• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Inovasi di masa sekarang merupakan sebuah instrumen yang penting dalam ranah pemerintahan. Berbagai permasalahan administrasi pemerintahan memicu munculnya berbagai inovasi yang mampu mempermudah alur administrasi. Pelayanan yang mudah dan efisien juga ditunjang dengan E-government yang membuat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil melakukan inovasi dalam hal pelayanan akta kelahiran dan pelaporan kematian dengan meluncurkan aplikasi

Kucata’ki. Aplikasi ini berfungsi sebagai aplikasi pelaporan dan pendaftaran akta

kelahiran dan pelaporan kematian yang langsung terintegrasi dengan server yang ada di Disdukcapil.

Dengan adanya aplikasi ini Disdukcapil berharap dapat membantu memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu maka untuk mengukur inovasi ini berjalan dengan efektif atau tidak terdapat beberapa indikator diantaranya:

1. Keuntungan Relatif

Keuntungan relatif ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan keyamanan dan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Sejauh mana masyarakat menilai terhadap pelayanan sangat ditentukan oleh faktor keyamanan dan kepuasan tersebut. Jadi, keuntungan relatif disini mengukur apakah pelayanan yang diberikan sudah efisien atau tidak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu selaku Kepala Seksi Inovasi Pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar yang mengatakan bahwa:

“Jadi sistem aplikasi Kucata’ki ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat tetapi kami disini juga tidak memberikan kewenangan sepenuhnya kepada masyarakat untuk mengakses, jadi kami disini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan yang menaungi Rumah Sakit dan Puskesmas di Makassar. Jadi, yang diberikan aplikasi ini memang kami sudah ada MOU dengan pihak Rumah Sakit dan Puskesmas yang ada pelayanan rawat inapnya serta pelayanan bersalin. Jadi, prosedurnya itu cukup mudah si pasien cukup menyetor berkas-berkas yang diperlukan seperti buku nikah orang tua, surat keterangan lahir, foto copy KTP dan KK itu semuanya dikumpul untuk diinput dan dikirim ke databasenya kami di sini nanti setelah akta anaknya lahir si pasien tinggal ambil di puskesmas atau rumah sakit dimana mereka bersalin”.

(Wawancara dengan AS, 30 Agustus 2019)

Gambar 4.1 Halaman Akta kelahiran Aplikasi Kucata’ki

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar 2019

Berdasarkan hasil wawancara, disimpulkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar berupaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mempermudah pengurusan akta yang semula masyarakat harus mengurus semuanya di kantor kini dengan adanya aplikasi Kucata’ki masyarakat cukup berhubungan dengan pihak puskesmas atau rumah sakit untuk pengurusan akta. Wawancara diatas juga didukung dengan hasil wawancara

bersama Ibu selaku operator aplikasi Kucata’ki di Puskesmas Pattingalloang yang mengatakan:

“Ya pasien yang dirawat atau bersalin di puskesmas ini langsung kami beritahukan untuk mengumpul berkas setelah melahirkan. Jadi, biasanya kami tanya memangmi siapa namanya anaknya karena nanti akan kami buatkan langsung akta online. Jadi, si pasien tinggal kumpul berkasnya nanti kami yang uruskan di Capil mereka tinggal tunggu aktanya jadi sekitar biasanya 2 minggu. Dulu kan orang kalau mau buat akta harus ke kantor capil dulu tapi dengan adanya aplikasi kucata’ki ini orang-orang tidak perlumi lagi kesana karena kita tahu jarak antara kantor Capil dengan lokasi disini kan lumayan jauh, pernah juga masyarakat disini kalau kesana ke kantor itu katanya ada yang uruskan tapi mereka disuruh bayar nah bagaimanami dengan yang tidak ada uangnya, jadi ini aplikasi semacam cara untuk menghindari yang namanya calo”.

(Wawancara dengan KL, 24 September 2019)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelayanan aplikasi Kucata’ki ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang berada jauh dari lokasi Disdukcapil dan juga bagi masyarakat yang tergolong kelas menengah ke bawah. Aplikasi ini turut pula mengurangi praktik maladministrasi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang sengaja memungut biaya kepada masyarakat untuk mengurus akta kelahiran. Jadi, dengan adanya aplikasi Kucata’ki ini kita bisa terhindar dari maladministrasi yang selama ini marak terjadi. Sejalan dengan hasil wawancara diatas, wawancara dengan Ibu selaku Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Sistem dari aplikasi Kucata’ki ini itu berasal dari pasien rumah sakit atau puskesmas yang mendaftarkan anaknya ke petugas puskesmas atau rumah sakit karena kan mereka masing-masing punya aplikasinya di komputer atau androidnya terus nanti dikirim kesini, setelah berkasnya masuk di kantor nanti disini kami yang proses berkasnya selama 3-5 hari tergantung sih sama jaringan karena kita disini tergantung sekali sama jaringan. Yang kami syukurkan dengan adanya Kucata’ki ini karena beberapa puskesmas dan rumah sakit yang berada di pinggiran kota itu merasa sangat terbantu meskipun jika dibandingkan dengan yang datang langsung ke kantor lebih

banyak cuman yah itu kasuistis buat warga yang tinggalnya jauh dari kantor Capil cukup daftar lewat aplikasi nanti tinggal diambil dulu kan orang harus datang ke kantor terus dijanji 3 hari datang lagi ambil jadi dua kali datang tapi dengan Kucata’ki ini cukup sekali saja”.

(Wawancara dengan IS, 13 September 2019)

Gambar 4.2 Form Pendaftaran Akta Kelahiran

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar, 2019

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa program Kucata’ki sangat bermanfaat bagi warga yang tinggal di pinggiran kota, dengan Kucata’ki masyarakat tidak memerlukan banyak waktu lagi untuk mengurus akta yang dulunya masyarakat datang dua kali ke kantor kini dengan program Kucata’ki mereka datang sekali saja di kantor untuk mengambil aktanya. Lanjut, wawancara dengan Ibu selaku operator aplikasi Kucata’ki di Disdukcapil mengatakan bahwa:

“Berkas yang dikirim dari puskesmas atau rumah sakit itu nantinya masuk di komputer lalu nanti tim verifikasi akan memproses berkas yang sudah lengkap dan nantinya di proses selama 3-5 hari tergantung jika tidak ada kendala jaringan yang bermasalah. Sejauh ini semua proses Alhamdulillah berjalan lancar, laporan yang datang baik dari puskesmas dan rumah sakit juga terbilang bagus. Kami sudah bekerja sama dengan

hampir seluruh Rumah Sakit Ibu dan Anak dan juga Puskesmas di Makassar, total ada 26 RSIA dan Puskesmas yang telah bekerja sama dengan Disdukcapil, kami tidak mengaplikasikan ini program secara umum ke semua Rumah Sakit karena kita khususkan dulu untuk RSIA dan Puskesmas yang melayani rawat inap bersalin padahal waktu kita launching kemarin itu banyak rumah sakit minta tapi kami tidak berikan karena alasan itu tadi”.

(Wawancara dengan NE, 09 September 2019)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa program Kucata’ki telah diaplikasikan ke hampir semua Rumah Sakit Ibu dan Anak dan Puskesmas di Makassar. Total RSIA dan puskesmas yang telah bekerja sama dengan Disdukcapil sekitar 26 RS dan Puskesmas. Progrram kucata’ki juga dikhususkan hanya untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak dan puskesmas yang melayani rawat inap. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Rumah Sakit Ibu dan Anak dan Puskesmas yang bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.

No Nama Alamat

1 Puskesmas Antang Perumnas Jl. Lasuloro Raya blok 1 No. 19

2 Puskesmas Bara-baraya

3 Puskesmas Jongaya Jl. Andi Tonro No. 37

4 Puskesmas Jumpandang Baru Jl. Ir Juanda No.1

5 Puskesmas Kassi-kassi Jl. Tamalate 1 No.43

6 Puskesmas Mamajang Jl. Bajiminasa No. 10

7 Puskesmas Minasa Upa Jl. Minasa upa Raya No. 18

9 Puskesmas Pulau Barrang Lompo

Pulau Barrang Lompo

10 Puskesmas Tamalanrea Jaya Jl. Perintis Kemerdekaan IV No. 9

11 Rumah Sakit Bhayangkara

12 Rumah Sakit Stella Maris Jl. Somba opu No. 273

13 Rumah Sakit TNI Al Jala Ammari

Jl. Satando No. 27

14 Rumah Sakit UIT Jl. Abdul Kadir No. 70

15 Rumah Sakit Ibu dan Anak Bahagia

Btn Minasa Upa blok H7 No.9

16 Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Mulia

Jl. Nikel A21/25

17 Rumah Sakit Ibu dan Anak Caterina Booth

18 Rumah Sakit Ibu dan Anak Elim

Jl. Sungai saddang No.70

19 Rumah Sakit Ibu dan Anak Masyita

Jl. Cambajawayya No.24

20 Rumah Sakit Ibu dan Anak Paramount

Jl. AP pettarani No.82

21 Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Bunda

22 Rumah Sakit Ibu dan Anak Sentosa

Jl. Jenderal sudirman No.52

23 Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Khadijah III

Jl. Veteran selatan No.201

24 Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah I

Jl. R.A. kartini No.15-17

25 Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah

Jl. Gunung Merapi No.75

26 Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Jl. Dr. Sam ratulangi No.81

Sumber: Data diolah dari informasi Disdukcapil 2019

Terdapat pula pernyataan Ibu Kordinator Bidan Puskesmas Pattingalloang yang mengatakan bahwa:

“Biasanya kami kalau mau buatkan akta online itu kami beritahukan langsung pasiennya kami jadi misalkan ada pasien yang datang periksa kehamilan disini itu langsung kami arahkan nanti untuk bersalin di Puskesmasnya kami dan langsung ditanya bahwa kami disini melayani akta online jadi kami suruh memangmi untuk siapkan namanya anaknya, ada juga yang kadang habis akikah pi baru datang untuk mengurus jadi dia langsung WA ka siapa namanya anaknya. Jadi berkas yang diperlukan itu semuanya harus asli KTP, buku nikah, KK, surat keterangan lahir. Khusus KK itu dikumpul karena nanti ditukar dengan yang baru toh di Capil tapi berkas yang lain seperti KTP dan buku nikah itu cukup difoto lalu dikirim WA nanti setelah ada kabar dari tim verifikasi Capil baru kami ambilkan aktanya”.

(Wawancara dengan HR, 24 September 2019)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa bentuk sosialisasi dari program Kucata’ki ini adalah dengan cara memberitahukan masyarakat secara

langsung mengenai adanya jenis pelayanan akta online yang tersedia di Puskesmas Pattingalloang.

Berdasarkan pengamatan penulis dapat disimpulkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar melakukan inovasi pelayanan dengan membuat program Kucata’ki dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan mempermudah pelayanan administrasi yang selama ini menjadi keluhan bagi masyarakat. Program Kucata’ki juga telah bekerjasama dengan Rumah Sakit dan Puskesmas agar pelayanannya lebih mudah. Prosesnya pun cukup mudah, masyarakat hanya menyetor berkas-berkas yang diperlukan seperti foto copy KTP suami istri, Kartu Keluarga, foto copy buku nikah dan surat keterangan lahir dari Rumah Sakit atau Puskesmas. Masyarakat cukup menunggu sekitar 2 minggu untuk mendapatkan akta kelahiran anaknya.

Masyarakat yang berada jauh dari lokasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil juga merasa sangat terbantu dengan adanya program Kucata’ki ini terlebih pada masyarakat yang tergolong ekonomi menengah ke bawah karena dengan program ini mereka tidak harus mengeluarkan banyak biaya untuk membuat akta kelahiran.

2. Kesesuaian

Kompatibilitas atau kesesuaian adalah derajat dimana inovasi diukur dari tingkat sejauh mana masyarakat membutuhkan jenis pelayanan tersebut. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam melihat kesesuaian inovasi adalah nilai dan budaya lokal masyarakat setempat, keseharian masyarakat serta kebermanfaatan

dari sebuah inovasi. Setiap lingkungan mempunyai masyarakat yang berbeda-beda sehingga pemerintah harus giat dalam mensosialisasikan setiap inovasi pelayanan atau kebijakan yang akan diterapkan ke masyarakat.

Program inovasi Kucata’ki telah berhasil membuat masyarakat senang dalam pelayanan akta kelahiran karena dengan aplikasi ini mereka dapat mengurangi pengeluaran mereka untuk mengurus administrasi. Dengan inovasi ini masyarakat tidak harus datang ke kantor untuk mengantri di loket akan tetapi cukup dengan menunggu kabar dari petugas rumah sakit atau puskesmas setempat. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan Ibu Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar sebagai berikut:

“Jadi sebenarnya program Kucata’ki ini itu berasal dari Kadis yang dulu ibu Nielma yang berpikiran bahwa jikalau ada aplikasi yang mampu meningkatkan cakupan akta kelahiran terutama menyentuh warga-warga yang baru melahirkan, cakupan akta kelahiran kita selama ini berjalan dengan baik tapi tidak untuk bayi yang baru lahir terutama pasien dari Rumah Sakit atau Puskesmas. Jadi, berpikirmi ibu bisaka itu ada aplikasi yang bisa melaporkan akta kelahiran eh ternyata bisa lalu kami cari rekanan dan ternyata sudah ada program seperti ini di kabupaten lain tapi bukan di Sulawesi Selatan seperti di Jawa ada di Nusa Tenggara juga ada jadi itumi kami kontak dengan orang disana. Terus kami kerjasama dengan Dinas Kesehatan yang menaungi semua Rumah Sakit dan Puskesmas di Kota Makassar jadi mereka yang berikan kami data yang mana-mana Rumah Sakit dan Puskesmas yang melayani persalinan”.

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Depan Aplikasi Kucata’ki

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar, 2019

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa program Kucata’ki adalah ide yang berasal dari Kadis Disdukcapil yang dulu yang berpikiran untuk membuat suatu aplikasi pelaporan akta kelahiran dan Disdukcapil bersama dengan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan rekan-rekan dari kabupaten lain untuk membuat program Kucata’ki sehingga dapat memudahkan pelayanan administrasi bagi masyarakat. Terdapat pernyataan serupa dari Ibu Kepala Seksi Inovasi Pelayanan yang menyatakan bahwa:

“Tujuan utama dari program Kucata’ki itu yang pertama adalah untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang tinggalnya jauh dari kantor Capil karena bisa dikatakan bahwa kantor ini berada di perbatasan kota jadi tujuannya untuk memudahkan agar warga tidak capek-capek lagi datang ke kantor untuk mengantri terus yang kedua mengenai kematian itu tujuannya untuk memperbaiki validitas data.”

(Wawancara dengan AS, 30 September 2019)

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan daripada program Kucata’ki tidak lain adalah untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang

berada jauh dari lokasi Kantor Disdukcapil sekaligus sebagai program yang dapat memperbaiki validitas data kependudukan melalui pencatatan kematian. Lanjut, sejalan dengan wawancara diatas Ibu operator aplikasi Kucata’ki juga mengatakan bahwa:

“Dengan adanya program Kucata’ki ini masyarakat merasa sangat senang karena pertama jarak dari sini ke kantor Capil itu kan jauh jadi masyarakat disini merasa terbebani kalau mau urus administrasi seperti ini, yang kedua pendapatan masyarakat disini itu rata-rata dari nelayan dan buruh harian nah sebelum program ini ada memang ada calo yang uruskan tapi mereka bayar tentunya, selanjutnya banyak masyarakat disini yang anaknya belum punya akta kelahiran tapi kami dulu waktu pelatihan memang dikhususkan untuk bayi yang baru lahir tapi kami tanyakan kembali sama pihak Capil mengenai anak-anak yang belum punya akta dan mereka mengizinkan untuk membuatkan akta khusus untuk anak dibawah lima tahun tapi syaratnya mereka memang belum ada di KK.”

(Wawancara dengan KL, 24 September 2019)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa program Kucata’ki sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tergolong ekonomi menengah ke bawah karena dengan aplikasi ini mereka dapat mengurus administrasi tanpa khawatir dengan calo lagi dan juga program ini menyasar anak usia dibawah lima tahun yang belum mempunyai akta kelahiran sehingga bisa dibuatkan dengan program Kucata’ki. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Ibu Kepala Kordinator Bidan Puskesmas Pattingalloang yang mengatakan bahwa:

“Dulu waktu sebelum program ini ada masyarakat masih merasa terbebani jika ingin mengurus administrasi seperti akta ini bahkan kerika program ini datang mereka juga masih bingung bagaimana sistemnya karena awal-awalnya kan masyarakat cuma kumpul berkas nah nanti dari sini kami berikan nomor registrasi untuk dibawa ke kantor Capil tapi sampai disana mereka seperti bingung mau diapakan itu nomor registrasi dan akhirnya kami sama pihak Capil berinisiatif untuk menguruskan semua alur administrasinya tanpa biaya sepeserpun jadi masyrakat tinggal datang ambil nanti di puskesmas.

Jadi, bisa dibilang bahwa dengan adanya ini program masyarakat merasa nyaman, merasa sangat terbantu apalagi masyarakat yang tergolong ekonomi menengah ke bawah.”

(Wawancara dengan HR, 24 September 2019)

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pihak Disdukcapil dan juga rekanan puskesmas dan rumah sakit berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dengan berinisiatif untuk mengurus semua alur administrasi akta online masyarakat tanpa dipungut biaya jadi masyarakat merasa sangat terbantu dengan adanya program ini.

Berdasarkan pengamatan penulis, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan program Kucata’ki masyarakat merasa sangat terbantu dengan hadirnya program seperti ini dan terkhusus menyentuh masyarakat yang tinggal di area pinggiran kota. Perbandingan kehidupan masyarakat sebelum dan setelah adanya program Kucata’ki sangat terasa karena dengan program ini mereka terhindar dari maladministrasi dan juga sangat memudahkan mereka dalam pengurusan akta kelahiran. Program ini juga tidak membebankan biaya sepeserpun kepada masyarakat sehingga dalam pengurusan administrasi masyarakat dapat menghemat biaya.

Disdukcapil bekerjasama dengan pihak Puskesmas dan Rumah Sakit terus beupaya untuk mendekatkan dan meringankan pelayanan masyarakat dengan berinisiatif untuk mengurus segala alur administrasi masyarakat sehingga kemudahan dari program ini begitu terasa. Tak hanya melayani akta untuk anak yang baru lahir tetapi program ini juga memberikan kesempatan kepada anak usia

dibawah lima tahun yang belum mempunyai akta agar bisa mengurus akta kelahiran.

3. Kerumitan

Suatu indikator yang mengukur sejauh mana inovasi dapat dipahami sebagai sesuatu yang mudah untuk di aplikasikan. Indikator ini berkaitan dengan ease of

use dalam suatu produk. Ease of use merupakan suatu ukuran dimana sesuatu

dikatakan mudah untuk digunakan dan segala inovasi yang diberikan kepada publik haruslah mudah di adopsi dan di adaptasi oleh masyarakat.

Kerumitan yang dialami oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam pelaksanaan program Kucata’ki tidak terlalu banyak dan tidak terlalu berpengaruh signifikan. Kerumitan-kerumitan yang dialami oleh masyarakat dalam memahami program Kucata’ki dapat diatasi dengan sangat baik oleh Disdukcapil dan juga pihak Puskesmas dan Rumah Sakit. Dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bagaimana sistem dari program Kucata’ki melalui sosialisasi maupun secara personal kepada konsumen atau pasien. Seperti wawancara penulis dengan Ibu Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran yang mengatakan bahwa:

“Waktu awal-awal launching itu kita sosialisasikan ini program lewat televisi dan radio tapi setelah lama berjalan akhirnya kami sekarang serahkan pihak Rumah Sakit dan Puskesmas untuk mensosialisasikannya karena kan mereka yang berhubungan langsung dengan pasiennya, jadi setiap RS dan Puskesmas yang menjalankan ini program itu ada banner di bagian depan tentang program Kucata’ki.”

(Wawancara dengan IS, 13 September 2019)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa bentuk sosialisasi dan pemberian pemahaman kepada masyarkat mengenai program Kucata’ki adalah

dengan sosialisasi lewat media-media seperti radio dan televisi, pihak rumah sakit dan puskesmas juga turut memberikan pemahaman dengan memberitahukan langsung kepada pasien tentang adanya program Kucata’ki. Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Ibu operator aplikasi Kucata’ki di Puskesmas Pattingalloang yang mengatakan bahwa:

“Untuk pasiennya kami yang datang periksa kehamilannya disini itu kami tanya memangmi bahwa disini kami melayani pembuatan akta online, juga untuk pasien kami yang melahirkan kami beritahukan memang dari jauh-jauh hari mengenai ini program jadi kami suruh siapkan memang nama anaknya. Kalau untuk sosialisasi lewat media seperti spanduk itu kami belum buat jadi untuk saat ini secara langsung saja infonya kepada pasien. Kalau kerumitan yang kami alami selama proses program ini bermacam-macam mulai dari jaringan sampai masyarakat yang belum paham tentang ini program. Pernah jaringannya bermasalah sampai biar login tidak bisa dan itu terjadi selama 3 minggu. Kalau kendala dengan masyarakat itu tentang mereka yang masih bingung dengan prosesnya, ada juga yang bertanya tentang pembayarannya jadi kami tegaskan bahwa semua proses pembuatan akta online tidak dpungut biaya, kami juga berinisiatif untuk menguruskan semua alur administrasinya jadi warga tidak bingungmi dengan prosesnya.”

(Wawancara dengan KL, 24 September 2019)

Dari hasil wawancara diatas dapat kita simpulkan bahwa pihak pelaksana program Kucata’ki seperti Puskesmas Pattingalloang mengalami beberapa kerumitan dalam hal pelaksanaannya akan tetapi berhasil diatasi dengan memberikan pemahaman kepada warga mengenai alur dari program Kucata’ki, pihak puskesmas juga berinisatif untuk memberikan pelayanan terbaik dengan menguruskan semua proses administrasi masyarakat sehingga tidak lagi membuat warga bingung. Kerumitan yang dialami oleh puskesmas relatif sama dengan apa yang dialami pada kantor Disdukcapil dimana jaringan menjadi hal yang paling

krusial karena semua proses program Kucata’ki membutuhkan jaringan. Seperti yang di kemukakan oleh Ibu Kepala Seksi Inovasi Pelayanan yang mengatakan bahwa:

“Waktu awal-awal launching bulan Agustus tahun 2018 lalu itu kami memang sudah panggil media dan bekerjasama dengan mereka agar sosialisasi tentang program ini bisa diketahui oleh masyarakat, nanti setelah berjalan cukup lama lalu kita serahkan

Dokumen terkait