Oleh : NAHDIAH NIM: 1810011000100
PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK
JENJANG S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
iv
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... vii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. IdentifikasiMasalah ... 6
C. BatasanMasalah ... 6
D. RumusanMasalah ... 6
E. TujuanPenelitian ... 7
F. ManfaatPenelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Konsep Media Pembelajaran ... 8
a. Pengertian Media Pembelajaran ... 8
b. Fungsi Media Pembelajaran ... 10
c. klasifikasimacam – macamdanjenis – jenis media pembelajaran 10 B. Konsep Media Audio Visual ... 11
a. PengertianMedia Audio Visual ... 11
b. Jenis – JenisMedia Audio Visual ... 11
c. KarakteristikMedia Audio Visual ... 16
d. FungsiMedia Audio Visual ... 16
v
c. Factor – Factor Yang MempengaruhiHasilBelajar ... 23
D. Konsep Mata PelajaranFikih... 23
a. PengertianFikih ... 23
b. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28
c. KerangkaBerfikir ... 29
d. HipotesisTindakan ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TempatdanWaktuPenelitian ... 32
1. tempatpenelitian ... 32
2. WaktuPenelitian ... 32
B. Metodepenelitiandanrancangansikluspenelitian ... 32
C. SubjekPenelitian ... 35
D. Peran Dan PosisiPenelitiDalamPenelitian ... 35
E. TahapIntervensiTindakan ... 36
F. HasilIntervensiTindakan ... 40
G. Data Dan Sumber Data ... 40
H. InstrumenPengumpulan Data... 40
I. TeknikPemeriksaanKeterpercayaan ... 41
J. Analisis Data danInnterpretasi Data ... 44
K. PengembanganPerencanaanTindakan... 45
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 46
1. IdentitasSekolah ... 46
2. VisidanMisi ... 46
vi
4. PembelajaranSiklus II ... 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 78
vii
Tabel 4.2 Data Jumlah Peserta Didik 47
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana 47
Tabel 4.5 Jadwal Pelajaran Fikih 51
Tabel 4.6 Hasil Belajar Siswa Pra Siklus 52
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus I 59
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus II 67
1
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan pada saat ini khususnya dalam
dunia pendidikan dituntut untuk bisa mengembangkan atau memajukan serta
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam hal ini pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting. Sumber daya manusia yang sesuai
dengan kebutuhan pembangunan bangsa harus bisa dimunculkan dengan
melahirkan suatu sistem pendidikan yang berkualitas berdasarkan filosofis
bangsa. Oleh sebab itu, usaha untuk melahirkan suatu sistem pendidikan
nasional yang berkualitas yang sesuai dengan kondisi Negara yaitu
berdasarkan Pancasila harus terus dilaksanakan. Dan untuk mewujudkan
pendidikan yang berkualitas, salah satu yang harus ada adalah guru yang
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yakni
yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi professional (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen).1
Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan
penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat
ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar
1
mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi
sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan
siswanya. Ketidak lancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan
yang diberikan guru.2
Untuk itu seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik
yaitu memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan dalam
penggunaan media pembelajaran.3
Penggunaan media atau alat bantu disadari oleh banyak praktisi
pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik di dalam
maupun di luar kelas, terutama membantu prestasi belajar siswa. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika berlangsung dalam kondisi dan situasi
yang kondusif, menarik, nyaman, dan menyenangkan. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk dapat memanfaatkan dan menggunakan peralatan yang lebih
ekonomis, dan efesien serta melakukan usaha-usaha inovasi dalam
pembelajaran.
Pemanfaatan media dalam proses pembelajaran khususnya dalam
mata pelajaran keagamaan dalam hal ini Pendidikan Agama Islam dapat
dikatakan belum optimal. Demikian itu, lebih dirasakan bila dikaitkan dengan
perkembangan di bidang tekhnologi informasi dan komunikasi.
Pendidikan Agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
2
Basyiruddin Usman, Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Delia Citra Utama, 2002), hlm.1
3
mengimani, dan saling menghormati.4 Serta usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami ajaran Islam secara
menyeluruh, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pedoman hidup.
Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas empat
mata pelajaran, yaitu: Al-Qur’an Hadis, Akidah-Akhlak, Fikih, dan Sejarah
Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya
saling terkait, isi mengisi dan melengkapi. Adapun Pendidikanm Agama
Islam dalam penyusunan skripsi ini adalah pada mata pelajaran fikih, yaitu
pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia,
yang diambil dari dalil-dalil yang terinci (mendetail).5
Pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah diarahkan untuk
mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan
tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga
menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah
(menyeluruh).6 Untuk itu diperlukan suasana pembelajaran yang kondusif,
menarik, nyaman dan menyenangkan. Maka dalam proses pembelajaran
diperlukan pemanfaatan media secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan siswa kelas
VII MTs.Fatahillah Buncit Jakarta Selatan beserta guru mata pelajaran fikih,
4
Abdul majid dan Dian Andayani, Pendididkan Agama Islam berbasis Kompetensi
(Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2006) cet ke 2, hlm 130. 5
Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2011) cet ke 15, hlm 2.
6
Abd. Rozak dkk, Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan,
diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang disampaikan cenderung dikuasai
oleh guru dengan metode ceramahnya yang monoton, sehingga siswa hanya
duduk mendengarkan dengan sesekali diberi kesempatan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.7 Dan ketika mereka sudah
tidak dapat lagi berkonsentrasi, merasa jenuh, menunjukkan kelesuhan,
sebagian mereka lebih memilih diam, termenung, menggeleng ketika
ditanya, tidak mau bertanya ketika tidak memahami pelajaran, dan
meletakkan wajah mereka di atas meja. Hal tersebut disebabkan karena
kurang bervariasinya penggunaan pendekatan pembelajaran dan metode yang
sesuai dengan materi ajar dan kondisi siswa, masih sangat terbatasnya media
yang disediakan sekolah dan masih lemahnya kemampuan guru dalam
menciptakan media pembelajaran. Keadaan ini sangatlah tidak
menguntungkan terutama bagi peserta didik dalam pencapaian hasil belajar
mereka.
Kenyataan yang ada di kelas VII MTs. Fatahillah Buncit Jakarta
Selatan yang didapati peneliti adalah setiap kali diadakan pretest hanya
beberapa siswa saja yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan baik
yakni sekitar 10 dari 40 siswa atau 25%, rendahnya hasil ulangan harian dan
nilai tugas dalam beberapa mata pelajaran dikarenakan rendahnya motivasi
dan minat belajar siswa di satu sisi dan banyaknya jumlah siswa dalam satu
kelas sehingga menyebabkan siswa sulit untuk berkosentrasi, serta besarnya
pengaruh negatif yang datang dari tekhnologi sendiri seperti hand phone,
7
internet, play station dan lain-lain disisi lain menyebabkan rendahnya hasil
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fikih.
Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka
perlu diterapkan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga
siswa termotivasi dalam kegiatan pembelajaran fikih, salah satunya dengan
memanfaatkan media audio visual karena audio visual dapat menyampaikan
informasi dengan cara yang lebih nyata dari pada yang dapat disampaikan
oleh kata-kata yang diucapkan. Dengan melihat sekaligus mendengar, orang
yang menerima materi pelajaran dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti.
“ Kita belajar berdasarkan 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang
kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, dan 50 % dari apa yang kita lihat
dan dengar”. (Vernon A. Magnesen)8
dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan
M. Sobry Sutikno.
Berdasarkan latar belakang masalah inilah, peneliti ingin mengetahui
lebih jauh tentang penggunaan media pembelajaran audio visual, untuk dapat
menciptakan suasana pembelajaran fikih lebih menyenangkan dan tidak
membosankan. Untuk itu penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “
Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas VII pada Mata Pelajaran Fikih di MTs. Fatahillah Buncit Jakarta
Selatan”.
8
B. Identifikasi Masalah
Berpijak dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis
mengidentifikasikan masalah ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran cenderung dikuasai guru.
2. Penggunaan metode pembelajaran kurang bervariasi.
3. Masih lemahnya kemampuan guru dalam menciptakan media
pembelajaran.
4. Masih rendahnya minat belajar siswa.
5. Masih rendahnya hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran fikih.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah, maka penelitian
dibatasi pada:
1. Penggunaan Media Audio Visual jenis Film Gerak Bersuara dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran Fikih di
MTs. Fatahilllah Buncit Jakarta Selatan.
2. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai evaluasi siswa kelas VII
MTs.Fatahillah pada mata pelajaran Fikih materi salat jenazah.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media
2. Apakah penggunaan media Audio Visual dapat menigkatkan hasil belajar
siswa kelas VII pada mata pelajaran Fikih di MTs. Fatahillah Buncit
Jakarta Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
Media Audio Visual di MTs. Fatahillah pada mata pelajaran Fikih.
2. Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran Audio Visual dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII pada mata pelajaran Fikih.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa
Memberikan suasana baru yang menyenangkan dalam
pembelajaran melalui media Audio Visual.
2. Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan media pembelajaran Audio Visual.
3. Peneliti
Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai
peran media pembelajaran Audio Visual dalam meningkatkan daya
paham dan hasil belajar siswa terhadap materi pelajaran dan
8
A. Deskripsi Teoritik 1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pemblajaran
Secara harfiah kata media memiliki arti “ perantara” atau
“pengantar”.Assocition for Education and Communication Technology
(AECT) mendefenisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan
untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education Assocition
(NEA) mendefenisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan
dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhu
efektifitas program instruksional.1
Lesle J. Briggs , sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya
menyatakan bahwa media adalah “alat untuk memberi perangsang bagi
peserta didik supaya terjadi proses belajar.2
Media sering juga diganti dengan kata mediator, menurut Fleming
sebagaimana yang dikutip oleh Azhar Arsyad adalah alat yang turut
campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya, Mediator dapat
pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, mulai dari pendidik sampai kepada peralatan
1
Basyiruddin Usman dan Asnawir, op. cit., hlm. 11. 2
yang paling canggih. Ringkasnya, media adalah alat yang mengantarkan
atau menyampaikan pesan-pesan pembelajaran.3
Adapun yang dimaksud dengan media pembelajaran menurut para
ahli adalah:
1. Yudhi Munadi menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang
kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
efesien dan efektif.4
2. Dalam Wina Sanjaya, Rossi dan Breidle , mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai
untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, Koran, majalah,
dan sebagainya.
3. Sedangkan Lesle J. Briggs menyatakan bahwa media sebagai “the
physical means of conveying instructional content ………. book, films,
videotapes, ect 5
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. 13 4
Yudhi Munadi. Op. cit., hlm. 7 5
Bacalah dan Tuhanmulah yang maha pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia dengan apa yang
tidak diketahuinyas”. (QS. Al-Alaq 1-5)6
Ayat di atas membuktikan bahwa penggunaan media tidak hanya
dilakukan pada zaman sekarang melainkan sejak zaman Nabi Muhammad
SAW. Hal ini dapat kita lihat pada kata “ bilqalam” dalam ayat 4, yang
artinya dengan perantara kalam” maksud dari kata tersebut adalah Allah
SWT memerintahkan Nabi untuk mengajarkan manusia dengan
menggunakan kalam (baca-tulis), sebagai salah satu media yang digunakan
dalam pembelajaran.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Secara khusus media pembelajaran memilki fungsi sebagai berikut:
1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
2. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu.
3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.
4. Memiliki nilai praktis.
c. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran
Dilihat dari sifatnya, media pembelajaran dapat dibagi ke dalam:
1. Media Auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau
media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman
suara.
6
2. Media Visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi,
lukisan, gambar, dan berbagai bentuk gambar yang dicetak.
3. Media Audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
2. Konsep Media Audio Visual
a. Pengertian Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.7
Kemampuan media audio visual ini dianggap lebih baik dan
lebih menarik dibandingkan dengan media auditif dan media visual
saja, Karena media audio visual ini mengandung dua unsur, unsur
suara yang dapat didengar dan unsur gambar yang dapat dilihat,
seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain
sebagainya.
b. Jenis-jenis Media Audio Visual
Media audio Visual dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Media audio visual murni adalah media audio visual yang
dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit.
Seperti film gerak bersuara, televisi dan video.
7
- Film gerak bersuara
Film sebagai media audio visual adalah film yang bersuara.
Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat
audio visual yang lengkap, karena suara atau rupa berada
terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media
audio visual saja atau media visual diam plus suara. Film yang
dimaksudkan di sini ialah film sebagai alat audio visual untuk
pelajaran, penerangan atau penyuluhan. Gambar hidup atau
film bersuara memang wajar digunakan di kelas sebab bukan
saja dapat memberikan fakta-fakta tetapi juga menjawab
berbagai persoalan tentang kehidupan. Secara singkat apa yang
dilihat pada sebuah film hendaknya dapat memberikan hasil
yang nyata bagi audien. Film yang baik adalah film yang dapat
memenuhi kebutuhan siswa dalam hubungannya dengan apa
yang dipelajari. Oemar Hamalik (1985:104) mengemukakan
prinsip pokok yang berpegang kepada 4-R. yaitu “ The right
film in the right place at the right time used in the right way”.8
- Televisi (TV)
Televisi adalah system elektronik yang mengirimkan gambar
diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau
ruang. Sistem ini mengubah cahaya dan suara ke dalam
8
gelombang elektrik dan mengkonversinya kembali ke dalam
cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.9
Oemar Hamalik mengemukakan “ Television is an electrinic
motion picture with conjoinded or ettendent sound; both
picture and sound reach tht eye and ear simultaneously from a
remote broadcast point”.10 Defenisi tersebut menjelaskan
bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik,
yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi
gambar dan suara.
Menurut Gopper menyampaikan pelajaran melalui televisi
untuk mengajarkan pelajaran di sekolah lanjutan akan
mencapai tujuan tingkat rendah, sedangkan
tujuan-tujuan tingkat yang lebih tinggi akan dapat dicapai apabila
program televisi mengandung situasi yang memungkinkan
siswa untuk secara aktif memberikan respon terhadap program
tersebut.11 Dalam hal ini televisi pendidikan adalah penggunaan
program video yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu tanpa melihat siapa yang menyiarkannya,
Televisi pendidikan tidak sekedar menghibur tetapi yang lebih
penting adalah mendidik. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa siswa yang belajar melalui program televisi untuk
berbagai mata pelajaran dapat menguasai mata pelajaran
9
Azhar Aryad, op. cit., hlm. 51. 10
Ibid. hlm 102. 11
tersebut sam seperti mereka yang mempelajarinya melalui tatap
muka dengan guru kelas.12
- Video
Video adalah tekhnologi pemrosesan sinyal elektronik meliputi
gambar gerak dan suara.13 Video yang semula dirancang untuk
pemakaian rumah (home use) ini telah menyusup ke segala
bidang kegiatan, baik itu hiburan, industri maupun
pengajaran/pendidikan. Sama halnya dengan film, video juga
sangat membantu proses pembelajaran efektif karena
melibatkan dua indera, yakni pendengaran dan penglihatan
sekaligus dalam satu proses.
2) Media audio visual tidak murni adalah media audio visual yang
fungsi peralatan suara dan gambar dari unit yang berbeda. Seperti
slide, OHP dan lain-lain.
- Slide
Slide merupakan media yang diproyeksikan, dapat dilihat
dengan mudah oleh para siswa di kelas. Slide adalah sebuah
gambar transparan yang diproyeksikan oleh cahaya melalui
proyektor. Biasanya ukuran slide 2 x 2 atau 3 x 4 cm. Ada slide
yang hanya menunjukkan satu gambar saja,teknisnya juga satu
persatu. Ada juga slide yang berupa sound slide atau rupa
12
Arsyad, op. cit,. hlm. 52. 13
rungu berupa hasil perpaduan antara gambar diam dengan
suara. Sound slide ini mampu menimbulkan kesan yang paling
dalam dan sulit dilupakan oleh anak didik. Dengan kesan yang
mendalam pada diri anak didik sewaktu melihat dapat
mengembangkan pengajaran lebih lanjut agar tujuan
instruksional tercapai.14
- OHP
Overhead projector (OHP) adalah sebuah alat yang berfungsi
untuk memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas
lembar transparan.15 Transparansi yang diproyeksikan
adalahvisual baik berupa gambar, lambing, huruf, grafik atau
gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau
plastic yang dipersiapkan untuk di proyeksikan ke sebuah layar
atau dinding melalui sebuah proyektor. Kemampuan proyektor
memperbesar gambar membuat media ini berguna untuk
menyajikan informasi pada kelompok yang besar dan pada
semua jenjang. OHP dirancang untuk dapat digunakan di depan
kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap
siswanya. Beberapa pendidik menggunakan seluruh program
pengajaran dengan menggunakan transparansi atau OHP.
Namun demikian OHP sebaiknya tidak dianggap sebagai
14
Basyiruddin Usman dan Asnawir, op. cit., hlm. 72. 15
pengganti papan tulis atau media yang lain, tetapi sebagai
pelengkap saja.
c. Karakteristik media audio visual
1. Bersifat linear;
2. Menyajikan visual yang dinamis;
3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang/pembuatnya;
4. Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan
abstrak;
5. Dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan
kognitif;
6. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid
yang rendah.16
d. Fungsi media audio visual
Dalam dunia pendidikan media pembelajaran audio visual berfungsi
antara lain sebagai:
1. Sumber belajar;
2. Fungsi semantik, yaitu menambah perbendaharaan kata.
3. Fungsi manipulatif, yaitu memanipulasi keadaan yang sebenarnya
guna mengatasi batas-batas ruang, waktu, dan inderawi.
4. Fungsi atensi, meningkatkan perhatian terhadap materi ajar.
16
5. Fungsi afektif, menggugah perasaan, emosi, dan tingkat
penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.
6. Fungsi kognitif, memiliki kemampuan untuk merepresentasikan
atau menghadirkan objek-objek yang ada dalam diri melalui
gagasan dan tanggapan yang dituangkan melalui kata-kata.
7. Fungsi imajinatif, meningkatkan dan mengembangkan imajinasi.
8. Fungsi motivasi, mendorong siswa untuk terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
e. Manfaat media audio visual, antara lain adalah:
1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2. Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara
realistis dalam waktu yang singkat.
3. Dapat diulang-ulang untuk menambah kejelasan.
4. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.
5. Dapat mengembangkan pikiran, imajinasi, dan pendapat peserta
didik.
6. Memperjelas hal-hal yang abstrak menjadi lebih konkrit.
7. Semua peserta didik dapat belajar melalui media audio visual, baik
yang pandai maupun yang kurang pandai.
8. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.17
17
f. Tahapan penggunaan media audio visual dalam mengajar
Ada enam langkah yang dapat ditempuh guru dalam mengajar yang
mempergunakan media, yakni:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media
audio visual.
2. Persiapan guru dengan cara memilih dan menetapkan media mana
yang akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan.
3. Persiapan kelas. Pada fase ini siswa dan kelas disiapkan sebelum
pelajaran dengan media dimulai. Guru harus dapat memotivasi
mereka agar dapat menilai, menganalisis, dan menghayati
pelajaran.
4. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Media
diperankan guru untuk membantu tugasnya menjelaskan bahan
pelajaran.
5. Langkah kegiatan belajar siswa. Siswa belajar dengan
memanfaatkan media pengajaran dan mempraktekkannya sendiri
atau oleh guru langsung baik di kelas atau di luar kelas.
6. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar
dievaluasi. Sampai sejauh mana tujuan pengajaran tercapai,
sekaligus dapat dinilai sejauh mana penggunaan media sebagai alat
bantu dapat menunjang keberhasilan proses belajar siswa.18
18
g. Kelebihan dan kekurangan media audio visual
Adapun kelebihan dari penggunaan media audio adalah:
1. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2. Dapat diulang-ulang untuk menambah kejelasan.
3. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.
4. Dapat mengembangkan pikiran, imajinasi, dan pendapat peserta
didik.
5. Memperjelas hal-hal yang abstrak menjadi lebih konkrit.
6. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Selain kelebihan-kelebihan di atas, media audio visual pun tidak
lepas dari kelemahannya yaitu terlalu menekankan pentingnnya materi
ketimbang proses pengembangan materi tersebut dan harganya relatif
lebih mahal dari media-media yang lainnya.
3. Konsep Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Banyak defenisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 19
2. Skinner , mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
3. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu ,
mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
4. Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif ,
mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain. 20
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang terjadi secara
19
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995). hlm.2
20
sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah “scholastic
achievement” atau “academic achievement” menurut Briggs dalam
buku Ekawarna adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai
melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan
angka-angka atau nila-nilai berdasarkan tes hasil belajar.21
Dick dan Reiser mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa sebagai hasil kegiatan
pembelajaran, yang terdiri atas empat macam, yaitu: pengetahuan,
kemampuan intelektual, ketrampilan motorik dan sikap.22
Sedangkan menurut Hamalik hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan sikap, dan ketrampilan. Hasil belajar
itu biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata
baik, sedang, kurang dan sebagainya.23
Sementara Bloom, membedakan hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan
ranah psikomotorik (ketrampilan motorik).24
21
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: GP Press group, 2013), hlm. 69) 22
Ibid. 23
Ibid., hlm. 70. 24
Setiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tahap
kemampuan yang harus dicapai. Untuk ranah pengetahuan mulai dari
mengingat kembali, memahami, penerapan, analisis, sintesis sampai
evaluasi. Ranah sikap mulai dari menangkap/merespon pasif, bereaksi
dengan sukarela/ merespon aktif, mengapresiasi, menghayati, sampai
akhirnya menjadi karakter di dalam dirinya. Sedangkan ranah
psikomotorik mulai dari tingkat mengamati, membantu melakukan,
melakukan sendiri, sampai melakukan dengan lancar secara otomatis.
Dari uraian-uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Maka
untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap
kegiatan yaitu; (1) persiapan belajar, (2) pelaksanaan belajar, dan (3)
pengendalian belajar. Maka pada tahap persiapan yang harus
dilakukan oleh siswa kelas VII di MTs. Fatahillah Buncit Jakarta
Selatan adalah menyiapkan situasi dan kondisi belajar yang
menyenangkan yaitu meliputi; menyiapkan ruang belajar yang bersih,
pencahayaan dan ventilasi yang baik, memelihara kesehatan,
mengatur waktu belajar, menyiapkan bahan ajar dan alat tulis yang
dibutuhkan.
Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah
membaca, menghafal, membuat catatan, menjawab pertanyaan,
tahap pengendalian belajar, yang dilakukan adalah mengevaluasi
efektivitas hasil belajar.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
dari dalam (faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal).
Menurut Yudhi Munadi (2010:24) yang termasuk faktor internal
adalah; (1) faktor fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan letih dan capek, tidak cacat jasmani dan sebagainya, (2)
faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat dan bakat,
motivasi, dan kemampuan kognitif. sedangkan yang termasuk faktor
eksternal adalah; (1) faktor lingkungan seperti lingkungan fisik
maupun social, (2) faktor instrumental seperti kirikulum, sarana dan
fisilitas, dan guru.
4. Konsep Mata Pelajaran Fikih Di MTs
a. Pengertian Fikih
Dilihat dari sudut bahasa, fikih berasal dari kata faqaha ( هقف )
yang berarti “memahami” dan “mengerti”.
Sedangkan dalam istilah syar’i, ilmu fikih adalah ilmu yang
berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang
terhadap dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (al-Qur’an dan
Hadis).25
Sedangkan menurut Muhamad Abu Zahrah fikih adalah
pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan
manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang terinci (mendetail).26
Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami
pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara
menjalankan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia
dengan sesama. (2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah
dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin, dan tanggung iawab
sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi dan sosial.27
a. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih Di MTs
Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi
ketentuan pengaturan hukun Islam dalam menjaga keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan
Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia.
25
Alaiddin Koto, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul fiqih, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) hlm. 2).
26
Muhamad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2011) cet ke 15, hlm 2.
27
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah
Tsanawiyah meliputi:
1. Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah,
salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat,
sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat,
puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan,
perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
2. Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual
beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan
borg serta upah.28
Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
mata pelajaran fikih di kelas VII adalah sebagai berikut:
Semester I
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan ketentuan
taharah (bersuci)
1.1Menjelaskan macam-macam
najis dan tatacara taharahnya
(bersucinya)
1.2Menjelaskan hadas kecil dan
tatacara taharahnya
1.3Menjelaskan hadas besar dan
tatacara taharahnya
1.4Mempraktikkan bersuci dari
najis dan hadas
2. Melaksanakan tatacara 2.1Menjelaskan tatacara salat
28
salat fardu dan sujud
sahwi
lima waktu
2.2Menghafal bacaan-bacaan
salat lima waktu
2.3Menjelaskan ketentuan waktu
salat lima waktu
2.4Menjelaskan ketentuan sujud
sahwi
2.5Mempraktikkan salat lima
waktu dan sujud sahwi
3. Melaksanakan tatacara
azan, iqamah, salat
jamaah
3.1Menjelaskan ketentuan azan
dan iqamah
3.2Menjelaskan ketentuan salat
jamaah
mengingatkan imam yang
batal
3.6Mempraktikkan azan, iqamah,
dan salat jamaah
4. Melaksanakan tatacara
berzikir dan berdoa
setelah salat
4.1Menjelaskan tatacara berzikir
dan berdoa setelah salat
4.2Menghafalkan bacaan zikir
dan doa setelah salat
4.3Mempraktikkan zikir dan doa
Semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan tatacara
salat wajib selain salat
lima waktu
1.1Menjelaskan ketentuan salat
dankhutbah jum’at
1.2Mempraktikkan khutbah
dan salat jum’at
1.3Menjelaskan ketentuan salat
Jenazah
1.4Menghafal bacaan-bacaan
salat jenazah
1.5Mempraktikkan salat jenazah
2. Melaksanakan tatacara
salat jamak, qasar, dan
jamak qasar serta salat
dalam keadaan darurat
2.1Menjelaskan ketentuan salat
jamak, qasar, dan jamak
qasar
2.2Mempraktikkan salat jamak,
qasar, dan jamak qasar
2.3Menjelaskan ketentuan salat
dalam keadaan darurat
ketika sedang sakit dan di
kendaraan
2.4Mempraktikkan salat dalam
keadaan darurat ketika
kendaraan
3. Melaksanakan tatacara
salat sunnah muakkad dan
ghairu muakkad
3.1Menjelaskan ketentuan salat
sunnah muakkad
3.2Menjelaskan macam-macam
salat sunnah muakkad
3.3Mempraktikkan salat sunnah
muakkad
3.4Menjelaskan ketentuan salat
sunnah ghairu muakkad
3.5Menjelaskan macam-macam
salat sunnah ghairu muakkad
3.6Mempraktikkan salat sunnah
ghaitu muakkad
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelaahan yang lebih detail, penulis berusaha
untuk melakukan kajian terhadap beberapa contoh penelitian yang temanya
dititikberatkan pada media audio visual, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1. Edi Junaedi Abdillah, dalam penelitiannya yang berjudul “ Efektivitas
Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK
al-Hidayah Lebak Bulus Jakarta” dalam penelitian ini diperoleh hasil
pendidikan agama Islam mempunyai efektivitas yang signifikan
terhadap keberhasilan belajar siswa dengan perolehan nilai rata-rata
77,90.
2. Titin Dwi Jayanti sebagai skripsi di Fakultas Tarbiyah UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang Tahun 2010 berjudul “Penggunaan Media
Audio Visual dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Fikih di MTs Sunan Giri Probolinggo” pada penelitian ini
Titin lebih menekankan pada proses pembelajaran dari pada hasil
belajar.
3. Fithonah, dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Media
Audio Visual pada Materi Hak dan Kewajiban dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas I MI. Fatahillah Pancoran Jakarta
Selatan” yang memperoleh hasil bahwa aktifitas peserta didik
mengalami perubahan yang signifikan yaitu berkisar 50 pada siklus I
dan meningkat menjadi 60 pada siklus II.
Ketiga penilitian di atas tentunya merupakan hal yang penting sebagai
data awal sekaligus menjadi bahan pendukung bagi peneliti dalam
memberikan gambaran terhadap proses pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Sebagaimana yang telah dikemukakan Dick dan Reiser bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa sebagai hasil
kegiatan pembelajaran, yang terdiri atas empat macam, yaitu: pengetahuan,
hasil belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap kegiatan yaitu; (1) persiapan
belajar, (2) pelaksanaan belajar, dan (3) pengendalian belajar. Pada tahap
persiapan yang harus dilakukan oleh siswa adalah menyiapkan situasi dan
kondisi belajar yang menyenangkan yaitu meliputi; menyiapkan ruang belajar
yang bersih, pencahayaan dan ventilasi yang baik, memelihara kesehatan,
mengatur waktu belajar, menyiapkan bahan ajar dan alat tulis yang
dibutuhkan.
Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah
membaca, menghafal, membuat catatan, menjawab pertanyaan, mengerjakan
latihan, diskusi atau bertanya jawab. Sedangkan pada tahap pengendalian
belajar, yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil belajar dan
menguji apakah hasil belajar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Agar siswa dapat menyiapkan ketiga tahap kegiatan belajar tersebut
diperlukan suatu media pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
melakukan persiapan belajar, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan
belajarnya dengan baik. Salah satu media pembelajaran yang dapat dipilih
untuk keperluan tersebut adalah media pembelajaran audio visual yaitu jenis
media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar
yang dapat dilihat sehingga dengan keduanya hal-hal yang bersifat abstrak
diterima siswa dapat lebih menjadi konkret yang pada akhirnya siswa dapat
memperoleh informasi yang lebih baik. Belajar dengan menggunakan indera
mencapai hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,
mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan kata dengan
konsep. Perbandingan perolehan hasil belajar dapat dilihat dari peryataan
Vernon A. Magnesen sebagaimana yang dikutip Pupuh Fathurrohman dan M.
Sobry ” Kita belajar berdasarkan 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa
yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, dan 50% dari apa yang kita
lihat dan dengar”.
Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran audio visual dalam
proses pembelajaran akan sangat membantu meningkatkan hasil belajar
siswa. Maka secara hipotesis dapat dinyatakan bahwa media pembelajaran
media audio visual memiliki hubungan yang positif dengan hasil belajar
siswa.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII pada Mata Pelajaran Fikih di MTs. Fatahillah Buncit Jakarta
Selatan yang dilakukanoleh penulis, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut: “Jika proses pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh
guru mata pelajaran fikih divariasikan dengan media pembelajaran audio
visual, maka dimungkinkan akan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada
32
A.
Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat PenelitianPenelitian ini dilakukan di kelas VII Madrasah Tsanawiyah
Fatahillah yang terletak di Jalan Buncit Raya No. 67 Kalibata Pulo Rt.
001/05 Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada semester II mulai
dari bulan Februari sampai bulan April tahun pelajaran 2013-2014
B.
Metode Penelitian dan Rancangan Siklus PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK)
atau yang lebih dikenal dengan nama Classroom Action Research, dimana
menurut Kusnandar seperti yang dikutip oleh Ekawarna, PTK yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu
proses pembelajaran di kelasnya.1
PTK merupakan tindakan pemecahan masalah yang terdiri atas
siklus-siklus yang masing-masing meliputi perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat langkah
tersebut akan berulang dalam setiap siklus, siklus satu akan menjadi landasan
1
bagi siklus dua; siklus dua akan menjadi dasar bagi siklus tiga; demikian
seterusnya sampai PTK berakhir. Desain penelitian yang digunakan merujuk
pada model yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC Taggart yang dikutip
oleh Ekawarna, digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:
Model Action Research Kemmis & Taggart2
2
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press Group. 2013), hlm.20.
Siklus I
Refleksi
Revisi Perencanaan
Siklus II
Refleksi
Penga-matan
Revisi
Perencanaan Perencanaan
Pelak-sanaan
Penga-matan
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Rafi’uddin, 1997)
penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari
penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi
yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.
Pada umumnya peneliti memulai penelitian dari fase refleksi awal
untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan
masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Refleksi Awal
Adalah kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan untuk
mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema
penelitian, seperti melakukan pengamatan pendahuluan untuk mengenali
dan mengetahui situasi yang sebenarnya sehingga dapat dilakukan
pemfokusan masalah yang selanjutnya dirumuskan menjadi masalah
penelitian untuk dapat menetapkan tujuan penelitian.
2. Penyusunan Perencanaan
Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi
awal yang secara rinci mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang
diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan
ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata
3. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan
berpedoman pada rencana tindakan. Adapun jenis tindakan yang dilakukan
dalm PTK hendaknya harus selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik
dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil
program yang optimal.
4. Pengamatan (Observasi)
Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari
tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
5. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dalam PTK.
Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan
hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Melalui refleksi yang mendalam
dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam.
C.
Subjek PenelitianSubjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII/3
Madrasah Tsanawiyah Fatahillah, dengan jumlah siswa 39 orang, terdiri dari
18 orang perempuan dan 21 orang laki-laki. Pada materi salat jenazah.
D.
Peran dan Posisi Peneliti dalam PenelitianPeran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer
partner untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan peneliti dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan media audio visual pada mata pelajaran
fikih dalam hal ini pada materi shalat jenazah.
E.
Tahap Intervensi TindakanTindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan
skenario kerja dan prosedur tindakan yang diawali dengan penelitian
pendahuluan (refleksi awal) dan dilanjutkan dengan perencanaan,
pelaksanaan, pangamatan, dan refleksi pada siklus I dan seterusnya.
1. Penelitian Pendahuluan
a. Observasi kegiatan belajar
Pada kegiatan ini peneliti mengadakan pengamatan awal terhadap
proses pembelajaran Fikih pada siswa kelas VII/3 MTs. Fatahillah
Pancoran Jakarta Selatan.
b. Wawancara
Wawancara dilaksanakan terhadap guru mata pelajaran fikih dan
siswa kelas VII/3 untuk menemukan permasalahan yang dihadapi
dalam proses pembelajaran fikih sebelum tindakan ini dilakukan.
Kemudian menganalisis hasil wawancara dengan memfokuskan pada
permasalahan yang akan diteliti.
2. Kegiatan Penelitian ( Siklus I)
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2. Menetapkan materi bahan ajar, dalam penelitian ini bahan ajar yang
disiapkan peneliti adalah shalat jenazah
3. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran audio visual
4. Menyusun alat evaluasi berupa soal test
5. Menyiapkan instrumen penelitian untuk proses pengumpulan data
berupa lembar observasi dan pedoman wawancara
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan
skenario dan rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu 4X40 menit (2X
pertemuan), yaitu:
1. Kegiatan Awal berupa pendahuluan, appersepsi dan motivasi
2. Kegiatan Inti berupa eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
3. Kegiatan Akhir berupa penutup
c. Tahap pengamatan dan Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan observasi dilakukan oleh guru mata
pelajaran fikih yang menjadi mitra kerja dalam PTK ini. Variabel yang
diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi:
1. Aktivitas guru dalam menerapkan media pembelajaran audio
2. Aktivitas siswa dalam mengikuti skenario pembelajaran dari awal
hingga akhir.
Sedangkan tahap evaluasi dimulai dengan melakukan tes formatif
pada setiap akhir kegiatan pembelajaran dan pemberian tes pada setiap
akhir kegiatan siklus.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama guru (observer) melakukan
analisis terhadap data-data yang terkumpul baik melalui observasi
maupun hasil tes, kemudian mendiskusikan kelemahan-kelemahan
pembelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung. Kelebihan
yang ada pada tahap ini akan dipertahankan, sedangkan kelemahannya
akan diperbaiki pada siklus II.
3. Kegiatan Penelitian (Siklus II)
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini tidak jauh berbeda dengan persiapan-persiapan
yang dilakukan pada siklus I yaitu:
1. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2. Menetapkan materi bahan ajar
3. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran audio visual
4. Menyusun alat evaluasi berupa soal test
5. Menyiapkan instrumen penelitian untuk proses pengumpulan data
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pelaksanaan
skenario dan rencana pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu 2X40 menit ( 1X
pertemuan) sebagai penyempurnaan dari pelaksanaan tindakan pada
siklus I yaitu:
1. Kegiatan Awal berupa pendahuluan, appersepsi dan motivasi
2. Kegiatan Inti berupa eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
3. Kegiatan Akhir berupa penutup
c. Tahap pengamatan dan Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan observasi dilakukan oleh guru mata
pelajaran fikih yang menjadi mitra kerja dalam PTK ini, untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran
dengan media pembelajaran audio visual dan membandingkannya
dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
d. Tahap Refleksi
Setelah menyelesaikan dua siklus, peneliti bersama guru
(observer) mendiskusikan pelaksanakan tindakan dan menyimpulkan
F.
Hasil Intervensi TindakanHasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dengan
diterapkannya media audio visual dalam proses pembelajaran fikih siswa
dapat lebih memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru dalam
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga hasil belajar kognitif
yang diperoleh siswapun dapat meningkat mencapai batas rata-rata kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 703 dengan ketuntasan belajar kelas 80%.
G.
Data dan Sumber dataSumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran fikih
kelas VII MTs. Fatahillah Buncit Jakarta Selatan Semester II Tahun Pelajaran
2013-2014, dokumentasi kegiatan pembelajaran, hasil wawancara terhadap
guru dan siswa, catatan observasi peneliti serta hasil evaluasi belajar siswa.
H.
Instrumen Pengumpulan DataInstrumen penelitian merupakan alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian.4 Untuk menjaring data yang diperlukan,
peneliti menggunakan tes, observasi, dan wawancara.
Tes digunakan untuk menilai dan mengetahui output pembelajaran
fikih, dan observasi untuk menjaring data dari proses pembelajaran yang
diamati dan diteliti, sedangkan wawancara digunakan untuk mencek
kebenaran informasi yang diperoleh.
3
berdasarkan kesepakatan hasil rapat dewan guru pada awal semester di tahun ajaran baru 2013-2014
4
I.
Analisis Data dan Interpretasi DataAnalisis dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul.
Proses analisis ini diawali dengan mendata seluruh data yang ada dari
berbagai sumber, baik berupa data kauntitatif maupun kualitatif. Dalam
penelitian tindakan kelas ini analisis data yang dilakukan berupa analisis
kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan N-Gain untuk melihat selisih
antara pre test dan post test dan hasil belajar pada setiap siklus.
Gain adalah selisih antara nilai pre test dan post test, gain
menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep setelah
pembelajaran dilakukan oleh guru. Uji normal gain digunakan untuk
menghindari bias pada penelitian dan menggunakan rumus menurut Meltzer.
N-Gain =
Dengan kategori perolehan:
G tinggi = nilai (g) 0,70
G sedang = 0,70 (g) 0,30
G rendah = nilai (g) 0,30
J.
Pengembangan Perencanaan TindakanTahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya
penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tidakan pertam dalam
siklus I. Siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
siklus I, jika hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan
yang ditentukan, maka dilakukan rancangan ulang yang terbaik dan jika perlu
disusun RPP baru yang kemudian digunakan pada siklus II agar dapat
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Identitas Sekolah
a. Nama : Madrasah Tsanawiyah Fatahillah
b. NSS : 121231740041
c. NPSN : 20102766
d. NIS : 212317140010
e. Status : Swasta
f. Akriditasi : A tahun 2010
g. Alamat : Jl. Buncit Raya No. 67 Kalibata Pulo
Pancoran Jakarta Selatan 12740
h. Telepon : 021- 7984769
i. Proses KBM : Pagi
j. Email : Mtsfatahillah67@gmail.com
k. No. Izin Operasional : Kw.09.4/4/Pp.07/103944/2012
2. Visi dan Misi
a. Visi sekolah
“Mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi serta hidup di dalam masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang dilandasi nilai-nilai
agama”.
b. Misi sekolah
1. Mempersiapkan anak didik untuk mengikuti pendidikan menengah
di sekolah yang berkualitas tinggi
2. Mempersiapkan anak didik untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi muslim, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai
warga Negara yang baik
3. Memperluas dan meningkatkan pengetahuan yang bermanfaat
sebagai bekal kemampuan dasar yang diberikan sekolah
sebelumnya
4. Memperluas dan meningkatkan keberagaman yang bermanfaat
sebagai bekal kemampuan dasar yang diberikan sebelumnya
5. Memperluas dan meningkatkan ketrampilan yang bermanfaat
sebagai bekal kemampuan dasar yang diberikan sebelumnya
3. Kondisi Obyektif Sekolah
Secara kuantitatif, keadaan jumlah tenaga pendidik di M.Ts
Fatahillah berjumlah 27 orang, sedangkan jumlah peserta didik
berjumlah 395 orang. Sebagai satu lembaga pendidikan Madrasah
Tsanawiyah Fatahillah Jakarta dilengkapi dengan berbagai sarana dan
prasarana yang memadai untuk menunjang proses belajar mengajar,
adanya lapangan olah raga yang cukup memadai. Untuk lebih
mengetahui lebih jelas keadaan Madrasah Tsanawiyah Fatahillah ini,
secara terperinci dapat diurutkan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Jumlah Tenaga Pendidik tahun 2013/2014
No Nama Pendidikan
Terakhir
Bidang
Studi
Kelas
Abd. Mukti SM. IAIN/86 Seni Budaya 8
2. H. Asrul Effendi, S.Pd SI. Unisma/06 PKn 7&9
3. M. Siddik R, BA SM. IAIN/80 B.Arab,Fikih 7&8
4. Drs. H. Mardani SI. IAIN/80 SKI,Aqidah A 8&9
5. A. Sahlani H.A MAN/76 B.Indonesia 7
6. Abd. Maaz D.3 IKIP/85 Penjaskes 7,8,9
7. Mushonif RM, BA SM. IAIN/81 Fikih, PLKJ 9,7,8
8. H. Nasruddin Toha SM. Afrija/76 B.Arab 8
9. Drs. Rozali Yusuf SI. IAIN/88 Aqidah Akhlak 7,8
10. Khairuddin MZ, BA SM. IAIN/86 Qur’an Hadits,
Khot
8,9
11. Drs. Asmawi MA SI. IKIP/88 IPS, PKn 7,8
12. Ir. Yusnitari SI. STTJ/93 IPA 7,8
13. Taufiq. A, S.Pd SI. IKIP/02 B.Inggris 9
14. Drs. Fauzi SI. IAIN/02 Matematika 7,8
16. Dra. Muchlisoh SI. IAIN/93 Matematika 8.9
17. Nahdiah, A.Md D.3 IAIN/01 SKI, B.Arab 7,9
18. Abd. Latif, S.Pd SI. IKIP/04 B.Inggris 8
19. H. Yenni R, S.Pd SI. IKIP/96 B.Indonesia, BP 9,7
20. Moh. Amin, A.Ma D.2 IAIN/03 Qur’an Hadits,
Seni Budaya
7,7,8
21. Krisna Prayoga D.3 UMB/96 TIK 8,9
22. Dra. Hindun SI. IAIN/93 Matematika.
B. Indonesia
7,8
23. Patmawati, S.Pd SI. UNM/07 IPA 7,9
24. Kurniatul Hasanah,S.Pd SI. IAIN/2000 IPS, Fikih 8,7
25. A. Farhan Mah Smt VIII B.Inggris 7
26. Drs. Dadi SI. IKIP IPS 9
Tabel 4.2
Data Jumlah Peserta Didik tahun 2013/2014
No Tingkat Jumlah
Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. VII 3 68 57 125
2. VIII 4 77 70 147
3. IX 4 64 68 132
Jumlah 11 209 195 404
4. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana
No Nama Jumlah
1. Ruang Kelas 11 ruang
2. Ruang Kepala Sekolah 1 ruang
3. Ruang Guru 1 ruang
4. Ruang Tata Usaha 1 ruang
5. Ruang Perpustakaan 1 ruang
6. Ruang Lab. Komputer 1 ruang
7. Ruang Lab. Bahasa 1 ruang
8. Ruang Lab. IPA 1 ruang
10. Koperasi Sekolah 1 ruang
11. Kantin 1 ruang
12. Musholla 1 ruang
13. Dapur 1 ruang
14. Toilet/WC Guru 2 ruang
15. Toilet/ WC Siswa 2 ruang
B. Analisis Data
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan
(pra penelitian) di MTs. Fatahillah Jakarta, pada hari Selasa 4 Februari
2014, kegiatan ini dilakukan sebelum peneliti melakukan proses
pembelajaran. Kegiatan pada penelitian ini yaitu melakukan wawancara
dengan guru mata pelajaran Fikih dan beberapa peserta didik kelas VII
Mts Fatahillah, serta melakukan observasi pada proses pembelajaran Fikih
di dalam kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi peserta
didik serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan
pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah serta
tanggapan dan kendala yang dialami ketika proses pembelajaran terjadi.
MTs. Fatahillah Jakarta telah menetapkan bahwa untuk Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pelajaran Fikih kelas VII tahun 2013/2014
adalah 70. Kegiatan belajar mengajar di MTs. Fatahillah Jakarta setiap
Tabel 4.5
Jadwal Pelajaran Fikih
Kelas Hari Jam ke- Waktu
VII/3 Kamis 5 dan 6 10.00-11.20
2. Pra Siklus
Pra siklus dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis tanggal 13
Maret 2014. Pada kegiatan pra siklus ini peneliti berperan sebagai observer
terhadap proses pembelajaran yang dipimpin oleh guru mata pelajaran
Fikih dengan cara mengamati langsung keadaan kelas selama proses
pembelajaran berlangsung, sehingga diperoleh gambaran mengenai situasi
dan kondisi belajar peserta didik serta kondisi lingkungan sekolah dan
fasilitas penunjang proses belajar yang ada. Hasil observasi diolah dengan
cara mendeskripsikan hasil pengamatan dan kemudian dijadikan data
tambahan atau pelengkap dari data kuantitatif yang berupa hasil tes pada
akhir proses pembelajaran.
Adapun hasil observasi pembelajaran Fikih adalah sebagai berikut:
a. Metode yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah
dan penugasan
b. Guru tidak menggunakan media apapun dalam proses
c. Banyaknya siswa yang mengobrol, menggeleng ketika diberi
pertanyaan,bahkan ada beberapa yang meletakkan wajahnya
di atas meja karena merasa bosan dengan metode tersebut
d. Didapati bahwa nilai rata-rata siswa 64 dari hasil tes akhir
yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran pra siklus ini.
Tabel 4.6
Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1 Ahmad Bustomi 93 Tuntas
2 Ade Mulyani 73 Tuntas
3 Ahmad Haikal 33 Tidak Tuntas
4 Ahmadi 53 Tidak Tuntas
5 Akmaludin 40 Tidak Tuntas
6 Alfiansyah 60 Tidak Tuntas
7 Annisa 60 Tidak Tuntas
8 Annisa Apriliyana 60 Tidak Tuntas
9 Arya Adi Saputro 53 Tidak Tuntas
10 Aulia Tazkyia Indriyani 73 Tuntas
11 Chairil Awallin 66 Tidak Tuntas
12 Dita Khairani 73 Tuntas
13 Fadia Amalia 80 Tuntas
15 Fitriah 73 Tuntas
16 Gilang Riski Faisal 33 Tidak Tuntas
17 Hazmi Farhan Asda 53 Tidak Tuntas
18 Ismawati 66 Tidak Tuntas
19 Laila Suci Ramadhani 86 Tuntas
20 Muhammad Hagi 60 Tidak Tuntas
21 Muhammad Ilham F 53 Tudak Tuntas
22 Muhammad Irfan Affandi 73 Tuntas Tuntas 23 Muhammad Parijah 73 Tuntas Tuntas
24 Muhammad Riski 66 Tidak Tuntas
25 Muhammad Yasir Husin 80 Tuntas
26 Muhammad Zidan 60 Tidak Tuntas
27 Nisa Suhesti 66 Tidak Tuntas
28 Nur Afifah Apriyenti 66 Tidak Tuntas
29 Nur Insani Fitriah 53 Tidak Tuntas
30 Nurul Aulia Noviyani 66 Tidak Tuntas
31 Putri Nuryansyah 60 Tidak Tuntas
32 Ridwan Alsa 53 Tidak Tuntas
33 Rikza Arfiani 80 Tuntas
34 Rizka Fitriana 73 Tuntas
35 Rizq Fajri Pratama 66 Tidak Tuntas