membuat