• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.2 HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini didapati hasil bahwa terdapat 135 orang yang menderita Hepatocellular Carcinoma (HCC) dengan beberapa gambaran karakteristik dan kriteria yang sudah ditentukan dengan data yang diambil dari instalasi rekam madik di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada rentang tahun 2015-2018. Maka didapati hasil berupa distribusi variable sebagai berikut.

4.2.1 DISTRIBUSI BERDASARKAN USIA

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik berdasarkan usia subjek.

Berdasarkan tabel 4.1 subjek penelitian HCC yang paling banyak berada pada kelompok usia 51-60 tahun dengan jumlah 45 orang (33.3%) kemudian diikuti dengan kelompok usia diatas 41-50 tahun sebanyak 38 orang (28.1%). Usia pasien

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia <30 tahun 3 2.2

termuda pada penelitian ini adalah 28 tahun dan usia tertua 83 tahun.

Data ini sesuai dengan penelitian oleh R.Kumat dkk. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penderita HCC terbanyak rata-rata berada pada rentang usia 51-60 tahun (Kumar et al., 2008). Hal ini bisa disebabkan oleh riwayat penyakit hati kronis yang diderita pasien sebelumnya (Tsukioka et al., 2006).

Pengambilan data rentang usia penelitian ini ialah persepuluh tahun, sesuai dengan kategori umur berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009), serta untuk mendapatkan proporsional yang seimbang diantara semua kelompok usia.

4.2.2 DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik berdasarkan jenis kelamin subjek.

Berdasarkan tabel 4.2 jenis kelamin subjek penelitian yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 113 orang (83.7%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 22 orang (16,3%).

Hasil penelitian H.Akkiz dkk di Turki memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu pasien HCC memiliki persentase laki-laki (81.11%) dan perempuan (18.89%) (Akkiz et al., 2019). Hal ini dapat terjadi karena tingginya tingkat konsumsi minuman beralkohol pada laki-laki menjadi faktor risiko terjadinya HCC (Budny et al., 2017).

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 113 83.7

Perempuan 22 16.3

4.2.3 DISTRIBUSI BERDASARKAN SUKU

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik berdasarkan Suku subjek.

Berdasarkan tabel 4.3 suku subjek penelitian yang paling banyak adalah suku Batak dengan jumlah 96 orang (71.1%) sedangkan yang paling sedikit adalah suku Melayu dengan jumlah 4 orang (3.0%).

Hal ini dimungkinkan karena jumlah etnik batak (dengan sub etnik) merupakan salah satu etnik dengan jumlah terbesar di provinsi Sumatera Utara. Selain itu juga etnik batak memiliki tingkat konsumsi alcohol cukup tinggi (Panggabean, 2015), sehingga faktor risiko terjadinya HCC dapat meningkat (Gurakar et al., 2001).

4.2.4 DISTRIBUSI BERDASARKAN PENDIDIKAN

Tabel 4.4 Distribusi karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan subjek.

Berdasarkan tabel 4.4 pendidikan terakhir subjek penelitian paling banyak berada pada tingkat SMA sebanyak 81 orang (60%) kemudian diikuti tingkat pendidikan SMP sebanyak 21 orang (15.6%).

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingginya persentase angka kejadian pada tingkat SMA membuat kita harus semakin peduli terhadap risiko yang mungkin muncul (pendeteksian dini) sebelum penyakit mengarah ke komplikasi. Dari data ini juga menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang semakin tinggi tidak menjamin seseorang akan lebih waspada terhadap kejadian suatu penyakit

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Suku Jawa 29 21.5

Batak 96 71.1

Aceh 6 4.4

Melayu 4 3.0

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Pendidikan Tidak sekolah 2 1.5

SD 19 14.1

SMP 21 15.6

SMA 81 60.0

S1/S2/S3 12 8.9

khususnya HCC yang didahului oleh penyakit hati kronis sebelumnya. Pola dan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap perjalanan suatu penyakit sehingga pentingnya edukasi mengenai hepatitis dan sirosis pada kasus HCC (Saran et al., 2016)

4.2.5 DISTRIBUSI BERDASARKAN JENIS HEPATITIS

Tabel 4.5 Distribusi karakteristik berdasarkan jenis hepatitis.

Tabel 4.5 berisi jumlah pasien yang menderita hepatitis B dan C maupun yang tidak menderita hepatitis sebelumnya. Dari data menunjukan jumlah pasien yang menderita hepatitis paling banyak adalah jenis hepatitis B dengan 56 orang (41.5%), sedangkan yang tidak menderita hepatitis sebelumnya adalah sebanyak 73 orang (54.1%).

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pasien HCC yang tidak ada riwayat pemeriksaan jenis hepatitis dapat ditegakkan diagnosanya melalui pemeriksaan lain seperti pemeriksaan USG,CT-Scan,ataupun dari nilai AFP. Dalam perbandingan jenis hepatitis B dan C, data diatas sesuai dengan penelitian H.Akkiz dkk bahwa frekuensi jenis Hepatitis B lebih dominan dibandingkan Hepatitis C dengan perbandingan (60,86%) dan (20,72%) (Akkiz et al., 2019). Sumatera Utara termasuk salah satu provinsi dari 13 provinsi yang memiliki angka kejadian hepatitis B yang cukup tinggi sehingga dapat memungkinkan berkembang menjadi suatu HCC (Ruang, Rsud and Johannes, 2019).

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Hepatitis Tidak ada 73 54.1

Hepatitis B 56 41.5

Hepatitis C 6 4.4

4.2.6 DISTRIBUSI BERDASARKAN GEJALA KLINIS

Tabel 4.6 Distribusi karakteristik berdasarkan gejala klinis.

Berdasarkan tabel 4.6 terdapat 133orang (98.5%) yang mengeluhkan nyeri perut kanan atas sedangkan 2 orang (1.5%) lainnya tidak.

Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian N.Christian-Miller dkk yang menunjukan bahwa (70-90%) mengalami nyeri perut sebagai gejala klinis utama (Christian-Miller and Frenette, 2018).

Pasien yang mengeluhkan mual sebanyak 75 orang (55.6%) sedangkan 60 orang (44.4%) lainnya tidak.

Gejala klinis mual dapat disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada hati ataupun karena pembesaran hati yang kemudian menekan organ lain sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di perut yang menekan nervus vagus hingga terjadi rasa mual (Walsh,1997 : 479). Hasil tabel diatas juga sebanding dengan penelitian V.Sun yang menunjukan gejala klinis mual (40-60%) oleh karena penyakit hati kronis sebelumnya (Sun and Sarna, 2008).

Pasien yang mengeluhkan muntah terdapat 54 orang (40%) sedangkan 81 orang

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Nyeri perut kanan

(60%) lainnya tidak.

Gejala dapat bersifat sementara dan juga dipengaruhi oleh penyakit hati kronis yang mungkin diderita oleh pasien HCC (Barghini et al., 2002).

Pasien yang mengeluhkan demam terdapat 47 orang (34.8%) sedangkan 88 orang (65.2%) lainnya tidak.

Pasien HCC dengan gejala klinis demam berhubungan dengan peningkatan jumlah neutrophil didalam darah, demam juga menunjukkan bahwa terjadi inflamasi sistemik pada penderita dapat bersifat infeksius maupun tidak (Gong et al., 2016). Data ini sesuai dengan penelitian Z.Gong yang menunjukan penderita HCC dengan gejala klinis demam memiliki persentase (38.8%) (Gong et al., 2016)

4.2.7 DISTRIBUSI BERDASARKAN PEMERIKSAAN USG

Tabel 4.10 Distribusi karakteristik berdasarkan pemeriksaan USG.

Berdasarkan tabel 4.10 dalam pemeriksaan USG ditemukan sebanyak 109 orang (80.7%) menunjukan gambaran hepatomegali, diikuti sebanyak 18 orang (13.3%) gambaran Ascites, 7 orang (5.2%) gambaran permukaan hati tidak rata, dan 1 orang (0.7%) gambaran Echo-struktur heterogen.

Menurut penelitian ini sebanding dengan penelitian R.Kumar dkk yang memiliki hasil persentase pencitraan USG berupa hepatomegali (84%) (Kumar et al., 2008). Hepatomegali ini dapat terjadi karena adanya kerusakan sel hati maupun karena infeksi virus Hepatitis B yang sudah lama diderita pasien (El-Serag and Rudolph, 2007).

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

USG Hepatomegali 109 80.7

4.2.8 DISTRIBUSI BERDASARKAN CT-SCAN HATI 3 FASE

Tabel 4.11 Distribusi karakteristik berdasarkan pemeriksaan CT-Scan Hati 3 Fase.

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa pasien HCC yang diperiksa menggunakan pemeriksaan CT-Scan Hati 3 Fase paling banyak terkena lesi pada Lobus kanan sebanyak 98 orang (72.6%) dan pada Lobus kiri sebanyak 37 orang (27.4%).

Data ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh R.Kumar dkk dimana didapati persentase paling banyak terkena pada lobus kanan hati (48%) (Kumar et al., 2008). Lobus kanan hati merupakan bagian terbesar dari hati, dengan sistem peredaran darah yang kompleks melalui vena porta hepatika sehingga jika terjadi paparan infeksi virus terutama Hepatitis B yang bersifat kronis dapat menyebabkan terjadinya lesi pada hati (Gurakar et al., 2001).

4.2.9 DISTRIBUSI BERDASARKAN PEMERIKSAAN AFP

Tabel 4.12 Distribusi karakteristik berdasarkan pemeriksaan Alpha-Fetoprotein (AFP).

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa sebanyak 81 orang (60%) penderita HCC memiliki kadar AFP >20 ng/dl, sedangkan hanya 54 orang (40%) lainnya memiliki kadar AFP <20 ng/dl.

Penelitian yang dilakukan oleh R.Kumar di India menunjukan hasil persentase pemeriksaan kadar AFP pada pasien HCC dengan kadar >20 ng/dl sebanyak (82.8%) (Kumar et al., 2008).

AFP merupakan salah satu penanda serum untuk HCC dan telah digunakan selama bertahun-tahun. AFP tidak meningkat pada semua kasus HCC, beberapa pasien dengan sirosis hati dan/atau peradangan hati dapat mengalami peningkatan AFP, bahkan tanpa adanya tumor (Cartier and Aubé, 2014).

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

CT-Scan Hati 3 Fase

Lobus kiri 37 27.4

Lobus kanan 98 72.6

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Pemeriksaan Lab.

(AFP)

<20 ng/dl 54 40

>20 ng/dl 81 60

4.2.10 DISTRIBUSI BERDASARKAN BIOPSI HATI

Tabel 4.13 Distribusi karakteristik berdasarkan pemeriksaan Biopsi hati

.

Berdasarkan tabel 4.12 pasien HCC yang dilakukan pemeriksaan Biopsi hati hanya 6 orang (4.4%), sedangkan sebanyak 129 orang (95.6%) tidak dilakukan biopsi hati.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan biopsi hati tidak dilakukan pada seluruh pasien HCC, hal ini dikarenakan biopsi hati termasuk tindakan invasive. Saat ini indikasi dilakukannya biopsi hati pada pasien sirosis hati dan HCC sangat diatur dan mengacu pada beberapa ketentuan dilaksanakannya biopsi hati seperti :

1. Kurangnya akurasi pada pemeriksaan USG maupun CT-Scan dalam mendiagnosis HCC, terutama pada lesi kecil.

2. Risiko biopsi hati, yang mana kontraindikasi terhadap sirosis hati dan koagulopati (Sparchez and Mocan, 2018).

Berdasarkan Hepatocellular Carcinoma EASL Guidline disebutkan bahwa biopsi hati adalah prosedur invasif dengan morbiditas yang signifikan. Komplikasi yang parah, seperti perdarahan intrahepatik, pneumotoraks, dan lainnya terjadi pada sekitar 2% pasien. Oleh karena itu, biopsi umumnya tidak dianjurkan untuk semua pasien yang diduga menderita ALD (alcoholic liver disease), oleh karena itu risiko tersebut harus diperhatikan secara hati-hati terhadap manfaat klinis dan konsekuensi terapi.

BAB V

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Biopsi Hati Ya 6 4.4

Tidak 129 95.6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait