• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

b. Memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai bahan masukan dan saran bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, baik lembaga atau perorangan. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:

a. Bagi lembaga perguruan tinggi Universitas Negeri Semarang, untuk meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi mahasiswa program kependidikan sebagai calon guru yang profesional.

b. Bagi sekolah, untuk bahan evaluasi kinerja guru dalam proses belajar mengajar agar dapat menerapkan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

c. Bagi mahasiswa calon pendidik atau guru, dapat memberikan sumbangan yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menerapkan model-model pembelajaran yang akan digunakan agar kegiatan pembelajaran efektif.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada bagian ini akan disajikan landasan teori yang mendasari penelitian meliputi belajar, hasil belajar, pembelajaran ekspositori, pembelajaran kooperatif, model pembelajaran Jigsaw, model pembelajaranNumbered Head Together(NHT), dan materi baterai.

1. Belajar

Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan atau pengalaman, pengetahuan dan pengalaman ini mampu mengubah tingkah laku seseorang sehingga tingkah laku seseorang tersebut tidak akan berubah lagi dengan modifikasi yang sama, belajar juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang kompleks, tindak interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan. Penciptaan suasana yang menyenangkan, mengoptimalisasi model mengajar, media dan sumber belajar serta memaksimalkan peran pendidik adalah hal-hal yang diharapkan dapat menciptakan suatu hasil belajar yang maksimal.

Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa

Definisi belajar yang selanjutnya, “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dapat dikatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman 2006: 21).

Perubahan sebagai hasil dari suatu proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan demikian, belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses belajar selalu ditandai adanya perubahan pada diri individu yang melakukan proses belajar. Jadi dapat disimpilkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan baru.

12

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk 2007: 5). Hasil belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa yang telah mengikuti suatu proses pembelajaran dengan membandingkannya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Apabila siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, secara otomatis siswa tersebut dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya.

Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: (1) ranah kognitif yang mendeskripsikan hasil belajar intelektual, (2) ranah afektif, yang mendiskripsikan sikap dari hasil belajar, dan (3) ranah psikomotorik, yang mendiskripsikan hasil belajar berdasarkan keterampilan dan kemampuan bertindak (Bloom dalam Sudjana 2011: 22). Penelitian ini mengambil objek pada ranah kognitif sebagai bahan penelitian. Hal ini didasarkan pada pendapat Sudjana (2011: 23) yang menyatakan bahwa ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk pengukuran hasil belajar. Sudjana (2011: 35) menyatakan bahwa tes pada umumnya untuk menilai dan untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hail belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Agar memenuhi syarat validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan peneliti ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah mempelajari program diklat yang akan diteliti.

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest

dengan menggunakan instrumen berupa tes obyektif pilihan ganda dengan empatoptiondimasing-masing nomor. Penilaian menggunakan skala bebas, angka penilaian antara 1-100.

3. Pembelajaran Langsung

a. Metode Ekspositori Sebagai Pembelajaran Langsung

Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya 2007: 179). Peran siswa dalam strategi adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Metode ekspositori ini identik dengan pembelajaran konvensional/langsung yang masih dipakai pada instansi-instansi pendidikan sampai saat ini.

Metode ekspositori menekankan pada peran sentral guru dalam pembelajaran (teacher centered approach). Kegiatan pembelajaran sepenuhnya diatur dan ditentukan oleh guru, siswa tidak dituntut menemukan materi tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini siswa menjadi cenderung pasif karena hanya mendengarkan informasi yang diberikan guru tanpa ada tuntutan memahaminya.

14

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Beberapa hal yang menjadi karakteristik pembelajaran ekspositori adalah :

1) Penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dari metode ini. Oleh karena itu, metode ini identik dengan metode ceramah.

2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran

tersebut, artinya siswa diharapkan mampu mengungkapkan kembali materi yang telah disampaikan.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori

Syntaks atau langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori ada 5 yaitu, persiapan, penyajian, korelasi, penyimpulan dan penerapan (Sanjaya 2007: 185). Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.

1) Persiapan

Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah :

a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif, b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, c) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa,

d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. 2) Penyajian

Langkah ini merupakan penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan agar materi pelajaran mudah dipahami sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam langkah ini, diantaranya penggunaan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara untuk menjaga perhatian siswa.

3) Korelasi

Langkah ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya. 4) Penyimpulan

Penyimpulan dalam tahap untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok masalah, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disampaikan.

5) Penerapan

Penerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.

16

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin 2010: 4). Beberapa sistem pembelajaran kooperatif menerapkan sistemrewarddalam pelaksanaanya untuk merangsang semangat siswa.

Menurut Arends (2008: 5) model pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur berikut ini:

a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar

b. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.

c. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.

d. Systemreward-nya berorientasi kelompok maupun individu. Arends (2008: 5) juga menyatakan kalau model cooperative learning

dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan penegmbangan keterampilan sosial.

1) Prestasi akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2) Toleransi dan penerimaan keanekaragaman

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dengan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

18

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Menurut Lie (2004: 19) cooperative learning disebut juga dengan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Istilah cooperative learningdalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu: modelJigsaw, modelNumbered Head Together, model Student Teams Achievement Division, model Think Pair Share, dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran secara kelompok yang bersipat heterogen dengan menitikberatkan pada kerja sama untuk memberikan pemahaman antar sesama anggota kelompok terhadap bahan ajar untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu.

5. Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pada model Jigsaw siswa membaca bagian bagian yang berbeda dengan yang dibaca teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli untuk menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Langkah–

Gam Siswa dibagi m heterogen (kelompok yang berbeda-beda de berbeda, bertemu den kelompok ahli untuk diskusi selesai, para asal dan berusaha men dapatkan pada saat pe diberi kuis secara indi

Menurut Kurni menyebutkan bahwa maka siswa dapat m mengambil bagian dal dan bekerja sama. Kunc anggota tim yang m dapat mengerjakan soa

ambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw i menjadi beberapa kelompok yang pemba pok asal) yang setiap siswa dalam satu kelompok

dengan teman sekelompoknya, siswa dari kelom dengan materi yang sama yang dikelompokka untuk berdiskusi dan membahas materi yang di ra anggota kelompok ahli kemudian kembali

engajarkan pada teman sekelompoknya apa ya t pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembe ndividu mencakup materi yang telah dibahas. urnianingtyas dan Nugroho (2012:76) da wa dengan implementasi Strategi Pembelaja t memperoleh keterampilan diantaranya berb

dalam tugas, mengajukan pertanyaan, mendenga unci tipe jigsaw ini adalah interpendensi setiap si memberikan informasi yang diperlukan denga n soal yang diberikan guru dengan baik.

20

bagiannya secara pok diberi materi kelompok asal yang pokkan lagi menjadi g diterima. Setelah li pada kelompok yang telah mereka mbelajaran, siswa s.

dalam jurnalnya ajaran Kooperatif berbagi tugas dan ngar dengan aktif, iap siswa terhadap dengan tujuan agar

6. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto 2007: 62). Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Langkah–langkah model NHT dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur Ilustrasi Pembelajaran NHT

Dalam model pembelajaran ini, guru akan mengarahkan siswa untuk membuat kelompok heterogen berdasarkan prestasi akademiknya dan siswa akan memiliki nomor tertentu dalam setiap kelompoknya. Selanjutnya guru akan memberikan suatu persoalan untuk tiap kelompok dari materi bahan ajar dalam

Kelompok A 1 2 3 4 5 6 Kelompok B 1 2 3 4 5 6 Kelompok C 1 2 3 4 5 6 Kelompok D 1 2 3 4 5 6 Materi Soal Evaluasi Guru memilih nomor

22

masing. Pada akhir pembelajaran, setelah masing-masing kelompok menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru, maka guru akan memanggil salah satu nomor, dan siswa dengan nomor tersebut akan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara individual di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas. Setelah terjadi diskusi kelas, guru akan mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa dan mengumumkan hasil kuis tersebut serta memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai rata-rata tertinggi di kelasnya.

Pendekatan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered approach) ini adalah suatu pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat cooperative learning atau pembelajaran berkelompok, siswa melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kesulitan dalam pengelolaan kelas, tidak sepenuhnya dapat dihindari oleh guru yang menggunaka model pembelajaran ini. Oleh karena itu, guru diharapkan menerapkan teknik-teknik khusus dalam menerapkan model pembelajan ini. Guru hendaknya lebih aktif dalam mengkondisikan kelas, dengan seringkali memperhatikan masing-masing kelompok yang sedang berdiskusi untuk lebih tenang dan terkontrol dalam diskusinya dan juga guru memperhatikan pemberian reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dalam diskusinya, karena hal ini akan lebih meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok kedepannya.

Menurut Arends (2008: 16) terdapat empat langkah dalam pembelajaran tipe NHT. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Numbering(Penomoran)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.

b. Questioning(Pertanyaan)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan. c. Heads Together(Berpikir Bersama)

Siswa menyatukan “kepalanya” atau pendapatnya untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d. Answering(Menjawab)

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengacungkan tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.

Menurut Kusumojanto & Herawati (2009: 93) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa:

Kelebihan NHT diantaranya dapat memperluas pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari, melatih siswa untuk berani menyampaikan pendapat, terciptanya saling percaya, serta kerjasama antar siswa dan antar anggota kelompok untuk berfikir dalam menyelesaikan satu tugas atau masalah, siswa saling berfikir aktif dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga siswa mampu untuk mengembangkan keterampilan berfikirnya, dan dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif model NHT ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran NHT ini antara lain, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

24

serta guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum menerapkan model NHT ini.

7. Materi Baterai

a. Pengertian Baterai

Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh sistem starter dan sistem kelistrikan yang lain. Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa Inggris, kata akumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor, kompulsator, dll (harnantoro, 2012). Baterai ada dua tipe yaitu baterai kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan untuk motor, mobil maupun truk adalah baterai jenis basah.

b. Konstruksi Baterai

Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai, terminal baterai, elektrolit baterai, lubang elektrolit baterai, tutup baterai dan sel baterai. Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel baterai, tiap sel menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V. Baterai 6 V terdiri dari 3 sel, dan baterai 12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.

Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit baterai, lubang tersebut ditutup dengan tutup baterai, pada tutup terdapat lubang ventilasi yang digunakan untuk mengalirkan uap dari elektrolit baterai. Tiap

sel baterai terdapat plat positip, saparator dan plat negatip, plat positip berwarna coklat gelap (dark brown) dan plat negatip berwarna abu-abu metalik (metallic gray).

1) Elektrolit Baterai

Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H2O) dengan asam sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O dan dan 36 % SO4. Dari campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai dengan berat jenis 1,270.

2) Kotak Baterai

Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut kotak baterai. Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat garis tanda upper level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit.

3) Sumbat Ventilasi

Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit. Sumbat ini juga berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam baterai.

c. Kegiatan Dalam Perawatan Baterai

Kegiatan yang dilakukan dapat perawatan baterai meliputi: 1) Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.

Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami kerusakan akibat korosi, bila terminal korosi maka tahanan pada terminal

26

dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka terminal harus dibersihkan. Langkah membersihkan adalah:

a) Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai. b) Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan

memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya. Ini dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus. c) Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus. d) Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian

pasang terminal dan kencangkan baut pengikatnya

e) Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan menggunakan volt meter.

2) Pemeriksaan elektrolit

a) Pemeriksaan jumlah elektrolit

Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap dan elektrolit baterai berkurang, untuk itu secara periodik jumlah elektrolit baterai perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka harus ditambah.

Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan menyebabkan tumpahnya elektrolit saat

batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat proses penguapan saat pengisian memungkinkan jumlah elektrolit berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.

Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan air zuur. Air accu merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar

Dokumen terkait