• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibagi atas 2 bagian yaitu: data demografi dan pengalaman nyeri kronis responden yang diukur dengan menggunakan BPI meliputi keparahan nyeri dan gangguan terhadap fungsi (aktivitas) sehari-hari serta PPQ yang mengukur pengetahuan dan pengalaman dengan nyeri kanker di ruang rawat inap Rindu B2A RSUP H. Adam Malik Medan.

1.1Karakteristik Demografi Responden

Responden pada penelitian ini adalah seluruh pasien kanker yang mengalami nyeri kronis atau nyeri lebih dari 6 bulan yang sesuai dengan kriteria inklusi pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (70%) berada pada rentang usia 41-60 tahun dengan rata-rata usia 49.65 tahun, SD=5.294. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (63.3%) dengan tingkat pendidikan terakhir paling banyak adalah SMA (40%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga (46.7%) dan lebih dari setengahnya sudah menikah (93.3%). Berdasarkan hasil penelitian, diagnosa responden terbanyak adalah Ca.Mammae (43.3%) dengan rata-rata

lamanya menderita penyakit 0-6 tahun (93.4%) dan pengobatan yang paling banyak dilakukan adalah kemoterapi (36.7%).

Tabel 1.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden (n=30) Karakteristik Responden f % Usia (Depkes, 2013) 18-40 tahun 6 20.0 41-60 tahun 21 70.0 >60 tahun 3 10.0 Jenis Kelamin Perempuan 19 63.3 Laki-laki 11 36.7 Pendidikan SD 9 30.0 SMP 5 16.7 SMA 12 40.0 Diploma 3 10.0 Sarjana 1 3.3 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 14 46.7

Bertani 5 16.7 Wiraswasta 4 13.3 Koki 2 6.7 Pegawai Swasta 2 6.7 Tidak Bekerja 2 6.7 PNS 1 3.2 Status Pernikahan Menikah 28 93.3 Tidak Menikah 2 6.7

Tabel 1.1.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Diagnosa Penyakit, Lamanya Sakit, dan Pengobatan (n=30)

Variabel f % Diagnosa Penyakit Ca. Mammae 13 43.3 Ca. Nasofaring 2 6.7 Ca. Recti 2 6.7 Liposarcoma 2 6.7 Ca. Prostat 2 6.7 Ca. Colon 1 3.3 Ca. Gaster 1 3.3 Ca. Tiroid 1 3.3 Ca. Pankreas 1 3.3 Ca. Penis 1 3.3 Rhabdomyosarcoma 1 3.3 Multiple myeloma 1 3.3 Ca. Serviks 1 3.3 Ca. Ovarium 1 3.3 Lamanya Sakit 0-6 tahun 28 93.4 7-12 tahun 1 3.3 13-18 tahun 1 3.3 Pengobatan Kemoterapi 11 36.7 Operasi 10 33.3

Kemoterapi dan Operasi 9 30.0

1.2Pengalaman Nyeri Kronis pada Pasien Kanker

Pengalaman nyeri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keparahan nyeri yang dialami selama 24 jam terakhir, gangguan terhadap fungsi sehari-hari yang diukur dengan menggunakan BPI (Brief Pain Inventory), pengetahuan penggunaan obat nyeri dan pengalaman dengan nyeri kanker yang diukur dengan menggunakan PPQ (Patient Pain Questionnaire).

1.2.1 BPI (Brief Pain Inventory)

BPI mengukur pengalaman nyeri berdasarkan keparahan nyeri dan gangguan terhadap fungsi (aktivitas) sehari-hari. Data keparahan nyeri dan gangguan terhadap fungsi sehari-hari dapat dilihat sebagai berikut.

a. Keparahan (severity) Nyeri pada Pasien Kanker di RSUP H. Adam Malik Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas nyeri paling buruk dalam 24 jam terakhir responden adalah sedang (M=5.93, SD=2.900) dengan persentase nyeri ringan (1-3) sebesar 23.3%, nyeri sedang (4-6) sebesar 36.7%, dan nyeri berat (7-10) sebesar 40%. Nyeri paling ringan dalam 24 jam terakhir intensitasnya ringan (M=2.10, SD=1.242) dengan persentase nyeri ringan (1-3) sebesar 86.7% dan nyeri sedang (4-6) sebesar 13.3%. Nyeri sedang (rata-rata) intensitasnya sedang (M=5.00, SD=1.050) dengan persentase nyeri ringan (1-3) sebesar 10%, nyeri sedang (4-6) sebesar 83.3% dan nyeri berat (7-10) sebesar 6.7%. Nyeri pada saat ini intensitasnya ringan (M=2.60, SD=2.313) dengan persentase nyeri ringan (1-3) sebesar 80%. Data keparahan nyeri responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Distribusi Frekuensi, Persentase,Mean Score dan Standard Deviasi Keparahan (severity) Nyeri Pasien Kanker di RSUP H. Adam Malik Medan (n=30)

Keparahan Intensitas f % Mean SD a. Nyeri paling buruk 1-3(nyeri ringan) 7 23.3 5.93 2.900

24 jam terakhir 4-6(nyeri sedang) 11 36.7 7-10(nyeri berat) 12 40.0 Min-Max 1-10

b. Nyeri paling ringan 1-3(nyeri ringan) 26 86.7 2.10 1.242 24 jam terakhir 4-6(nyeri sedang) 4 13.3

Min-Max 1-6

c. Nyeri sedang 1-3(nyeri ringan) 3 10.0 5.00 1.050 (rata-rata) 4-6(nyeri sedang) 25 83.3

7-10(nyeri berat) 2 6.7 Min-Max 3-7

d. Nyeri saat ini 1-3(nyeri ringan) 24 80.0 2.60 2.313 4-6(nyeri sedang) 4 13.3

7-10(nyeri berat) 2 6.7 Min-Max 1-10

b. Gangguan (interference) terhadap fungsi (aktivitas) sehari-hari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, responden mengalami gangguan terhadap fungsi sehari-hari dalam kategori sedang (M=39.13, SD=17.540) dengan persentase kategori ringan (7-28) sebesar 30%, kategori sedang (29-50) sebesar 30%, dan kategori berat (51-70) sebesar 40%. Data gangguan terhadap fungsi sehari-hari dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Distribusi Frekuensi, Persentase, Mean Score dan Standard Deviasi Gangguan (interference) Terhadap Fungsi (Aktivitas) Sehari-hari pada Pasien Kanker di RSUP H. Adam Malik Medan (n=30)

Sub Variabel Kategori f % Mean SD Gangguan fungsi 7-28(ringan) 9 30.0 39.13 17.540 sehari-hari 29-50(sedang) 9 30.0

51-70(berat) 12 40.0 Min-Max 7-65

1.2.2 PPQ (Patient Pain Questionnaire)

PPQ mengukur pengalaman nyeri berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dengan nyeri kanker. Data pengetahuan dan pengalaman dengan nyeri kanker dapat dilihat sebagai berikut.

a. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengetahuan responden tentang penggunaan obat nyeri untuk mengontrol nyeri mereka adalah cukup (M=39.80, SD=10.870) dengan persentase kategori baik (9-36) sebesar 33.3% dan kategori cukup (37-64) sebesar 66.7%. Data pengetahuan tentang penggunaan obat nyeri dalam mengontrol nyeri dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Distribusi Frekuensi, Persentase, Mean Score dan Standard Deviasi Pengetahuan pada Pasien Kanker di RSUP H. Adam Malik Medan Terhadap Penggunaan Obat Nyeri (n=30)

Sub Variabel Kategori f % Mean SD Pengetahuan tentang 9-36(baik) 10 33.3 39.80 10.870 penggunaan obat nyeri 37-64(cukup) 20 66.7

Min-Max 16-56

b. Pengalaman dengan Nyeri Kanker

Hasil analisa data menunjukkan bahwa pengalaman responden dengan nyeri kanker pada kuesioner intensitas nyeri membuat anggota keluarga ikut menderita menunjukkan hasil yang positif (M=4.27, SD=3.194) dengan persentase nyeri ringan (1-3) sebesar 53.3%, nyeri sedang (4-6) sebesar 20%, dan nyeri berat (7-10) sebesar 26.7%. Kuesioner kesanggupan dalam mengontrol nyeri menunjukkan hasil yang positif (M=3.87, SD 2.788) dengan persentase kategori sanggup (1-3) sebesar 53.3%, kategori cukup (4-6) sebesar

33.3%, dan kategori tidak sanggup (7-10) sebesar 13.3%. Kuesioner harapan terhadap nyeri kanker menunjukkan hasil yang positif (M=1.13, SD=1.008) dengan persentase harapan nyeri akan berkurang (0-4) sebesar 100%. Data pengalaman dengan nyeri kanker dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Distribusi Frekuensi, Persentase, Mean Score dan Standard Deviasi Pengalaman dengan Nyeri Kanker pada Pasien Kanker di RSUP H. Adam Malik Medan (N=30)

Sub Variabel Kategori f % Mean SD 1-3(ringan) 16 53.3 4.27 3.194 Intensitas nyeri membuat anggota 4-6(sedang) 6 20.0

keluarga ikut menderita 7-10(berat) 8 26.7 Min-Max 1-9

1-3(sanggup) 16 53.3 3.87 2.788 Kesanggup dalam 4-6(cukup) 10 33.3

mengontrol nyeri 7-10(tidak 4 13.3 sanggup)

Min-Max 1-10

Harapan terhadap nyeri 0-4(berkurang) 30 100.0 1.13 1.008 Min-Max 0-3

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengalaman nyeri kronis pada pasien kanker di ruang rawat inap Rindu B2A RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan 2 kuesioner, yaitu BPI untuk mengukur tingkat keparahan (intensitas) nyeri dan gangguan terhadap fungsi (aktivitas) sehari-hari serta PPQ untuk mengukur pengetahuan penggunaan obat nyeri dan pengalaman dengan nyeri kanker, dapat diuraikan pembahasan sebagai berikut.

2.1Keparahan (severity) nyeri

Keparahan (severity) nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu. Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan

tingkat keparahan pada masing-masing individu (Prasetyo, 2010). Keparahan nyeri yang dialami oleh responden terdiri dari nyeri paling buruk dalam 24 jam terakhir, nyeri paling ringan dalam 24 jam terakhir, nyeri sedang (rata-rata), dan nyeri saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, intensitas nyeri paling buruk dalam 24 jam terakhir adalah sedang (M=5.93, SD=2.900), nyeri paling ringan dalam 24 jam terakhir intensitasnya ringan (M=2.10, SD=1.242), nyeri sedang (rata-rata) intensitasnya sedang (M=5.43, SD=1.050), dan nyeri saat ini intensitasnya ringan (M=2.20, SD=2.313). Intensitas nyeri yang dirasakan oleh responden dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, sumber dukungan, diagnosa, dan pengobatan (Potter & Perry, 2005). Selain itu Thomas & Weiss (2000) menjelaskan bahwa selain faktor fisik, faktor emosional seperti depresi, kecemasan dan keyakinan tentang nyeri juga mempengaruhi intensitas nyeri.

Mayoritas responden (70%) berada pada rentang usia 41-60 tahun (M=49.65). Depkes (2013) menyatakan bahwa, pada rentang usia tersebut termasuk ke dalam masa dewasa madya. Santrock (2011) mengatakan bahwa usia dewasa madya adalah masa terjadinya peningkatan penyakit kronis dan mengalami penurunan toleransi nyeri. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Brunner & Suddarth (2001) bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun.

Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden berjenis kelamin perempuan (63.3%) dengan diagnosa terbanyak adalah Ca.Mammae (43.3%) dan rata-rata lamanya menderita penyakit 0-6 tahun (93.3%). Data dari

WHO (2010) menunjukkan bahwa jenis kanker terbanyak di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara. Hal ini didukung oleh data rawat inap rumah sakit dari Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia (2008) bahwa insidensi kanker tertinggi di Indonesia adalah kanker payudara sebanyak 8.082 kasus (18.4%).

Keluarga menjadi pemberi asuhan dan dapat menjadi pendukung yang penting untuk orang yang sedang merasakan nyeri. Orang yang kesepian yang tidak mempunyai individu pendukung dapat merasakan nyeri hebat, sebaliknya orang yang memiliki individu pendukung disekitarnya merasakan sedikit nyeri (Kozier, 2009). Berdasarkan penelitian, mayoritas responden (93.3%) sudah menikah. Hal ini menunjukkan keluarga dapat menjadi sumber dukungan bagi responden untuk mengatasi nyeri mereka.

Beberapa alternatif tambahan dalam pengelolaan nyeri kanker meliputi pembedahan, radiasi, kemoterapi, hormonal, rehabilitas medik, dan anestesi. Pengobatan yang dijalani oleh penderita kanker dapat menjadi salah satu penyebab nyeri kanker (Saleh et al., 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, responden menjalani pengobatan kemoterapi (36.7%), operasi (33.3%), dan kombinasi keduanya (30%).

2.2Gangguan (interference) terhadap fungsi (aktivitas) sehari-hari

Gangguan nyeri adalah dampak dari nyeri terhadap gangguan fungsi (aktivitas) sehari-hari (Cohen, 2005). Gangguan (interference) yang dialami responden pada penelitian ini meliputi gangguan aktivitas sehari-hari, suasana hati, kemampuan berjalan, pekerjaan biasa, hubungan dengan orang lain, tidur, dan menikmati hidup. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai mean total

untuk gangguan (interference) nyeri adalah 39.13, SD=17.540. Nilai mean ini menunjukkan bahwa responden mengalami gangguan terhadap fungsi (aktivitas) sehari-hari pada kategori sedang karena nyeri yang dialaminya. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Urch dan Dickenson (2008) bahwa nyeri kanker mengakibatkan peningkatan respon fisik/perilaku seperti kecemasan, ketakutan, cepat marah (agresi), depresi, menarik diri, kurang tidur, mengurangi mobilitas, perubahan peran keluarga atau sosial, dan efek pada pekerjaan (Briggs, 2010).

Nyeri kronis yang berlangsung secara konstan atau intermitten dan menetap sepanjang suatu periode waktu mengakibatkan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas. Brunner & Suddarth (2001) menjelaskan bahwa ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak mampu memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan. Pernyataan Brunner & Suddarth (2001) tersebut didukung oleh hasil penelitian bahwa respoden mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan mendapatkan nilai mean tertinggi (M=6.63, SD=3.296).

Aktivitas lain seperti kemampuan berjalan dan pekerjaan biasa (di dalam rumah dan di luar rumah) juga mengalami gangguan dengan masing-masing nilai

mean 5.03, SD=3.253 dan 5.70, SD=2.667. Aktivitas sederhana seperti kemampuan untuk berjalan menjadi berkurang karena nyeri sangat melelahkan dan menuntut energi yang banyak (Quek, 2008).

Prasetyo (2010) mengatakan bahwa respon psikologis juga tampak pada nyeri kronis meliputi depresi, keputusasaan, mudah tersinggung/marah, dan menarik diri. Hal ini dapat mempengaruhi suasana hati terhadap nyeri yang

dialami dan hasil analisa data menunjukkan suasana hati responden mengalami gangguan terhadap nyeri yang dialaminya dengan nilai (M=6.30, SD=3.120).

Efek lain dari nyeri adalah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang (Otto, 2003). Hasil analisa data menunjukkan bahwa responden mengalami gangguan tidur terhadap nyeri yang dialaminya (M=6.23, SD=3.360). Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian lain yang telah dilakukan oleh Sharma (2012) bahwa 30.2% pasien kanker melaporkan adanya gangguan tidur. Gangguan tidur ini sangat erat kaitannya dengan nyeri dan tekanan emosional.

Individu yang mengalami nyeri kronis sering kali tidak memperlihatkan gejala yang berlebihan dan tidak beradaptasi terhadap nyeri tetapi tampaknya lebih menderita seiring dengan perjalanan waktu karena kelelahan mental dan fisik (Muttaqin, 2008). Kondisi tersebut dapat membuat individu yang mengalami nyeri kronis tidak dapat menikmati hidupnya. Hasil analisa data menunjukkan bahwa responden mengalami gangguan dalam menikmati hidupnya karena nyeri yang dialami (M=5.10, SD=2.820).

Otto (2003) menjelaskan bahwa nyeri dapat mempengaruhi hubungan sosial yang akan berpengaruh pada kualitas hidup dan harapan hidup seseorang. Nyeri dapat sangat melemahkan sehingga klien menjadi terlalu lelah untuk bersosialisasi dan dapat menyebabkan isolasi sosial (Potter & Perry, 2005). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hubungan responden dengan orang lain mengalami gangguan (M=3.50, SD=2.688).

2.3 Pengetahuan (knowledge)

Komponen penting lain dalam pengalaman nyeri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang baik mendorong tercapainya manajemen nyeri yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai mean total untuk pengetahuan (knowledge)adalah 39.80, SD=10.870. Nilai mean ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden yang cukup terhadap penggunaan obat nyeri dalam mengatasi nyeri.

Pasien kanker yang minum obat nyeri tidak menjadi ketagihan minum obat nyeri karena dalam mengelola nyeri penderita kanker obat analgesik dipilih sesuai dengan pedoman yang dianjurkan Analgesic Ladder WHO dan dosis ditentukan secara individual (Ripamonti, 2011). Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean tertinggi untuk kuesioner nomor 3 (Hampir semua pasien kanker yang minum obat nyeri menjadi ketagihan minum obat tersebut) yaitu 7.63, SD=3.189.

Pendekatan preventif untuk memberikan analgesik dianggap sebagai strategi yang paling efektif untuk meredakan nyeri karena pendekatan tersebut mempertahankan kadar terepeutik medikasi dalam serum pasien. Dengan pendekatan preventif, analgesik diberikan pada serangkaian interval sehingga medikasi diberikan sebelum nyeri menjadi sangat hebat; ketika nyeri menjadi hebat, kadar serum telah turun ke tingkat sub-terapeutik. Makin rendah turunnya kadar opioid serum, makin sulit jadinya untuk mencapai kadar terapeutik dengan dosis berikutnya (Brunner & Suddarth, 2001). Saleh (2006) menjelaskan bahwa dasar pengobatan analgesik adalah dengan mencegah timbulnya nyeri dan bukan menghilangkan nyeri yang telah ada sebab rasa takut akan nyeri dapat menaikkan

dosis analgesik dan pemberian analgesik harus teratur, tepat waktu (by the clock) sesuai dengan prosedur pemberian analgesik yang dianjurkan oleh WHO.

Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean kuesioner nomor 2 (Obat-obat yang meringankan rasa nyeri seharusnya diberikan hanya ketika rasa nyerinya parah) yaitu 7.23, SD=3.461 dan nilai meankuesioner nomor 5 (Sebaiknya memberikan obat nyeri perjam (terjadwal) daripada hanya pada saat diperlukan saja) yaitu 6.03, SD=4.140.

Medikasi akan lebih efektif apabila dosis dan interval antar dosis dibuat secara individual untuk memenuhi kebutuhan pasien. Dosis dan interval antar dosis tidak didasarkan pada standar yang tidak fleksibel atau rutinitas karena kemampuan dalam memetabolisme dan mengabsorpsi setiap individu pada kecepatan yang berbeda dan mengalami tingkat nyeri yang berbeda (Brunner & Suddarth, 2001). Berdasarkan hasil analisa data didapatkan nilai mean kuesioner nomor 4 (Penting memberikan obat sesedikit mungkin supaya dosisnya jangan semakin tinggi nantinya manakala rasa nyerinya semakin parah yaitu 4.03, SD=3.873 dan nilai mean untuk kuesioner nomor 8 (Pasien sering sekali terlalu banyak diberikan obat nyeri) yaitu 1.90, SD=1.954.

Tingkat keparahan (intensitas) nyeri yang dirasakan oleh responden pada penelitian ini berada pada rentang nyeri ringan sampai sedang. Menurut Analgesic Ladder WHO, intensitas nyeri ringan sampai sedang menggunakan analgesik nonnarkotik dan ajuvannya. Penggunaan analgesik tersebut tidak berbahaya dan tidak mengganggu pernapasan (Saleh et al., 2006). Berdasarkan hasil analisa data,

didapatkan nilai mean untuk kuesioner nomor 7 (Obat nyeri dapat berbahaya dan sering sekali dapat mengganggu pernapasan) yaitu 2.33, SD=2.670.

Selain penggunaan analgesik untuk mengontrol nyeri, responden pada penelitian ini juga melakukan tindakan nonfarmakologis seperti pijat, pemanasan, dan relaksasi. Tindakan nonfarmakologis digunakan untuk mendukung terapi farmakologis yang sudah diberikan (Prasetyo, 2010). Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean untuk kuesioner nomor 6 (Perawatan selain pengobatan (seperti pijat, pemanasan, relaksasi) dapat efektif untuk meringankan nyeri) yaitu 3.70, SD=4.036.

Individu yang pertumbuhan kankernya semakin progresif maka semakin hebat nyeri yang dapat ditimbulkan. Pendekatan terapi pada penderita nyeri kanker secara rasional merupakan pendekatan yang memenuhi kriteria WHO, yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat cara pemberian, dan tepat pemantauan efek samping sehingga nyeri kanker dapat ditanggulangi dan secara efektif diringankan (Saleh et al., 2006). Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean untuk kuesioner nomor 9 (Jika rasa sakit semakin parah, kanker pasti semakin parah juga) yaitu 4.77, SD=4.040 dan kuesioner nomor 1 (Rasa nyeri karena kanker dapat secara efektif diringankan) mendapatkan nilai mean terendah yaitu 2.17, SD=2.479.

2.4 Pengalaman

Komponen penting lainnya selain pengetahuan adalah pengalaman dengan nyeri kanker. Indikator penting yang dapat mempengaruhi pengalaman terhadap nyeri yang dialami adalah self-efficacy untuk manajemen nyeri, gangguan nyeri,

dan keparahan nyeri (Baker, 2014). Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Niven, 2000). Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean untuk kuesioner nomor 10 (Nyeri yang dialami membuat anggota keluarga ikut menderita) yaitu 4.27 dengan SD=3.194 dan mayoritas responden sudah menikah (93.3%).

Selain dengan penggunaan analgesik, responden merasa sanggup untuk mengontrol nyeri yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa responden memiliki koping yang baik serta sumber koping yang sangat berperan terhadap nyeri yang dialami yaitu keluarga. Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean

untuk kuesioner nomor 11 (Merasa sanggup dalam mengontrol nyeri) yaitu 3.87 dengan SD=2.788.. Responden yang mengalami nyeri kronis akibat penyakit kanker masih memiliki harapan bahwa nyeri yang dirasakan akan berkurang. Berdasarkan hasil analisa data, didapatkan nilai mean untuk kuesioner nomor 12 (Harapan terhadap nyeri di masa yang akan datang) yaitu 1.13 dengan SD=1.008.

Dokumen terkait