• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskriptif Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan di Instalasi Radiologi dan Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan. Rumah sakit ini adalah salah satu rumah sakit pendidikan yang ada di Kota Medan.Selain itu rumah sakit ini merupakan suatu rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, sehingga pasien-pasien yang dirawat di daerah dirujuk ke rumah sakit ini untuk melanjutkan pengobatan.

Instalasi Radiologi di rumah sakit H. Adam Malik adalah suatu instalasi yang melayani pasien dengan keluhan berbagai macam penyakit dan untuk memastikan diagnosis yang pasti dibutuhkan suatu pemeriksaan yang semuanya ini dilakukan dibagian instalasi radiologi rumah sakit H. Adam Malik Medan. Instalasi radiologi ini buka setiap hari Senin hingga Sabtu pada jam kerja.

Instalasi Rekam Medik di rumah sakit H. Adam Malik adalah suatu instalasi tempat penyimpanan data riwayat penyakit dan pengobatan pasien atau

databaseselama dilakukan perawatan dirumah sakit H. Adam Malik Medan.

Instalasi rekam medik ini buka setiap hari Senin hingga Sabtu pada jam kerja.

5.1.2 Distribusi Proporsi Tersering Kejadian BSK Pria dan Wanita Setelah Dilakukan BNO-IVP

Proporsi tersering kejadian BSK yang didapat dari instalasi radiologi dan instalasi rekam medik di RS H. Adam Malik Medan data yang diambil dariJanuari 2011 sampai November 2012 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi tentang Kejadian BSK pada Pria dan Wanita setelah dilakukan BNO-IVP

Jenis kelamin jumlah %

Laki-laki 101 47,2%

Perempuan 113 52,8%

Total 214 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa proporsi tersering kejadian BSK berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis kelamin perempuan denganproporsi 52,8% dan jenis kelamin laki-laki 47,2%. 5.1.3 Distribusi Proporsi Umur tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Umur Tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP Kategori Umur Jumlah % 4-9 tahun 3 1,4 10-19 tahun 9 4,1 20-29 tahun 22 10,0 30-39 tahun 32 14,6 40-49 tahun 63 28,8 50-59 tahun 44 20,1 60-69 tahun 35 16,0 70-79 tahun 6 2,7 Total 214 97,7

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita dengan sangkaan BSK berdasarkan kelompok umur yang tertinggi adalah pada kelompok umur 40-49 tahun dengan proporsi 28,8% (63 orang) dan kelompok umur yang terendah menderita BSK adalah kelompok umur 4-9 tahun dengan proporsi 1,4% (3 orang).

5.1.4 Distribusi Proporsi Jenis Batu tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Jenis Batu Tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP

Jenis batu jumlah % Tidak Diketahui 91 42,5 Batu radioopak 112 52,3 Batu radiolusen 11 5,1 Total 214 100

Berdasarkan tabel 5.3 diatas proporsi jenis batu tersering pada kejadian penderita dengan sangkaan BSK di RS H. Adam Malik Medan adalah jenis batu radioopak dengan proporsi 52,3% (112 orang). Sedangkan pasien dengan sangkaan BSK lainnya jenis batu yang tidak diketahui pada status rekam medis besar proporsi 42,5% (91 orang). Pada pasien penderita dengan sangkaan BSK lainnya dengan jenis batu radiolusen mempunyai proporsi 5,1% (11 orang).

5.1.5 Distribusi Proporsi Letak Batu Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Letak dan Posisi Batu Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP

Lokasi Batu jumlah % Tidak diketahui 101 47,2 Ureter 31 14,5 Uretra 10 4,7 Ginjal 72 33,6 Total 214 100

Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi letak batu kejadian BSK pada penderita dengan sangkaan BSK berdasarkan letak batu tertinggi yaitu batu yang berada di ginjal dengan proporsi 33,6% (72 orang). Sebaliknya jumlah pasien yang tidak diketahui letak batunya disebabkan karena tidak tersedianya data yang akurat mengenai lokasi batu di status rekam medis pasien dan pasien yang bukan penderita BSK dengan proporsi 47,2% (101 orang). Penderita dengan sangkaan BSK yang lokasi batunya berada di ureter memiliki jumlah proporsi 14,5% (31 orang). Sedangkan proporsi penderita dengan sangkaan BSK yang yang letak dan posisi batunya di uretra yaitu 4,7% (10 orang).

5.1.6 Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita Dengan Sangkaan BSK Setelah Dilakukan BNO-BNO-IVP

Tabel 5.5 Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita dengan Sangkaan BSK

Gejala klinis Hasil Foto BNO-IVP Tidak diketahui Batu Radioopak Batu Radiolusen

0-3 81 61 5

4-7 10 51 6

Total 91 112 11

p = 0,001

Pasien penderita dengan sangkaan BSK yang memiliki gejala klinis 0-3 sebanyak 147 orang (41,5%) yang terdiri atas 61 orang yang menunjukkan hasil foto BNO-IVP nya batu radioopak serta 5 orang (3,4%) yang menunjukkan hasil foto BNO-IVP nya radiolusen dan 81 orang (55,1%) yang tidak diketahui hasil foto BNO-IVP nya dengan jelas.

Pasien penderita dengan sangkaan BSK yang memiliki gejala klinis 4-7 sebanyak 67 pasien (76,1%) terdiri atas 51 orang yang menunjukkan hasil foto IVP nya radioopak serta 6 orang (9%) yang menunjukkan hasil foto IVP nya radiolusen dan 10 orang (14,9%) yang tidak diketahui hasil foto BNO-IVP nya dengan jelas.

Dari total 214 penderita dengan sangkaan BSK, terdapat 112 orang (52,3%) dengan gambaran batu radioopak, 11 orang (5,1%) dengan gambaran batu radiolusen dan 91 orang (42,5%) yang tidak diketahui gambaran hasil foto BNO-IVP nya dengan jelas.

5.1.7 Distribusi Proporsi Penderita dengan Sangkaan BSK Berdasarkan Pemeriksaan Foto BNO-IVP

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita dengan Sangkaan BSK Berdasarkan Pemeriksaan Foto BNO-IVP

Diagnosis jumlah %

BSK 126 58,9%

Bukan BSK 88 41,1%

Total 214 100%

Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa pasien yang didiagosis menderita BSK dengan pemeriksaan foto BNO-IVP adalah sebesar 58,9% (126 orang). Sedangkan p89asien yang didiagnosis bukan menderita BSK dengan pemeriksaan foto BNO-IVP adalah sebesar 41,1% (88 orang).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita Dengan Sangkaan Batu Saluran Kemih

Penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan antara gejala klinis dengan gambaran hasil foto BNO-IVP yang dilakukan di Instalasi Radiologi RS H. Adam Malik dimana gejala-gejala klinis tersebut seperti adanya hematuria, kristaluria, nyeri kolik abdomen, obstruksi disertai dengan mual dan muntah serta infeksi.

Pada penelitian ini didapatkan nilai p value penelitian adalahp=0,001 yang artinya adanya hubungan dan perbedaan yang bermakna antara gejala klinis dengan gambaran hasil foto BNO-IVP pada penderita dengan sangkaan BSK.

Diagnosis BSK didukung oleh pada pemeriksaan fisik khususnya pada status urologis didapatkan nyeri ketok pada kedua costovertebra.Nyeri tekan suprapubik juga ditemukan pada pasien.Nyeri ini bisa diakibatkan adanya batu ataupun infeksi pada buli-buli.Dari hasil BNO-IVP didapatkan gambaran radioopak lonjong di daerah pelvis curiga batu buli-buli.Akan tetapi bila dikorelasikan antara ukuran batu dan gejala tidakah sesuai.Selain itu, pada

beberapa foto didapatkan gambaran tersebut terletak di luar buli-buli (Rully S, M. Azharry, 2010).

Dari pemeriksaan pencitraan BNO-IVP kesan nefrolitiasis dengan fungsi eksresi dan sekresi ginjal baik. Ditemukan pula suatu gambaran radioopak yang dicurigai massa di rongga pelvis. Kemungkinan massa ini menjadi penyebab obstruksi ureter dapat disingkirkan karena bila ada obstruksi mekanik ekstralumen cenderung persisten tanpa adanya nyeri kolik (Rully S, M. Azharry, 2010).

Jenis batu dapat segera diketahui berdasarkan hasil foto BNO-IVP pada penderita dengan sangkaan BSK. Seperti gambaran radiologi yang tampak di BNO-IVP batu radioopak, maka jenis batunya adalah batu kalsium.Sedangkan gambaran radiologi adanya gambaran radiolusen adalah jenis batu asam urat atau sistin. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat pada hasil gambaran foto BNO-IVP tampak gambaran radioopak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lainnya, sedangkan batu asam urat pada hasil gambaran foto BNO-IVP tampak gambaran radiolusen (Purnomo BB, 2011).

5.2.2 Proporsi Tersering Kejadian BSK Pria dan Wanita Setelah Dilakukan BNO-IVP

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat di RS H. Adam Malik Medan di Instalasi Radiologi dan berdasarkan status pasien didapati penderita perempuan lebih banyak dibandingkan penderita laki-laki. Menurut Basuki B. Purnomo (2011) menyatakan bahwa jumlah penderita laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan penderita perempuan kejadian BSK di Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, seperti hasil penelitian Heni Rahayu(2011), proporsi penderita BSK berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis kelamin laki-laki dengan proporsi 76,6% dan pada perempuan 23,4% dengan

sex ratio 3,3 : 1 artinya jumlah penderita rawat inap di RS Tembakau Deli laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan perempuan.

Pada hasil penelitian di RS H. Adam Malik didapatkan penderita dengan sangkaan BSK lebih tinggi diderita oleh jenis kelamin peremuan.Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor ekstrinsik pada perempuan yaitu dari faktor

pekerjaan, yaitu pada perempuan terkait dari aktifitas.Penyakit BSK ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau

sedentary life.Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih (Purnomo BB, 2011).

Kejadian BSK lebih banyak yang terjadi pada orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena banyak duduk mengganggu proses metabolism tubuh. Penderita yang terlalu banyak duduk atau hanya tidur saja, maka kalsium tulang akan dilepas ke darah dan selanjutnya akan terjadi

hiperkalsiuria yang dapat memicu timbulnya BSK karena adanya supersaturasi elektrolit atau kristal dalam air kemih. Dimana hal tersebut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH air kemih, suhu lingkungan, jumlah air putih yang diminum minimal 2 liter perhari, kandungan mineral pada air putih yang diminum (Muslim, 2007).

5.2.3 Proporsi Umur Tersering Kejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP

Hasil penelitian ini yang dilakukan di RS H. Adam Malik Medan sejalan dengan hasil penelitian Nur Lina (2008) di Semarang, proporsi penderita BSK terbanyak ditemukan pada rentang umur 40-49 tahun dengan proporsi 27,3% dan penderita dengan umur yang terendah pada rentang umur < 20 tahundengan proporsi 2,3% dari 88 responden.

Hal ini diperkuat oleh faktor intrinsik, yaitu penyakit BSK ini paling sering didapatkan pada umur 30-50 tahun (Purnomo BB, 2011).

Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya BSK. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.Faktor

intrinsik meliputi genetik, umur, jenis kelamin dan kristaluria. Penyakit ini paling sering dijumpai pada usia 20-49 tahun (Rasyid Nur, 2010).

5.2.4 Proporsi Jenis Batu Tersering Kejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP

Berdasarkan hasil foto BNO-IVP didapatkan hasil gambaran batu yang bersifat radioopak dan radiolusen. Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan memberikan bayangan putih adalah gambaran radioopak. Sedangkan benda-benda yang mudah ditembus oleh sinar X dan diteruskan tidak memberikan bayangan adalah gambaran radiolusen (Marnansjah D. R, 2010).

Sebagian besar penderita BSK adalah jenis batu kalsium oksalat. Secara garis besar pembentukan oksalat berasal dari diet (oksalat eksogen) dan hasil metabolisme (oksalat endogen). Sebagian besar oksalat adalah endogen yaitu sekitar 85-90% dan hanya 10-15% yang dipengaruhi oleh makanan. Dan pada penelitian lain menyebutkan bahwa oksalat eksogen yang paling banyak sekitar 85-95% (Menon M, 2002).

Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak (radiolusen) (Purnomo BB, 2011).

Penelitian lain di Brazil membuktikan bahwa suplemen vitamin C dosis tinggi berhubungan dengan kejadian BSK. Suplementasi vitamin C akan meningkatkan eksresi oksalat air kemih yang kemudian dapat meningkatkan kejadian BSK.

Analisis jenis BSK di Semarang didapatkan paling banyak batu jenis kalsium yaitu kalsium oksalat (56,3%), kalsium fosfat (9,2%), batu struvit (12,5%), batu asam urat (5,5%) dan sisanya campuran (Nur Lina, 2008).

5.2.5 Proporsi Letak Batu Kejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Trihoran (2001-2002) dilokasi yang sama RS H. Adam Malik Medan, diketahui bahwa kejadian BSK berdasarkan letak batu tertinggi pada saluran kemih atas yaitu ginjal dan ureter dengan proporsi 66,7%.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Nur Lina (2008) di Semarang, lokasi BSK yang paling banyak dijumpai di ginjal yaitu sebanyak 22 orang (36%), ureter sebanyak 21 orang (35%), dan di buli sebanyak 9 orang (15%). BSK juga dapat terjadi di saluran kemih, uretra, vesika seminalis dan pielum.

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks

ginjal.Batu yang mengisi pielum dan lebih dua kaliks ginjalmemberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn (Purnomo BB, 2011).

5.2.6 Proporsi Penderita Dengan Sangkaan BSK Berdasarkan Pemeriksaan BNO-IVP

Penegakan diagnosis bagi penderita dengan sangkaan BSK tentunya berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Terjadinya BSK pada penderita tentunya disertai adanya multifaktor baik dari segi

host, agent, maupun lingkungan. Dari hasil anamnesis didapatkan riwayat

keluarga, kurangnya aktivitas, kebiasaan menahan air kemih, konsumsi air yang kurang, diet tinggi oksalat (sayuran hijau, minuman bersoda) dan sumber air minum(Rully S, M. Azharry, 2010).

Dari pemeriksaan penunjang foto BNO-IVP ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal yang dikombinasikan dengan foto polos abdomen untuk melihat adanya kemungkinan batu radioopak, semi-opak dan batu radiolusen di saluran kemih ( Purnomo BB, 2011).

Berdasarkan dari hasil penelitian Nur Lina (2008) didapatkan hasil data rekam medis RS Dr. Kariadi diketahui bahwa kasus BSK menunjukkan

peningkatan dari 32,8% dari kasus urologi pada tahun 2003 menjadi 35,4% dari kasus urologi pada tahun 2004 dan meningkat 39,1% pada tahun 2005.

Hasil penelitian ini juga mendapatkan penderita dengan sangkaan BSK di RS H. Adam Malik Medan setalah dilakukan pemeriksaan foto BNO-IVP didapat 126 orang penderita dengan BSK sebesar 58,9%.

BAB 6

Dokumen terkait