• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian terhadap pasien gagal ginjal kronik

(GGK) di Rumah Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada periode bulan

Januari 2013 sebanyak 35 sampel.

Tabel 2. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki Perempuan 21 14 60 % 40 % Total 35 100%

Angka penderita gagal ginjal kronik (GGK) pada laki-laki sebanyak

21 pasien (60%) lebih tinggi dibandingkan dengan angka penderita gagal

ginjal kronik (GGK) perempuan yaitu sebanyak 14 pasien (40%).

Tabel 3.Karakteristik subyek penelitian berdasarkan umur

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentasi 41 – 50 51 – 60 61 – 70 ≥ 71 11 12 9 3 31,4 % 34,2 % 25,7 % 8,7 % Total 35 100%

Berdasarkan tabel diatas, pasien yang mengalami gagal ginjal

kronik (GGK) tertinggi pada kategori usia 51-60 tahun dan terendah pada kategori kelompok tahun ≥ 71.

27

Tabel 4. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan penurunan kadar, normal dan peningkatan kadar Natrium (Na+)

Natrium (Na+) Presentase (%)

Penurunan (hipo) kadar 20 57,14 %

Normal 13 37,14 %

Peningkatan (hiper) kadar 2 5,72 %

Total 35 orang 100 %

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pasien lebih banyak yang

mengalami penurunan (hipo) pada kadar Natrium yaitu sebesar 57,14 %,

yang mengalami peningkatan (hiper) sebesar 5,72% sedangkan pasien

dengan kadar Natrium normal sebesar 37,14 %.

Tabel 4. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan penurunan kadar, normal dan peningkatan kadar Kalium (K+)

Kalium (K+) Presentase (%)

Penurunan (hipo) kadar 4 11,43 %

Normal 21 60 %

Peningkatan (hiper) kadar 10 28,57 %

Total 35 orang 100 %

Berdasarkan tabel diatas, jumlah pasien dengan kadar kalium

normal lebih tinggi yaitu sebesar 60 %, yang mengalami peningkatan

(hiper) sebesar 28,57 %, sedangkan yang mengalami penurunan (hipo)

sebesar 11,43 %.

Tabel 5. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan penurunan kadar, normal dan peningkatan kadar pada laki-laki

Natrium (Na+) Kalium (K+)

Penurunan (hipo) kadar 15 3

Normal 5 13

Peningkatan (hiper) kadar 1 5

28

Tabel 6. Karakteristik subyek penelitian berdasarkan penurunan kadar, normal dan peningkatan kadar pada perempuan

Natrium (Na+) orang Kalium (K+)

Penurunan (hipo) kadar 5 1

Normal 8 8

Peningkatan (hiper) kadar 1 5

Total 14 orang 14 orang

Table 7. Uji statistik CHI-SQUARE

Elektrolit nilai P

Natrium (Na+) 0,006

Kalium (K+) 0,015

IV.2 Pembahasan

Ginjal merupakan tempat utama dalam pengaturan ekskresi

Natrium (Na+). Hanya sebagian kecil (sekitar 1%) dari filtrasi Natrium (Na+)

yang terekskresikan didalam urine, namun jumlah ini mempengaruhi

keseluruhan keseimbangan Natrium (Na+). (21)

Ginjal juga memiliki peranan yang penting dalam pengendalian

keseimbangan Kalium (K+). Kalium (K+) direabsorbsi oleh tubulus

proksimal dan lengkung henle, dan disekresikan oleh duktus kortikal.

Ketidakmampuan ginjal mengekskresi Kalium (K+) dapat menyebabkan

hiperkalemia sedangkan ekskresi Kalium (K+) yang berlebih dapat

menimbulkan hipokalemia. (21)

Hanya sedikit pemeriksaan yang diperlukan untuk mengetahui

status cairan dan elektrolit, yang secara fisiologis terkait dengan status

29

tersering mencakup elektrolit Natrium (Na+), Kalium (K+), Klorida (Cl-), dan

Bikarbonat (HCO3-). (8)

Pemeriksaan kadar elektrolit (Na+, K+) pada pasien gagal ginjal

kronik (GGK) di Rumah sakit Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar pada

bulan Januari 2013 telah dilakukan terhadap 35 sampel. Jenis penelitian

bersifat cross-sectional study yaitu pengukuran kadar elektrolit (Na+, K+)

hanya dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan.

Ada beberapa faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah, yaitu

usia, jenis kelamin, genetik dan riwayat keluarga. Salah satu dari faktor

tersebut adalah jenis kelamin. Angka kejadian penderita gagal ginjal kronik

(GGK) lebih tinggi pada laki-laki (60%) dibandingkan dengan perempuan

(40%), Penelitian Jaladerany, Cowell, dan Geddes (2006) pada pasien

penyakit gagal ginjal kronis di Inggris yang menunjukkan hal yang sama,

peneliti mendapatkan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak dari pada

perempuan. Prevalensi laki-laki lebih besar daripada perempuan karena

aktivitas laki-laki lebih banyak, sedangkan perempuan lebih sering

menunda dialisis dibanding pria karena kesibukannya dalam pekerjaan

mengurus rumah tangga. (19)

Subjek penelitian berdasarkan umur yang dikelompokkan ke dalam

beberapa kelompok umur. Kelompok umur 41 – 50 tahun sebanyak 11 (31,4 %) pasien, kelompok umur 51 - 60 tahun sebanyak 12 (34,2 %)

pasien, kelompok umur 61 - 70 tahun sebanyak 9 (25,7 %) pasien, kelompok umur ≥ 71 tahun atau lebih sebanyak 3 (8,7 %) pasien. Pada

30

umumnya penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai

memasuki usia 30 tahun dan pada 60 tahun fungsi ginjal menurun sampai

50% yang diakibatkan karena berkurangnya jumlah nefron dan tidak

adanya kemampuan untuk regenerasi. Oleh karena itu, dari data tersebut

dapat diketahui bahwa pertambahan umur turut menjadi faktor risiko

terjadinya penyakit GGK. (14)

Pada pemeriksaan laboratorium elektrolit darah akan menunjukan

penurunan kadar Natrium dan peningkatan kadar Kalium darah. Keadaan

hiponatremia dapat ditemukan pada pasien GGK yang mengalami deplesi

cairan atau dehidrasi. Sedangkan hiperkalemia merupakan komplikasi

GGK, umumnya sering terjadi pada pasien dengan ESRD (end stage renal

disease). (22)

Kekurangan Natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas.

Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam

(salt-losing renal disorder) atau penyakit ginjal lain yang mengganggu

kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering terjadi

adalah kelainan diuretik dalam jangka panjang pada pasien serta

pembatasan asupan garam. Pada bagian endokrin, kegagalan hipofisis

mengeluarkan ACTH atau kegagalan organ targetnya, korteks adrenal,

mengeluarkan aldosteron dapat menyebabkan pengeluaran garam.

Sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai dari hipofisis posterior

31

tubuh. (8) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dimana

nilai Natrium (Na+) lebih rendah (hiponatremia).

Hiperkalemia dapat terjadi pada kerusakan jaringan seperti pada

cedera mekanis yang berat. Selain itu, pasien dengan gagal ginjal dan

gangguan ekskresi Kalium dapat mengalami kelebihan Kalium apabila

asupan Kalium melalui makanan tidak dibatasi. (8) Pada hasil penelitian

didapat nilai Kalium (K+) yang lebih cenderung normal, hal ini disebabkan

karena adanya pembatasan asupan Kalium yang lazimnya dilakukan pada

pasien gagal ginjal kronik (GGK).

Untuk mengetahui gambaran kadar elektrolit (Na+,K+) Pada

penderita gagal ginjal kronik (GGK) dilakukan uji statistik parametrik

menggunakan uji chi-square dengan nilai α = 5% (tingkat kepercayaan 95%), dengan bantuan Software SPSS for Windows versi 19 yang hasil

pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4. Pembacaan hasil uji statistik

ber-dasarkan probabilitas dengan cara menentukan hipotesis statistik maka:

Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar elektrolit (Na+,K+)

pada penderita gagal ginjal kronik (GGK).

H1 : Ada hubungan yang bermakna antara kadar elektrolit (Na+,K+) Pada

penderita gagal ginjal kronik (GGK)

Penentuan kesimpulan probabilitas atas hipotesis statistik sebagai berikut:

jika probabilitas (Significancy) > 0,05, maka Ho : diterima dan jika

32

Pada tabel 4 didapatkan hasil berdasarkan uji statistik chi-square

pada data hasil penelitian diperoleh nilai p pada Natrium (Na+) yaitu

0,006, sedangkan nilai p pada Kalium (K+) yaitu 0,015.

Dengan demikian, Ho ditolak. Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna antara kadar elektrolit (Na+,K+) Pada penderita

33

BAB V

Dokumen terkait