• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATERI BATERAI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (JIGSAW DAN NUMBERED HEAD TOGETHER) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATERI BATERAI ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (JIGSAW DAN NUMBERED HEAD TOGETHER) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI"

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HAS PEMBELAJARAN

TOGETHER) DE

Diajukan Un

N N P Ju

U

ASIL BELAJAR MATERI BATERAI ANTA AN KOOPERATIF (JIGSAW DANNUMBE

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKS

SKRIPSI

ukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Nama : Muhammad Manshur

NIM : 5201408119

Prodi : Pendidikan Teknik Mesin Jurusan : Teknik Mesin

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

TARA MODEL

MBERED HEAD

KSPOSITORI

(2)

Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Semarang, Juni 2013

(3)

PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Muhammad Manshur

NIM : 5201408119

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin S1

Judul :“Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”.

Telah dipertahankan di depan penguji dan diterima sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Panitia Ujian,

Ketua : Dr. M.Khumaedi, M.Pd. (... ) NIP. 196209131991021001

Sekretaris : Drs. ArisBudiono, M.T. (... ) NIP. 195411161984031001

Dewan Penguji,

Pembimbing I : Drs. Sunyoto, M.Si. (... ) NIP. 196511051991021001

Pembimbing II : Dr. Drs. Sudarman, M.Pd. (...) NIP. 194911031976031001

Penguji Utama : Drs. AgusSuharmanto, M.Pd. (... ) NIP. 19541116 1984031001

Penguji pendamping I : Drs. Sunyoto, M.Si. (... ) NIP. 19651105 1991021001

Penguji pendamping II : Dr. Drs. Sudarman, M.Pd. (...) NIP. 194911031976031001

Ditetapkan di Semarang, Tanggal :... Mengesahkan

Dekan Fakulkas Teknik

(4)

sesungguhnya dibalik cobaan pasti ada suatu keberhasilan.

2. Lakukanlah semua pekerjaan dengan cepat, ikhlas, dan tanggung jawab agar

kita lebih cepat mendapatkan buah hasilnya.

Persembahan

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi

ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta, terima

kasih atas do’a dan dukungannya.

2. Teman-teman Pendidikan Teknik Mesin 2008,

terima kasih atas kenangan dan semangatnya.

3. Teman-teman kost “FIRE” yang selalu

memberi semangat dan membuat tertawa

sepanjang hari.

4. Ida Yuliana beserta keluarga terimakasih atas

perhatian dan dukungannya.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan

rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW dan keluarganya serta kepada para shabatnya.

Penulis sangat bersyukur karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta

partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif

(Jigsaw danNumbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”. Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Drs. M. Harlanu, M.Pd., selaku dekan Fakultas Teknik.

3. Bapak Dr. M. Khumaedi, M.Pd., selaku ketua jurusan Teknik Mesin.

4. Bapak Drs. Agus Suharmanto, M.Pd., selaku dosen penguji.

5. Bapak Drs. Sunyoto, M.Si., selaku dosen pembimbing 1.

6. Bapak Drs. Sudarman, M.Pd., selaku dosen pembimbing 2.

7. Bapak Wiji Ahmanto, S.Pd., selaku kepala sekolah SMK Muhammadiyah 02

Boja.

(6)

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan selanjutnya. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat untuk menembah pengetahuan bagi pembaca dan

menggugah semangat pembaca untuk melakukan eksperimen dan penelitian yang

lain demi terwujudnya pendidikan yang bermutu.

Semarang, Juni 2013

(7)

ABSTRAK

Manshur, Muhammad. 2013. “Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Dalam penelitian ini pembelajaran di sekolah pada awalnya menggunakan model ekspositori (pembelajaran langsung). Hal tersebut dianggap sebagai penyebab ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga untuk menumbuhkan keaktifan siswa diperlukan alternatif lain, yaitu melalui pembelajaran kooperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Numbered Head Together(NHT) maupun dengan ekspositori pada materi baterai.

Jenis penelitian ini merupakan eksperimen dengan rancangan penelitian

post Control Group Pretest Posttest. Populasi yang dipakai, yaitu siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja Tahun Ajaran 2012/2013, sedangkan sampel yang digunakan yaitu siswa kelas X TKR 1 sebanyak 36 siswa diberikan model pembelajaran tipe Jigsaw, kelas X TKR 3 berjumlah 36 siswa diberikan model pembelajaran tipe NHT dan kelas X TKR 2 sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori. Data hasil belajar kemudian dianalisis dengan melakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil analisis data menggunakan anava dan uji-t.

Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat, ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen. Rata-rata persentase nilai hasil belajar dari kelas Jigsaw, NHT dan ekspositori secara berurutan adalah 78,47%, 82,72%, dan 75,14%. Berdasarkan hasil analisis varian (Anava) terhadap data post-test diperoleh nilai Fhitung= 15,974 > Ftabel = 3,08 untukα= 5% dengan dk = (2:104). Berdasarkan uji

t pada data post-test kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol, diperoleh nilai thitung=

2,675 > ttabel= 1,67 untuk α = 5% dengan dk = 69. Berdasarkan uji t pada data

post-test kelas eksperimen 2 dan kelas control dengan uji t diperoleh nilai thitung=

5,465 > ttabel= 1,67 untuk α = 5% dengan dk = 69. Berdasarkan uji t pada data

post-test kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diperoleh nilai thitung= 3,363

> ttabel= 1,67 untukα= 5% dengan dk = 70.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan pada ketiga kelompok dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

Numbered Head Together (NHT) lebih baik dari pada dengan model ekspositori, serta disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi baterai yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada tipe Jigsaw pada kelas Teknik Kendaraan Ringan SMK Muhammadiyah 02 Boja tahun ajaran 2012/2013.

(8)

KEASLIAN SKRIPSI... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan Masalah...5

C. Rumusan Masalah ...5

D. Penegasan Istilah ...6

E. Tujuan Penelitian...8

F. Manfaat Penelitian...9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS...10

A. Landasan Teori ...10

(9)

3. Pembelajaran Ekspositori ...13

4. Pembelajaran Kooperatif ...16

5. Tinjauan Mengenai Model Jigsaw...18

6. Tinjauan Mengenai ModelNumbered Head Together(NHT) ..21

7. Materi Baterai.. ...23

B. Kerangka Berpikir ...30

C. Hipotesis ...33

BAB III METODE PENELITIAN ...34

A. Metode Dan Desain Penelitian ...34

B. Populasi Dan Sampel...36

C. Variabel Penelitian ...37

D. Metode Pengumpulan Data ...37

E. Alur Penelitian...38

F. Metode Analisis Instrumen...39

G. Model Analisis Data ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...53

A. Hasil Penelitian...53

B. Pembahasan ...59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...65

A. Simpulan...65

B. Saran ...66

DAFTAR PUSTAKA ...67

(10)

Tabel 1. Desain Penelitian ...34

Tabel 2. Klasifikasi Indeks Kesukaran ...41

Tabel 3. Klasifikasi Daya Pembeda...43

Tabel 4. PersiapanAnova...46

Tabel 5. Data Hasil Pre-test Materi Baterai...48

Tabel 6. Distrbusi Kategori Hasil Pre-test Materi Baterai...48

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Materi Baterai...50

Tabel 8. Hasil Homogenitas Data Pre-test Materi Baterai ...51

Tabel 9. Hasil Uji Kesamaan Data Pre-test Materi Baterai ...51

Tabel 10. Data Hasil Post-test Materi Baterai ...53

Tabel 11. Distribusi Kategori Hasil Pos-test Materi Baterai ...54

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Data Post-test Materi Baterai ...55

Tabel 13. Hasil Homogenitas Data Post-test Materi Baterai...56

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw ...20

Gambar 2. Alur Ilustrasi PembelajaranNumbered Head Together(NHT) ...21

Gambar 3. Alur Penelitian...38

Gambar 4. Histogram Distribusi Kategori Hasil Pre-test...49

(12)

Lampiran 1. Data Kelas 70

Lampiran 2. Silabus 78

Lampiran 3. RPP Ekspositori 80

Lampiran 4. RPP Jigsaw 87

Lampiran 5. RPPNumbered Head Together(NHT) 95

Lampiran 6. Kisi–Kisi Soal 103

Lampiran 7. Soal Uji Coba 105

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Uji Coba 112

Lampiran 9. Data Uji Coba 113

Lampiran 10. Data Hasil Analisis Instrumen 117

Lampiran 11. Perhitungan Analisis Instrumen 121

Lampiran 12. Soal Test 133

Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Test 139

Lampiran 14. Lembar Jawab Siswa 140

Lampiran 15. Jadwal Penelitian 141

Lampiran 16. Data Hasil Pre-test Materi Baterai 144

Lampiran 17. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok Jigsaw 145

Lampiran 18. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok NHT 146

(13)

Lampiran 21. Analisis Varians (Anava) Data Pre-test Materi Baterai 149

Lampiran 22. Data Hasil Post-test Materi Baterai 152

Lampiran 23. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok Jigsaw 153

Lampiran 24. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok NHT 154

Lampiran 25. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok ekspositori 155

Lampiran 26. Uji Homogenitas Data Post-test Materi Baterai 156

Lampiran 27. AnalisisVarians (Anava) Data Post-tes Materi Baterai 157

Lampiran 28. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test Jigsaw

Dan Kelompok Kontrol (Ekspositori) 160

Lampiran 29. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test NHT dan

Kelompok Kontrol (Ekspositori) 161

Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test Jigsaw dan

NHT 162

Lampiran 31. Surat-Surat Penelitian 163

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sudah lebih dari 60 tahun merdeka, tetap belum memiliki kualitas

sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena

kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari berbagai jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan belum memadai. Rendahnya kualitas penyelenggaraan dan hasil

pendidikan ini antara lain disebabkan oleh karena pembuatan kebijakan,

pengembangan kurikulum, dan model pembelajaran yang akan digunakan,

pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan, sistem pengajian, sistem

evaluasi, dan pengadaan sarana dan prasarana tidak didasarkan dari hasil

penelitian yang memadai. Dapat diartikan bahwa kualitas sumber daya manusia

kurang memadai karena kualitas dan hasil pendidikan masih kurang, salah satunya

disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi

yang akan disampaikan.

Pembelajaran otomotif di sekolah sering kali menjadi kegiatan yang kurang

menarik bagi siswa SMK. Banyak siswa yang mengeluhkan kurang menariknya

pembelajaran otomotif karena materi yang terlalu banyak, penyampaian guru yang

monoton, hanya hafalan, dan lain-lain. Bahkan tak jarang guru juga mengeluh

karena minat siswa yang rendah pada mata pelajaran yang diampunya dan siswa

(15)

2

Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Suatu proses komunikasi

selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu pengirim pesan (guru), penerima

pesan (siswa), dan pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pembelajaran.

Kegagalan komunikasi seringkali terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu

penggunaan media pembelajaran bukan saja dapat mempermudah penyampaian

materi tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.

Pembelajaran berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai tuntutan lembaga

penyelenggara pendidikan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan setiap

satuan pendidikan saat ini termasuk di SMK Muhammadiyah 02 Boja.

Penyusunan KTSP memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar

sesuai standar isi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.

KTSP memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyusun dan

mengembangkan kurikulum yang tepat dengan kondisi sekolah dan masyarakat

setempat. Guru dituntut untuk mandiri dan kreatif dalam mengelola pembelajaran

termasuk penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan

diajarkan. Selain itu guru juga harus mampu untuk memperbaiki permasalahan

yang timbul dalam proses pembelajaran.

SMK Muhammadiyah 02 Boja adalah sekolah dimana peneliti akan

melakukan penelitian. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tahun

ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi baterai di

sekolah tersebut pembelajarannya masih konvensional (tradisional), metode yang

(16)

(teacher centered). Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Besar kemungkinan hal tersebut menjadi salah satu

faktor terjadinya kekurangaktifan pada siswa, dan hal ini terlihat ketika siswa

tampak kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hal ini

akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, salah satu alternatif solusi

untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) karena model ini menekankan pada sikap kegotongroyongan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Siswa

dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, mendorong siswa membantu

satu sama lain dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian, keuntungan

yang didapat dari model pembelajaran kooperatif tidak hanya semata dalam dunia

pendidikan tetapi juga pada ranah sosial.

Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni

2011: 12). Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus menggunakan

kekuatan dari sekolah yang menghapus perbedaan kehadiran para siswa dari latar

belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar

kelompok. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa

siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman

satu timnya mampu membuat diri mereka bekerja sama baiknya (Slavin 2010:10).

(17)

4

(NHT). Model pembelajaran tipe Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang menghendaki siswa belajar dan bekerja

sama dalam suatu kelompok. Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan suatu

model pembelajaran yang setiap siswanya diberi materi yang berbeda-beda dalam

satu kelompok, kemudian siswa dikelompokkan di kelompok ahli untuk

mendiskusikan materi yang diterima, setelah itu setiap siswa kembali ke

kelompok semula untuk menjelaskan materi yang dia terima kemudian guru

memberi evaluasi kepada siswa, sedangkan NHT merupakan suatu model

pembelajaran yang setiap siswanya diberi nomor dalam suatu kelompok lalu guru

memanggil nomor dari siswa saat evaluasi.

Berdasarkan hasil penelitian Wijaya dkk (2010: 49) menyebutkan bahwa

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT pada siswa

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Program TMO SMK

Muhammadiyah 1 Blora. Sedangkan menurut Kurnianingtyas dan Nugroho (2012:

66) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa implementasi strategi pembelajaran

kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatakan hasil belajar siswa kelas X

Akuntansi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta.

Berdasarkan latar belakang dan data-data tersebut, penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Materi

(18)

B. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan pada penelitian tidak melebar maka peneliti

menentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

a. Penggunaan model Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) hanya di pembelajaran materi baterai.

b. Pembelajaran menyangkut pada kompetensi merawat baterai.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah

sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa pada materi baterai

menggunanakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, dan Numbered Head Together(NHT)?

2. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model

pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada ekspositori?

3. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori?

4. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model

(19)

6

D. Penegasan Istilah

Untuk mempertegas makna yang terkandung dalam judul skripsi ini dengan

jelas dan menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian ini,

penulis perlu memberikan penjelasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul

penelitian. Istilah-istilah yang perlu diperjelas antara lain:

1. Perbedaan

Secara umum perbedaan dapat diartikan beda, selisih (Departemen

Pendidikan Nasional). Perbedaan yang dimaksud adalah selisih hasil belajar siswa

pada materi baterai antara model Jigsaw, NHT, dan ekspositori.

2. Hasil belajar

Menurut Anni dkk (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku

yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai

oleh peserta didik dari kegiatan belajar materi baterai antara model pembelajaran

kooperatif (Jigsaw danNumbered Head Together) dengan model ekspositori. 3. Materi Baterai

Materi baterai merupakan salah satu kompetensi keahlian otomotif yang

diajarkan di SMK Muhammadiyah 02 Boja pada kelas X semester 2. Kompetensi

dasar yang diajarkan meliputi menguji baterai, memperbaiki baterai, merawat

baterai, dan menjumper baterai.

4. Model Pembelajaran

Menurut Joyce dalam (Trianto 2007: 5) menyatakan model pembelajaran

(20)

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Model pembelajaran yang dimaksud

dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Jigsaw dan Numbered Head Together(NHT).

5. Moodel Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat

pada siswa. Model pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam, dua

diantaranya yaitu Jigsaw danNumbered Head Together(NHT). 6. Model Pembelajaran Jigsaw

Merupakan suatu model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Elliot

Aroson. Menurut Arends (2008: 13) menggunakan Jigsaw, siswa-siswa

ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam

orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan

setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya.

7. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)

Numbered Head Together (NHT) adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa

dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran. Alih-alih

(21)

8

empat langkah yaitu: Numbering, Questioning, Heads Together, dan Answering

(Arends 2008: 16).

8. Pembelajaran Ekspositori

Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok

siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal

(Sanjaya 2007: 179). Pembelajaran Ekspositori sering disebut juga sebagai

pembelajaran langsung (konvensional).

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adakah perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa

pada materi baterai dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw,

danNumbered Head Together(NHT).

2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan

menggunakan model pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada ekspositori.

3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan

menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori.

4. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan

(22)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya wawasan perkembangan

ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

b. Memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai bahan masukan dan

saran bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, baik

lembaga atau perorangan. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:

a. Bagi lembaga perguruan tinggi Universitas Negeri Semarang, untuk

meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi mahasiswa program

kependidikan sebagai calon guru yang profesional.

b. Bagi sekolah, untuk bahan evaluasi kinerja guru dalam proses belajar

mengajar agar dapat menerapkan model yang sesuai dengan materi yang

diajarkan.

c. Bagi mahasiswa calon pendidik atau guru, dapat memberikan sumbangan

yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menerapkan model-model

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada

bagian ini akan disajikan landasan teori yang mendasari penelitian meliputi

belajar, hasil belajar, pembelajaran ekspositori, pembelajaran kooperatif, model

pembelajaran Jigsaw, model pembelajaranNumbered Head Together(NHT), dan materi baterai.

1. Belajar

Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan atau

pengalaman, pengetahuan dan pengalaman ini mampu mengubah tingkah

laku seseorang sehingga tingkah laku seseorang tersebut tidak akan berubah

lagi dengan modifikasi yang sama, belajar juga dapat diartikan sebagai

sesuatu yang kompleks, tindak interaksi antara pendidik dengan peserta

didik yang bertujuan. Penciptaan suasana yang menyenangkan,

mengoptimalisasi model mengajar, media dan sumber belajar serta

memaksimalkan peran pendidik adalah hal-hal yang diharapkan dapat

menciptakan suatu hasil belajar yang maksimal.

(24)

Definisi belajar yang selanjutnya, “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dapat dikatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman 2006: 21).

Perubahan sebagai hasil dari suatu proses belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap

dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan

aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan

demikian, belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat

adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan,

kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses

belajar selalu ditandai adanya perubahan pada diri individu yang melakukan

proses belajar. Jadi dapat disimpilkan bahwa belajar adalah suatu proses

yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan

(25)

12

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh dari

pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk 2007: 5). Hasil

belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa yang telah

mengikuti suatu proses pembelajaran dengan membandingkannya terhadap

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Apabila siswa memperoleh hasil

belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam

kurikulum, secara otomatis siswa tersebut dikatakan berhasil, demikian pula

sebaliknya.

Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: (1) ranah kognitif yang mendeskripsikan hasil belajar intelektual, (2) ranah afektif, yang mendiskripsikan sikap dari hasil belajar, dan (3) ranah psikomotorik, yang mendiskripsikan hasil belajar berdasarkan keterampilan dan

kemampuan bertindak (Bloom dalam Sudjana 2011: 22). Penelitian ini

mengambil objek pada ranah kognitif sebagai bahan penelitian. Hal ini

didasarkan pada pendapat Sudjana (2011: 23) yang menyatakan bahwa

ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan

kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk pengukuran hasil

belajar. Sudjana (2011: 35) menyatakan bahwa tes pada umumnya untuk

menilai dan untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hail belajar

kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan

(26)

reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan peneliti

ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah

mempelajari program diklat yang akan diteliti.

Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest

dengan menggunakan instrumen berupa tes obyektif pilihan ganda dengan

empatoptiondimasing-masing nomor. Penilaian menggunakan skala bebas, angka penilaian antara 1-100.

3. Pembelajaran Langsung

a. Metode Ekspositori Sebagai Pembelajaran Langsung

Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada

sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi

pelajaran secara optimal (Sanjaya 2007: 179). Peran siswa dalam strategi

adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.

Metode ekspositori ini identik dengan pembelajaran konvensional/langsung

yang masih dipakai pada instansi-instansi pendidikan sampai saat ini.

Metode ekspositori menekankan pada peran sentral guru dalam

pembelajaran (teacher centered approach). Kegiatan pembelajaran sepenuhnya diatur dan ditentukan oleh guru, siswa tidak dituntut

menemukan materi tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini siswa

menjadi cenderung pasif karena hanya mendengarkan informasi yang

(27)

14

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Beberapa hal yang menjadi karakteristik pembelajaran ekspositori

adalah :

1) Penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal, artinya

bertutur secara lisan merupakan alat utama dari metode ini. Oleh

karena itu, metode ini identik dengan metode ceramah.

2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang

sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang

harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran

tersebut, artinya siswa diharapkan mampu mengungkapkan

kembali materi yang telah disampaikan.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori

Syntaks atau langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori ada 5 yaitu, persiapan, penyajian, korelasi, penyimpulan dan penerapan (Sanjaya

2007: 185). Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.

1) Persiapan

Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan

adalah :

a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif,

b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar,

(28)

d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.

2) Penyajian

Langkah ini merupakan penyampaian materi pelajaran sesuai dengan

persiapan yang telah dilakukan agar materi pelajaran mudah dipahami

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa hal perlu

diperhatikan dalam langkah ini, diantaranya penggunaan bahasa yang

komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara untuk menjaga perhatian

siswa.

3) Korelasi

Langkah ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman

siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap

keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya.

4) Penyimpulan

Penyimpulan dalam tahap untuk memahami inti dari materi

pelajaran yang telah disampaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara, diantaranya mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok

masalah, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi

yang telah disampaikan.

5) Penerapan

Penerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa

setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi

(29)

16

4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang

telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk

memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam

proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian

besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi

pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode

pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah

pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing

(Slavin 2010: 4). Beberapa sistem pembelajaran kooperatif menerapkan

sistemrewarddalam pelaksanaanya untuk merangsang semangat siswa. Menurut Arends (2008: 5) model pembelajaran kooperatif dapat

ditandai oleh fitur-fitur berikut ini:

a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar

b. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah,

(30)

c. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,

dan gender.

d. Systemreward-nya berorientasi kelompok maupun individu. Arends (2008: 5) juga menyatakan kalau model cooperative learning

dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu:

prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan

penegmbangan keterampilan sosial.

1) Prestasi akademik

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu

siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah

menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar.

2) Toleransi dan penerimaan keanekaragaman

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara

luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi

peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja

dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dengan melalui

struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama

(31)

18

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa

keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan

sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih

kurang dalam keterampilan sosial.

Menurut Lie (2004: 19) cooperative learning disebut juga dengan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam

tugas-tugas yang terstruktur. Istilah cooperative learningdalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.

Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang termasuk dalam

pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu: modelJigsaw, modelNumbered Head Together, model Student Teams Achievement Division, model Think Pair Share, dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran secara kelompok

yang bersipat heterogen dengan menitikberatkan pada kerja sama untuk

memberikan pemahaman antar sesama anggota kelompok terhadap bahan ajar

untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan

tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting,

meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi

(32)

5. Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan

oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian

diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pada model

Jigsaw siswa membaca bagian bagian yang berbeda dengan yang dibaca teman

satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli untuk menguasai

informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap

anggotanya.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang

secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. jigsaw

didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para

anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi

(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang

ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/

kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang

(33)

Gam

Siswa dibagi m

heterogen (kelompok

yang berbeda-beda de

berbeda, bertemu den

kelompok ahli untuk

diskusi selesai, para

asal dan berusaha men

dapatkan pada saat pe

diberi kuis secara indi

Menurut Kurni

menyebutkan bahwa

maka siswa dapat m

mengambil bagian dal

dan bekerja sama. Kunc

anggota tim yang m

dapat mengerjakan soa

ambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw

i menjadi beberapa kelompok yang pemba

pok asal) yang setiap siswa dalam satu kelompok

dengan teman sekelompoknya, siswa dari kelom

dengan materi yang sama yang dikelompokka

untuk berdiskusi dan membahas materi yang di

ra anggota kelompok ahli kemudian kembali

engajarkan pada teman sekelompoknya apa ya

t pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembe

ndividu mencakup materi yang telah dibahas.

urnianingtyas dan Nugroho (2012:76) da

wa dengan implementasi Strategi Pembelaja

t memperoleh keterampilan diantaranya berb

dalam tugas, mengajukan pertanyaan, mendenga

unci tipe jigsaw ini adalah interpendensi setiap si

memberikan informasi yang diperlukan denga

n soal yang diberikan guru dengan baik.

20

bagiannya secara

pok diberi materi

kelompok asal yang

pokkan lagi menjadi

g diterima. Setelah

li pada kelompok

yang telah mereka

mbelajaran, siswa

s.

dalam jurnalnya

ajaran Kooperatif

berbagi tugas dan

ngar dengan aktif,

iap siswa terhadap

(34)

6. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional

(Trianto 2007: 62). Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh

Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai

materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman

mereka tentang isi pelajaran itu. Langkah–langkah model NHT dapat

diilustrasikan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur Ilustrasi Pembelajaran NHT

Dalam model pembelajaran ini, guru akan mengarahkan siswa untuk

membuat kelompok heterogen berdasarkan prestasi akademiknya dan siswa akan

memiliki nomor tertentu dalam setiap kelompoknya. Selanjutnya guru akan

memberikan suatu persoalan untuk tiap kelompok dari materi bahan ajar dalam Kelompok A

1 2 3 4 5 6

Kelompok B 1 2 3 4 5 6

Kelompok C 1 2 3 4 5 6

Kelompok D 1 2 3 4 5 6

Materi Soal

Evaluasi Guru memilih nomor

(35)

22

masing. Pada akhir pembelajaran, setelah masing-masing kelompok

menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru, maka guru akan memanggil

salah satu nomor, dan siswa dengan nomor tersebut akan mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya secara individual di depan kelas sehingga terjadi diskusi

kelas. Setelah terjadi diskusi kelas, guru akan mengadakan kuis individual dan

membuat skor perkembangan tiap siswa dan mengumumkan hasil kuis tersebut

serta memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai rata-rata

tertinggi di kelasnya.

Pendekatan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered approach) ini adalah suatu pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat cooperative learning atau pembelajaran berkelompok, siswa melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang

dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kesulitan dalam pengelolaan

kelas, tidak sepenuhnya dapat dihindari oleh guru yang menggunaka model

pembelajaran ini. Oleh karena itu, guru diharapkan menerapkan teknik-teknik

khusus dalam menerapkan model pembelajan ini. Guru hendaknya lebih aktif

dalam mengkondisikan kelas, dengan seringkali memperhatikan masing-masing

kelompok yang sedang berdiskusi untuk lebih tenang dan terkontrol dalam

diskusinya dan juga guru memperhatikan pemberian reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dalam diskusinya, karena hal ini akan

lebih meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok

(36)

Menurut Arends (2008: 16) terdapat empat langkah dalam pembelajaran

tipe NHT. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Numbering(Penomoran)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.

b. Questioning(Pertanyaan)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan. c. Heads Together(Berpikir Bersama)

Siswa menyatukan “kepalanya” atau pendapatnya untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d. Answering(Menjawab)

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengacungkan tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.

Menurut Kusumojanto & Herawati (2009: 93) dalam jurnalnya

menyebutkan bahwa:

(37)

24

serta guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum menerapkan model NHT ini.

7. Materi Baterai

a. Pengertian Baterai

Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh sistem

starter dan sistem kelistrikan yang lain. Akumulator (accu, aki) adalah

sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya energi listrik) dalam

bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan

kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau

accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa

Inggris, kata akumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor,

kompulsator, dll (harnantoro, 2012). Baterai ada dua tipe yaitu baterai

kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan untuk motor, mobil

maupun truk adalah baterai jenis basah.

b. Konstruksi Baterai

Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai,

terminal baterai, elektrolit baterai, lubang elektrolit baterai, tutup baterai dan

sel baterai. Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel baterai, tiap sel

menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V. Baterai 6 V terdiri dari 3 sel, dan baterai

12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.

Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit baterai,

lubang tersebut ditutup dengan tutup baterai, pada tutup terdapat lubang

(38)

sel baterai terdapat plat positip, saparator dan plat negatip, plat positip

berwarna coklat gelap (dark brown) dan plat negatip berwarna abu-abu

metalik (metallic gray).

1) Elektrolit Baterai

Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H2O)

dengan asam sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O dan

dan 36 % SO4. Dari campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai

dengan berat jenis 1,270.

2) Kotak Baterai

Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut

kotak baterai. Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai

dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat garis tanda upper

level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit.

3) Sumbat Ventilasi

Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit.

Sumbat ini juga berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang

terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam baterai.

c. Kegiatan Dalam Perawatan Baterai

Kegiatan yang dilakukan dapat perawatan baterai meliputi:

1) Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.

Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami

(39)

26

dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka terminal harus

dibersihkan. Langkah membersihkan adalah:

a) Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai.

b) Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan

memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya.

Ini dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng

untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.

c) Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus.

d) Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian

pasang terminal dan kencangkan baut pengikatnya

e) Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan

menggunakan volt meter.

2) Pemeriksaan elektrolit

a) Pemeriksaan jumlah elektrolit

Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai

terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap dan elektrolit

baterai berkurang, untuk itu secara periodik jumlah elektrolit baterai

perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka harus

ditambah.

Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik

adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah

elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang

(40)

batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat

proses penguapan saat pengisian memungkinkan jumlah elektrolit

berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup

dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.

Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan

air zuur. Air accu merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam

sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar

sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan untu

menambah elektrolit baterai yang pemeriksaan elektrolit berkurang,

sedangkan air zuur digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi

kosong.

b) Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai

Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai menggunakan alat

hidrometer. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai merupakan salah

satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai penuh

mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100 -1,130.

3) Mengisi Baterai

Mengisi baterai merupakan mengalirkan energi listrik dari luar

sehingga terjadi reaksi pada elektrolit dan sel-sel baterai.

Pengisian baterai dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu:

(41)

28

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sebelum melaksanakan pengujian tersebut perlu diperhatikan masalah

keselamatan kerja. Hal-hal tersebut antara lain:

1) Baterai pada umumnya berukuran besar dan berisi larutan asam sulfat,

oleh karena itu harus hati-hati jangan sampai cairan baterai mengenahi

pakaian, kulit maupun kendaraan.

2) Saat melepas baterai untuk menguji baterai perlu diperhatikan

keamanan awal yang diperlukan untuk menghindari pemakai atau

kerusakan alat elektronik akibat pelepasan baterai.

3) Gunakan alat pelindung atau alat pengaman, termasuk pemakaian alas

kaki yang sesuai dan pelindung mata.

4) Putuslah hubungan kabel baterai pada saat anda akan memperbaiki

beberpa bagian dari suatu sistem rangkaian kelistrikan.

5) Lepas hubungan terminal baterai ke ground terlebih dahulu, karena bila

melepas terminal positip akan kemungkinan terjadi hubungan pendek

melalui kunci ke kodi kendaraan.

6) Ingatlah baterai mudah menimbulkan arus energi listrik pada tenggang

tinggi, sehingga jam tangan logam perhiasan dan gelang sebaiknya

tidak dikenakan pada saat anda bekerja dengan baterai.

7) Gas yang keluar dari bagian atas sel baterai selama proses pengisisan

dan pengosongan bersifat mudah meledak, jangan menyalakan korek

(42)

8) Sebelum menghubungkan pengisian baterai, kedua terminal baterai

positif dan negatif harus dilepaskan dari sistem rangkaian elektronik.

9) Pada saat melakukan pengisian baterai, anda membutuhkan udara yang

bersih dan ventilasi udara yang bebas dari bunga api atau kemungkinan

terjadi kebakaran.

10) Apabila baterai anda memiliki lubang ventilasi pengaman jangan buka

tutup penyumbatnya ketika melakukan proses pengisian, bila baterai

anda tidak memiliki lubang pengaman, bukalah tutup penyumbatnya

agar gas hodrogen yang dihasilkan pada saat proses pengisian dapat

keluar.

11) Jangan melepas atau menghubungkan terminal baterai saat alat

pengisian bekerja. ini akan menyebabkan munculnya bunga api dan

menyalakan/membakar gas hidrogen yang ada dalam baterai.

12) Jangan meniup baterai dengan aliran udara, compresor udara dapat

membuka tutup sel dan menyebarkan larutan elektrolit ke tubuh anda.

13) Untuk mencegah yang aman, jangan salah memasang posisi terminal

baterai, ini akan membalik polarisasi dan mengakibatkan rusaknya

alternator dan sistem elektronik yang mempergunakan semikonduktor.

14) Untuk pencegahan, jangan salah memasang posisi terminal baterai, ini

akan membalik polarisasi arus yang akan merusak alternator dan sistem

(43)

30

B. Kerangka Berfikir

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas X SMK

Muhammadiyah 2 Boja adalah kompetensi memelihara baterai. Berdasarkan

pengalaman di lapangan, pembelajaran materi baterai di sekolah tersebut

pembelajarannya masih ekspositori (tradisional), metode yang digunakan juga

masih metode ceramah dan pembelajarannnya berpusat pada guru (teacher centered). Pada saat jam pelajaran berlangsung, siswa cenderung kurang memperhatikan dan kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru

harus benar-benar berusaha keras agar siswa dapat memahami materi yang

diberikan. Pembelajaran seperti ini dianggap kurang tepat digunakan karena siswa

hanya sebagai pendengar materi-materi yang diberikan oleh guru dan kemudian

mencatat, mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru atau bertanya jika

belum paham dengan materi yang diajarkan. Hal ini akan berpengaruh pada

pencapaian hasil belajar siswa. Agar hasil belajar siswa pada materi memelihara

baterai sesuai dengan yang diharapkan, maka pemilihan model pembelajaran

harus diperhatikan.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan cara

mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda dalam

kelompok-kelompok kecil. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka anggota

kelompok harus membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya, yang

lebih penting adalah memberi dorongan kepada anggota lain untuk berusaha

mencapai tujuan yang maksimal. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap

(44)

Model yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Numbered Head Together (NHT), memiliki kemiripan juga memiliki perbedaan. Kedua metode tersebut, dalam

pelaksanaannya, mengharuskan siswa untuk berpasangan atau berkelompok.

Tetapi dalam tahapan pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan diantara kedua

metode kooperatif tersebut.

Model Jigsaw mengarahkan siswa melakukan proses tukar-menukar

pengetahuan kepada teman satu kelompoknya dimana setiap siswa mendapat

materi yang berbeda dari teman satu kelompoknya. Dalam model ini terdapat

kelompok asal dan kelompok ahli.

Model Numbered Head Together (NHT) mengarahkan siswa bekerja dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang setelah guru menyampaikan

bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu

Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat melakukan

diskusi dengan sungguh-sungguh, setiap siswa menguasai materi yang diterima,

dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Pada akhir

pelaksanaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT), guru akan memanggil salah satu nomor yang akan mempresentasikan jawaban hasil diskusi

dari kelompoknya secara individu di depan kelas. Pelaksanaan akhir pada model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ini, memungkinkan siswa untuk lebih siap dengan hasil diskusi kelompoknya, karena dalam presentasinya di

(45)

32

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa diduga terdapat

perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran menggunakan Model

pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran Numbered Head Together

(46)

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa pada materi baterai

menggunakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, dan Numbered Head Together(NHT).

2. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model Jigsaw

lebih baik daripada ekspositori.

3. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model

Numbered Head Together(NHT) lebih baik daripada ekspositori.

4. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini merupakana true eksperimental design, dengan menggunakan desain Control Group Pretest Posttest (Arikunto 2006: 86) yang digambarkan sebagai berikut:

Tabel 1. Desain PenelitianControl Group Pretest Posttest

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Kelas E1 O1 XJIGSAW O2

Kelas E2 O1 XNHT O2

Kelas K O1 X

Ekspositori

O2

Keterangan :

 Kelas E1 : Kelas Eksperimen I  Kelas E2 : Kelas Eksperimen II  Kelas K : Kelas Kontrol

 O1 :Pretest  O2 :Posttest

(48)

Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai

berikut:

1. Menentukan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol

dengan data-data yang tersedia.

2. Memberikan soal pretest pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II,

dan kelas kontrol.

3. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen I dengan menggunakan

model pembelajaran tipe Jigsaw, kelas eksperimen II dengan

menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together

(NHT), sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan

pembelajaran ekspositori.

4. Memberikan soal posttest pada kelas ekserimen I, kelas eksperimen II,

dan kelas kontrol.

5. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan

model pembelajaran tipe Jigsaw dengan kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran ekspositori.

6. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen II yang menggunakan

model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori.

7. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan

model pembelajaran tipe Jigsaw dengan kelas eksperimen II yang

(49)

36

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2010:

117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik

Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja yang terdiri dari 4

kelas yaitu X TKR 1, X TKR 2, X TKR 3, dan X TKR 4 dengan jumlah

siswa sebanyak 143 siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono 2010: 118). Sampel yang digunakan untuk

penelitian sebanyak tiga kelas yang homogen dilihat dari aspek: diajar oleh

guru yang sama, diterapkan kurikulum yang sama, dan peserta didik

mempunyai rata-rata kemampuan yang relatif sama.

Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau pemilihan secara acak sederhana. Teknis pengambilan sampel ini dilakukan

dengan cara pengundian dalam menentukan kelas mana yang akan

dikenakan model pembelajaran tertentu.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah X TKR 1 sebagai

kelas eksperimen I yang terdiri dari 36 siswa, X TKR 3 sebagai kelas

eksperimen II yang terdiri dari 36 siswa,dan X TKR 2 sebagai kelas kontrol

(50)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto 2006: 118). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel yang mempengaruhi, yang disebut juga variabel penyebab, bebas

atau “independent variable” (Arikunto 2006: 119). Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel bebas adalah pembelajaran materi baterai menggunakan model

pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran materi baterai menggunakan model

pembelajaranNumbered Head Together(NHT).

Variabel terikat adalah variabel yang tergantung atau variabel akibat atau

disebut juga “dependent variable” (Arikunto 2006: 119). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar materi baterai menggunakan model

pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar materi baterai menggunakan model

pembelajaranNumbered Head Together(NHT).

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan

(51)

38

2. Metode Tes.

Metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur

kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto 2006: 223).

Instrumen tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil

belajar siswa dari aspek kognitif. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu

sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (postest).

E. Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian Kesimpulan

Analisis Hasil Penelitian Eksperimen I JIGSAW

1. Pretest

2. PBM menggunakan model JIGSAW

3. Posttest

Eksperimen II NHT

1. Pretest

2. PBM menggunakan model NHT

3. Posttest

Kontrol

1. Pretest 2.Pembelajaran

ekspositori

3. Posttest

Penyusunan Instrumen Penelitian

(52)

F. Metode Analisis Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya (Arikunto 2006: 168).

Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi

point biserial (point biserial corellation) yaitu :

=

Keterangan :

= Koefisien korelasi point biserial

= Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang

dicari korelasinya dengan test

= Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut test)

= Standar deviasi skor total

= Proporsi item yang menjawab benar item tersebut

=1

(Arikunto 2006: 283)

Uji coba instrumen dilakukan di kelas XI TKR 1 yang berjumlah 30 siswa

menggunakan 35 soal pilihan ganda dengan empat opsi dimasing-masing butir

(53)

40

kritik dari r product moment. Untuk r Pbis> rtabel maka soal tersebut valid, tetapi

jika rPbis≤ rtabelmaka soal tersebut tidak valid. Harga kritik dari r product moment

pada N=30 adalah 0,339.

Hasil perhitungan dari 35 soal yang diujikan, 3 soal dinyatakan tidak valid,

soal yang tidak valid tersebut adalah soal dengan nomor 17, 24, dan 31.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabel

artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto 2006: 178). Reliabilitas

dapat diukur dengan rumus K-R 21. Rumus K-R 21 dapat digunakan untuk

mengukur reliabilitas butir soal atau pertanyaan. Adapun rumus K-R 21 sebagai

berikut :

k = Banyaknya butir soal = Skor rata-rata (mean)

= Varians total

(Arikunto 2006: 189)

Hasil r11 dibandingkan dengan nilai tabel product momen. Jika nilai r11 <

(54)

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien sebesar 0,951. Harga rtabel yang

diperoleh untuk N = 30 pada taraf kesalahan 5% sebesar 0,339. Dengan demikian,

instrumen dinyatakan reliabel karena koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari

nilai rtabel, selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.

3. Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut taraf

kesukaran (Arikunto 2007: 207). Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat

kesukaran :

=

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS = Jumlah siswa peserta tes

(Arikunto 2007: 208)

Tabel 2. Klasifikasi Indeks Kesukaran

Range Tingkat Kesukaran

0,00 < p≤ 0,30 Sukar 0,30 < p≤ 0,70 Sedang 0,70 < p≤ 1,00 Mudah

(55)

Hasil uji coba inst

indeks kesukaran buti

dengan indeks kesuka

dengan nomor 1, 6, 9, 10

32, 33, dan 34. Sedang

butir soal 0,70 < p≤ 1,00 a

8, 14, 16, 19, 23, 25, 30, da

4. Daya Pembeda S

Daya pembeda

antara siswa yang be

rendah (Arikunto 2007:

menggunakan rumus :

instrumen mendapatkan soal dengan krieria suka

n butir soal 0,00 < p≤ 0,30 tidak ada. Soal dengan kr

sukaran butir soal 0,30 < p≤ 0,70 ada 22 butir soa

1, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31,

dangkan soal dengan kriteria mudah dengan inde

≤ 1,00 ada 13 butir soal yaitu soal dengannomor

8, 14, 16, 19, 23, 25, 30, dan 35.

banyaknya peserta kelas atas

banyaknya peserta kelas bawah

banyaknya peserta kelas atas yang menjawab denga

nyaknya peserta kelas bawah yang menjawab de

= perbandingan peserta kelompok atas yang me

42

sukar dengan

an kriteria sedang

soal yaitu soal

, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31,

ndeks kesukaran

nomor 2, 3, 4, 5, 7,

untuk membedakan

g berkemampuan

pembeda tiap soal

(56)

= pe

Hasil uji coba

dengan indeks diskri

nomor 15. Soal denga

0,70 ada 5 butir soal,

kriteria cukup dengan

yaitu soal dengan nom

26, 27, 29, 30, 32, 33,

indeks diskriminasi a

17, 24 dan 31.

= perbandingan peserta kelompok bawah yang m

Tabel 3. Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

0,00–0,20 Jelek 0,21–0,40 Cukup

0,41–0,70 Baik

0,71–1,00 Baik Sekali

(Arikunt

oba instrumen mendapatkan soal dengan krite

skriminasi antara 0,71 – 1,00 ada 1 soal, ya

dengan kriteria baik dengan indeks diskriminasi

soal, yaitu soal dengan nomor 6, 18, 19, 22, dan

gan indeks diskriminasi antara 0,21 – 0,40 ada

nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16,

33, 34, dan 35. Sedangkan Soal dengan kriter

si antara 0,00 - 0,20 ada 3 butir soal yaitu den

g menjawab benar

kunto 2007: 218).

kriteria baik sekali

yaitu soal dengan

nasi antara 0,41 –

n 28. Soal dengan

ada 26 butir soal,

14, 16, 20, 21, 23, 25,

iteria jelek dengan

(57)

44

G. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian ini adalah

analisis varians (Anava) satu jalan. Syarat dari analisis varians (Anava) satu jalan

tersebut adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data

yang akan dianalisis sehingga dapat diketahui hasilnya.

Pengujian normalitas digunakan rumus chi kuadrat ( 2), yaitu :

= ( )

Keterangan :

= Chi kuadrat

= Hasil penelitian

= Hasil yang diharapkan (teoritik)

= Banyaknya kelas interval

(Sudjana 2005: 273)

Setelah didapat nilai χ2hitung kemudian dibandingkan dengan nilai χ2tabel

dengan taraf signifikan 5% dan dk = (k-3). Jika χ 2hitung  χ 2tabel , maka data

Gambar

Gambar 2. Alur Ilustrasi Pembelajaran NHT
Tabel 1. Desain Penelitian Control Group Pretest Posttest
Gambar 3. Alur Penelitian
Tabel 2.  Klasifikasi Indeks Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dalam penelitian ini telah dicoba reaksi transesterifikasi menggunakan CPO dengan kadar ALB di atas 5%, serta akan dipelajari faktor yang

The study used purposive random sampling method by taking and observation of mangrove vegetation and density of molluscs and measurement of water quality parameters.. Data

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU REFRIGERATOR DAN FREEZER TERHADAP JUMLAH DAN JENIS MIKROBIA PADA SUSU KEDELAI” ini telah dipertahankan di

Aktivitas semua pihak pada ketiga tempat tersebut (daratan/hulu, hutan mangrove, perairan laut) telah menimbulkan dampak negatif terhadap keberadaan dan keberlanjutan fungsi

Penelitian ini berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Berbagai Tanaman Lahan Kering Di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali” yang bertujuan untuk : (1) mengetahui

Bagi pihak luar dalam hal ini kreditur maupun investor dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menanamkan modal mereka serta untuk mengetahui kelangsungan dari

Telah disusun rancangan sistem kendali karakteristik CPO selama pengaliran yaitu (A) kendali pengaliran pada kondisi isotermal pada suhu tertentu (dipilih di antara suhu

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang