• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas sterilisasi autoklaf pada penggunaan instrumen medis di Departemen Bedah Mulut FKG USU. Subjek penelitian yang digunakan adalah instrumen bedah mulut yang digunakan untuk pencabutan gigi di Departemen Bedah Mulut FKG USU. Instrumen yang digunakan untuk pencabutan gigi diberi tiga perlakuan yaitu pemeriksaan bakteri sebelum instrumen digunakan, pemeriksaan bakteri setelah instrumen digunakan untuk pencabutan dan pemeriksaan bakteri setelah instrumen disterilisasi dengan melalui penurunan jumlah koloni bakteri yang dilihat melalui media plate count agar.Penurunan jumlah koloni bakteri plak dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan metode hitungan cawan dalam satuan colony forming unit per mililiter

(CFU/ml). Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel sebagai berikut

A B C

Gambar 41.Koloni bakteri pada instrumen sebelum digunakan untuk pencabutan (A), setelah digunakan untuk pencabutan (B) dan setelah dilakukan sterilisasi dengan autoklaf (C).

Tabel 2.Jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah penggunaan autoklaf A B C 1 Kaca mulut 0 7 . 103 0 2 Sonde 2 . 103 13 . 103 0 3 Pinset 1 . 103 29 . 103 0 4 Tang C (RB) 0.5 . 103 264 . 103 2 . 103 5 Tang P (RA) 11 . 103 121 . 103 1 . 103 6 Bein 0 32 . 103 0 7 Bein 56 . 103 71. 103 2 . 103 8 Tang I (RB) 2 . 103 82 . 103 14 . 103 9 Kaca mulut 0 9. 103 0 10 Sonde 27 . 103 26 . 103 0 11 Tang M (RB) 15 . 103 96 . 103 9 . 103 12 Pinset 0 0 0 13 Bein 13 . 103 102 . 103 0

Tabel 2 memperlihatkan penurunan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada instrumen bedah mulut.Kolom A menunjukkan jumlah bakteri pada instrumen bedah sebelum dilakukan pencabutan dan telah didesinfeksi dengan menggunakan cairan desinfektan.Kolom B menunjukkan jumlah bakteri pada instrumen bedah setelah digunakan untuk pencabutan.Kolom C menunjukkan jumlah bakteri pada instrumen bedah setelah dilakukan sterilisasi dengan autoklaf.

Tabel 3. Sterilitas sampel instrumen bedah mulut dengan penggunaan autoklaf

Autoklaf Sampel Hasil Kaca mulut - Sonde - Pinset - Tang C (RB) + Tang P (RA) + Bein - Bein + Tang I (RB) + Kaca mulut - Sonde - Tang M (RB) + Pinset - Bein -

Tabel 3 memperlihatkan bahwa tidak didapatkan bakteri pada semua instrumen semi kritis, sedangkan ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada 5 buah instrumen kritis yang telah disterilisasi dengan autoklaf.

Data penurunan jumlah bakteri sebelum dan sesudah perlakuan di uji normalitasnya menggunakan Uji Shapiro-Wilk.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Sebelumdigunakan ,675 13 ,000

Sesudahdigunakan ,803 13 ,007

Sesudahautoclave ,579 13 ,000

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk,diperoleh distribusi data jumlah bakteri pada kelompok perlakuan tidak normal (p<0,05). Sebaran data yang tidak normal ini diusahakan menjadi normal dengan melakukan transformasi data dengan menggunakan uji Wilcoxon.

Tabel 5. Hasil perhitungan Uji Wilcoxon

Sesudah digunakan– sebelum digunakan

Sesudahautoclave– sesudah digunakan

Z -2,981a -3,059b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,003 ,002

Hasil uji Wilcoxon, diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada seluruh kelompok perlakuan. Hal ini berarti sterilisasi dengan penggunaan autoklaf memiliki efek sterilitas yang baik terhadap penurunan jumlah bakteri di instrumen bedah mulut.

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian untuk mengetahui efektivitas sterilisasi menggunakan autoklafdengan cara membandingkan jumlah bakteri sebelum dan sesudah digunakan.Penggunaan autoklaf merupakan metode yang dianggap paling efektif karena dapat merusak spora-spora yang resisten serta jamur.Penggunaan panas yang lembab dengan tekanan tinggi menghasilkan kekuatan penghancur bakteri yang efektif terhadap semua bentuk mikroorganisme.Penelitian yang dilakukan oleh Anggia telah menunjukkan bahwa autoklafmerupakan metode sterilisasi yang terbaik karena memberikan hasil dengan jumlah bakteri yang paling minimal.14

Penelitian ini menggunakan sampel dari instrumen medis yang digunakan di Departemen Bedah Mulut FKG USU. Terdapat 3 kelompok perlakuan pada penelitian ini yaitu kelompok A pada instrumen medis sebelum digunakan untuk pencabutan yang telah didesinfeksi menggunakan cairan desinfektan, kelompok B pada instrumen medis setelah dilakukan untuk pencabutan dan kelompok C pada instrumen medis yang telah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.

Data deskriptif yang dapat dilihat dari penelitian ini pada instrumen sebelum digunakan dijumpai jumlah bakteri minimal sebesar 0 CFU/ml, sedangkan maksimal sebesar 56.103 CFU/ml. Jumlah bakteri pada instrumen setelah digunakan untuk pencabutan paling minimal adalah 0 CFU/ml, sedangkan maksimal sebesar 264.103CFU/ml. Sedangkan jumlah bakteri pada instrumen yang telah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf paling minimal adalah 0 CFU/ml sedangkan maksimal sebesar 14.103 CFU/ml. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan jumlah bakteri pada instrumen setelah digunakan dan penurunan bakteri pada instrumen setelah disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Anggia di Jakarta (2012) dengan hasil penelitian

dijumpai jumlah bakteri minimal pada molar band sebelum digunakan adalah 0 CFU/ml, sedangkan maksimal sebesar 2 CFU/ml. Jumlah bakteri pada molar band sebelum digunakan adalah sebesar 32 CFU/ml, sedangkan maksimal sebesar 49 CFU/ml. Sedangkan jumlah bakteri pada molar band setelah disterilisasi dengan autoklafpaling minimal adalah 0 CFU/ml dan maksimal adalah 7 CFU/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri pada instrumen sebelum dan setelah disterilisasi.

Pada kelompok A terlihat jumlah bakteri minimal yaitu 0 CFU/ml didapatkan pada kaca mulut, tang, dan pinset. Sedangkan jumlah bakteri maksimal dari kelompok A terdapat pada Bein yaitu 56.103 CFU/ml. Pada kelompok B terlihat jumlah bakteri minimal didapatkan pada pinset yaitu 0 CFU/ml dan bakteri maksimal sebanyak 264.103CFU/ml pada tang. Pada kelompok C terlihat jumlah bakteri pada seluruh instrumen semi-kritis yaitu 0 CFU/ml sedangkan jumlah bakteri maksimal didapatkan pada isntrumen kritis tang yaitu sebanyak 14. 103 CFU/ml.

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon signed rank testmenunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada jumlah bakteri di instrumen sebelum dan setelah perlakuan yang menunjukkan efektivitas penggunaan autoklaf sebagai alat sterilisasi untuk menurunkan jumlah bakteri pada instrumen bedah mulut.

Dapat disimpulkan bahwa autoklaf merupakan metode sterilisasi yang efektif dalam penurunan jumlah bakteri. Hal ini berkaitan dengan beberapa penelitian yang berpendapat bahwa autoklaf merupakan metode sterilisasi yang banyak digunakan oleh tenaga kesehatan karena memberikan hasil yang paling baik dalam menghilangkan segala bentuk mikroorganisme.14

Dalam penelitian ini juga dilakukan pemeriksaan untuk melihat jenis bakteri yang terdapat pada instrumen bedah apakah bakteri tersebut gram positif atau negatif.Setelah dilihat menggunakan mikroskop hasil yang diperoleh dari 6 sampel adalah 1 sampel berwarna merah dan 5 sampel berwarna biru. Warna merah terjadi karena bakteri mengikat cairan sel safranin yang artinya jenis bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif.

Gambar 42. Bakteri gram negatif setelah dilakukan pewarnaan dengan cairan safranin

Sedangkan warna biru terjadi karena bakteri mengikat cairan kristal violet yang artinya jenis bakteri tersebut adalah bakteri gram positif seperti Streptokokus mutans, Stafilokokus sp. dan Laktobasilus sp.Berdasarkan sampel penelitian ini terlihat mayoritas jenis bakteri merupakan bakteri gram positif.

Gambar 43. Bakteri gram positif setelah dilakukan pewarnaan dengan kristal violet

BAB 6

Dokumen terkait