PERBEDAAN HAS PEMBELAJARAN
TOGETHER) DE
Diajukan Un
N N P Ju
U
ASIL BELAJAR MATERI BATERAI ANTA AN KOOPERATIF (JIGSAW DANNUMBE
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKS
SKRIPSI
ukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Muhammad Manshur
NIM : 5201408119
Prodi : Pendidikan Teknik Mesin Jurusan : Teknik Mesin
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
TARA MODEL
MBERED HEAD
KSPOSITORI
Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.
Semarang, Juni 2013
PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Muhammad Manshur
NIM : 5201408119
Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin S1
Judul :“Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”.
Telah dipertahankan di depan penguji dan diterima sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.
Panitia Ujian,
Ketua : Dr. M.Khumaedi, M.Pd. (... ) NIP. 196209131991021001
Sekretaris : Drs. ArisBudiono, M.T. (... ) NIP. 195411161984031001
Dewan Penguji,
Pembimbing I : Drs. Sunyoto, M.Si. (... ) NIP. 196511051991021001
Pembimbing II : Dr. Drs. Sudarman, M.Pd. (...) NIP. 194911031976031001
Penguji Utama : Drs. AgusSuharmanto, M.Pd. (... ) NIP. 19541116 1984031001
Penguji pendamping I : Drs. Sunyoto, M.Si. (... ) NIP. 19651105 1991021001
Penguji pendamping II : Dr. Drs. Sudarman, M.Pd. (...) NIP. 194911031976031001
Ditetapkan di Semarang, Tanggal :... Mengesahkan
Dekan Fakulkas Teknik
sesungguhnya dibalik cobaan pasti ada suatu keberhasilan.
2. Lakukanlah semua pekerjaan dengan cepat, ikhlas, dan tanggung jawab agar
kita lebih cepat mendapatkan buah hasilnya.
Persembahan
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi
ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu serta keluarga tercinta, terima
kasih atas do’a dan dukungannya.
2. Teman-teman Pendidikan Teknik Mesin 2008,
terima kasih atas kenangan dan semangatnya.
3. Teman-teman kost “FIRE” yang selalu
memberi semangat dan membuat tertawa
sepanjang hari.
4. Ida Yuliana beserta keluarga terimakasih atas
perhatian dan dukungannya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan keluarganya serta kepada para shabatnya.
Penulis sangat bersyukur karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta
partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak membantu baik moril maupun
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif
(Jigsaw danNumbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”. Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri
Semarang.
2. Bapak Drs. M. Harlanu, M.Pd., selaku dekan Fakultas Teknik.
3. Bapak Dr. M. Khumaedi, M.Pd., selaku ketua jurusan Teknik Mesin.
4. Bapak Drs. Agus Suharmanto, M.Pd., selaku dosen penguji.
5. Bapak Drs. Sunyoto, M.Si., selaku dosen pembimbing 1.
6. Bapak Drs. Sudarman, M.Pd., selaku dosen pembimbing 2.
7. Bapak Wiji Ahmanto, S.Pd., selaku kepala sekolah SMK Muhammadiyah 02
Boja.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini dan selanjutnya. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk menembah pengetahuan bagi pembaca dan
menggugah semangat pembaca untuk melakukan eksperimen dan penelitian yang
lain demi terwujudnya pendidikan yang bermutu.
Semarang, Juni 2013
ABSTRAK
Manshur, Muhammad. 2013. “Perbedaan Hasil Belajar Materi Baterai antara Model Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw dan Numbered Head Together) dengan Model Pembelajaran Ekspositori”. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.
Dalam penelitian ini pembelajaran di sekolah pada awalnya menggunakan model ekspositori (pembelajaran langsung). Hal tersebut dianggap sebagai penyebab ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga untuk menumbuhkan keaktifan siswa diperlukan alternatif lain, yaitu melalui pembelajaran kooperatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan Numbered Head Together(NHT) maupun dengan ekspositori pada materi baterai.
Jenis penelitian ini merupakan eksperimen dengan rancangan penelitian
post Control Group Pretest Posttest. Populasi yang dipakai, yaitu siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja Tahun Ajaran 2012/2013, sedangkan sampel yang digunakan yaitu siswa kelas X TKR 1 sebanyak 36 siswa diberikan model pembelajaran tipe Jigsaw, kelas X TKR 3 berjumlah 36 siswa diberikan model pembelajaran tipe NHT dan kelas X TKR 2 sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori. Data hasil belajar kemudian dianalisis dengan melakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil analisis data menggunakan anava dan uji-t.
Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat, ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen. Rata-rata persentase nilai hasil belajar dari kelas Jigsaw, NHT dan ekspositori secara berurutan adalah 78,47%, 82,72%, dan 75,14%. Berdasarkan hasil analisis varian (Anava) terhadap data post-test diperoleh nilai Fhitung= 15,974 > Ftabel = 3,08 untukα= 5% dengan dk = (2:104). Berdasarkan uji
t pada data post-test kelas eksperimen 1 dan kelas kontrol, diperoleh nilai thitung=
2,675 > ttabel= 1,67 untuk α = 5% dengan dk = 69. Berdasarkan uji t pada data
post-test kelas eksperimen 2 dan kelas control dengan uji t diperoleh nilai thitung=
5,465 > ttabel= 1,67 untuk α = 5% dengan dk = 69. Berdasarkan uji t pada data
post-test kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diperoleh nilai thitung= 3,363
> ttabel= 1,67 untukα= 5% dengan dk = 70.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan signifikan pada ketiga kelompok dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
Numbered Head Together (NHT) lebih baik dari pada dengan model ekspositori, serta disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi baterai yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada tipe Jigsaw pada kelas Teknik Kendaraan Ringan SMK Muhammadiyah 02 Boja tahun ajaran 2012/2013.
KEASLIAN SKRIPSI... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ...v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Pembatasan Masalah...5
C. Rumusan Masalah ...5
D. Penegasan Istilah ...6
E. Tujuan Penelitian...8
F. Manfaat Penelitian...9
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS...10
A. Landasan Teori ...10
3. Pembelajaran Ekspositori ...13
4. Pembelajaran Kooperatif ...16
5. Tinjauan Mengenai Model Jigsaw...18
6. Tinjauan Mengenai ModelNumbered Head Together(NHT) ..21
7. Materi Baterai.. ...23
B. Kerangka Berpikir ...30
C. Hipotesis ...33
BAB III METODE PENELITIAN ...34
A. Metode Dan Desain Penelitian ...34
B. Populasi Dan Sampel...36
C. Variabel Penelitian ...37
D. Metode Pengumpulan Data ...37
E. Alur Penelitian...38
F. Metode Analisis Instrumen...39
G. Model Analisis Data ...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...53
A. Hasil Penelitian...53
B. Pembahasan ...59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...65
A. Simpulan...65
B. Saran ...66
DAFTAR PUSTAKA ...67
Tabel 1. Desain Penelitian ...34
Tabel 2. Klasifikasi Indeks Kesukaran ...41
Tabel 3. Klasifikasi Daya Pembeda...43
Tabel 4. PersiapanAnova...46
Tabel 5. Data Hasil Pre-test Materi Baterai...48
Tabel 6. Distrbusi Kategori Hasil Pre-test Materi Baterai...48
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data Pre-test Materi Baterai...50
Tabel 8. Hasil Homogenitas Data Pre-test Materi Baterai ...51
Tabel 9. Hasil Uji Kesamaan Data Pre-test Materi Baterai ...51
Tabel 10. Data Hasil Post-test Materi Baterai ...53
Tabel 11. Distribusi Kategori Hasil Pos-test Materi Baterai ...54
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Data Post-test Materi Baterai ...55
Tabel 13. Hasil Homogenitas Data Post-test Materi Baterai...56
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw ...20
Gambar 2. Alur Ilustrasi PembelajaranNumbered Head Together(NHT) ...21
Gambar 3. Alur Penelitian...38
Gambar 4. Histogram Distribusi Kategori Hasil Pre-test...49
Lampiran 1. Data Kelas 70
Lampiran 2. Silabus 78
Lampiran 3. RPP Ekspositori 80
Lampiran 4. RPP Jigsaw 87
Lampiran 5. RPPNumbered Head Together(NHT) 95
Lampiran 6. Kisi–Kisi Soal 103
Lampiran 7. Soal Uji Coba 105
Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Uji Coba 112
Lampiran 9. Data Uji Coba 113
Lampiran 10. Data Hasil Analisis Instrumen 117
Lampiran 11. Perhitungan Analisis Instrumen 121
Lampiran 12. Soal Test 133
Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Test 139
Lampiran 14. Lembar Jawab Siswa 140
Lampiran 15. Jadwal Penelitian 141
Lampiran 16. Data Hasil Pre-test Materi Baterai 144
Lampiran 17. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok Jigsaw 145
Lampiran 18. Uji Normalitas Data Hasil Pre-test kelompok NHT 146
Lampiran 21. Analisis Varians (Anava) Data Pre-test Materi Baterai 149
Lampiran 22. Data Hasil Post-test Materi Baterai 152
Lampiran 23. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok Jigsaw 153
Lampiran 24. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok NHT 154
Lampiran 25. Uji Normalitas Data Hasil Post-test kelompok ekspositori 155
Lampiran 26. Uji Homogenitas Data Post-test Materi Baterai 156
Lampiran 27. AnalisisVarians (Anava) Data Post-tes Materi Baterai 157
Lampiran 28. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test Jigsaw
Dan Kelompok Kontrol (Ekspositori) 160
Lampiran 29. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test NHT dan
Kelompok Kontrol (Ekspositori) 161
Lampiran 30. Uji Perbedaan Dua Rata-rata Hasil Post-test Jigsaw dan
NHT 162
Lampiran 31. Surat-Surat Penelitian 163
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sudah lebih dari 60 tahun merdeka, tetap belum memiliki kualitas
sumber daya manusia yang memadai. Hal ini antara lain disebabkan oleh karena
kualitas penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari berbagai jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan belum memadai. Rendahnya kualitas penyelenggaraan dan hasil
pendidikan ini antara lain disebabkan oleh karena pembuatan kebijakan,
pengembangan kurikulum, dan model pembelajaran yang akan digunakan,
pengadaan dan pengembangan tenaga kependidikan, sistem pengajian, sistem
evaluasi, dan pengadaan sarana dan prasarana tidak didasarkan dari hasil
penelitian yang memadai. Dapat diartikan bahwa kualitas sumber daya manusia
kurang memadai karena kualitas dan hasil pendidikan masih kurang, salah satunya
disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi
yang akan disampaikan.
Pembelajaran otomotif di sekolah sering kali menjadi kegiatan yang kurang
menarik bagi siswa SMK. Banyak siswa yang mengeluhkan kurang menariknya
pembelajaran otomotif karena materi yang terlalu banyak, penyampaian guru yang
monoton, hanya hafalan, dan lain-lain. Bahkan tak jarang guru juga mengeluh
karena minat siswa yang rendah pada mata pelajaran yang diampunya dan siswa
2
Pembelajaran merupakan proses komunikasi. Suatu proses komunikasi
selalu melibatkan tiga komponen pokok, yaitu pengirim pesan (guru), penerima
pesan (siswa), dan pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pembelajaran.
Kegagalan komunikasi seringkali terjadi dalam pembelajaran. Untuk itu
penggunaan media pembelajaran bukan saja dapat mempermudah penyampaian
materi tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih menarik.
Pembelajaran berpedoman pada kurikulum tertentu sesuai tuntutan lembaga
penyelenggara pendidikan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dilaksanakan setiap
satuan pendidikan saat ini termasuk di SMK Muhammadiyah 02 Boja.
Penyusunan KTSP memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar
sesuai standar isi yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.
KTSP memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum yang tepat dengan kondisi sekolah dan masyarakat
setempat. Guru dituntut untuk mandiri dan kreatif dalam mengelola pembelajaran
termasuk penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan. Selain itu guru juga harus mampu untuk memperbaiki permasalahan
yang timbul dalam proses pembelajaran.
SMK Muhammadiyah 02 Boja adalah sekolah dimana peneliti akan
melakukan penelitian. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tahun
ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa dalam pembelajaran materi baterai di
sekolah tersebut pembelajarannya masih konvensional (tradisional), metode yang
(teacher centered). Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Besar kemungkinan hal tersebut menjadi salah satu
faktor terjadinya kekurangaktifan pada siswa, dan hal ini terlihat ketika siswa
tampak kurang antusias dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hal ini
akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi siswa, salah satu alternatif solusi
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) karena model ini menekankan pada sikap kegotongroyongan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Siswa
dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, mendorong siswa membantu
satu sama lain dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian, keuntungan
yang didapat dari model pembelajaran kooperatif tidak hanya semata dalam dunia
pendidikan tetapi juga pada ranah sosial.
Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni
2011: 12). Model-model pembelajaran kooperatif secara khusus menggunakan
kekuatan dari sekolah yang menghapus perbedaan kehadiran para siswa dari latar
belakang ras atau etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar
kelompok. Semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa
siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman
satu timnya mampu membuat diri mereka bekerja sama baiknya (Slavin 2010:10).
4
(NHT). Model pembelajaran tipe Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang menghendaki siswa belajar dan bekerja
sama dalam suatu kelompok. Model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan suatu
model pembelajaran yang setiap siswanya diberi materi yang berbeda-beda dalam
satu kelompok, kemudian siswa dikelompokkan di kelompok ahli untuk
mendiskusikan materi yang diterima, setelah itu setiap siswa kembali ke
kelompok semula untuk menjelaskan materi yang dia terima kemudian guru
memberi evaluasi kepada siswa, sedangkan NHT merupakan suatu model
pembelajaran yang setiap siswanya diberi nomor dalam suatu kelompok lalu guru
memanggil nomor dari siswa saat evaluasi.
Berdasarkan hasil penelitian Wijaya dkk (2010: 49) menyebutkan bahwa
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT pada siswa
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Program TMO SMK
Muhammadiyah 1 Blora. Sedangkan menurut Kurnianingtyas dan Nugroho (2012:
66) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa implementasi strategi pembelajaran
kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatakan hasil belajar siswa kelas X
Akuntansi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta.
Berdasarkan latar belakang dan data-data tersebut, penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Materi
B. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan pada penelitian tidak melebar maka peneliti
menentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut :
a. Penggunaan model Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT) hanya di pembelajaran materi baterai.
b. Pembelajaran menyangkut pada kompetensi merawat baterai.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa pada materi baterai
menggunanakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, dan Numbered Head Together(NHT)?
2. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model
pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada ekspositori?
3. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori?
4. Apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model
6
D. Penegasan Istilah
Untuk mempertegas makna yang terkandung dalam judul skripsi ini dengan
jelas dan menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian ini,
penulis perlu memberikan penjelasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul
penelitian. Istilah-istilah yang perlu diperjelas antara lain:
1. Perbedaan
Secara umum perbedaan dapat diartikan beda, selisih (Departemen
Pendidikan Nasional). Perbedaan yang dimaksud adalah selisih hasil belajar siswa
pada materi baterai antara model Jigsaw, NHT, dan ekspositori.
2. Hasil belajar
Menurut Anni dkk (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai
oleh peserta didik dari kegiatan belajar materi baterai antara model pembelajaran
kooperatif (Jigsaw danNumbered Head Together) dengan model ekspositori. 3. Materi Baterai
Materi baterai merupakan salah satu kompetensi keahlian otomotif yang
diajarkan di SMK Muhammadiyah 02 Boja pada kelas X semester 2. Kompetensi
dasar yang diajarkan meliputi menguji baterai, memperbaiki baterai, merawat
baterai, dan menjumper baterai.
4. Model Pembelajaran
Menurut Joyce dalam (Trianto 2007: 5) menyatakan model pembelajaran
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Model pembelajaran yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Jigsaw dan Numbered Head Together(NHT).
5. Moodel Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat
pada siswa. Model pembelajaran kooperatif ada bermacam-macam, dua
diantaranya yaitu Jigsaw danNumbered Head Together(NHT). 6. Model Pembelajaran Jigsaw
Merupakan suatu model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Elliot
Aroson. Menurut Arends (2008: 13) menggunakan Jigsaw, siswa-siswa
ditempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima sampai enam
orang. Berbagai materi akademis disajikan kepada siswa dalam bentuk teks, dan
setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya.
7. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)
Numbered Head Together (NHT) adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam reviu berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran. Alih-alih
8
empat langkah yaitu: Numbering, Questioning, Heads Together, dan Answering
(Arends 2008: 16).
8. Pembelajaran Ekspositori
Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal
(Sanjaya 2007: 179). Pembelajaran Ekspositori sering disebut juga sebagai
pembelajaran langsung (konvensional).
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adakah perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa
pada materi baterai dengan menggunakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw,
danNumbered Head Together(NHT).
2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan
menggunakan model pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada ekspositori.
3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) lebih baik daripada ekspositori.
4. Untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada materi baterai dengan
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya wawasan perkembangan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
b. Memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang dimaksud adalah sebagai bahan masukan dan
saran bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, baik
lembaga atau perorangan. Pihak-pihak yang dimaksud adalah:
a. Bagi lembaga perguruan tinggi Universitas Negeri Semarang, untuk
meningkatkan kualitas akademik dan kompetensi mahasiswa program
kependidikan sebagai calon guru yang profesional.
b. Bagi sekolah, untuk bahan evaluasi kinerja guru dalam proses belajar
mengajar agar dapat menerapkan model yang sesuai dengan materi yang
diajarkan.
c. Bagi mahasiswa calon pendidik atau guru, dapat memberikan sumbangan
yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menerapkan model-model
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, pada
bagian ini akan disajikan landasan teori yang mendasari penelitian meliputi
belajar, hasil belajar, pembelajaran ekspositori, pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran Jigsaw, model pembelajaranNumbered Head Together(NHT), dan materi baterai.
1. Belajar
Belajar merupakan suatu proses mendapatkan pengetahuan atau
pengalaman, pengetahuan dan pengalaman ini mampu mengubah tingkah
laku seseorang sehingga tingkah laku seseorang tersebut tidak akan berubah
lagi dengan modifikasi yang sama, belajar juga dapat diartikan sebagai
sesuatu yang kompleks, tindak interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang bertujuan. Penciptaan suasana yang menyenangkan,
mengoptimalisasi model mengajar, media dan sumber belajar serta
memaksimalkan peran pendidik adalah hal-hal yang diharapkan dapat
menciptakan suatu hasil belajar yang maksimal.
Definisi belajar yang selanjutnya, “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Dengan demikian, dapat dikatakan belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman 2006: 21).
Perubahan sebagai hasil dari suatu proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pengalaman, sikap
dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. Dengan
demikian, belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku itu meliputi keterampilan,
kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam proses
belajar selalu ditandai adanya perubahan pada diri individu yang melakukan
proses belajar. Jadi dapat disimpilkan bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan individu yang ditandai adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman dan latihan untuk memperoleh pengetahuan
12
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh dari
pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk 2007: 5). Hasil
belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa yang telah
mengikuti suatu proses pembelajaran dengan membandingkannya terhadap
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Apabila siswa memperoleh hasil
belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, secara otomatis siswa tersebut dikatakan berhasil, demikian pula
sebaliknya.
Hasil belajar diklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu: (1) ranah kognitif yang mendeskripsikan hasil belajar intelektual, (2) ranah afektif, yang mendiskripsikan sikap dari hasil belajar, dan (3) ranah psikomotorik, yang mendiskripsikan hasil belajar berdasarkan keterampilan dan
kemampuan bertindak (Bloom dalam Sudjana 2011: 22). Penelitian ini
mengambil objek pada ranah kognitif sebagai bahan penelitian. Hal ini
didasarkan pada pendapat Sudjana (2011: 23) yang menyatakan bahwa
ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Penelitian ini menggunakan teknik tes untuk pengukuran hasil
belajar. Sudjana (2011: 35) menyatakan bahwa tes pada umumnya untuk
menilai dan untuk mengukur hasil belajar siswa, terutama hail belajar
kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan peneliti
ini akan di ujicoba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah
mempelajari program diklat yang akan diteliti.
Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest
dengan menggunakan instrumen berupa tes obyektif pilihan ganda dengan
empatoptiondimasing-masing nomor. Penilaian menggunakan skala bebas, angka penilaian antara 1-100.
3. Pembelajaran Langsung
a. Metode Ekspositori Sebagai Pembelajaran Langsung
Metode ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pelajaran secara optimal (Sanjaya 2007: 179). Peran siswa dalam strategi
adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru.
Metode ekspositori ini identik dengan pembelajaran konvensional/langsung
yang masih dipakai pada instansi-instansi pendidikan sampai saat ini.
Metode ekspositori menekankan pada peran sentral guru dalam
pembelajaran (teacher centered approach). Kegiatan pembelajaran sepenuhnya diatur dan ditentukan oleh guru, siswa tidak dituntut
menemukan materi tersebut. Oleh karena itu, dalam pembelajaran ini siswa
menjadi cenderung pasif karena hanya mendengarkan informasi yang
14
b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Beberapa hal yang menjadi karakteristik pembelajaran ekspositori
adalah :
1) Penyampaian materi pelajaran dilakukan secara verbal, artinya
bertutur secara lisan merupakan alat utama dari metode ini. Oleh
karena itu, metode ini identik dengan metode ceramah.
2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang
harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran
tersebut, artinya siswa diharapkan mampu mengungkapkan
kembali materi yang telah disampaikan.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Ekspositori
Syntaks atau langkah-langkah pembelajaran metode ekspositori ada 5 yaitu, persiapan, penyajian, korelasi, penyimpulan dan penerapan (Sanjaya
2007: 185). Berikut penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut.
1) Persiapan
Langkah ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan
adalah :
a) Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang positif,
b) Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar,
d) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka.
2) Penyajian
Langkah ini merupakan penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan agar materi pelajaran mudah dipahami
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Beberapa hal perlu
diperhatikan dalam langkah ini, diantaranya penggunaan bahasa yang
komunikatif dan mudah dipahami, intonasi suara untuk menjaga perhatian
siswa.
3) Korelasi
Langkah ini menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman
siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur-struktur pengetahuan yang telah dimilkinya.
4) Penyimpulan
Penyimpulan dalam tahap untuk memahami inti dari materi
pelajaran yang telah disampaikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya mengulang kembali inti materi yang menjadi pokok
masalah, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi
yang telah disampaikan.
5) Penerapan
Penerapan adalah langkah untuk mengetahui kemampuan siswa
setelah mendapat penjelasan guru. Guru dapat mengumpulkan informasi
16
4. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah
pengetahuan dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing
(Slavin 2010: 4). Beberapa sistem pembelajaran kooperatif menerapkan
sistemrewarddalam pelaksanaanya untuk merangsang semangat siswa. Menurut Arends (2008: 5) model pembelajaran kooperatif dapat
ditandai oleh fitur-fitur berikut ini:
a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar
b. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah,
c. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,
dan gender.
d. Systemreward-nya berorientasi kelompok maupun individu. Arends (2008: 5) juga menyatakan kalau model cooperative learning
dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu:
prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan
penegmbangan keterampilan sosial.
1) Prestasi akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah
menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar.
2) Toleransi dan penerimaan keanekaragaman
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara
luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja
dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dengan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama
18
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan
sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih
kurang dalam keterampilan sosial.
Menurut Lie (2004: 19) cooperative learning disebut juga dengan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Istilah cooperative learningdalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif.
Terdapat beberapa macam model pembelajaran yang termasuk dalam
pembelajaran kooperatif, diantaranya yaitu: modelJigsaw, modelNumbered Head Together, model Student Teams Achievement Division, model Think Pair Share, dan sebagainya.
Pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran secara kelompok
yang bersipat heterogen dengan menitikberatkan pada kerja sama untuk
memberikan pemahaman antar sesama anggota kelompok terhadap bahan ajar
untuk mencapai tujuan bersama. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan
tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting,
meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi
5. Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan
oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian
diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pada model
Jigsaw siswa membaca bagian bagian yang berbeda dengan yang dibaca teman
satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli untuk menguasai
informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap
anggotanya.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang
secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan
bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para
anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/
kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang
Gam
Siswa dibagi m
heterogen (kelompok
yang berbeda-beda de
berbeda, bertemu den
kelompok ahli untuk
diskusi selesai, para
asal dan berusaha men
dapatkan pada saat pe
diberi kuis secara indi
Menurut Kurni
menyebutkan bahwa
maka siswa dapat m
mengambil bagian dal
dan bekerja sama. Kunc
anggota tim yang m
dapat mengerjakan soa
ambar 1. Alur Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw
i menjadi beberapa kelompok yang pemba
pok asal) yang setiap siswa dalam satu kelompok
dengan teman sekelompoknya, siswa dari kelom
dengan materi yang sama yang dikelompokka
untuk berdiskusi dan membahas materi yang di
ra anggota kelompok ahli kemudian kembali
engajarkan pada teman sekelompoknya apa ya
t pertemuan di kelompok ahli. Di akhir pembe
ndividu mencakup materi yang telah dibahas.
urnianingtyas dan Nugroho (2012:76) da
wa dengan implementasi Strategi Pembelaja
t memperoleh keterampilan diantaranya berb
dalam tugas, mengajukan pertanyaan, mendenga
unci tipe jigsaw ini adalah interpendensi setiap si
memberikan informasi yang diperlukan denga
n soal yang diberikan guru dengan baik.
20
bagiannya secara
pok diberi materi
kelompok asal yang
pokkan lagi menjadi
g diterima. Setelah
li pada kelompok
yang telah mereka
mbelajaran, siswa
s.
dalam jurnalnya
ajaran Kooperatif
berbagi tugas dan
ngar dengan aktif,
iap siswa terhadap
6. Model PembelajaranNumbered Head Together(NHT)
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional
(Trianto 2007: 62). Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh
Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam reviu berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman
mereka tentang isi pelajaran itu. Langkah–langkah model NHT dapat
diilustrasikan seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Alur Ilustrasi Pembelajaran NHT
Dalam model pembelajaran ini, guru akan mengarahkan siswa untuk
membuat kelompok heterogen berdasarkan prestasi akademiknya dan siswa akan
memiliki nomor tertentu dalam setiap kelompoknya. Selanjutnya guru akan
memberikan suatu persoalan untuk tiap kelompok dari materi bahan ajar dalam Kelompok A
1 2 3 4 5 6
Kelompok B 1 2 3 4 5 6
Kelompok C 1 2 3 4 5 6
Kelompok D 1 2 3 4 5 6
Materi Soal
Evaluasi Guru memilih nomor
22
masing. Pada akhir pembelajaran, setelah masing-masing kelompok
menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru, maka guru akan memanggil
salah satu nomor, dan siswa dengan nomor tersebut akan mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya secara individual di depan kelas sehingga terjadi diskusi
kelas. Setelah terjadi diskusi kelas, guru akan mengadakan kuis individual dan
membuat skor perkembangan tiap siswa dan mengumumkan hasil kuis tersebut
serta memberikan penghargaan kepada siswa yang memperoleh nilai rata-rata
tertinggi di kelasnya.
Pendekatan yang menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered approach) ini adalah suatu pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran yang bersifat cooperative learning atau pembelajaran berkelompok, siswa melakukan pembelajaran dengan metode diskusi yang
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kesulitan dalam pengelolaan
kelas, tidak sepenuhnya dapat dihindari oleh guru yang menggunaka model
pembelajaran ini. Oleh karena itu, guru diharapkan menerapkan teknik-teknik
khusus dalam menerapkan model pembelajan ini. Guru hendaknya lebih aktif
dalam mengkondisikan kelas, dengan seringkali memperhatikan masing-masing
kelompok yang sedang berdiskusi untuk lebih tenang dan terkontrol dalam
diskusinya dan juga guru memperhatikan pemberian reward kepada siswa dan kelompok yang memperoleh nilai tertinggi dalam diskusinya, karena hal ini akan
lebih meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran berkelompok
Menurut Arends (2008: 16) terdapat empat langkah dalam pembelajaran
tipe NHT. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Numbering(Penomoran)
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.
b. Questioning(Pertanyaan)
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik dan dalam bentuk pertanyaan. c. Heads Together(Berpikir Bersama)
Siswa menyatukan “kepalanya” atau pendapatnya untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya. d. Answering(Menjawab)
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengacungkan tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.
Menurut Kusumojanto & Herawati (2009: 93) dalam jurnalnya
menyebutkan bahwa:
24
serta guru harus melakukan persiapan yang matang sebelum menerapkan model NHT ini.
7. Materi Baterai
a. Pengertian Baterai
Baterai merupakan sumber energi listrik yang digunakan oleh sistem
starter dan sistem kelistrikan yang lain. Akumulator (accu, aki) adalah
sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya energi listrik) dalam
bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan
kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau
accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa
Inggris, kata akumulator dapat mengacu kepada baterai, kapasitor,
kompulsator, dll (harnantoro, 2012). Baterai ada dua tipe yaitu baterai
kering dan baterai basah. Baterai yang digunakan untuk motor, mobil
maupun truk adalah baterai jenis basah.
b. Konstruksi Baterai
Baterai terdiri dari beberapa komponen antara lain : Kotak baterai,
terminal baterai, elektrolit baterai, lubang elektrolit baterai, tutup baterai dan
sel baterai. Dalam satu baterai terdiri dari beberapa sel baterai, tiap sel
menghasilkan tegangan 2 - 2,2 V. Baterai 6 V terdiri dari 3 sel, dan baterai
12 V mempunyai 6 sel baterai yang dirangkai secara seri.
Tiap sel baterai mempunyai lubang untuk mengisi elektrolit baterai,
lubang tersebut ditutup dengan tutup baterai, pada tutup terdapat lubang
sel baterai terdapat plat positip, saparator dan plat negatip, plat positip
berwarna coklat gelap (dark brown) dan plat negatip berwarna abu-abu
metalik (metallic gray).
1) Elektrolit Baterai
Elektrolit baterai merupakan campuran antara air suling (H2O)
dengan asam sulfat (SO4), komposisi campuran adalah 64 % H2O dan
dan 36 % SO4. Dari campuran tersebut diperoleh elektrolit baterai
dengan berat jenis 1,270.
2) Kotak Baterai
Wadah yang menampung elektrolit dan elemen baterai disebut
kotak baterai. Ruangan didalamnya dibagi menjadi ruangan sesuai
dengan jumlah selnya. Pada kotak baterai terdapat garis tanda upper
level dan lower level , sebagai indicator jumlah elektrolit.
3) Sumbat Ventilasi
Sumbat ventilasi ialah tutup untuk lubang pengisian elektrolit.
Sumbat ini juga berfungsi untuk memisahkan gas hidrogen (yang
terbentuk saat pengisian) dan uap asam sulfat di dalam baterai.
c. Kegiatan Dalam Perawatan Baterai
Kegiatan yang dilakukan dapat perawatan baterai meliputi:
1) Membersihkan terminal baterai dari karat atau kotoran yang lain.
Terminal baterai merupakan bagian yang mudah mengalami
26
dapat berfungsi optimal. Untuk mencegah hal tersebut maka terminal harus
dibersihkan. Langkah membersihkan adalah:
a) Kendorkan baut pengikat baterai sesuai dengan kontruksi baterai.
b) Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada pos baterai, jangan
memukul atau mencungkil terminal baterai untuk melepaskannya.
Ini dapat merusak posnya atau terminal baterai. Gunakan obeng
untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.
c) Bersihkan terminal baterai menggunakan amplas atau sikat khusus.
d) Oleskan grease atau vet pada terminal dan konektor, kemudian
pasang terminal dan kencangkan baut pengikatnya
e) Lakukan pemeriksaan tahanan pada terminal baterai dengan
menggunakan volt meter.
2) Pemeriksaan elektrolit
a) Pemeriksaan jumlah elektrolit
Selama proses pengisian maupun pengosongan listrik pada baterai
terjadi efek panas sehingga eletrolit baterai menguap dan elektrolit
baterai berkurang, untuk itu secara periodik jumlah elektrolit baterai
perlu diperiksa dan bila jumlah elektrolit baterai kurang maka harus
ditambah.
Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik
adalah diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah
elektrolit yang kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang
batarai panas akibat pengisian atau pengosongan berlebihan. Akibat
proses penguapan saat pengisian memungkinkan jumlah elektrolit
berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang cukup
dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu.
Elektrolit baterai yang dijual ada dua macam yaitu air accu dan
air zuur. Air accu merupakan air murni (H2O) dengan sedikit asam
sulfat, sedangkan air zuur kandungan asam sulfatnya cukup besar
sehingga berat jenisnya lebih tinggi. Air accu digunakan untu
menambah elektrolit baterai yang pemeriksaan elektrolit berkurang,
sedangkan air zuur digunakan untuk mengisi baterai pada kondisi
kosong.
b) Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai
Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai menggunakan alat
hidrometer. Pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai merupakan salah
satu metode untuk mengetahui kapasitas baterai. Baterai penuh
mempunyai Bj 1,27-1,28, baterai kosong Bj 1,100 -1,130.
3) Mengisi Baterai
Mengisi baterai merupakan mengalirkan energi listrik dari luar
sehingga terjadi reaksi pada elektrolit dan sel-sel baterai.
Pengisian baterai dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu:
28
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sebelum melaksanakan pengujian tersebut perlu diperhatikan masalah
keselamatan kerja. Hal-hal tersebut antara lain:
1) Baterai pada umumnya berukuran besar dan berisi larutan asam sulfat,
oleh karena itu harus hati-hati jangan sampai cairan baterai mengenahi
pakaian, kulit maupun kendaraan.
2) Saat melepas baterai untuk menguji baterai perlu diperhatikan
keamanan awal yang diperlukan untuk menghindari pemakai atau
kerusakan alat elektronik akibat pelepasan baterai.
3) Gunakan alat pelindung atau alat pengaman, termasuk pemakaian alas
kaki yang sesuai dan pelindung mata.
4) Putuslah hubungan kabel baterai pada saat anda akan memperbaiki
beberpa bagian dari suatu sistem rangkaian kelistrikan.
5) Lepas hubungan terminal baterai ke ground terlebih dahulu, karena bila
melepas terminal positip akan kemungkinan terjadi hubungan pendek
melalui kunci ke kodi kendaraan.
6) Ingatlah baterai mudah menimbulkan arus energi listrik pada tenggang
tinggi, sehingga jam tangan logam perhiasan dan gelang sebaiknya
tidak dikenakan pada saat anda bekerja dengan baterai.
7) Gas yang keluar dari bagian atas sel baterai selama proses pengisisan
dan pengosongan bersifat mudah meledak, jangan menyalakan korek
8) Sebelum menghubungkan pengisian baterai, kedua terminal baterai
positif dan negatif harus dilepaskan dari sistem rangkaian elektronik.
9) Pada saat melakukan pengisian baterai, anda membutuhkan udara yang
bersih dan ventilasi udara yang bebas dari bunga api atau kemungkinan
terjadi kebakaran.
10) Apabila baterai anda memiliki lubang ventilasi pengaman jangan buka
tutup penyumbatnya ketika melakukan proses pengisian, bila baterai
anda tidak memiliki lubang pengaman, bukalah tutup penyumbatnya
agar gas hodrogen yang dihasilkan pada saat proses pengisian dapat
keluar.
11) Jangan melepas atau menghubungkan terminal baterai saat alat
pengisian bekerja. ini akan menyebabkan munculnya bunga api dan
menyalakan/membakar gas hidrogen yang ada dalam baterai.
12) Jangan meniup baterai dengan aliran udara, compresor udara dapat
membuka tutup sel dan menyebarkan larutan elektrolit ke tubuh anda.
13) Untuk mencegah yang aman, jangan salah memasang posisi terminal
baterai, ini akan membalik polarisasi dan mengakibatkan rusaknya
alternator dan sistem elektronik yang mempergunakan semikonduktor.
14) Untuk pencegahan, jangan salah memasang posisi terminal baterai, ini
akan membalik polarisasi arus yang akan merusak alternator dan sistem
30
B. Kerangka Berfikir
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas X SMK
Muhammadiyah 2 Boja adalah kompetensi memelihara baterai. Berdasarkan
pengalaman di lapangan, pembelajaran materi baterai di sekolah tersebut
pembelajarannya masih ekspositori (tradisional), metode yang digunakan juga
masih metode ceramah dan pembelajarannnya berpusat pada guru (teacher centered). Pada saat jam pelajaran berlangsung, siswa cenderung kurang memperhatikan dan kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru
harus benar-benar berusaha keras agar siswa dapat memahami materi yang
diberikan. Pembelajaran seperti ini dianggap kurang tepat digunakan karena siswa
hanya sebagai pendengar materi-materi yang diberikan oleh guru dan kemudian
mencatat, mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru atau bertanya jika
belum paham dengan materi yang diajarkan. Hal ini akan berpengaruh pada
pencapaian hasil belajar siswa. Agar hasil belajar siswa pada materi memelihara
baterai sesuai dengan yang diharapkan, maka pemilihan model pembelajaran
harus diperhatikan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan cara
mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda dalam
kelompok-kelompok kecil. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka anggota
kelompok harus membantu satu sama lain untuk keberhasilan kelompoknya, yang
lebih penting adalah memberi dorongan kepada anggota lain untuk berusaha
mencapai tujuan yang maksimal. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap
Model yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Numbered Head Together (NHT), memiliki kemiripan juga memiliki perbedaan. Kedua metode tersebut, dalam
pelaksanaannya, mengharuskan siswa untuk berpasangan atau berkelompok.
Tetapi dalam tahapan pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan diantara kedua
metode kooperatif tersebut.
Model Jigsaw mengarahkan siswa melakukan proses tukar-menukar
pengetahuan kepada teman satu kelompoknya dimana setiap siswa mendapat
materi yang berbeda dari teman satu kelompoknya. Dalam model ini terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli.
Model Numbered Head Together (NHT) mengarahkan siswa bekerja dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-6 orang setelah guru menyampaikan
bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu
Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat melakukan
diskusi dengan sungguh-sungguh, setiap siswa menguasai materi yang diterima,
dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Pada akhir
pelaksanaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT), guru akan memanggil salah satu nomor yang akan mempresentasikan jawaban hasil diskusi
dari kelompoknya secara individu di depan kelas. Pelaksanaan akhir pada model
pembelajaran Numbered Head Together (NHT) ini, memungkinkan siswa untuk lebih siap dengan hasil diskusi kelompoknya, karena dalam presentasinya di
32
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa diduga terdapat
perbedaan hasil belajar siswa antara pembelajaran menggunakan Model
pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran Numbered Head Together
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dirumuskan hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa pada materi baterai
menggunakan pembelajaran ekspositori, Jigsaw, dan Numbered Head Together(NHT).
2. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model Jigsaw
lebih baik daripada ekspositori.
3. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model
Numbered Head Together(NHT) lebih baik daripada ekspositori.
4. Hasil belajar siswa pada materi baterai dengan menggunakan model
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini merupakana true eksperimental design, dengan menggunakan desain Control Group Pretest Posttest (Arikunto 2006: 86) yang digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Desain PenelitianControl Group Pretest Posttest
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Kelas E1 O1 XJIGSAW O2
Kelas E2 O1 XNHT O2
Kelas K O1 X
Ekspositori
O2
Keterangan :
Kelas E1 : Kelas Eksperimen I Kelas E2 : Kelas Eksperimen II Kelas K : Kelas Kontrol
O1 :Pretest O2 :Posttest
Adapun rancangan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kelas kontrol
dengan data-data yang tersedia.
2. Memberikan soal pretest pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II,
dan kelas kontrol.
3. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen I dengan menggunakan
model pembelajaran tipe Jigsaw, kelas eksperimen II dengan
menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Head Together
(NHT), sedangkan pada kelompok kontrol dengan menggunakan
pembelajaran ekspositori.
4. Memberikan soal posttest pada kelas ekserimen I, kelas eksperimen II,
dan kelas kontrol.
5. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan
model pembelajaran tipe Jigsaw dengan kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran ekspositori.
6. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen II yang menggunakan
model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori.
7. Membandingkan hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan
model pembelajaran tipe Jigsaw dengan kelas eksperimen II yang
36
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2010:
117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik
Kendaraan Ringan (TKR) SMK Muhammadiyah 02 Boja yang terdiri dari 4
kelas yaitu X TKR 1, X TKR 2, X TKR 3, dan X TKR 4 dengan jumlah
siswa sebanyak 143 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono 2010: 118). Sampel yang digunakan untuk
penelitian sebanyak tiga kelas yang homogen dilihat dari aspek: diajar oleh
guru yang sama, diterapkan kurikulum yang sama, dan peserta didik
mempunyai rata-rata kemampuan yang relatif sama.
Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau pemilihan secara acak sederhana. Teknis pengambilan sampel ini dilakukan
dengan cara pengundian dalam menentukan kelas mana yang akan
dikenakan model pembelajaran tertentu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah X TKR 1 sebagai
kelas eksperimen I yang terdiri dari 36 siswa, X TKR 3 sebagai kelas
eksperimen II yang terdiri dari 36 siswa,dan X TKR 2 sebagai kelas kontrol
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto 2006: 118). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel yang mempengaruhi, yang disebut juga variabel penyebab, bebas
atau “independent variable” (Arikunto 2006: 119). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas adalah pembelajaran materi baterai menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dan pembelajaran materi baterai menggunakan model
pembelajaranNumbered Head Together(NHT).
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung atau variabel akibat atau
disebut juga “dependent variable” (Arikunto 2006: 119). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar materi baterai menggunakan model
pembelajaran Jigsaw dan hasil belajar materi baterai menggunakan model
pembelajaranNumbered Head Together(NHT).
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan metode:
1. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan
38
2. Metode Tes.
Metode tes merupakan metode yang digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto 2006: 223).
Instrumen tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui kualitas hasil
belajar siswa dari aspek kognitif. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu
sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (postest).
E. Alur Penelitian
Gambar 3. Alur Penelitian Kesimpulan
Analisis Hasil Penelitian Eksperimen I JIGSAW
1. Pretest
2. PBM menggunakan model JIGSAW
3. Posttest
Eksperimen II NHT
1. Pretest
2. PBM menggunakan model NHT
3. Posttest
Kontrol
1. Pretest 2.Pembelajaran
ekspositori
3. Posttest
Penyusunan Instrumen Penelitian
F. Metode Analisis Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya (Arikunto 2006: 168).
Rumus korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus korelasi
point biserial (point biserial corellation) yaitu :
=
Keterangan :
= Koefisien korelasi point biserial
= Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul item yang
dicari korelasinya dengan test
= Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut test)
= Standar deviasi skor total
= Proporsi item yang menjawab benar item tersebut
=1
(Arikunto 2006: 283)
Uji coba instrumen dilakukan di kelas XI TKR 1 yang berjumlah 30 siswa
menggunakan 35 soal pilihan ganda dengan empat opsi dimasing-masing butir
40
kritik dari r product moment. Untuk r Pbis> rtabel maka soal tersebut valid, tetapi
jika rPbis≤ rtabelmaka soal tersebut tidak valid. Harga kritik dari r product moment
pada N=30 adalah 0,339.
Hasil perhitungan dari 35 soal yang diujikan, 3 soal dinyatakan tidak valid,
soal yang tidak valid tersebut adalah soal dengan nomor 17, 24, dan 31.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabel
artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto 2006: 178). Reliabilitas
dapat diukur dengan rumus K-R 21. Rumus K-R 21 dapat digunakan untuk
mengukur reliabilitas butir soal atau pertanyaan. Adapun rumus K-R 21 sebagai
berikut :
k = Banyaknya butir soal = Skor rata-rata (mean)
= Varians total
(Arikunto 2006: 189)
Hasil r11 dibandingkan dengan nilai tabel product momen. Jika nilai r11 <
Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien sebesar 0,951. Harga rtabel yang
diperoleh untuk N = 30 pada taraf kesalahan 5% sebesar 0,339. Dengan demikian,
instrumen dinyatakan reliabel karena koefisien reliabilitas tersebut lebih besar dari
nilai rtabel, selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
3. Taraf Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut taraf
kesukaran (Arikunto 2007: 207). Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat
kesukaran :
=
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = Jumlah siswa peserta tes
(Arikunto 2007: 208)
Tabel 2. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Range Tingkat Kesukaran
0,00 < p≤ 0,30 Sukar 0,30 < p≤ 0,70 Sedang 0,70 < p≤ 1,00 Mudah
Hasil uji coba inst
indeks kesukaran buti
dengan indeks kesuka
dengan nomor 1, 6, 9, 10
32, 33, dan 34. Sedang
butir soal 0,70 < p≤ 1,00 a
8, 14, 16, 19, 23, 25, 30, da
4. Daya Pembeda S
Daya pembeda
antara siswa yang be
rendah (Arikunto 2007:
menggunakan rumus :
instrumen mendapatkan soal dengan krieria suka
n butir soal 0,00 < p≤ 0,30 tidak ada. Soal dengan kr
sukaran butir soal 0,30 < p≤ 0,70 ada 22 butir soa
1, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31,
dangkan soal dengan kriteria mudah dengan inde
≤ 1,00 ada 13 butir soal yaitu soal dengannomor
8, 14, 16, 19, 23, 25, 30, dan 35.
banyaknya peserta kelas atas
banyaknya peserta kelas bawah
banyaknya peserta kelas atas yang menjawab denga
nyaknya peserta kelas bawah yang menjawab de
= perbandingan peserta kelompok atas yang me
42
sukar dengan
an kriteria sedang
soal yaitu soal
, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 29, 31,
ndeks kesukaran
nomor 2, 3, 4, 5, 7,
untuk membedakan
g berkemampuan
pembeda tiap soal
= pe
Hasil uji coba
dengan indeks diskri
nomor 15. Soal denga
0,70 ada 5 butir soal,
kriteria cukup dengan
yaitu soal dengan nom
26, 27, 29, 30, 32, 33,
indeks diskriminasi a
17, 24 dan 31.
= perbandingan peserta kelompok bawah yang m
Tabel 3. Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
0,00–0,20 Jelek 0,21–0,40 Cukup
0,41–0,70 Baik
0,71–1,00 Baik Sekali
(Arikunt
oba instrumen mendapatkan soal dengan krite
skriminasi antara 0,71 – 1,00 ada 1 soal, ya
dengan kriteria baik dengan indeks diskriminasi
soal, yaitu soal dengan nomor 6, 18, 19, 22, dan
gan indeks diskriminasi antara 0,21 – 0,40 ada
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16,
33, 34, dan 35. Sedangkan Soal dengan kriter
si antara 0,00 - 0,20 ada 3 butir soal yaitu den
g menjawab benar
kunto 2007: 218).
kriteria baik sekali
yaitu soal dengan
nasi antara 0,41 –
n 28. Soal dengan
ada 26 butir soal,
14, 16, 20, 21, 23, 25,
iteria jelek dengan
44
G. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Analisis yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian ini adalah
analisis varians (Anava) satu jalan. Syarat dari analisis varians (Anava) satu jalan
tersebut adalah data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data
yang akan dianalisis sehingga dapat diketahui hasilnya.
Pengujian normalitas digunakan rumus chi kuadrat ( 2), yaitu :
= ( )
Keterangan :
= Chi kuadrat
= Hasil penelitian
= Hasil yang diharapkan (teoritik)
= Banyaknya kelas interval
(Sudjana 2005: 273)
Setelah didapat nilai χ2hitung kemudian dibandingkan dengan nilai χ2tabel
dengan taraf signifikan 5% dan dk = (k-3). Jika χ 2hitung χ 2tabel , maka data