• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

2. Analisis Bivariat

3

Normal Dicurigai Tidak dapat diuji

15 9 7 48,4 29,0 48,4

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil penelitian dari 31 responden anak, mayoritas perkembangan motorik halus anak dalam kategori normal sebanyak 15 orang (48,4 %).

2. Analisis Bivariat

Merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kedua variabel, yaitu dengan menyilang antara variabel dependent dan variabel independent.

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun

Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat Tahun 2014 (n = 31)

No. Pemberian

Stimulasi

Perkembangan motorik halus Jumlah

P Value

T.dapat

diuji Dicurigai Normal F %

F % F % F % 1. Kurang 7 22,6 0 0 0 0 7 22,6 0,000 2. Cukup 0 0 9 29,0 4 12,9 13 41,9 3. Baik 0 0 0 0 11 35,5 11 35,5 Total 7 22,6 9 29,0 15 48,4 31 100,0 0,000

Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil mayoritas responden memberikan stimulasi baik kepada anak dengan penilaian perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 11 orang (35,5%).

Berdasarkan hasil uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan p < α (0,000 < 0,05) berarti Ho ditolak. Hal ini secara statistic menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

C. Pembahasan

1. Interpretasi dan diskusi hasil

Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang “Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun Di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014”.

a. Pemberian stimulasi anak usia 1-5 tahun di posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

Pemberian stimulasi merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perkembangan seseorang, terbukti bahwa perkembangan yang didasari oleh stimulasi akan lebih cepat terlatih dari pada perkembangan yang tidak didasari oleh stimulasi (Soedjatmiko, 2008).

Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan

sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dan lain-lain. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih responsive terhadap lingkungannya dan lebih berkembang (Ronald, S.H, 2011).

Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Suherman, 2000). Stimulasi dapat dilakukan oleh orangtua terutama ibu setiap ada kesempatan atau sehari-hari.

Dalam pencapaian perkembangan motorik anak, tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya distimulasi dari orangtua, terutama ibu. Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Namun, banyak orangtua yang kurang memahami tentang pentingnya stimulasi dilakukan kepada anak-anak, terutama umur 1-5 tahun.

Pada pertanyaan mengenai “apakah ibu ada mengajari anak menggambar bentuk-bentuk seperti garis, bulatan dan lain-lain ?“,ibu menjawab telah diberikan sebanyak 23 orang (74,2%), pertanyaan tentang “apakah ibu ada mengajari anak memotong dengan mengunakan gunting mainan?’, ibu menjawab telah diberikan sebanyak 14 orang (24,2%), dan pertanyaan tentang “apakah ibu ada mengajari anak menulis atau menggambar ?” ibu menjawab 10 orang (32,3%).

Pertanyaan tersebut merupakan stimulasi yang penting diberikan kepada anak untuk perkembangan motorik halus dalam hal kecekatan. Keterampilan-keterampilan motorik halus melibatkan otot kecil yang memungkinkan fungsi-gungsi seperti menggenggam dan memanipulasi objek-objek kecil. Karena jari dan ibu jari menjadi dasar keterampilan-keterampilan manual yang lebih canggih seperti menulis, menggambar dan menggunakan gunting (Upton, 2012). b. Perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di posyandu

gampong rantau panyang barat kecamatan meureubo kabupaten aceh barat tahun 2014

Untuk menilai perkembangan motorik halus di ukur dengan Denver II yang merupakan salah satu alat skrinning perkembangan, alat ini membantu tenaga kesehatan untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada bayi atau anak (Suwariyah. 2013).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil penilaian perkembangan motorik halus dengan menggunakan lembar Denver II

sebagian besar perkembangan motorik halus anak dalam kategori normal yang artinya anak dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan garis usia. Seperti pada usia 40 bulan anak dapat melakukan tugas perkembangan membangun menara, menggambar, mencoret-coret, menggoyangkan ibu jari dan mencontoh.

Motorik halus adalah gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Gerakan motorik halus, antara lain adalah anak mulai dapat menggenggam, menulis, menggambar dan sebagainya.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kemantangan mental (Upton, 2012)

agar dapat berkembang dengan baik. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bermain dengan anak, dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (Suherman, 2000).

Perkembangan motorik halus secara konsisten berhubungan positif dengan kemampuan kognitif khususnya, dan menjadi alat prediksi dalam prestasi belajar yang rendah. Ada 3 hal yang paling

penting dari keterampilan motorik halus: (1) Keterampilan motorik halus dapat membentuk kemampuan dasar anak, (2) keterampilan halus dan membaca memiliki korelasi yang jelas dalam memenuhi semua keperluan mata pelajaran, (3) keterampilan motorik halus memiliki dampak emosional pada perkembangan anak. Heidrun, Albert, Philipp (2008) dalam Sudiarto.

Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai engan kelompok umurnya. Tedjasaputra (2003) dalam Budianto (2013).

Keterlambatan motorik halus anak akan menyebabkan rasa rendah diri, kecemburuan terhadap anak lain, kekecewaan terhadap orang dewasa, penolakan sosial, ketergantungan dan malu (Hurlock, 2003). Menurut Sulistyaningsih (2010) rasa rendah diri, kecemburuan terhadap anak lain, dan malu akan menyebabkan anak kesulitan memasuki bangku sekolah, sebab ketrampilan motorik sangat diperlukan dalam bersosialisasi dengan teman sebaya dalam hal

bermain, keterampilan menulis dan membaca, sedangkan kekecewaan terhadap orang dewasa, ketergantungan dan rasa malu akan menyebabkan prestasi anak jauh di bawah kemampuannya.

c. Hubungan pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya hubungan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun. Dari hasil penelitian, mayoritas responden di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meurebo Kabupaten Aceh Barat memberikan stimulasi dengan kategori baik kepada anak dengan penilaian perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 11 orang (35,5%).

Hal ini dibuktikan dengan uji statistik chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Hal ini secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan tugas perkembangan anak. Tugas perkembangan anak adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, keberhasilan pencapaian tugas perkembangan di masa lalu membuat seseorang bahagia dan sukses melalui tahap perkembangan

berikutnya. Sedangkan kegagalan menyebabkan kesedihan pada individu, dicela masyarakat dan kesulitan melalui tugas selanjutnya (Maryunani. 2010)

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa sikecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil. (Hirmaningsih. 2010 ).

Motorik halus dilakukan dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motorik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.

Stimulasi yang di lakukan sejak bayi dalam kandungan hingga lahir dan dilakukan secara terus-menerus dengan penuh kasih sayang. akan menciptakan anak yang cerdas, dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal, mandiri, memiliki emosi yang stabil, serta mudah beradaptasi. Septiari (2012) dalam Helmy (2013).

Menurut Suherman,2005 pentingnya peran aktif orang tua dalam memberikan rangsangan (stimulasi) terhadap perkembangan seorang anak. Orang tua sebagai pengasuh memiliki peranan penting dalam

mengontrol, membimbing dan mendampingi anak- anaknya menuju kedewasaan. Dalam menuju kedewasaan, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi apa yang menjadi hak-hak anak. Untuk itu, pengetauan yang baik merupakan hal yang perlu dicapai karena dapat menjadi salah satu faktor pendukung stimulasi terhadap perkembangan anak.

Berdasarkan hasil penelitian Helmy Bety Kosegeran tahun yaitu pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini pada anak usia 4-5 tahun di desa Ranoketang Atas tahun 2013 secara umum memiliki perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya dan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi dini dengan perkembangan anak usia 4-5 tahun didesa Ranoketang Atas.

Banyak stimulasi yang dapat dilakukan untuk merangsang motorik halus anak. Salah satu penelitian Muslimat (2007) mengutamakan stimulasi dalam bentuk Senam otak (brain gym) meningkatkan motorik halus siswa usia (4-5 tahun) di Raudotul Athfal Baitul Mu’minin (Muslimat 17) Gunungrejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, terdapat perbedaan peningkatan tingkat motorik halus anak usia 4-5 tahun antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian Yashinta tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi tumbuh kembang dengan perkembangan motorik halus anak usia 3-5 Tahun didapat hasil pengukuran tingkat perkembangan motorik halus pada anak usia 3-5

tahun didapatkan bahwa sebagian besar memiliki tingkat perkembangan motorik halus yang baik (47%).

2. Keterbatasan penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pada pengambilan data mengenai pemberian stimulasi peneliti mengunakan kuesioner yang diisi oleh responden tanpa melihat diberikan, belum diberikan atau tidak diberikan stimulasi pada anak tersebut. Sehingga disini diperlukan kejujuran dari responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Selanjutnya pada pengambilan data mengenai perkembangan motorik halus anak, peneliti hanya melakukan satu kali penilaian saja, tanpa melakukan penilaian ulang, seperti anak dengan kategori dicurigai dan tidak dapat diuji.

3. Implikasi untuk asuhan kebidanan atau pendidikan bidan

a. Hasil penelitian ini memberi informasi bagi pelayanan kebidanan sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan terutama dalam hal pemberian stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

b. Sebagai penelitian dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya dan penelitian yang sama. Semua ilmu diharapkan mampu diimplikasikan dalam masyarakat.

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun Di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014.

1. Hasil penelitian dari 31 responden di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat diperoleh bahwa mayoritas pemberian stimulasi kepada anak termasuk dalam kategori cukup sebanyak 13 orang (41,9%).

2. Hasil penelitian dari 31 responden di Posyandu Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat diperoleh mayoritas penilaian motorik halus kepada anak termasuk dalam kategori normal sebanyak 15 orang (48,4%).

3. Mayoritas responden memberikan stimulasi yang baik dengan perkembangan motorik halus normal sebanyak 11 orang (35,5%). Berdasarkan hasil uji chi square pada tingkat signifikan α = 0,05 (95%), maka didapatkan ρ < α (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak. Hal ini secara statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian stimulasi dengan perkembangan motorik halus pada anak 1-5 tahun.

B. Saran

1. Bagi Bidan

Diharapkan bidan dapat menerapkan pemantauan perkembangan motorik halus anak dalam memberikan asuhan kebidanan.

2. Bagi Mahasiswa Kebidanan

Diharapkan dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswi terutama dalam mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak dan Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah

3. Bagi Peneliti

Diharapkan karya tulis ilmiah ini peneliti dapat menerapkan ilmu metodelogi penelitian dan menambah pengetahuan tentang pemberian stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak usia 1-5 tahun.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menambah dan meneruskan penelitian pada aspek yang lebih luas lagi terutama dalam menggali semua hal yang berhubungan tentang pemberian stimulasi dan perkembangan motorik halus anak.

Dokumen terkait