Skripsi
INOVASI “KUCATA’KI”
DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI
DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
KOTA MAKASSAR
Disusun dan Diusulkan oleh :
Khaerul
Nomor Stambuk : 105640210715
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
Khaerul
Nomor Stambuk: 10564 02107 15
Kepada
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERSETUJUAN
Judul Skripsi : “Inovasi Kucata’ki dalam Pelayanan Administrasi di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Makassar)”.
Nama Mahasiswa : Khaerul
Nomor Stambuk : 105640 210715 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Djuliati Saleh, M.Si Rudi Hardi, S.Sos, M.Si
Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan
Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan
Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si
PENERIMAAN TIM
Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/undangan menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar dengan Nomor: 0079/FSP/A.3-VIII/II/41/2020, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada hari Selasa tanggal 4 Februari 2020.
TIM PENILAI
Ketua Sekretaris
Dr. Hj. Ihyani Malik, S. Sos, M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos, M.Si
Penguji:
1. Dr. Hj. Budi Setiawati, M. Si (...)
2. Dra. Hj. Djuliati Saleh, M.Si (...)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Khaerul
Nomor Stambuk : 105640 210715
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 25 November 2019
Yang Menyatakan,
ABSTRAK
Khaerul, 2019. Inovasi Kucata’ki dalam Pelayanan Administrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar. (di bimbing oleh Djuliaty Saleh dan Rudi Hardi)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi kucata’ki dalam
pelayanan administrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar yang berfokus pada tiga indikator yaitu keuntungan relatif, kesesuaian dan
kerumitan, dengan alasan bahwa inovasi kucata’ki masih dikeluhkan oleh
masyarakat. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif yaitu tidak untuk menguji hipotesa
tertentu melainkan untuk menemukan gambaran mengenai inovasi kucata’ki. Data
dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari keterangan informan yaitu orang-orang yang dianggap mengetahui dan bisa dipercaya dalam memberikan informasi yang akurat dengan menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi langsung ke lokasi penelitian, wawancara secara mendalam dan dokumentasi di lokasi penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi Kucata’ki dilihat pada keuntugan relatif, dimana keuntungan pada program Kucata’ki terdapat perubahan
dari segi pelayanan dimana sebelumnya masyarakat jika mengurus akta kelahiran harus ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kini semuanya sudah bisa dilakukan secara online. Selanjutnya kesesuaian, inovasi Kucata’ki sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat terutama yang bermukim di area pinggiran kota dan tergolong masyarakat ekonomi menengah kebawah, program ini sangat berdampak
terhadap masyarakat karena dengan Kucata’ki masyarakat tidak lagi dibebani
biaya. Selanjutnya kerumitan, berupa hal-hal yang dianggap menjadi kendala
selama proses berjalannya program Kucata’ki, hal tersebut berupa miskomunikasi
antara masyarakat dengan pihak pelaksana namun masalah tersebut bisa diselesaikan dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Adapun faktor pendukung dan penghambat inovasi Kucata’ki dalam pelayanan administrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar yaitu faktor pendukung diantaranya sumber daya dan lingkungan birokrasi yang inovatif. Faktor penghambat meliputi jaringan dan aturan yang tidak konsisten.
Kata kunci: Inovasi, Pelayanan, Kucata’ki.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tiada kata terindah yang patut di ucapkan oleh peneliti selain puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan nikmat kesehatan, kesabaran, kekuatan serta ilmu pengetahuan kepada hambaNya. Atas perkenaannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini, bukti dari perjuangan yang panjang nan melelahkan dan jawaban atas
do’a dan senantiasa mengalir dari orang-orang terkasih. Sholawat serta salam
“Allahumma Sholli ala Sayyidina” juga peneliti sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sang pejuang sejati yang telah membawa kita menuju zaman perdamaian.
Skripsi dengan judul “Inovasi Kucata’ki dalam Pelayanan Administrasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar” sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa mulai dari awal hingga akhir proses pembuatan skripsi ini bukanlah hal yang mudah. Ada banyak drama, rintangan dan hambatan yang selalu menyertainya. Hanya dengan kesabaran dan kerja keraslah sehingga membuat penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga dengan adanya berbagai bantuan baik berupa moril dan materil dari berbagai pihak sehingga mempermudah penyelesaian penulisan skripsi ini.
Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Haris Dg Sallang dan Ibunda Hadaria Dg Nurung dan saudara-saudaraku serta keluarga besar yang selalu memberikan
do’a, dukungan dan kasih sayang yang menjadi pelita terang dan semangat yang
luar biasa bagi penulis.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, diantaranya:
1. Ibu Dra. Hj. Djuliati Saleh, M. Si dan Bapak Rudi Hardi, S. Sos., M. Si selaku pembimbing I dan II yang selalu memberikan arahan dan motivasi atas penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, M.M selaku rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.H.I selaku sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan motivasi kepada penulis selama 4 tahun menjalani jenjang pendidikan di bangku kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Para dosen dan Staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal pengetahuan dan membantu penulis selama menjalani proses perkuliahan.
7. Seluruh informan yang berada pada kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar dan Puskesmas Pattingalloang atas kesediaannya memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengambil data dalam rangka merampungkan penelitian.
8. Saudara-saudara seperjuanganku di bangku perkuliahan Jaya, Rahmat, Akbar, Willy, Sawal, Adi, Ririn, Sofyan, Fandi, Egy, Arfan, Alam, Iksan, Iccang, Fery, Ilham, Wulan, Tri, Ime, Novi, Fifin, Titin, Fitri, Alfi, Rahma, Ismi, Ika, Andi Sri, Dina, Cevy, Sinar, Kak Indah yang telah menjadi teman, sahabat dan saudara dan support system yang selalu memberi dukungan moril dan bantuan tenaga kepada penulis selama 4 tahun terakhir ini.
9. Keluarga besar BPEC (Benteng Panynyua English Club) yang telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran selama penulis berproses di dalamnya.
10. Kepada senior-senior terbaik yang selalu membimbing saya Kak Cidal, Kak Najiba dan Alm Kak Wandi yang telah memberikan banyak motivasi, ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menapaki kehidupan.
9. teman-teman KKP Desa Tonasa Udin, Misra, Ana, Anti, Fira, Neni yang telah mengukir kenangan di hati penulis.
10. Keluarga besar KPS (Komunitas Peduli Sosial) yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan selama pembuatan skripsi ini.
11. Kepada platform musik terbaik Spotify yang telah menemani hari-hari penulis selama proses pembuatan skripsi.
12. Grab yang telah menjadi pekerjaan sampingan penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 25 November 2019
Penulis
Khaerul
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ... i
Lembar Persetujuan ... ii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii
Abstrak ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi... viii
Daftar Tabel ... ix Daftar Bagan ... x Daftar Gambar ... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Inovasi ... 9
B. Konsep Pemerintah Kota... 15
C. Konsep Pelayanan Administrasi Berbasis Teknologi ... 19
D. Kerangka Pikir ... 22
E. Fokus Penelitian ... 25
F. Deskripsi Fokus Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28
B. Jenis dan tipe Penelitian ... 28
C. Sumber Data ... 29
D. Informan Penelitian ... 29
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 31
G. Keabsahan Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 34
B. Hasil Penelitian ... 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 30
Tabel 4.1 Rumah sakit ibu dan anak dan puskesmas yang bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar... 41
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Pikir ... 24
Bagan 4.1 Struktur Organisasi ... 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Halaman Akta Kelahiran Aplikasi Kucata’ki... 40
Gambar 4.2 Form Pendaftaran Akta Kelahiran... 42
1 A. Latar belakang
Perkembangan dunia yang semakin maju membuat manusia untuk berfikir dan menciptakan sebuah solusi yang dapat mempermudah pekerjaan manusia seperti komputer, internet dan transportasi. Manusia tidak lagi repot mengerjakan sesuatu, cukup dengan menggunakan fasilitas yang tersedia di sekitar mereka maka pekerjaannya dapat diselesaikan dengan cepat, mudah dan efisien. Begitupun pekerjaan di bidang pemerintahan dan pelayanan publik juga lebih efisien dengan adanya teknologi. Pelayanan publik dari zaman ke zaman terus berubah seiring pekembangan dunia yang semakin maju. Pergeseran paradigma pelayanan birokrasi dari paper base ke penggunaan teknologi juga telah diterapkan agar mencapai pelayanan yang optimal. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah selama ini belum mampu menjawab kesulitan yang dialami oleh masyarakat sehingga perlu adanya pembaruan dari segi paradigma maupun format pelayanan. Setiap individu berhak mendapatkan pelayanan yang optimal dan prima, sama dengan pelayanan seorang ibu kepada anaknya yang baru lahir.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai konsep dari sebuah pelayanan maka kita perlu membahas pengertian kata demi kata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani. Sementara, istilah publik berasal dari Bahasa Inggris public yang diserap menjadi Bahasa Indonesia yang berarti umum, masyarakat, negara. (Sinambela, 2006)
Selanjutnya menurut Kepmenpan No.63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan publik adalah suatu kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat dari pemerintah dan juga sebagai penyelenggaraan perundang-undangan. Pelayanan publik telah diatur dalam undang-undang resmi yakni Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Selain daripada Undang-Undang, terdapat peraturan yang lebih spesifik dari pemerintah mengenai pelayanan publik yang ada di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar. Keputusan gubernur Sulawesi Selatan nomor 89/I/Tahun 2018 telah menetapkan pembentukan Tim Penasehat dan Tim Koordinasi Jaringan Inovasi Pelayanan Publik (JIPP) Provinsi Sulawesi Selatan.
Dalam Keputusan Guberbur Sulawesi Selatan ditegaskan bahwa tugas dari JIPP Sulsel adalah: Memantau kemajuan implementasi JIPP Sulsel, mengkoordinasikan implementasi kegiatan, melakukan rapat koordinasi terkait kegiatan JIPP Sulsel dan LAPORISP4N dan melaporkan hasil kegiatan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah secara berkala.
Sinambela (2006) menegaskan bahwa agar tercipta pelayanan prima seperti yang diharapkan oleh masyarakat banyak, pemerintah perlu memperhatikan aspek-aspek dari pelayanan itu sendiri diantaranya, transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, keseimbangan antara hak dan kewajiban dan kesamaan hak. Pelayanan yang baik sangat berhubungan erat dengan kualitas. Kualitas adalah segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan (Lukman, 2000).
Pelayanan publik menggunakan teknologi sudah menjadi trend di kalangan negara-negara maju maupun yang berkembang. Penerapan teknologi dalam bidang pelayanan publik tidak serta merta muncul begitu saja akan tetapi ada banyak alasan
yang mendasari diterapkannya teknologi salah satunya adalah pekembangan zaman. E-government terkenal sejak dipergunakannya tekonologi informasi dan komunikasi sebagai suatu cara yang memutus rangkaian urusan yang sulit antara publik dan pemerintah (Mulyadi, 2016).
Birokrasi yang merupakan penggerak dan mesin dari sebuah negara harus mampu menyelesaikan berbagai permasalahan global yang terjadi saat ini (Setiyono, 2012). Maka dari itu pemerintah dituntut untuk mampu menemukan solusi yang tepat untuk segala permasalahan yang timbul di masyarakat. Dari permasalahan-permasalahan yang terjadi tersebut maka dibutuhkanlah sebuah inovasi sebagai solusi untuk memecahkan masalah.
Sebuah inovasi muncul akibat adanya suatu masalah dan tuntutan-tuntutan dari masyarakat yang meminta pelayanan yang lebih cepat dan efisien. Maka dari itu muncul pelayanan administrasi berbasis teknologi yang banyak dipraktikkan di berbagai daerah guna mengikuti zaman yang terus berubah. E-services ini muncul dan dipraktikkan banyak daerah di Indonesia khususnya Makassar yang juga menerapkan pola Smart City.
Pergeseran paradigma birokrasi pemerintahan dari yang sentralistik menjadi desentralisasi memicu para stakeholders dan para pembuat kebijakan untuk segera merubah sistem dan meningkatkan pelayanan dalam bidang administrasi. Kualitas pelayanan berhubungan erat dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif yang lebih dikenal dengan konsep pelayanan prima. Sebagai aparat birokrasi modern, kepuasan pelanggan haruslah menjadi perhatian utama agar terciptanya lingkungan yang sejahtera. Pelayanan prima bisa didapatkan dari sebuah konsep
kota cerdas atau yang familiar di kalangan pemerintahan dengan nama smart city. Pekembangan Smart City di Indonesia menunjukkan progres yang baik. Dengan lima kota besar yang telah menerapkannya yaitu, Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Makassar. Konsep smart city juga telah diterapkan di kota-kota lain di Indonesia salah satunya Bandung. Bandung dibawah kepemimpinan Ridwan Kamil telah berhasil membuat masyarakat bandung merasa nyaman dengan konsep kota cerdas yang diterapkan oleh pemerintah. Kehadiran smart city di kota Bandung telah membuat pekerjaan birokrasi menjadi mudah dikarenakan integrasi langsung dengan teknologi informasi (TI) (Widharetno, 2017).
Perubahan pertama yang dilakukan dengan smart city di Kota Bandung adalah menghidupkan dan mengembalikan fungsi taman kota. Pemerintah Kota Bandung menyediakan akses internet cepat di taman-taman kota sehingga memicu masyarakat kota untuk datang dan berkumpul di taman sehingga dengan cara ini fungsi taman kota yang sejatinya sebagai tempat untuk berkumpul dan berinteraksi dengan orang banyak dapat kembali seperti semula. Tak hanya memberikan akses internet di taman kota, pemerintah menyediakan juga di beberapa tempat ibadah seperti masjid dan gereja. Secara praktis penyediaan layanan publik ini menjadi pusat perhatian dari wisatawan lokal dan mancanegara.
Selain pengembalian fungsi taman kota, pemerintah kota Bandung juga gencar mensosialisasikan smart city di kalangan birokrat yaitu dengan cara melakukan pelatihan pada aparatur sipil negara. Bandung sendiri mempunyai masyarakat dengan rata-rata umur sekitar 30 tahun dan merupakan umur yang
dikategorikan sebagai usia yang produktif. Sehingga konsep smart city sangatlah cocok untuk di implementasikan di kota Bandung (Widharetno, 2017).
Kota Makassar yang sejatinya menerapkan konsep Smart City sejak kepemimpinan walikota Danny Pomanto juga telah menerapkan konsep yang sama tetapi dalam hal yang berbeda. Dalam penerapan Smart City itu, Pemerintah kota Makassar mempraktekkan dalam bentuk pembangunan sistem pemantauan realtime. Sistemnya disebut Operation Room, yang diberi nama War Room. Dalam praktik Smart City di Kota Makassar berbagai inovasi telah diterapkan diantaranya Lorong Garden, Lorong Sehat dan Dottoro’ta. Membuat Makassar menjadi salah satu kota yang mewakili Indonesia menerima penghargaan United Nation Public Service Award PBB yang baru saja diterimanya. Penghargaan itu diraih atas kinerja dan program-program yang dicetuskan oleh walikota Makassar Danny Pomanto.
Dalam hal pelayanan administrasi Kota Makassar juga telah meluncurkan beberapa inovasi yang mempermudah pekerjaan birokrasi saat ini. Seperti PELOR
ta’ (Pelayanan Motor Lorongta’) sepeda motor yang dimodifikasi untuk menjalankan sistem antar jemput berkas. Pelayanan administrasi dewasa ini, terkadang dinilai rumit dan tidak menyenangkan bagi masyarakat sehingga diperlukan sebuah inovasi dalam pelayanan administratif. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Makassar baru-baru ini meluncurkan aplikasi pencatatan sipil berbasis teknologi bernama Kucata’ki yang berfungsi sebagai pencatatan akta kelahiran dan catatan kematian bagi masyarakat Kota Makassar. Sehingga warga Kota Makassar tidak bersusah payah lagi untuk datang ke kantor dan melaporkan semunya ke petugas pelayanan publik.
Kegunaan dari aplikasi ini nantinya akan sangat berguna karena melihat kebijakan terbaru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik yang mensyaratkan usia sebagai syarat yang harus dipenuhi. Syarat usia yang dimaksud dalam peraturan tersebut nantinya dibuktikan dengan akta kelahiran atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan resmi dari pihak yang berwenang. Dengan aplikasi Kucata’ki diharapkan dapat membantu para orang tua untuk memenuhi dan mempersiapkan persyaratan untuk anaknya nanti yang akan di sekolahkan (Sahara, 2019).
Penggunaan aplikasi ini nantinya akan diperuntukkan bagi kelurahan-kelurahan dan rumah sakit di Kota Makassar. Nantinya petugas kelurahan-kelurahan dan rumah sakit akan diberikan pelatihan khusus mengenai penggunaan aplikasi tersebut. Juga menempatkan orang-orang yang ahli di bidangnya sehingga dapat menjalankan pelayanan dengan cepat dan baik. Pengimplementasian konsep smart city tentunya tidak langsung berjalan mulus, ada beberapa masalah yang sering dihadapi oleh pemerintah seperti tidak meratanya informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat yang tinggal di area pinggiran, kurangnya pemahaman akan teknologi oleh para aparat birokrasi, dan juga infrastruktur yang kurang memadai. Serta penempatan pegawai atau Aparatur Sipil Negara yang tidak sesuai dengan bidangnya membuat smart city tidak dapat berjalan sesuai keinginan.
Tercatat setidaknya ada 3 masalah umum yang biasa terjadi dalam pengimpelementasian smart city diantaranya, sosialisasi yang belum merata ke masyarakat. Sumber daya manusia yang kurang memadai dan penempatan ASN yang tidak sesuai, juga aparat birokrat yang belum paham dalam penggunaan
aplikasi. Hal-hal tersebut setidaknya mampu menghambat berjalannya implementasi smart city khususnya jika ingin diterapkan di kota Makassar (Widharetno, 2017).
Pada praktik pelaksanaan program Kucata’ki terdapat beberapa keluhan dari masyarakat yang menjadi kendala. Beberapa kendala tersebut diantaranya, proses pembuatan akta yang cukup lama hingga 2 minggu, kurangnya sosialisasi program kepada masyarakat sehingga banyak masyarakat yang bingung mengenai prosedur
dari program Kucata’ki, dan jaringan yang terkadang bermasalah menjadi kendala
yang sering menghambat proses dari program Kucata’ki ini.
Berdasarkan permasalahan diatas, mengenai konsep smart city maka dari itu penulis mengangkat judul Inovasi Kucata’ki dalam Pelayanan Administrasi
di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar. Penulis menganggap bahwa hal ini perlu di teliti mengingat bahwa praktik pelayanan publik di kota Makassar belum berjalan maksimal sehingga penulis berkeinginan untuk meneliti sejauh mana efektivitas dari pelayanan administrasi berbasis teknologi di kota Makassar berjalan.
B. Rumusan Masalah
Memperhatikan uraian di atas terlihat bahwa terdapat beberapa masalah yang masih menjadi hal atau penghambat dalam berjalannya sebuah inovasi.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini adalah :
1. Bagaimana inovasi pelayanan administrasi melalui aplikasi kucata’ki di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar?
2. Apa faktor yang mempengaruhi pelayanan administrasi melalui aplikasi
kucata’ki di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan pelayanan aplikasi kucata’ki di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dari pelayanan aplikasi
kucata’ki di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat praktis, sebagai bahan pertimbangan dan masukan kepada
pemerintah khususnya pelaksana program inovasi Kucata’ki di Kota
Makassar.
2. Manfaat teoritis, dapat memberikan tambahan teori/literatur kepada masayarakat Kota Makassar dan juga kepada mahasiswa bidang studi Ilmu Pemerintahan.
3. Hasil dari penelitian ini kemudian bisa menjadi referensi dalam penelitian selanjutnya yang tentunya mempunyai pembahasan yang serupa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Inovasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan atau penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Sebuah konsep pembaharuan yang diperkenalkan kepada khalayak banyak dalam mengganti sistem yang sudah usang disebut inovasi. Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa inovasi merupakan suatu cara yang baru atau ide yang menampilkan sesuatu yang baru. Konsep inovasi merupakan hal yang baru dalam dunia pemerintahan dan juga administrasi. Dinamika masyarakat yang semakin global membuat inovasi menjadi sebuah keniscayaan dan menjadi jalan keluar manakala tuntutan-tuntutan pelayanan masyarakat tidak dapat terpenuhi. Inovasi sebagai pendorong perubahan dalam kebijakan-kebijakan publik yang nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat luas (Sururi, 2017).
Azizah, dkk (2017) mengemukakan bahwa pada umumnya, inovasi pada sektor publik bersifat sebagai suatu kebijakan yang berdampak masif dan cenderung berlangsung cukup lama sehingga terjadi perubahan pada pola interaksi antara individu atau masyarakat. Kita berada pada zaman dimana di sekitar kita terdapat banyak inovasi. Inovasi dalam teknologi, ekonomi dan pengetahuan sangat banyak kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Segala sisi dari kehidupan kita saat ini ditunjang dengan inovasi, baik itu inovasi dalam bentuk produk maupun inovasi dalam bentuk pelayanan.
Dapat dipahami bahwa mengapa konsep inovasi begitu tidak populer pada masa lalu disebabkan karena birokrasi di masa tersebut masih dipengaruhi oleh konsep birokrasi Weber yang lebih menekankan pada sistem yang hierarkis, aturan yang jelas serta lingkungan kerja yang relatif stabil. Sehingga inovasi pada masa lalu dipandang sebagai hal yang tidak perlu, jikalaupun ada inovasi yang muncul pada saat itu maka itu hanya berada pada level atau intensitas kecil. Pemerintah pada masa lalu sangat berorientasi pada aturan sehingga mereka bergerak berdasarkan aturan atau rule driven (Mulyadi dkk, 2016).
Sedangkan pengertian lainnya menurut Rogers (dalam Suwarno, 2008) inovasi merupakan suatu ide, gagasan, dan hal baru yang ada pada suatu sistem unit kerja. Pendapat lain menjelaskan bahwa inovasi adalah produk atau jasa yang baru, teknologi yang baru dan rencana baru dari suatu organisasi. Inovasi dapat dikatakan sebagai perubahan perilaku dan sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang dinamis dan berkembang.
Menurut Rogers (Suwarno, 2008) sebuah inovasi memiliki beberapa atribut diantaranya:
1. keuntungan relatif atau relative advantage
Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain. Meski berbeda namun perbedaan ini biasanya tidak terlalu signifikan. Untuk dapat mengetahui inovasi
menguntungkan atau tidak pada sebuah masyarakat, bisa dilihat dari indikator-indikatornya seperti:
a) Kenyamanan, berhasil tidaknya suatu inovasi bisa diukur dari faktor kenyamanan. Lingkungan kantor yang kondusif dan pelayanan pegawai yang ramah merupakan bagian dari indikator kenyamanan.
b) Kepuasan, aspek kepuasan bisa menjadi tolak ukur dalam menilai suatu inovasi. Kemudahan mendapatkan pelayanan dan jasa merupakan bagian dari faktor kepuasan ini.
2. kesesuaian atau compatibility
Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih cepat. Dalam mengukur aspek kesesuaian, bisa diketahui dari item-item berikut:
a) Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, inovasi yang baru harus bisa memudahkan urusan masyarakat dalam hal ini pengurusan administrasi seperti pembuatan akta kelahiran.
b) Kemudahan dalam adminsitrasi, artinya masyarkat sangat dimudahkan dalam pengurusan administrasi karena dengan inovasi ini masyarakat tidak perlu lagi ke kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan akta kelahiran.
3. kerumitan atau complexity
Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting. Untuk memahami tingkat kerumitan dari suatu inovasi, bisa dilihat dari ease of use dimana item ini mengukur sejauh mana inovasi ini dapat diapahami dengan baik oleh masyarakat.
Dengan ke tiga atribut tersebut maka menjadikan inovasi sebagai sebuah inovasi. Inovasi merupakan sesuatu yang baru atau mengganti kepada yang baru, namun tidak menutup kemungkinan bahwa inovasi ditempatkan pada satu tempat yang baru tetapi telah terjadi atau biasa terjadi di suatu tempat. Segala sesuatu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing maka dari itu inovasi pun mempunyai hambatan dalam pelaksanaannya. Menurut Albury (dalam Suwarno, 2008) mengatakan setidaknya terdapat 8 penghambat inovasi, diantaranya:
1. Keengganan menutup program yang gagal 2. Ketergantungan berlebih pada high performer
3. Teknologi ada, terhambat budaya dan penataan organisasi 4. Tidak ada penghargaan atau insentif
6. Anggaran jangka pendek dan perencanaan 7. Tekanan dan hambatan administratif 8. Budaya Risk Aversion
Hal-hal diatas merupakan penghambat berjalannya suatu inovasi sehingga ketika masih terdapat hal-hal seperti diatas di sistem pemerintahan kita maka itu tidak akan menghasilkan suatu inovasi. Salah satu faktor diatas adalah budaya risk aversion, risk aversion adalah budaya dimana birokrasi yang tidak menyukai dengan resiko. Ini tentu bertolak belakang dengan sifat inovasi yang cenderung selalu mempunyai resiko seperti resiko untuk gagal sehingga birokrasi enggan melakukan inovasi dan lebih memilih untuk melakukan semuanya secara prosedural-administratif dengan tingkat resiko yang minim. Selain daripada faktor penghambat inovasi, terdapat juga faktor pendukung dalam berhasilnya suatu inovasi, diantaranya:
1. penempatan pegawai yang sesuai 2. evaluasi kinerja berbasis manajemen 3. model kerja berbasis tim
4. analisis beban kerja
5. standar kompetensi jabatan
Inovasi tidak selamanya menampilkan wajah baru akan tetapi lebih kepada sesuatu yang di make over atau lebih dikenal dengan re-invention. Proses ini bukanlah menemukan sebuah inovasi secara orisinil akan tetapi memperbaharui sebuah inovasi. Tujuannya adalah untuk lebih mendekatkan inovasi kepada pengguna (Suwarno, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas bisa dipahami bahwa inovasi adalah sesuatu yang baru tampil kepada masyarakat yang akan membawa ke perubahan yang lebih baik. Inovasi bisa berbentuk produk atau jasa yang akan dipasarkan kepada masyarakat. Inovasi erat kaitannya dengan perkembangan teknologi dan biasanya lebih dekat kepada masyarakat muda. Inovasi mempunyai beberapa aspek, seperti apa yang dituliskan oleh Peter Drucker dalam bukunya Innovation and Entrepreneurship: Practice and Principles (1996) setidaknya ada tiga askpek dari sebuah inovasi yaitu:
1. Inovasi menghendaki pengetahuan
Dalam hal ini inovasi membutuhkan seseorang yang pintar dan tekun. Kita mengetahui ada banyar inovator di dunia sebut saja Edison penemu bola lampu, walaupun dikenal sebagai orang yang inovatif namun beliau hanya menghabiskan waktunya menekuni satu bidang saja yaitu kelistrikan. 2. Inovasi menuntut resiko
Setiap hal baru selalu menemui tantangan, inovasi adalah sesuatu yang tak bisa lepas dari resiko. Maka dari itu seorang inovator adalah orang yang rela bekerja keras, tekun dan tidak kenal lelah.
3. Inovasi senantiasa dekat dengan pasar
Inovator yang baik adalah inovator yang senantiasa melihat dan memperhatikan perubahan pola perilaku masyarakat. Sebuah inovasi harus sesuai dengan pelanggannya oleh karena itu inovasi harus senantiasa dekat dengan pasar dan benar-benar harus digerakkan oleh pasar.
B. Konsep Pemerintah Kota
Menurut Soemantri (dalam Muchtar, 2017) pemerintah ditinjau dari segi katanya berasal dari kata dasarnya yaitu perintah yang berarti menyuruh melakukan sesuatu. Pemerintah merupakan susunan struktural organisasi yang berhak membuat dan menerapkan hukum di wilayah tertentu. Istilah pemerintah diartikan sebagai suatu tindakan dari seseorang atau organisasi dalam mengatur berjalannya suatu kebijakan dalam suatu wilayah atau negara.
Pemerintahan secara luas adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh tiga badan besar yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah seluruh kegiatan yang melibatkan badan-badan publik yang hanya mencakup kekuasaan eksekutif (Muchtar, 2017). Jadi dapat dikatakan bahwa pemerintahan adalah segala aktivitas yang melibatkan badan eksekutif, legislatif dan yudikatif saling bersinergi untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
Kota merupakan suatu daratan yang mempunyai tata ruang dan wilayah-wilayah administrasi yang telah diatur oleh perundang-undangan. Kota merupakan tempat dimana terjadi konsentrasi masyarakat dan menjadi pusat dari berbagai kegiatan seperti ekonomi, administrasi dan pemerintahan. Sebuah kota tak hanya dihuni oleh penduduk asli kota tersebut akan tetapi juga dihuni oleh masyarakat pendatang yang datang dari desa guna mencari kehidupan yang layak, pekerjaan dan juga mengembangkan ekonomi (Adisasmita, 2014).
Pemerintah kota dalam arti sempit adalah Walikota dan DPRD sebagai perangkat daerah. Pemerintah kota merupakan istilah baru dalam ilmu
pemerintahan. Pemerintah kota dalam melaksanakan pemerintahan, telah diberikan hak dan kewajiban oleh pemerintah pusat dimana hak dan kewajiban ini telah tertuang dalam konstitusi undang-undang tentang pemerintahan daerah. Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah kota tetap menjalankan fungsi utamanya yaitu fungsi pengaturan (regulation) dan fungsi pelayanan (service). Seperti itulah gambaran pemerintahan di hampir setiap negara di dunia, fungsi pelayanan umum didistribusikan secara sentral dan lokal seperti yang dikatakan Maas (dalam Sarundajang, 2011)
Menurut Sarundajang (2011) pada dasarnya, bagaimanapun besar dan luasnya suatu negara tetap tak akan sanggup diurus dengan pemerintahan yang tunggal atau sentral maka dari itu segala urursan-urusan pemerintah pusat di distribusikan ke pemerintah lokal atau daerah untuk mengurus daerahnya masing-masing. Hal ini telah tertuang dalam suatu aturan perundang-undangan yaitu UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004 tersebut maka daerah bebas berekspresi dalam membangun daerahnya masing-masing.
Menurut Hamengkubowono (dalam Kumorotomo, 2009) tujuan adanya otonomi daerah pada dasarnya adalah untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Selama bertahun-tahun masyarakat telah dicemaskan dengan pelayanan sektor publik yang dianggap lamban dan tidak menyenangkan. Pelayanan sektor swasta yang cenderung melihat dan melayani pelanggan lebih baik ternyata menjadi inspirasi bagi pemerintah dan sektor publik dalam merumuskan dan mengubah sistem pelayanan.
Dalam pengembangan daerah, pemerintah daerah bebas dalam membuat kebijakan untuk mengembangkan daerah selama aturan atau kebijakan tersebut tidak melanggar aturan perundang-undangan. Beberapa ahli pemerintahan telah merumuskan fungsi utama dari sebuah pemerintah yakni pengaturan (regulation) dan (services). Ryas Rasyid (1998) sendiri merumuskan fungsi pemerintahan menjadi 4 yaitu :
1. fungsi pelayanan (services)
2. fungsi pembangunan (development) 3. fungsi pemberdayaan (empowering) 4. fungsi pengaturan (regulation)
Hak dan kewajiban Pemerintah Kota telah tertuang dalam rencana kerja pemerintah daerah. Lalu kemudian dikelola dengan sistem keuangan daerah sehingga menghasilkan suatu rencana kerja yang sistematis. Adapun hak dan kewajiban dari pemerintah daerah/kota adalah sebagai berikut;
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak yaitu:
a. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya b. Memilih pimpinan daerah
c. Mengelola aparatur daerah d. Mengelola kekayaan daerah
e. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah
f. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah
h. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
Adapun kewajiban dari pemerintah daerah yaitu:
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat c. Mengembangkan kehidupan demokrasi d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
f. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak g. Mengembangkan sistem jaminan sosial
h. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah/kota i. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah j. Melestarikan lingkungan hidup
k. Mengelola administrasi kependudukan l. Melestarikan nilai sosial budaya
m. Membentuk dan menetapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya
Pemerintah kota identik dengan kehidupan masyarakatnya yang begitu kompleks dan heterogen, berbeda dengan kehidupan masyarakat desa yang cenderung sederhana dan monoton. Kehidupan kota dengan hingar bingarnya dan juga warganya yang berdatangan dari berbagai daerah membuat suatu kota cukup sulit untuk diatur. Kesulitan itu terasa di setiap lini baik yang menyangkut tentang
kesejahteraan masyarakat, hingga kepada kepengurusan administrasi yang
membutuhkan perhatian khusus dari kalangan pemerintah itu sendiri.
C. Konsep Pelayanan Administrasi Berbasis Teknologi
Dalam dunia bisnis pelayanan adalah hal yang paling dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan dari suatu usaha. Pengertian dasar mengenai pelayanan ialah tercapainya kondisi saling menguntungkan antara pemberi jasa (provider) dengan pelanggan (customer) sehingga suatu usaha dapat bertahan dan berjalan secara kontinuitas. Kondisi saling menguntungkan disini artinya pemberi jasa berharap bahwa usahanya dapat berjalan terus dengan memberikan pelayanan prima dan juga pelanggan berharap mendapatkan kepuasan dengan menggunakan atraktif produk atau jasa yang diberikan oleh perusahaan.
Dari data statistik Quality at Work menunjukkan sekitar 68% customer berpindah ke lain tempat disebabkan karena mendapati pelayanan buruk dari suatu perusahaan atau penyedia jasa. Satu pelanggan yang tidak nyaman dapat meruntuhkan suatu bisnis. Begitu pentingnya pelanggan dalam dunia bisnis sehingga kerap dikatakan bahwa pelanggan adalah bagian dari bisnis. Dalam tatanan pemerintahan New Public Management telah banyak diterapkan oleh para aparat birokrasi. Keberhasilan elit bisnis dalam mengembangkan pola pelayanan yang atraktif membuat sektor publik juga mengikuti gaya pelayanan yang diterapkan oleh sektor swasta. Maka dari itu, pemerintah terus meningkatkan kinerja aparatur dalam penyelenggaraan public service (Rahmayanty, 2010).
Esensi dari pelayanan publik adalah memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat sebagai wujud dari kewajiban aparat birokrasi sebagai abdi masyarakat. Adapun standar pelayanan publik yang baik meliputi :
1. Prosedur pelayanan, prosedur pelayanan yang mudah bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.
2. Waktu penyelesesaian, waktu penyelesaian yang cepat sejak saat pengajuan permohonan sampai kepada penyelesaian.
3. Biaya pelayanan, biaya pelayanan yang terjangkau bagi masyarakat 4. Produk pelayanan, produk atau jasa yang efisien bagi masyarakat
5. Sarana dan prasarana, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dari penyelenggara pelayanan publik
6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, penempatan seorang pegawai atau aparatur yang sesuai dengan kompetensinya sehingga pelayanan bisa berjalan dengan lancar (Rahmayanty, 2010).
Demi meraih reformasi yang betul-betul baik maka diperlukan suatu gerakan berpengaruh besar terhadap suatu kelembagaan. Gerakan seperti itu dicerminkan oleh negara-negara maju seperti Australia, Inggris, Selandia Baru dan Amerika Serikat. Karya-karya ilmiah penulis hebat di setiap negara-negara maju yang mampu merubah paradigma kelembagaan pemerintahan menjadi lebih baik, seperti contoh karya David Osborne dan Ted dengan “Reinventing Government” (Sabaruddin, 2015).
Saat ini pemerintah sedang menghadapi tekanan untuk peningkatan kualitas pelayanan publik. Dalam hal ini, e-Government merupakan instrumen yang sangat
penting bagi perkembangan pemerintahan. Merubah tatanan pola pelayanan yang rumit sekarang menjadi isu yang hangat dibicarakan. Setelah e-Government muncul, maka reformasi birokrasi menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, juga membangun kepercayaan antara masyarakat dan penyelenggara pelayanan publik menjadi kunci penting dari sebuah reformasi, seperti apa yang dinyatakan oleh Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik butir b. Maka sudah jelas pelayanan publik diatur dengan sangat jelas oleh konstitusi Indonesia. Sehingga, penyimpangan pelayanan publik adalah pelanggaran atau bertentangan dengan UUD 1945.
E-Government hadir karena masyarakat sadar telah terjadi banyak penyimpangan dalam praktik administrasi dewasa ini. Sehingga, dengan adanya e- Government diharapkan mampu mengubah pola pikir dan kultur sosi al yang selama ini melekat di masyarakat Indonesia. Kehadiran e-Government mampu menekan angka kasus nepotisme yang marak terjadi khususnya di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan atau maladministrasi dalam pelayanan kontak langsung memang tak bisa dihindarkan. Hal seperti ini dapat mencederai keadilan sosial di masyarakat sehingga yang dominan adalah tindakan diskriminatif yang dapat memicu ketidakadilan. Pelayanan administrasi berbasis teknologi merupakan penerapan e-Government dimana masyarakat akan dilayani oleh teknologi mulai dari alur pelayanan yang berbasis online sehingga lebih efisien dari segi pelayanan.
D. Kerangka Pikir
Inovasi merupakan instrumen penting dalam penyelenggaraan pemerintahan di masa sekarang. Banyaknya maladministrasi yang terjadi di berbagai pelayanan pemerintahan membuat kepala daerah untuk berinovasi dalam pelayanan demi mencegah atau meminimalisir terjadinya maladministrasi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. E-Government yang terintegrasi dengan teknologi membuat pelayanan menjadi lebih mudah dan efisien dibanding dengan pelayanan paper base.
E-Government hadir karena masyarakat sadar telah terjadi banyak penyimpangan dalam praktik administrasi dewasa ini. Sehingga, dengan adanya e- Government diharapkan mampu mengubah pola pikir dan kultur sosial yang selama ini melekat di masyarakat Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan atau maladministrasi dalam pelayanan kontak langsung memang tak bisa dihindarkan. Hal seperti ini dapat mencederai keadilan sosial di masyarakat sehingga yang dominan adalah tindakan diskriminatif yang dapat memicu ketidakadilan.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya maladministrasi dalam sistem pelayanan pemerintah maka dibutuhkan inovasi dalam hal pelayanan. Rogers (dalam Suwarno, 2008) menyatakan ada beberapa atribut standar dari sebuah inovasi, yaitu:
1. keuntungan relatif atau relative advantage
Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai
kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain. Hal itu bisa terlihat dari
2. kesesuaian atau compatibility
Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih cepat.
3. kerumitan atau complexity
Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting.
kelima atribut tersebut merupakan ukuran dari suatu inovasi maka ketika hal-hal diatas terlaksana dengan baik maka praktik pelayanan yang bersih, cepat dan efisien yang selama ini menjadi cita-cita dari masyarakat indonesia bisa terwujud.
Kerangka pemikiran Inovasi Kucata’ki dalam pelayanan administrasi di kota makassaar dapat digambarkan dalam bagan kerangka berpikir sebagaimana gambar 2.1 berikut
Bagan Kerangka Pikir
Inovasi Kucata’ki Dalam Pelayanan Administrasi di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Makassar
Faktor Pendukung Inovasi 1. Sumber Daya 2. Lingkungan Birokrasi yang Inovatif Faktor Penghambat Inovasi 1. Jaringan
2. Aturan yang tidak konsisten
Program Aplikasi Kucata’ki
1. Keuntungan Relatif 2. Kesesuaian
3. Kerumitan
Pelayanan Publik yang Efektif Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009
E. Fokus Penelitian
Penelitian ini dapat mengfokuskan masalah terlebih dahulu agar masalahnya tidak melebar, maka penelitian ini mengfokuskan untuk meneliti indikator-indikator dari inovasi yaitu keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan dan kemungkinan dicoba.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk dapat mengukur sebuah inovasi berjalan sesuai harapan atau tidak maka dapat diukur dengan indikator-indikatornya yaitu;
1. Keuntungan Relatif (Relative Advantage)
Keuntungan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dibandingkan dengan yang pernah ada. Hal ini dapat diukur dari beberapa faktor seperti :
a. Kenyamanan, faktor kenyamanan menjadi salah satu tolak ukur dalam mengukur berhasil tidaknya suatu inovasi. Ada banyak hal yang dapat dilihat dari kenyamanan itu sendiri seperti lingkungan kantor yang kondusif dan juga karyawan/pegawai yang melayani dengan ramah menjadi dari indikator kenyamanan.
b. Kepuasan, faktor kepuasan juga menjadi tolak ukur yang sangat penting dalam menilai sebuah inovasi. Hal-hal yang dapat dilihat dari faktor kepuasan ini yaitu kemudahan mendapatkan pelayanan jasa dan pelayanan yang cepat dan tepat.
2. Kesesuaian (Compatibility)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi dianggap masih sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja, dikarenakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan sebuah inovasi tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. Hal-hal seperti etnik, agama, nilai dan budaya lokal juga patut di pertimbangkan. Karena sifatnya yang baru maka inovasi harus selalu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan karena setiap lingkungan mempunyai masyarakat yang berbeda-beda sehingga perlunya aparat pemerintah untuk mensosialisasikan inovasi secara unik menjadi suatu keharusan.
Item-item dalam mengukur kesesuaian dalam inovasi ini seperti:
a. sesuai dengan kebutuhan masyarakat, artinya inovasi tersebut dapat memudahkan masyarakat dalam pengurusan akta kelahiran anak dengan adanya inovasi ini para orang tua bisa langsung mendapatkan akta kelahiran anak mereka langsung dari rumah sakit tempat bersalin.
b. kemudahan dalam administrasi, artinya masyarakat sudah tidak perlu repot-repot lagi dalam mengurus perihal administrasi karena dengan inovasi ini maka pelayanan administrasi bisa dilakukan dengan mudah.
3. Kerumitan (Complexity)
Derajat atau ukuran dimana inovasi dianggap sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Semakin mudah dipahami dan dimengerti maka semakin dikatakan berhasil sebuah inovasi. Namun, karena inovasi memberikan
warna yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan menjadi salah satu tolak ukur yang harus dipertimbangkan pihak inovator.
a. kerumitan penggunaan, dalam inovasi terdapat ukuran atau item yang disebut dengan easy of use dimana item ini mengukur sejauh mana kemudahan yang diberikan oleh inovasi tersebut, semakin mudah inovasi dapat dipahami maka semakin tinggi tingkat adopsi yang dilakukan oleh masyarakat/konsumen.
4. Faktor penghambat dan faktor pendukung
Faktor penghambat dan pendukung adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi berjalannya inovasi kucata’ki dalam pelayanan administrasi di Kota Makassar pada kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan lamanya dan akan dilakukan di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar (Disdukcapil). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas dari inovasi baru yang diluncurkan oleh pemerintah.
B. Jenis dan Tipe penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif tentang Inovasi Kucata’ki dalam Pelayanan Administrasi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan dengan jelas tentang inovasi kucata’ki dalam pelayanan administrasi sehari-hari di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.
C. Sumber Data
1. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan juga melakukan wawancara langsung dengan pimpinan dan staff kantor yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer yang sumbernya dari data – data yang sudah diperoleh sebelumnya menjadi seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan-laporan dan informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan peneliti.
D. Informan Penelitian
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara proporsive sampling atau sengaja dipilih yang didasarkan pertimbangan bahwa untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan keperluan peneliti maka dipilih orang-orang yang berkompeten untuk memberikan informasi serta data yang akurat dan akuntabel mengenai Inovasi Kucata’ki dalam Pelayanan Administrasi di Dinas Kepemdudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar. Adapun informan dari penelitian ini yaitu:
Tabel 3.1 Informan Penelitian
Sumber: dikembangkan dalam sumber informan penelitian, 2019
No Nama Inisi
al
Keterangan
1 Anriany Saleng, S.IP, MSi AS Kepala Seksi Inovasi Pelayanan 2 Indrawaty Semmaing, S.IP, M.AP IS Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran 3 Nuraeni, SE NE Operator Aplikasi Kucata’ki
E. Teknik Pengumpulan Data
Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang paling penting dalam langkah penelitian. Namun, memperoleh data jauh lebih penting untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaanya. Metode atau cara pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penyusunan proposal adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. observasi yang dimaksud oleh peneliti disini adalah dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas yang terjadi di lokasi penelitian juga untuk menyaring dan melengkapi data.
2. wawancara yaitu peneliti berada langsung di lapangan untuk memperoleh data yang lebih jelas dengan cara berbaur dan melakukan tanya jawab dengan masyarakat dan informan.
3. Dokumentasi yaitu dengan memperoleh data-data pada lokasi tempat penelitian berlangsung. Data ini dapat berupa gambar-gambar atau rekaman yang diperoleh dari informan.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2007) menyatakan bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang berat, memerlukan usaha ekstra. Analisis data adalah 4 Hasranah, Amd. Keb HR Kordinator Bidan Puskesmas
Pattingalloang 5 Karmila L, Amd. Keb KL Operator Aplikasi Kucata’ki
instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengelolah data menjadi hasil penelitian sebagaimana data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara di lapangan dapat dimanfaatkan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Dimana dalam teknik analisis data ada 3 komponen yang harus diperhatikan, yaitu;
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses analisis yang membuat sebuah tulisan menjadi lebih tegas dan lebih pendek dengan membuang hal-hal yang tidak dibutuhkan sehingga kesimpulan penelitian dapat diuraikan dengan mudah. Oleh karena itu, laporan lapangan sebagai instrumen singkat dan tersusun rapi harus lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberikan sebuah gambaran yang lebih jelas mengenai hasil dari sebuah pengamatan, dan juga memberikan kemudahan peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh apabila diperlukan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan struktur informasi yang menekankan dibuatnya suatu kesimpulan penelitian. Data disajikan dalam bentuk bagan, gambar dan tabel yang berguna untuk memudahkan penulis dalam menyususn kesimpulan penelitian. Pada dasarnya, data tersebut memang dirancang untuk memberikan gambaran informasi yang sistematis dan mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan yaitu hasil akhir dari data serta penyajian data. Kesimpulan penelitian perlu di verifikasi agar mantap dan sungguh benar-benar dapat untuk dipertanggung jawabkan.
G. Keabsahan Data
Penelitian metodologi kualitatif dalam pengabsahan data menggunakan metode triangulasi, dimana metode ini adalah pengecekan akan kebenaran data dengan menggunakan teknik pengumpulan data lainnya serta pengecekan pada waktu yang berbeda. Pengukuran pengabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan triangulasi (Sugiyono 2007).
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan dan pengujian data yanng telah diperoleh melalui hasil pengamatan,wawancara dan dokumen yang ada.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan untuk menguji sumber data, memiliki tujuan untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Waktu seringkali mempengaruhi kredibilitas data. Trinagulasi waktu berkenaan dengan pengambilan data peneliti melakukan wawancara dengan informan dalam kondisi waktu yang berbeda untuk menentukan kredibilitas data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Profil Singkat Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan unsur pelaksanan tugas Pemerintah Daerah di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang dipimpin oleh Kepala Dinas dan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Berdasarkan peraturan daerah Kota Makassar nomor 9 Tahun 2009 tentang penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar, bahwa penyelengara pelayanan dokumen kependudukan merupakan kewenangan dinas kependudukan dan pencatatan sipil. Berdasarkan kewenangan tersebut dapat diberikan gambaran umum pelayanan yang diberikan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang dituangkan ke dalam tugas pokok dan fungsi yang meliputi :
1. Pencatatan biodata penduduk
Dapat dilakukan secara aktif oleh penduduk atas setiap peristiwa yang dialami baik peristiwa kependudukan maupun peristiwa penting, atau sebaiknya pemerintah kota melalui dinas dapat pula melakukan secara aktif.
2. Penerbitan dan pencatatan dokumen kependudukan meliputi:
Penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Penerbitan Kartu Keluarga
Penerbitan Surat Pindah
3. Penerbitan dokumen pencatatan sipil meliputi:
Akta Kelahiran
Akta Kematian
Akta Perkawian
Akta Perceraian
4. Perubahan akta pencatatan sipil meliputi:
Pengangkatan Anak
Pengesahan Anak
Perubahan Nama
Perubahan Undang-Undang nomor 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan dengan Undang-Undang nomor 24 tahun 2013 yang telah disahkan oleh DPR RI pada tanggal 26 November 2013 merupakan perubahan yang mendasar di bidang administrasi kependudukan. Tujuan utama dari perubahan undang-undang yang dimaksud adalah untuk meningkatkan efektivitas pelayanan administrasi kependudukan kepada masyarakat, menjamin akurasi data kependudukan dan ketunggalan Nomor Induk Kependudukan (NIK) serta ketunggalan dokumen kependudukan.
2. Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar
Visi : Makassar menuju tertib kepemilikan dokumen kependudukan dan pencatatan sipil tahun 2019
Misi :
1. Menyelenggarakan administrasi pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil secara terintegrasi melalui SIAK
2. Meningkatkan pengelolaan database kependudukan secara berkelanjutan 3. Meningkatkan sumber daya yang profesional secara berkelanjutan
4. Menambah dan mengembangkan sarana dan prasarana SIAK secara berkelanjutan
5. Meningkatkan intensitas kordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan tugas
6. Meningkatkan intensitas kajian kebijakan dan pengendalian administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
3. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar
Bagan 4.1 Struktur Organisasi
DINAS SEKRETARIAT SUBBAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN BIDANG PELAYANAN PENDAFTARA N PENDUDUK SEKSI IDENTITAS PENDUDUK SEKSI PINDAH DATANG PENDUDUK SEKSI PENDATAAN PENDUDUK BIDANG PELAYANAN PENCATATAN SIPIL SEKSI KELAHIRAN SEKSI PERKAWINAN DAN PERCERAIAN SEKSI PERUBAHAN STATUS ANAK, PERWARGANEGA RAAN BIDANG PENGELOLAAN INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SEKSI SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN SEKSI PENGELOLAAN DAN PENYAJIAN DATA KEPENDUDUKAN
SEKSI TATA KELOLA DAN SUMBER DAYA MANUSIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BIDANG PEMANFAATAN DATA DAN INOVASI PELAYANAN SEKSI KELAHIRAN SEKSI PEMANFAATAN DATA DAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN SEKSI INOVASI PELAYANAN
B. Hasil Penelitian
Inovasi di masa sekarang merupakan sebuah instrumen yang penting dalam ranah pemerintahan. Berbagai permasalahan administrasi pemerintahan memicu munculnya berbagai inovasi yang mampu mempermudah alur administrasi. Pelayanan yang mudah dan efisien juga ditunjang dengan E-government yang membuat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil melakukan inovasi dalam hal pelayanan akta kelahiran dan pelaporan kematian dengan meluncurkan aplikasi
Kucata’ki. Aplikasi ini berfungsi sebagai aplikasi pelaporan dan pendaftaran akta kelahiran dan pelaporan kematian yang langsung terintegrasi dengan server yang ada di Disdukcapil.
Dengan adanya aplikasi ini Disdukcapil berharap dapat membantu memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu maka untuk mengukur inovasi ini berjalan dengan efektif atau tidak terdapat beberapa indikator diantaranya:
1. Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan keyamanan dan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Sejauh mana masyarakat menilai terhadap pelayanan sangat ditentukan oleh faktor keyamanan dan kepuasan tersebut. Jadi, keuntungan relatif disini mengukur apakah pelayanan yang diberikan sudah efisien atau tidak.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ibu selaku Kepala Seksi Inovasi Pelayanan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar yang mengatakan bahwa:
“Jadi sistem aplikasi Kucata’ki ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat tetapi kami disini juga tidak memberikan kewenangan sepenuhnya kepada masyarakat untuk mengakses, jadi kami disini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan yang menaungi Rumah Sakit dan Puskesmas di Makassar. Jadi, yang diberikan aplikasi ini memang kami sudah ada MOU dengan pihak Rumah Sakit dan Puskesmas yang ada pelayanan rawat inapnya serta pelayanan bersalin. Jadi, prosedurnya itu cukup mudah si pasien cukup menyetor berkas-berkas yang diperlukan seperti buku nikah orang tua, surat keterangan lahir, foto copy KTP dan KK itu semuanya dikumpul untuk diinput dan dikirim ke databasenya kami di sini nanti setelah akta anaknya lahir si pasien tinggal ambil di puskesmas atau rumah
sakit dimana mereka bersalin”.
(Wawancara dengan AS, 30 Agustus 2019)
Gambar 4.1 Halaman Akta kelahiran Aplikasi Kucata’ki
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar 2019 Berdasarkan hasil wawancara, disimpulkan bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar berupaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dengan cara mempermudah pengurusan akta yang semula masyarakat
harus mengurus semuanya di kantor kini dengan adanya aplikasi Kucata’ki
masyarakat cukup berhubungan dengan pihak puskesmas atau rumah sakit untuk pengurusan akta. Wawancara diatas juga didukung dengan hasil wawancara
bersama Ibu selaku operator aplikasi Kucata’ki di Puskesmas Pattingalloang yang mengatakan:
“Ya pasien yang dirawat atau bersalin di puskesmas ini langsung kami
beritahukan untuk mengumpul berkas setelah melahirkan. Jadi, biasanya kami tanya memangmi siapa namanya anaknya karena nanti akan kami buatkan langsung akta online. Jadi, si pasien tinggal kumpul berkasnya nanti kami yang uruskan di Capil mereka tinggal tunggu aktanya jadi sekitar biasanya 2 minggu. Dulu kan orang kalau mau buat akta harus ke kantor
capil dulu tapi dengan adanya aplikasi kucata’ki ini orang-orang tidak perlumi lagi kesana karena kita tahu jarak antara kantor Capil dengan lokasi disini kan lumayan jauh, pernah juga masyarakat disini kalau kesana ke kantor itu katanya ada yang uruskan tapi mereka disuruh bayar nah bagaimanami dengan yang tidak ada uangnya, jadi ini aplikasi semacam
cara untuk menghindari yang namanya calo”.
(Wawancara dengan KL, 24 September 2019)
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pelayanan aplikasi
Kucata’ki ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang berada jauh dari lokasi
Disdukcapil dan juga bagi masyarakat yang tergolong kelas menengah ke bawah. Aplikasi ini turut pula mengurangi praktik maladministrasi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang sengaja memungut biaya kepada masyarakat untuk mengurus akta kelahiran. Jadi, dengan adanya aplikasi Kucata’ki ini kita bisa terhindar dari maladministrasi yang selama ini marak terjadi. Sejalan dengan hasil wawancara diatas, wawancara dengan Ibu selaku Kepala Seksi Pencatatan Kelahiran juga mengatakan hal yang sama bahwa:
“Sistem dari aplikasi Kucata’ki ini itu berasal dari pasien rumah sakit atau puskesmas yang mendaftarkan anaknya ke petugas puskesmas atau rumah sakit karena kan mereka masing-masing punya aplikasinya di komputer atau androidnya terus nanti dikirim kesini, setelah berkasnya masuk di kantor nanti disini kami yang proses berkasnya selama 3-5 hari tergantung sih sama jaringan karena kita disini tergantung sekali sama jaringan. Yang
kami syukurkan dengan adanya Kucata’ki ini karena beberapa puskesmas
dan rumah sakit yang berada di pinggiran kota itu merasa sangat terbantu meskipun jika dibandingkan dengan yang datang langsung ke kantor lebih
banyak cuman yah itu kasuistis buat warga yang tinggalnya jauh dari kantor Capil cukup daftar lewat aplikasi nanti tinggal diambil dulu kan orang harus datang ke kantor terus dijanji 3 hari datang lagi ambil jadi dua
kali datang tapi dengan Kucata’ki ini cukup sekali saja”.
(Wawancara dengan IS, 13 September 2019)
Gambar 4.2 Form Pendaftaran Akta Kelahiran
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar, 2019 Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa program
Kucata’ki sangat bermanfaat bagi warga yang tinggal di pinggiran kota, dengan
Kucata’ki masyarakat tidak memerlukan banyak waktu lagi untuk mengurus akta
yang dulunya masyarakat datang dua kali ke kantor kini dengan program
Kucata’ki mereka datang sekali saja di kantor untuk mengambil aktanya. Lanjut, wawancara dengan Ibu selaku operator aplikasi Kucata’ki di Disdukcapil mengatakan bahwa:
“Berkas yang dikirim dari puskesmas atau rumah sakit itu nantinya masuk di komputer lalu nanti tim verifikasi akan memproses berkas yang sudah lengkap dan nantinya di proses selama 3-5 hari tergantung jika tidak ada kendala jaringan yang bermasalah. Sejauh ini semua proses Alhamdulillah berjalan lancar, laporan yang datang baik dari puskesmas dan rumah sakit juga terbilang bagus. Kami sudah bekerja sama dengan
hampir seluruh Rumah Sakit Ibu dan Anak dan juga Puskesmas di Makassar, total ada 26 RSIA dan Puskesmas yang telah bekerja sama dengan Disdukcapil, kami tidak mengaplikasikan ini program secara umum ke semua Rumah Sakit karena kita khususkan dulu untuk RSIA dan Puskesmas yang melayani rawat inap bersalin padahal waktu kita launching kemarin itu banyak rumah sakit minta tapi kami tidak berikan
karena alasan itu tadi”.
(Wawancara dengan NE, 09 September 2019)
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa program Kucata’ki telah diaplikasikan ke hampir semua Rumah Sakit Ibu dan Anak dan Puskesmas di Makassar. Total RSIA dan puskesmas yang telah bekerja sama dengan
Disdukcapil sekitar 26 RS dan Puskesmas. Progrram kucata’ki juga dikhususkan hanya untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak dan puskesmas yang melayani rawat inap. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Rumah Sakit Ibu dan Anak dan Puskesmas yang bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Makassar.
No Nama Alamat
1 Puskesmas Antang Perumnas Jl. Lasuloro Raya blok 1 No. 19
2 Puskesmas Bara-baraya
3 Puskesmas Jongaya Jl. Andi Tonro No. 37
4 Puskesmas Jumpandang Baru Jl. Ir Juanda No.1
5 Puskesmas Kassi-kassi Jl. Tamalate 1 No.43
6 Puskesmas Mamajang Jl. Bajiminasa No. 10
7 Puskesmas Minasa Upa Jl. Minasa upa Raya No. 18
9 Puskesmas Pulau Barrang Lompo
Pulau Barrang Lompo
10 Puskesmas Tamalanrea Jaya Jl. Perintis Kemerdekaan IV No. 9
11 Rumah Sakit Bhayangkara
12 Rumah Sakit Stella Maris Jl. Somba opu No. 273
13 Rumah Sakit TNI Al Jala Ammari
Jl. Satando No. 27
14 Rumah Sakit UIT Jl. Abdul Kadir No. 70
15 Rumah Sakit Ibu dan Anak Bahagia
Btn Minasa Upa blok H7 No.9
16 Rumah Sakit Ibu dan Anak Budi Mulia
Jl. Nikel A21/25
17 Rumah Sakit Ibu dan Anak Caterina Booth
18 Rumah Sakit Ibu dan Anak Elim
Jl. Sungai saddang No.70
19 Rumah Sakit Ibu dan Anak Masyita
Jl. Cambajawayya No.24
20 Rumah Sakit Ibu dan Anak Paramount
Jl. AP pettarani No.82
21 Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Bunda