• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah subjek penelitian mengenai efektivitas obat kumur ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) dalam menurunkan akumulasi plak ini adalah sebanyak 40 orang. Subjek penelitian dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi pada populasi sebanyak 233 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara angkatan 2014. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebanyak 20 orang kelompok perlakuan dan sebanyak 20 orang kelompok kontrol. Tidak ada subjek penelitian yang melaporkan komplikasi selama berlangsungnya penelitian. Data-data hasil penelitian yang diperoleh diuraikan di bawah ini.

Tabel 2. Data demografis subjek penelitian. Variabel Kelompok

Pengamatan Jumlah Persentase Umur a. 17 tahun b. 18 tahun c. 19 tahun 7 orang 19 orang 14 orang 17,5% 47,5% 35% Total 40 orang 100%

Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 8 orang 32 orang 20% 80% Total 40 orang 100% Frekuensi menyikat giigi a. Tidak teratur b. 1 kali sehari c. 2 kali sehari d. >2 kali sehari - - 37 orang 3 orang 92,5% 7,5% Total 40 orang 100%

Berdasarkan tabel 2, subjek penelitian paling banyak secara berurutan yaitu berusia 18 tahun 19 orang (47,5%), 19 tahun 14 orang (35%) dan yang paling sedikit berusia17 tahun sebanyak 7 orang (17,5%). Berdasarkan jenis kelamin, subjek penelitian yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 32 orang (80%), sedangkan laki-laki sebanyak 2 orang (20%). Berdasarkan frekuensi menyikat gigi dalam satu hari, sebanyak 37 orang (92,5%) menyikat gigi 2 kali sehari dan 3 orang (7,5%) menyikat gigi lebih dari 2 kali sehari.

Tabel 3. Data distribusi rerata indeks plak Mahasiswa FKG USU Angkatan 2014 pada kelompok perlakuan hari ke-0, hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7.

Hari

Kelompok perlakuan

p (Sig) N Rerata indeks plak ± SD

0 20 0.362 ± 0.184 0.0001*

1 20 0.245 ± 0.128 0.0001*

4 20 0.157 ± 0.074 0.0001*

7 20 0.080 ± 0.077 0.0001*

Keterangan: Uji anova; p < 0.05

(*) terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Pada tabel 3, terlihat perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara indeks plak kelompok perlakuan pada hari ke-0, 1, 4 dan 7. Dapat dilihat rerata dan standar deviasi skor indeks plak untuk lah kelompok perlakuan pada hari ke-0 dan ke-1 adan 0.362 ± 0.184 dan 0.245 ± 0.128 dengan penurunan sebanyak 0.117. Pada hari ke-4, rerata skor indeks plak kelompok perlakuan menurun sebanyak 0.088 menjadi 0.157 ± 0.074 dan pada hari ke-7 menurun sebanyak 0.077 menjadi 0.080 ± 0.077.

Tabel 4. Data perbandingan rerata indeks plak kelompok perlakuan hari ke-0, hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7.

Perbandingan p (Sig.)

Hari ke-0 dan hari ke-1 0,0001* Hari ke-0 dan hari ke-4 0,0001* Hari ke-0 dan hari ke-7 0,0001* Hari ke-1 dan hari ke-4 0.001* Hari ke-1 dan hari ke-7 0.0001* Hari ke-4 dan hari ke-7 0.0001* Keterangan: Uji LSD ; p < 0.05

(*)terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Tabel 4 menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik terjadi antara hari ke-0 dan hari ke-1, hari ke-0 dan hari ke-4, hari ke-0 dan hari ke-7, hari ke-1 dan hari ke-4, hari ke-1 dan hari ke-7, serta hari ke-4 dan hari ke-7.

Tabel 5. Data distribusi rerata indeks plak pada kelompok kontrol hari 0, hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7.

Hari Kelompok kontrol p (Sig)

N Rerata indeks plak ± SD

0 20 0.315 ± 0.129 0.007*

1 20 0.268 ± 0.127 0.007*

4 20 0.246 ± 0.117 0.007*

7 20 0.292 ± 0.129 0.007*

Keterangan: Uji anova; p < 0.05

(*) terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Pada tabel 5, terlihat perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05) antara indeks plak kelompok kontrol pada hari ke-0, 1, 4 dan 7. Dapat dilihat pada kelompok kontrol (plasebo), rerata dan standar deviasi skor indeks plak pada hari ke-0 adalah ke-0.315 ± ke-0.129. Pada hari ke-1, rerata dan standar deviasi kelompok kontrol

menurn sebanyak 0.047 menjadi 0.268 ± 0.127. Pada hari ke-4 rerata dan standar deviasi juga menurun sebanyak 0.022 menjadi 0.246 ± 0.117. Namun, pada hari ke-7 meningkat sebanyak 0.046 menjadi 0.292 ± 0.129.

Tabel 6. Data perbandingan rerata indeks plak kelompok kontrol hari ke-0, hari ke-1, hari ke-4 dan hari ke-7.

Perbandingan p (Sig.)

Hari ke-0 dan hari ke-1 0.104 Hari ke-0 dan hari ke-4 0.009* Hari ke-0 dan hari ke-7 0.281 Hari ke-1 dan hari ke-4 0.146 Hari ke-1 dan hari ke-7 0.177 Hari ke-4 dan hari ke-7 0.001* Keterangan: Uji LSD ; p < 0.05

(*)terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05)

Tabel 6 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara indeks plak kelompok kontrol pada hari ke-0 dan ke-4 dan hari ke-4 dan hari ke-7. Namun, tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik (p>0.05) antara indeks plak kelompok kontrol pada hari ke-0 ke hari ke-1, hari ke-0 dan hari ke-7, hari ke-1 dan hari ke-4, serta hari ke-1 dan ke hari-7.

Gambar 15. Grafik perbandingan nilai rerata indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada hari ke-1, 4 dan 7

Gambar 15 menunjukkan perbandingan rerata skor indeks plak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dari grafik tersebut dapat dilihat adanya penurunan rerata skor indeks plak pada kelompok perlakuan dari hari ke-0 hingga hari ke-7 pemakaian obat kumur ekstrak daun serai 3%. Sedangkan pada kelompok kontrol, terlihat sedikit penurunan rerata indeks plak dari hari ke-0 ke hari ke-4, namun terjadi kenaikan skor indeks plak pada hari ke-7.

Tabel 7. Perbedaan skor indeks plak pada kelompok perlakuan dan kontrol.

Selisih Kelompok N Rerata Indeks Plak

Setelah Perlakuan t p (Sig)

H1-H0 Perlakuan 20 -0.116±0.087 -2.045 0.048* Kontrol 20 -0.047 ± 0.123 -2.045 H4-H1 Perlakuan 20 -0.876 ± 0.101 -2.435 0.020* Kontrol 20 -0.022 ± 0.065 -2.435 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 H0 H1 H4 H7 0,362 0,245 0,157 0,08 0,315 0,268 0,246 0,292 Perlakuan Kontrol

H7-H4

Perlakuan 20 -0.077 ± 0.045 -8.133 0.0001* Kontrol 20 0.046 ± 0.050 -8.133

Keterangan: Uji t-tidak berpasangan ; p<0.05

(*) terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok (p<0.05) Tabel 7 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0.05) terhadap rerata skor indeks plak antara hari 1 dan hari 0, hari 4 dan hari ke-1, serta hari ke-7 dan hari ke-4 pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada ada perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok perlakuan dengan pengguanaan obat kumur yang mengandung ekstrak daun serai 3% dengan kelompok kontrol yang menggunakan plasebo. Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu minggu, didapatkan hasil bahwa pada hari ke 1, hari ke-4 dan hari ke-7 terjadi perbedaan rerata akumulasi plak yang bermakna p<0.05 antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa obat kumur ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) 3% efektif dalam menurunkan akumulasi plak pada hari ke-1, ke-4, dan ke-7 setelah pemakaian obat kumur.

Konsentrasi ekstrak daun serai yang terkandung dalam obat kumur pada penelitian ini adalah sebanyak 3% atau 30 mg/ml. Ekstrak daun serai diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol 96% di Laboratorium Obat Tradisional, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini didukung oleh penelitian in vitro yang dilakukan oleh Suprianto tahun 2008 di Institut Pertanian Bogor. Penelitian in vitro ini melakukan pengujian aktivitas anti Streptococcus mutans untuk menentukan konsentrasi hambat tumbuh minimum terhadap ekstrak daun dan batang serai.5 Streptococcus mutans merupakan bakteri fakultatif anaerob gram positif yang berperan dalam tahap kolonisasi awal pembentukan plak.19

Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Suwondo tahun 2007 di Bandung secara in vitro juga menemukan bahwa ekstrak daun serai memiliki aktifitas antibakteri terhadap bakteri penyebab karies gigi dan pembentuk plak. Pada penelitian tersebut dilakukan pengujian terhadap bakteri Streptococcus mutans terhadap simplisia dari 30 jenis tumbuhan obat dimana salah satu simplisia tersebut adalah daun serai. Hasil yang ditunjukkan adalah bahwa ekstrak kental atau kering daun serai yang dilarutkan

dalam air dengan konsentrasi 1% positif memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri fakultatif anaerob gram positif yang berperan dalam pembentukan plak.9

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa skor rerata skor indeks plak pada kelompok ekstrak daun serai lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok plasebo dilihat mulai dari hari ke-1 hingga ke-7 pemakaian obat kumur. Hal ini disebabkan kandungan senyawa aktif yang terdapat pada daun serai seperti minyak atsiri, sitronela, saponin dan flavonoid yang memiliki sifat antibakteri. Minyak atsiri dan sitronela dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh pertumbuhan bakteri.10,15 Sedangkan saponin dan flavonoid dapat merusak membran sitoplasma bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri.17,18

Dari data demografi pada penelitian ini, subjek penelitian berjenis kelamin perempuan lebih banyak dan lebih memperhatikan kebersihan mulutnya dibanding subjek penelitian laki-laki. Subjek penelitian yang berumur 17 tahun ke atas memiliki pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut yang baik. Dari frekuensi menyikat gigi sehari-hari dapat dilihat juga bahwa subjek penelitian paada umumnya menyikat gigi dengan baik yaitu dua kali sehari pada saat pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

Pada penelitian ini, untuk mengatasi rasa kelat yang ditimbulkan oleh obat kumur ekstrak daun serai, maka ditambahkan bahan-bahan lain seperti CMC (carbocymetyl cellulose), sorbitol, dan peppermint oil. CMC digunakan sebagai suspensi dalam obat kumur yang dapat mencegah ekstrak mengendap atau tidak homogen pada larutan obat kumur. Penambahan sorbitol pada obat kumur digunakan sebagai pemanis dan untuk menghilangkan rasa kurang enak dari ekstrak daun serai. Sedangkan peppermint oil ditambahkan untuk menutupi aroma khas ekstrak daun serai dan member rasa segar setelah penggunaan obat kumur. Kelompok kontrol pada penelitian ini menggunakan obat kumur plasebo yang memiliki komposisi yang sama dengan kelompok perlakuan obat kumur ekstrak daun serai, namun tanpa penambahan ekstrak. Warna pada obat kumur plasebo juga disamakan dengan menggunakan pewarna makanan.

Selama penelitian berlangsung tidak ada efek samping yang terjadi pada subjek penelitian. Hal ini sesuai dengan Acuan Sediaan Herbal yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang toksisitas daun serai bahwa sediaan daun serai ini secara umum dikenal aman dan tidak menunjukkan efek toksik.8 Namun masih ada beberapa subjek penelian yang mengeluhkan masih adanya rasa kelat dari obat kumur ekstrak daun serai meskipun telah ditambahkan sorbitol sebagai pemanis.

BAB 6

Dokumen terkait