• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Deskriptif

a. Tingkat Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pendekatan Jelajah Alam Sekitar

Pelaksanaan model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar perlu diukur tingkat keterlaksanaannya. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran berjalan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Selain itu, tingkat keterlaksanaan perlu diukur untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada pengujian hipotesis dalam penelitian ini

Secara keseluruhan, tingkat keterlaksanaan model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar di kelas eksperimen (VII H) dapat dilihat pada gambar 6 berikut.

Gambar 6 Grafik Persentase Tingkat Keterlaksanaan model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar

Angket tingkat keterlaksanaan terdiri dari 16 pertanyaan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa sebesar 71,87% tingkat keterlaksanaan responden responden berada pada kategori sangat baik karena berpartisipasi dalam 13-16 kegiatan pembelajaran. Sebesar 28,13% lainnya berada pada kategori baik karena berpartisipasi dalam 9-12 kegiatan pembelajaran.

Data selengkapnya mengenai tingkat keterlaksanaan pada model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam pendekatan Jelajah Alam Sekitar dapat dilihat pada lampiran 57. Proses pembelajaran terekam dalam sebuah jurnal harian yang dibuat untuk menjaga agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana yang telah disusun. Jurnal harian pembelajaran di kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 65.

N = 32

b. Kemampuan Berpikir Kritis

Skor tes kemampuan berpikir kritis diambil dari postes. Nilai pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum menikuti pembelajaran. Skor maksimal untuk kemampuan berpikir kritis adalah 30. Kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya perbedaan besaran. Penyajian secara lengkap perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 20 berikut.

Tabel 20 Perbandingan skor tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

No. Komponen Pre test Post test Nilai gain

Kontrol (K) Eksperimen (E) Kontrol (K) Eksperimen (E) Kontrol (K) Eksperimen (E) 1 Rata-rata 20,26 21,66 21,9 24,03 0,13 0,35 2 Skor tertinggi 26 25 28 30 - - 3 Skor terendah 15 15 18 20 - -

Dari tabel terlihat bahwa skor rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen mengalami peningkatan dari pretes ke postes yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol. Data mengenai perbedaan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7 Grafik perbandingan skor tes kemampuan berpikir kritis siswa. Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pretes kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu sebesar 21,66 sedangkan kelas kontrol sebesar 20,26. Setelah diberi perlakuan, kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu sebesar 24,03 sedangkan di kelas kontrol sebesar 21,90.

Untuk mengetahui besar peningkatan kemampuan berpikir kritis digunakan uji gain. Berdasarkan uji gain dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol. Peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 8 berikut.

Gambar 8 Grafik perbandingan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Dari gambar di atas, rata-rata indeks gain di kelas eksperimen sebesar 0,35 dan berada pada kategori sedang sedangkan di kelas kontrol sebesar 0,13 dan berada pada kategori rendah. Hal tersebut berarti peningkatan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen lebih besar daripada di kelas kontrol.

c. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa diukur dari skor tes hasil belajar yang terdiri dari 25 buah soal berbentuk pilihan ganda. Hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya perbedaan besaran. Penyajian secara lengkap perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 21

Tabel 21 Perbandingan skor tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

No. Komponen Pre test Post test Nilai Gain

Kontrol (K) Eksperimen (E) Kontrol (K) Eksperimen (E) Kontrol (K) Eksperimen (E) 1 Rata-rata 16 16,5 20,8 22,87 0,53 0,74 2 Skor tertinggi 22 20 25 25 - - 3 Skor terendah 14 14 18 20 - -

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas kontrol. Data mengenai perbedaan skor rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 9 berikut.

Gambar 9 Grafik perbandingan skor tes hasil belajar siswa

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor pretes hasil belajar kelas eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu sebesar 16,5 sedangkan kelas kontrol sebesar 16. Setelah diberi perlakuan, hasl belajar siswa di kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan hasil belajar kelas

kontrol. Peningkatan hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 10 berikut.

Gambar 10 Grafik perbandingan peningkatan hasil belajar siswa

Dari gambar di atas diketahui bahwa rata-rata indeks gain di kelas eksperimen sebesar 0,74 dan berada pada kategori tinggi sedangkan di kelas kontrol sebesar 0,53 dan berada pada kategori sedang. Hal tersebut berarti peningkatan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen lebih besar daripada di kelas kontrol.

Untuk mengetahui apakah rata kemampuan berpikir kritis dan rata-rata hasil belajar siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan menggunakan analisis multivariat. Hasil output SPSS versi 16 untuk uji perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol secara multivariate digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 22 Hasil uji manova kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig. Intercept Pillai's Trace .996 6.8913a 2.000 59.000 .000

Wilks' Lambda

.004 6.8913a 2.000 59.000 .000 Hotelling's Trace

233.585 6.8913a 2.000 59.000 .000 Roy's Largest Root 233.585 6.8913a

2.000 59.000 .000 Group Pillai's Trace .163 5.740a 2.000 59.000 .005

Wilks' Lambda .837 5.740a

2.000 59.000 .005 Hotelling's Trace .195 5.740a

2.000 59.000 .005 Roy's Largest Root .195 5.740a

2.000 59.000 .005

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F untuk Pillae Trace, Wilk Lambda, Hotelling Trace, Roy’s Largest Root.x memiliki signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Artinya, harga F untuk Pillae Trace, Wilk Lambda, Hotelling Trace, Roy’s Largest Root semuanya signifikan. Jadi, kesimpulannya adalah terdapat berbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.