• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Hasil Penelitian terhadap Putusan The Prosecutor V. Jean-Pierre Bemba Gombo/ICC-01/05-01/08 tentang Unsur-Unsur Tanggung Jawab

Komando

a) Posisi Kasus

Penulis mengkaji unsur-unsur tanggung jawab komando pada studi kasus putusan The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo/ICC-01/05-01/08. Berikut kronologi kasusnya:

1. Pierre Bemba Gombo merupakan seorang warga Negara Republik Demokratik Kongo (RDK), merupakan Presiden Pergerakan Pemberontak/Pembebasan Kongo (Movement for the Liberation of the Congo), sebuah partai yang didirikannya dan merupakan Komandan (Panglima) Tertinggi dari sayap militer Armee de Liberation du Congo (ALC). 2. Pada 15 Juni 2009, Mahkamah Pra-Peradilan II menyatakan bahwa ada cukup bukti untuk landasan dasar yang menetapkan bahwa Bemba bertanggung jawab sebagai Komandan militer yang aktif yang dimaksud dalam Artikel 28(a) atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang diduga dilakukan di wilayah Republik Afrika Tengah (CAR) sejak atau sekitar 26 Oktober 2002 sampai 15 Maret 2003.26

3. Sebagai Presiden dan Komandan Tertinggi dari MLC dan ALC, Bemba memiliki wewenang seperti memberikan keputusan militer seperti memerintahkan suatu operasi militer, mendistribusikan senjata dan amunisi dalam ALC, sumber dana dan keuangan MLC dan ALC serta wewenang atas

26

Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, number 2 page 10.

50 keputusan yang berhubungan dengan makanan, bahan bakar, obat-obatan dan pakaian dalam MLC dan ALC.

4. Bemba mengkomunikasikan setiap perintah atau instruksi langgsung kepada komandan di lapangan dengan beberapa alat. Pertama menggunakan sistem jaringan “phonie”27 , kedua telepon satelit thuraya28 untuk melakukan panggilan di wilayah yang tidak dijangkau jaringan. Sedangkan alat komunikasi yang dimiliki sendiri oleh Bemba di kediamannya di Gbadolite (ibukota Provinsi Ubangi Utara, Republik Demokratik Kongo) yaitu telepon seluler dan walkie talkie29 Motorola yang terhubung ke jaringan lokal Gbadolite. Dengan bantuan seorang operator Bemba bisa langsung menghubungi komandan di lapangan dengan menggunakan “phonie” di Demokratic Republic Congo (Republik Demokratik Kongo) di kediamannya atau di pusat transmisi di samping kediamannya. Bemba dapat menghubungi komandan di lapangan dengan satelit atau perangkat thuraya tanpa melalui pusat transmisi.30

27 Jaringan “phonie” adalah jaringan yang dibuat staff umum MLC dengan pusat transmisi di Gbadolit yang mengelola jaringan dan unit di lapangan. Sistem phonie mengizinkan komunikasi lisan ataupun nonlisan antara Gbadolite dan komandan di lapangan namun tidak bisa digunakan jika cuaca sedang buruk ataupun peralatan radionya rusak. Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, number 394 page 178.

28 Thuraya adalah perusahaan penyedia telepon satelit yang didirikan dan berbasis di Uni Emirat Arab (Arab Saudi). Thuraya memberikan fasilitas panggilan suara, data, fax, pesan singkat dan GPS untuk berbagai perusahaan, militer, maritime, pemerintah dan organisasi non pemerintah dalam wilayah cakupan mereka. Dikutip dari: http://rentalhtsurabaya.com/sekilas-tentang-telepon-satelit-thuraya/, dikunjungi pada 28 Oktober 2017, pukul 12.19.

29 Walkie talkie adalah sebuah alat komunikasi genggam yang dapat mengkomunikasikan dua orang atau lebih dengan menggunakan gelombang radio. Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Walkie_talkie, dikunjungi pada 28 Oktober 2017, pukul 12.20.

30 Transmisi (telekomunikasi) merupakan sebuah pemancar (Transmitter) telekomunikasi yang bertujuan untuk memancarkan sinyal Radio Frekuensi (RF) yang membawa sinyal informasi berupa gambar (video) dan suara (audio), sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima (receiver) di daerah yang tercakup oleh pemancar tersebut. Dikutip dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Transmisi_(telekomunikasi) , dikunjungi pada 28 Oktober 2017, pukul 12. 25.

51 5. Pada tahun 2002, Ange-Felix Patasse yang merupakan Presiden dari Central Afrika Republik (Republik Afrika Tengah) menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Francois Bozize. Untuk melindungi rezimnya dan mengalahkan kudeta tersebut Patasse meminta Bemba untuk membantunya sehingga MLC terlibat dalam perang sipil di CAR. Selama periode inilah MLC diduga melakukan penyiksaan, pemerkosaan dan serangan serta merendahkan martabat manusia. Mereka juga diduga terlibat dalam penjarahan terutama di kota Mongoumba dan Bossangoa.

6. Bemba selaku presiden dan komandan kepala MLC dan ALC diduga mengetahui kejahatan yang dilakukan oleh pasukannya karena memiliki wewenang di dalam pengambil keputusan di dalam organisasi tersebut. 7. Jaksa Penuntut v. Jean-Pierre Bemba Gombo (ICC-01/05-01/08) merupakan nomor pengadilan Bemba. Berdasarkan Artikel 28 Statuta Roma 1998 Bemba memiliki tanggung jawab komando. Mahkamah Pra Peradilan II ICC mengkonfirmasi lima tuduhan atas Bemba yaitu:

- Murder constituting a crime against humanity within the meaning of article 7(1)(a) of the Rome Statute;

- Rape constituting a crime against humanity within the meaning of the article 7(1)(g) of the Rome Statute;

- Murder constituting a war crime within the meaning of article 8(2)(c)(i) of the Rome Statute;

- Rape constituting a war crime within the meaning of article 8(2)(e)(vi) of the Rome Statute; and

52 - Pillaging constituting a war crime within the meaning of article 8(2)(e)(v) of the Rome Statute.31

8. Persidangan Bemba dimulai pada 22 November 2010 dan ia mengaku tidak bersalah atas semua dakwaan. Pada 21 Maret 2016, Mahkamah Peradilan menemukan Bemba bersalah atas pembunuhan dan pemerkosaan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan serta pembunuhan, pemerkosaan dan penjarahan sebagai kejahatan perang dilakukan di CAR antara Oktober 2002 dan Maret 2003. Mahkamah menyimpulkan bahwa Bemba adalah komandan di MLC dan memiliki kontrol efektif atas organisasi tersebut. Bemba mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa MLC melakukan kejahatan dan seharusnya melakukan tindakan yang wajar untuk mencegah dan menghentikan tindakan tersebut.

9. Pada 21 Juni 2016, Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) menjatuhi hukuman 18 tahun penjara pada Bemba. Mahkamah menekankan hukuman berat yang dijatuhi atas kejatan serius yaitu pembunuhan, pemerkosaan dan penjarahan.

10. Berikut bukti-bukti yang menerangkan pembunuhan (murder) yang dilakukan pasukan MLC kepada penduduk sipil di Republik Afrika Tengah daari atau sekitar 26 Oktober 2002 sampai 15 Maret 2003 menurut angka 622-630 Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, yaitu sebagai berikut.

31 Dikutip dari: https://trialinternational.org/latest-post/jean-pierre-bemba-gombo/, dikunjungi pada 28 Oktober 2017, pukul 12.30.

53 i) Data korban yang dibunuh oleh pelaku namun Mahkamah belum menetapkan status perlindungan korban-korban ini karena korban-korban ini bukanlah warga sipil, yaitu: seorang wanita yang tidak dikenal di PK12 seperti yang disaksikan P110, sepupu P42 di PK22, paman P68 di Damara, seorang wanita tak dikenal di Mongoumba seperti yang disaksikan oleh V1, dan anak yang tidak dikenal di Bangui sebagaimana disaksikan oleh P169.

ii) Data korban yang dibunuh oleh pelaku yang status perlindungan korbannya telah ditetapkan Mahkamah karena merupakan warga sipil yang tidak berperan aktif dalam pertempuran pada saat mereka dibunuh, yaitu: saudara laki-laki P87 di Bangui pada akhir Oktober 2002, saudara perempuan P69 di PK12 (point Kilometre 12) setelah kedatangan MLC di PK12 dan seorang pria muslim yang tidak dikenal pada tanggal 5 Maret 2003 di Mongoumba.

iii) Menurut para saksi para pelaku pembunuhan itu mengenakan seragam militer Republik Afrika Tengah atau pakaian lainnya yang serupa dengannya. Namun Mahkamah menyatakan bahwa sejumlah pasukan yang beroperasi di dalam Republik Afrika Tengah selama waktu dakwaan tersebut mengenakan seragam semacam itu sehingga bukti ini hanya bersifat sementara mempersempit pelaku.

iv) Para saksi sendiri mengidentifikasikan pelaku sebagai tentara

“Banyamulengues” atau MLC. V1 bersaksi bahwa pelaku di Mongoumba

mengidentifikasi dirinya dan menyatakan bahwa “Presiden” mereka adalah “Bapak Bemba”.

v) Para saksi juga menegaskan korban pembunuhan di atas juga berjatuhan setelah kedatangan pasukan MLC di daerah itu, dan pada saat itu hanya pasukan MLC yang ada di PK12 dan Mongoumba.

54 vi) P87 juga memberi kesaksian bahwa MLC adalah satu-satunya pasukan bersenjata yang hadir di Arrondissement of Bangui pada saat itu.

vii) Para pelaku berbicara bahasa Sango (bahasa yang biasa digunakan dalam Republik Afrika Tengah) dan bahasa Lingala (bahasa yang biasa digunakan dalam Republik Demokratik Kongo atau Perancis, mereka berbicara satu sama lain dengan korbannya. V1, yang berbicara baik dengan bahasa Sango maupun Lingala, terpaksa bertindak sebagai penerjemah bagi pelaku. Mahkamah pun berpendapat bahwa tindakan pelaku sesuai dengan bukti modus operandi32 MLC dan motif umum tentara MLC selama operasi Republik Afrika Tengah pada tahun 2002-2003.

viii) Jadi, berdasarkan bukti-bukti tersebut Mahkamah menegaskan bahwa tentara MLC melakukan kejahatan perang pembunuhan dan kejahatan melawan kemanusiaan di Republik Afrika Tengah antara pada atau sekitar 26 Oktober 2002 dan 15 Maret 2003.

11. Berikut bukti-bukti yang menerangkan pemerkosaan (rape) yang dilakukan pasukan MLC kepada penduduk sipil di Republik Afrika Tengah dari atau sekitar 26 Oktober 2002 sampai 15 Maret 2003 menurut angka 631-638 Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, yaitu sebagai berikut.

i) Para korban diperkosa oleh pelaku dengan paksa dan pelaku menyerang korban dengan menembus vagina dan/atau anus mereka, dan/atau

32 Modus operandi berasal bari bahasa Latin yang artinya prosedur atau cara bergerak atau berbuat sesuatu (Karni, 2000:49), dikutip dari http://digilib.unila.ac.id/10689/18/BAB%20II.pdf, dikunjungi pada 28 Oktober 2017, pukul 14. 29. Sedangkan menurut Wikipedia modus operandi adalah cara operasi orang perorang atau kelompok penjahat dalam menjalankan rencana kejahatannya, https://id.wikipedia.org/wiki/Modus_operandi, dikunjungi pada 28 Oktober 2017, pukul 14.33.

55 melakukan kontak fisik lainnya pada tubuh korban dengan penis mereka. Data-data korban yaitu: P68 dan saudara ipar P68 di Bangui pada akhir Oktober 2002, dua gadis yang tidak dikenal yang berusia 12 dan 13 tahun di Bangui pada atau sekitar 30 Oktober 2002, P87 di Bangui pada atau sekitar taanggal 30 Oktober 2002, delapan wanita tidak dikenal di pantai pelabuhan angkatan laut di Bangui pada akhir Oktober atau awal November 2002, P23, P80, P81, P82 dan dua putri P23 di PK12 pada awal November 2002, P69 dan istrinya di PK12 pada akhir November 2002, P22 di PK12 pada atau sekitar 6 atau 7 November 2002, P79 dan putrinya di PK12 beberapa hari setelah MLC tiba di PK12, Putri P42 di PK12 sekitar akhir November 2002, P299 di Mongoumba pada tanggal 5 Maret 2003 dan V1 di Mongoumba pada tanggal 5 Maret 2003. ii) Pelaku tindakan yang melibatkan P69 dan istrinya, P87 dan V1 memiliki ciri dan karakteristik yang sama dengan tentara MLC yang membunuh warga sipil, seperti yang disebutkan di atas. Oleh karena itu, Mahkamah menggabungkan setiap temuan tersebut. Selain karakteristik dan ciri yang sama, interaksi berulang antara korban, saksi dan tentara MLC, fakta bahwa korban dan saksi mengidentifikasi (mengenali) pelaku sebagai

“Banyamulengues” atau MLC, gerakan pasukan bersenjata dan kehadiran khusus MLC di lokasi yang berkaitan pada saat kejahatan, bahasa pelaku, seragam mereka, dan/atau fakta bahwa tindakan mereka sesuai dengan bukti modus operandi dan pelaku MLC, sebuah motif yang umum ketika menargetkan warga sipil. Selanjutnya, P119 memberi kesaksian bahwa tentara yang tiba dirumahnya di PK12 mereka menyatakan bahwa mereka dikirim

oleh “Papa Bemba”.

iii) P29 juga memberikan kesaksian bahwa dialek asing yang diucapkan oleh pelaku yang menyerangnya mungkin tidak berbahasa Lingala namun P29

56 juga tidak bisa memahami bahasa yang dikatakan oleh pelaku, dan mereka menggunakan isyarat tangan untuk berkomunikasi dengan pelaku.

iv) Jadi, berdasarkan bukti-bukti tersebut Mahkamah menegaskan bahwa tentara MLC melakukan melakukan kejatan perang dan kejahatan melawan kemanusiaan yaitu pemerkosaan di Republik Afrika Tengah antara atau pada sekitar tanggal 26 Oktober 2002 dan 15 Maret 2003.

12. Berikut bukti-bukti yang menerangkan penjarahan (pillaging) yang dilakukan pasukan MLC kepada penduduk sipil di Republik Afrika Tengah daari atau sekitar 26 Oktober 2002 sampai 15 Maret 2003 menurut angka 639-649 Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, yaitu sebagai berikut.

i) Data-data para korban yang dijarah oleh para pelaku yaitu: P68 dan ipar perempuannya di Bangui pada akhir Oktober 2002, P119 di Bangui setelah 30 Oktober 2002, P87 dan keluarganya di Bangui pada atau sekitar 30 Oktober 2002, P23, P80, P81 dan P82 di Bangui pada awal November 2002, saudara perempuan P69 di PK12 sehari setelah MLC tiba, P69 di PK12 pada bulan November 2002, P108 di PK12 selama kehadiran MLC, P110 di PK12 sehari setelah MLC tiba, P112 di PK12 di November 2002, P22 dan pamannya di PK12 pada atau sekitar 6 atau 7 November 2002, P79 dan saudara laki-lakinya di PK12 beberapa hari setelah kedatangan MLC, P73 di PK12 pada akhir November 2002, P42 dan keluarganya di PK12 pada akhir November 2002, seorang wanita di semak-semak di luar PK22 pada bulan November 2002, V2 di Sibut pada hari setelah kedatangan MLC, dan V1, sebuah gereja,

57 kepolisian (the gendarmerie) dan walikota di Mongoumba pada tanggal 5 Maret 2003.

ii) V2, P69, P110 dan P112 tidak ada ketika harta (property) mereka dijarah oleh para pelaku. Ketika V2, P69, P110 dan P112 pulang, mereka melihat rumah mereka, dan pada kasus V2 tokonya telah dirusak dan barang-barangnya diambil. Di Sibut, V2 juga melihat barang-barang yang dijarah tersebut ditumpuk oleh MLC di markas mereka dan V2 juga mendengar tentang penjarahan yang dilakukan pasukan MLC dari orang lain di saat itu. Demikian juga P69, P110 dan P112 mengamati tindakan penjarahan lainnya di PK12 dan mendengar tentang penjarahan yang dilakukan pasukan MLC. Pasukan MLC merupakan satu-satunya kelompok bersenjata yang hadir di PK12 dan Sibut pada waktu yang berkaitan, sehingga Mahkamah menyatakan bahwa satu-satunya kesimpulan yang masuk akal adalah V2, P69, P110 dan P112 dapat mengidentifikasi orang-orang yang menjarah barang-barang mereka.

iii) Para pelaku mengambil banyak barang dari korban termasuk dokumen administratif, pakaian, perabotan, peralatan, radio, televisi, barang pribadi yang berharga, uang, ternak, makanan, kendaraan dan bahan bakar. P42 juga

bersaksi bahwa mereka mengambil “semuanya” bahkan beberapa korban

ditinggalkan tanpa apa-apa.

iv) Jadi, berdasarkan bukti-bukti tersebut Mahkamah menegaskan bahwa tentara MLC melakukan melakukan kejatan perang yaitu penjarahan di Republik Afrika Tengah antara atau pada sekitar tanggal 26 Oktober 2002 dan 15 Maret 2003.

58 b) Dakwaan (Indictment)

Berikut dakwaan yang didakwakan kepada Bemba:

- Ada cukup bukti dan landasan dasar yang diduga dilakukan MLC di wilayah Republik Afrika Tengah (CAR) sejak atau sekitar 26 Oktober 2002 sampai 15 Maret 2003 sehingga Bemba didakwakan atas:

i. Pembunuhan yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan sesuai dengan Artikel 7(1)(a) Statuta Roma;

ii. Pemerkosaan yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan sesuai dengan Artikel 7(1)(g) Statuta Roma;

iii. Pembunuhan yang merupakan kejahatan perang sesuai dengan Artikel 8(2)(c)(i) Statuta Roma;

iv. Pemerkosaan yang merupakan kejahatan perang sesuai dengan Artikel 8(2)(e)(vi) Statuta Roma; dan

v. Penjarahan yang merupakan kejahatan perang sesuai dengan Artikel 8(2)(e)(v) Statuta Roma.

- Berdasarkan Artikel 74(2), Mahkamah telah memastikan bahwa Mahkamah tidak mendakwakan hal yang melebihi fakta dan keadaan yang dijelaskan dalam dakwaan yang dikonfirmasi oleh Pra Peradilan Mahkamah.33

c) Pertimbangan Hakim terhadap Tanggung Jawab Komando Berikut pertimbangan hakim yang dikutip dari Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, yang dikaitkan Penulis dengan

33 Situation in The Central African Republic in The Case of The Prosecutor v. Jean-Pierre Bemba Gombo No. ICC-01/05-01/08 Public with annexes I, II, and A to F Judgment pursuant to Article 74 of the Statute, date 21 March 2016, number 3 page 11.

59 unsur-unsur tanggung jawab komando yang sudah dimuat dalam bagian sebelumnya, yaitu:

- Ada hubungan komando antara komandan dengan bawahan yang melakukan kejahatan

i) Paragraf 184

“Mr Bemba was the President of the MLC, the leader of the political branch, and the Commander-in-Chief of the ALC from its creation and throughout the period of the charges. He also held the military rank of Divisional General, or General de Division. Mr Bemba founded the MLC and was the organization’s figurehead and source of its funding,

goals, and aims. Under Article 12 of the MLC Statute, Mr Bemba held broad functions and powers, including over internal organization and

policy in MLC’s military and political wings.”

(Terjemahan bebas: Bemba adalah Presiden MLC, seorang pemimpin partai politik, dan seorang Panglima (Komandan) Tertinggi dari ALC yang merupakan sayap militer partai tersebut ketika ia menerima dakwaan. Dia juga memiliki pangkat militer Divisi Jenderal atau Jenderal Divisi. Bapak Bemba mendirikan MLC dan menjadi kepala organisasi dan sumber pendanaan dan visi misi dari organisasi tersebut. Berdasarkan Artikel 12 dari Peraturan MLC, Bemba memiliki fungsi dan wewenang yang luas termasuk organisasi internal dan dalam pemberian kebijakan pada sayap militer dan politiknya di MLC.)

- Ada komando atau pengawasan efektif dari komandan terhadap bawahan yang melakukan kejahatan

i) Paragraf 389

“Mr Bemba (i) often wore military attire, whether for practical or

symbolic reasons; (ii) carried a command baton or “swagger stick”;

(iii) addressed the MLC troops on several occasion; and (iv) had a large personal security force. MLC troops knew and recognized Mr

Bemba as their president.”

(Terjemahan bebas: Bemba (i) sering mengenakan pakaian militer, mungkin untuk alasan praktis maupun simbolis; (ii) membawa tongkat komando (swagger stick); (iii) dalam beberapa waktu Bemba berbicara kepada pasukan MLC; dan (iv) memiliki pasukan keamanan pribadi yang besar sehingga pasukan MLC mengetahui dan mengakui Bemba adalah presiden mereka.)

60 ii) Paragraf 395

“Two of Mr Bemba’s cahiers de communication org logbooks are in evidence. The first, entitled “Messages in c/man”, contains messages

sent and received between 4 September 2002 and 1 November 2002. The second covers communications sent and received between 21 December 2002 and 7 February 2003. Mr Bemba and other members of the General Staff sent messages through the Chief of General Staff who would transmit it, and give Mr Bemba a copy. Messages were encoded by the operators, sent by phonie, decoded by the addressee

comander’s operator, written in a logbook, and then read by the

relevant commander who would transmit any response in the same manner. Messages arriving from the units in the field were sent to the transmissions centre, decoded, transcribed into the logbooks, and the logbooks were immediately taken to Mr Bemba. Codes were used

because the phonies were not very secure.”

(Terjemahan bebas: Dua buku catatan yang berisikan komunikasi Bemba terbukti. Catatan pertama berjudul “Messages in c/man” yang

berisi pesan yang dikirim dan diterima antara 4 September 2002 dan 1 November 2002. Catatan kedua berisi pesan yang dikirim dan diterima antara 21 Desember melalui Kepala Staff Umum, dan ia akan mengirimkan pesan tersebut dan memberikan salinan pesan tersebut kepada Bemba. Pesan akan dikodekan oleh operator komandan penerima dan akan ditulis kembali dalam buku catatan dan kemudian dibaca kembali oleh komandan yang bersangkutan dan komandan tersebut akan mengirimkan tanggapan (jawaban) dengan cara yang sama. Pesan yang tiba dari unit di lapangan dikirim ke pusat transmisi, diterjemahkan dan di salin (ditranskripsi) ke dalam buku catatan dan buku catatan itu akan diserahkan kembali ke Bemba. Kode digunakan

karena “phonies” tidak terlalu aman.)

- Komandan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa bawahannya akan melakukan atau sudah melakukan kejahatan

i) Paragraf 385

“Mr Bemba ensured a clear division between the political and military

wings. Political members of the MLC had no involvement or authority in military decision, rendering him the primary authority covering both spheres. While not always involved in the implementation of the administrative decisions, Mr Bemba held ultimate authority over the decision-making and took, in general, the most important decision. Once Mr Bemba had taken a decision, it was not debatable. The Secretary General, who coordinated the General Secretariat, and the

administrative apparatus of the MLC implemented Mr Bemba’s decisions.”

61 (Terjemahan bebas: Bapak Bemba menegaskan pembagian antara partai politik dan sayap militernya. Anggota politik MLC tidak memiliki keterlibatan mauppun wewenang dalam keputusan yang diambil di sayap militer sehingga membuat Bemba memiliki otoritas (kewenangan) utama dalam kedua organisasi itu. Meskipun tidak terlalu terlibat dalam pelaksanaan keputusan administrative, Bemba memiliki otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan yang paling penting. Ketika Bemba mengambil keputusan maka keputusan tersebut tidak dapat diperdebatkan (diganggu-gugat). Sekretaris Jenderal dan staff administrasi MLC yang akan mengkoordinasikandan menerapkan keputusan yang diberikan Bemba.)

ii) Paragraf 400

“Although not specifically related to the 2002-2003 CAR Operation, a series of phonie messages from the logbooks provides an example of Mr Bemba exercising his general operational command powers. A commander of an ALC unit reported operational information directly to Mr Bemba and sought his authorization to attack. In response, Mr Bemba sought logistical and operational information and then

Dokumen terkait