DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) HAJI ADAM MALIK MEDAN
Oleh:
Mhd. AbduhLuthfi. S
090100064
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) HAJI ADAM MALIK MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
Mhd. AbduhLuthfi. S
090100064
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
JudulPenelitian : HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIS DENGAN GAMBARAN HASIL FOTO BNO-IVP PADA
PENDERITA
DENGAN SANGKAAN BATU SALURAN KEMIH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP) HAJI ADAM MALIK MEDAN
Nama : MHD ABDUH LUTHFI S NIM : 090100064
Pembimbing Penguji I
(dr. ElvitaRahmiDaulay, M.Ked Rad, Sp. Rad ) (dr. PutriC.Eyanoer,MD,MsEpi, Ph.D)
NIP: 197109102002122002 NIP: 19720901 1999032001
Penguji II
(dr. MurniatiManik, M.Sc, Sp. KK) NIP: 19530719 1980032001
Medan, Januari 2013 FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara
NIP: 19540220 198011 1001
(Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH)
Abstrak
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana terdapat material keras
seperti batu yang terbentuk dari berbagai macam proses kimia di sepanjang
saluran kemih. BSK telah lama dikenal sejak zaman Babilonia dan pada
zamanMesir Kuno.
Untuk mengetahui hubungan antara gambaran hasil foto BNO-IVP dengan
gejala klinis pada penderita dengan sangkaan BSK di RS H. Adam Malik Medan
dilakukan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Data dianalisis menggunakan chi-square dengan jumlah populasi 214 orang.
Dari hasil penelitian yang didapatkan, proporsi penderita berdasarkan jenis
kelamin perempuan (52,8%), kelompok umur tertinggi 40-49 tahun (28,8%), jenis
batu tersering yaitu batu radioopak (52,3%), letak batu terbanyak di ginjal
(33,6%), penderita dengan sangkaan BSK (58,9%).
Ada perbedaan bermakna dan memiliki hubungan antara gambaran hasil
foto BNO-IVP dengan gejala klinis pada penderita dengan sangkaan BSK (p= 0,001).
Bagi pihak RS H. Adam Malik Medan lebih khususnya dibagian instalasi
radiologi dan instalasi rekam medik agar memaksimalkan dalam system
pencatatan status rekam medic pada pasien-pasien dengan sangkaan BSK di RS
H. Adam Malik Medan.
Abstract
Urinary Tract Stone (UTS) is a disease where there is a hard material such as a stone which is formed from variety of chemistry process along the urinary tract. Urinary Tract Stone has been known since the ancient Babylonians and ancient Egyptian. Nevertheless this disease has common signs a which are hematuria, crystalluria, colicky abdominal pain, nausea, vomiting and presence of infection.
To determine the relationship between the result of BNO-IVP photo and clinical symptom in patients with suspicion of urolithiasis at H. Adam Malik Medan Hospital. This research was done which based on descriptive design with a cross sectional study. Data were analyzed by using chi-square with a population 214 people.
The result showed that the high proportion which based on sex is female, and the highest age group is 40-49 years (28,8%), the most frequence of stones type is radioopaque stone (52,3%), the most frequence of stones location is in the kidney (33,6%) and patients with suspicion urolithiasi (58,9%).
There is a significant difference and having a relationship between the clinical symptoms and result of BNO-IVP photo (p=0,001).
H. Adam Malik Medan hospital more specifically the installation of radiological and installation of medical records in order to maximize the system recording status in medical records in patient with suspicion of urolithiasis in H. Adam Malik Medan hospital.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul : “Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita Dengan Sangkaan Batu Saluran Kemih Di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di FakultasKedokteranUniversitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini, tentu tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan moril
maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. dr. H. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD. KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. ElvitaRahmi Daulay, M.Ked Rad, Sp.Rad, selaku dosen pembimbing
sekaligus dosen penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya
dalam membimbing setiap proses dan member petunjuk, saran dan masukan
kepada saya sehingga karya tulisi lmiah ini dapat diselesaikan.
3. Dr. Putri C. Eyanoer, MD,MsEpi, Ph.D selaku dosen penguji I yang
meluangkan waktu, membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan karya tulisi lmiah ini.
4. Dr. Murniati Manik, M.Sc, Sp. KK selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktu, membimbing, member masukan dan menguji penulis
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
5. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara kepada : dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes, dr. Juliandi
Harahap MA, dr.YukiYunanda dan rasa terima kasih kepada dr. Putri C.
Eyanoer, MD, MsEpi, Ph.D.
6. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Rumah Sakit Umum Pusat
7. Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan
8. Bagian departemen Radiologi dan Urologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan beserta rasa terimakasih yang besar kepada bang Rofiq
dan bang Sugi atas arahan dan motivasi dalam pengambilan data status rekam
medic pasien di instalasi radiologi sebagai tempat penelitian.
9. Rasa terima kasih kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Mhd. Makmur
Sinaga, dan ibunda Hj. Berliana, Htb yang senantiasa mendoakan agar penulis
lancar dalam tiap prosesnya.
10.Saudara kandung tercinta dr.MarinaCilvani S, Abdillah S, S.H, M. Hum dan
adik Afifah Nur Adinda S.
11.Teman-teman seperjuangan saya yang selama ini banyak mendukung,
memotivasi dan berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini yaitu ; Angelina Utama, Shalini, Roni Ananda Perwira Hrp, Rizky
Ardiansyah Sipayung dan HabibiTanjung.
12.Dan semua rekan-rekan seperjuangan stambuk 2009 serta semua pihak lain
yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya, saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan karya
tulis ilmiahi ni. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi parapembaca.
Amin.
Medan, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
2.4. PemeriksaanKontrasRadiologi BNO-IVP --- 15
2.4.1. Definisi --- 15
2.4.2. TujuanPemeriksaan BNO – IVP --- 16
2.4.3. ProsedurPersiapandanPelaksanaan BNO-IVP --- 17
2.5. PenatalaksanaanMedisPenderita BSK --- 22
1.2. LokasidanWaktuPenelitian --- 27
1.2.1. LokasiPenelitian --- 27
1.2.2. WaktuPenelitian --- 27
1.3. PopulasidanSampel --- 27
1.3.1. PopulasiPenelitian --- 27
1.3.2. SampelPenelitian --- 27
1.4. KriteriaPopulasi --- 28
1.5. MetodePengumpulan Data --- 28
1.6. TeknikAnalisis Data --- 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN --- 29
5.1 HasilPenelitian --- 29
5.1.1 DeskripsiLokasiPenelitian --- 29
5.1.2 DistribusiProporsiTerseringKejadian BSK Laki-lakidanPerempuansetelahdilakukan BNO-IVP --- 29
5.1.4 DistribusiProporsiJenisBatuTerseringKejadian
BSK Setelahdilakukan BNO-IVP --- 31
5.1.5 DistribusiProporsiLetakBatu Kejadian BSK setelahdilakukan BNO-IVP --- 32
5.1.6 HubunganAntaraGejalaKlinisDenganGambaran HasilFoto BNO-IVP PadaPenderitadengan Sangkaan BSK SetelahDilakukan BNO-IVP --- 33
5.1.7 DistribusiProporsiPenderitaDenganSangkaan BSK BerdasarkanPemeriksaanFoto BNO-IVP --- 34
5.2 Pembahasan --- 34
5.2.1 HubunganAntaraGejalaKlinisDenganGambaran HasilFoto BNO-IVP PadaPenderitaDengan Sangkaan BSK --- 34
5.2.2 ProporsiTerseringKejadian BSK PriadanWanita SetelahDilakukan BNO-IVP --- 35
5.2.3 ProporsiUmurTerseringKejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP --- 36
5.2.4 ProporsiJenisBatuTerseringKejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP --- 37
5.2.5 ProporsiLetakBatuKejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP --- 38
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1 DistribusiProporsitentangKejadian BSK padalaki-laki
Dan perempuansetelahdilakukan BNO-IVP --- 30
Tabel 5.2 DistribusiProporsiUmurTerseringKejadian BSK
Setelahdilakukan BNO-IVP --- 30
Tabel 5.3 DistribusiProporsiJenisBatuTerseringKejadian BSK
Setelahdilakukan BNO-IVP --- 31
Tabel 5.4 DistribusiProporsiLetakdanPosisiBatuKejadian BSK
Setelahdilakukan BNO-IVP --- 32
Tabel 5.5 HubunganAntaraGejalaKlinisDengan
GambaranHasilFoto BNO-IVP
PadaPenderitadengansangkaan BSK --- 33
Tabel5.6 DistribusiProporsiPenderitaDenganSangkaan BSK
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1. SistemsaluranKemihPadaManusia --- 5
Gambar 2. Gambaranbatupadaginjaldansalurankemih --- 6
Gambar 3. Foto BNO denganpersiapanpasienygbaik --- 16
Gambar 4. Foto BNO denganpersiapan yang kurangbaik --- 17
Gambar 5. Foto BNO-IVP Polos --- 19
Gambar 6. Foto BNO-IVP menit ke-5 --- 20
Gambar 7. Foto BNO-IVP menit ke-15 --- 20
Gambar 8. Foto BNO-IVP menit ke-30 --- 21
Gambar 9. Foto BNO-IVP menit ke-60 --- 22
Gambar 10 Foto BNO-IVP setelahberkemih/ post void --- 22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran 1 DaftarRiwayatHidup
Lampiran 2 SuratIzinPenelitian
NIP: 19540220 198011 1001
(Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH)
Abstrak
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana terdapat material keras
seperti batu yang terbentuk dari berbagai macam proses kimia di sepanjang
saluran kemih. BSK telah lama dikenal sejak zaman Babilonia dan pada
zamanMesir Kuno.
Untuk mengetahui hubungan antara gambaran hasil foto BNO-IVP dengan
gejala klinis pada penderita dengan sangkaan BSK di RS H. Adam Malik Medan
dilakukan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Data dianalisis menggunakan chi-square dengan jumlah populasi 214 orang.
Dari hasil penelitian yang didapatkan, proporsi penderita berdasarkan jenis
kelamin perempuan (52,8%), kelompok umur tertinggi 40-49 tahun (28,8%), jenis
batu tersering yaitu batu radioopak (52,3%), letak batu terbanyak di ginjal
(33,6%), penderita dengan sangkaan BSK (58,9%).
Ada perbedaan bermakna dan memiliki hubungan antara gambaran hasil
foto BNO-IVP dengan gejala klinis pada penderita dengan sangkaan BSK (p= 0,001).
Bagi pihak RS H. Adam Malik Medan lebih khususnya dibagian instalasi
radiologi dan instalasi rekam medik agar memaksimalkan dalam system
pencatatan status rekam medic pada pasien-pasien dengan sangkaan BSK di RS
H. Adam Malik Medan.
Abstract
Urinary Tract Stone (UTS) is a disease where there is a hard material such as a stone which is formed from variety of chemistry process along the urinary tract. Urinary Tract Stone has been known since the ancient Babylonians and ancient Egyptian. Nevertheless this disease has common signs a which are hematuria, crystalluria, colicky abdominal pain, nausea, vomiting and presence of infection.
To determine the relationship between the result of BNO-IVP photo and clinical symptom in patients with suspicion of urolithiasis at H. Adam Malik Medan Hospital. This research was done which based on descriptive design with a cross sectional study. Data were analyzed by using chi-square with a population 214 people.
The result showed that the high proportion which based on sex is female, and the highest age group is 40-49 years (28,8%), the most frequence of stones type is radioopaque stone (52,3%), the most frequence of stones location is in the kidney (33,6%) and patients with suspicion urolithiasi (58,9%).
There is a significant difference and having a relationship between the clinical symptoms and result of BNO-IVP photo (p=0,001).
H. Adam Malik Medan hospital more specifically the installation of radiological and installation of medical records in order to maximize the system recording status in medical records in patient with suspicion of urolithiasis in H. Adam Malik Medan hospital.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit batu saluran kemih (BSK) telah lama dikenal sejak zaman
Babilonia dan pada zaman Mesir kuno,namun hingga saat ini masih banyak aspek
yang dipersoalkan karena pembahasan tentang diagnosis,etiologi,pemeriksaan
penunjang,penatalaksanaan hingga pada aspek pencegahan masih belum
tuntas.Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi, tidak
terkecuali penduduk di Indonesia (Purnomo BB, 2011).
Pada tahun 2000, penyakit BSK merupakan penyakit peringkat kedua di
bagian urologi di seluruh rumah rumah sakit di Amerika setelah penyakit infeksi,
dengan proporsi BSK 28,74% (AUA, 2007).
BSK merupakan penyakit yang sering di klinik urologi di Indonesia.
Angka kejadian BSK di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang
dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia adalah 37.636 kasus baru,
dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang di
rawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378 penderita (Depkes
RI, 2002).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.Faktor tersebut adalah faktor
intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik,
yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya (Purnomo BB, 2011).
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium,baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat;sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,batu magnesium
ammonium fosfat (batu infeksi), batu xantin, batu sistein, dan batu jenis lainnya
(Purnomo BB, 2011).
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letak, besar,
dan morfologinya.Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu
dilihat kasat mata dan konsentrasi darah yang larut dalam air kemih cukup besar
atau mikroskopik.Selain itu,bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga
ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik
lain (Sjamsuhidajat R& Jong Wim de, 1997).
Blass Nier Overziecht atau disingkat dengan BNO (Blass = Buli-buli, Nier
= Ginjal, Overziecht = Penelitian) dan pielografi intravena / intravenous pyelography merupakan salah satu pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menegakkan batu saluran kemih karena dapat memperlihatkan ginjal dan
ureter setelah bahan kontras diinjeksikan melalui intavena. Setelah injeksi, kontras
bergerak melalui ginjal, ureter dan buli-buli.Foto diambil dalam beberapa interval
waktu untuk melihat pergerakan kontras tersebut.BNO-IVP dapat memperlihatkan
ukuran, bentuk, dan struktur ginjal, ureter dan buli-buli.BNO-IVP juga dapat
melakukan evaluasi fungsi ginjal, deteksi penyakit ginjal, batu ureter, buli-buli,
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara gejala klinis dengan gambaran hasil foto
BNO-IVP pada penderita dengan sangkaan batu saluran kemih.
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara gejala klinis dengan gambaran hasil
foto BNO-IVP pada penderita dengan sangkaan batu saluran kemih.
Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara gejala klinis pada penderita dengan
sangkaan batu saluran kemih dengan gambaran hasil pemeriksaan foto
BNO-IVP.
2. Untuk mengetahui apakah dari hasil pemeriksaan foto BNO-IVP dapat
mengidentifikasi jenis batu pada saluran kemih dengan bantuan kontras
intravena.
3. Untuk mengetahui letak batu dari gejala klinis di saluran kemih pada hasil
pemeriksaan foto BNO-IVP.
4. Menentukan tingkat proporsi tersering kejadian BSK pada pria dan wanita
1.4. Manfaat penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan sejauh mana pemeriksaan atau hasil
gambaran BNO-IVP dapat mendiagnosis penderita dengan sangkaan batu
saluran kemih dengan tepat dan apakah terdapat hubungannya dengan gejala
klinis.
2. Sebagai bahan referensi dan informasi.
3. Masukan dan tambahan literatur untuk mahasiswa dan instansi yang terkait
untuk melakukan penelitian lainnya.
4. Menambah dasar ilmiah tentang gambaran hasil foto BNO-IVP pada penderita
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batu Saluran Kemih 2.1.1 Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah batu yang terbentuk dari berbagai
macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta
saluran kemih pada manusia seperti ureter (Pharos Indonesia, 2012).
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan material
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (buli-buli dan uretra) yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam buli (batu
buli-buli). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat
dan sistein (Chang E, 2009).
BSK menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal, batu ureter,
batu buli-buli dan batu uretra. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di
dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. BSK sebagian
besar mengandung batu kalsium oksalat ataupun kalsium fosfat, secara bersama
dijumpai sampai sebesar 65-68% dari jumlah keseluruhan batu ginjal
(Medicafarma, 2012).
Ukuran dan bentuk batu pada penderita BSK menimbulkan gejala yang
berbeda sesuai letak dan ukuran batu tersebut.Batu yang berukuran kecil biasanya
tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersamaan dengan air kemih
saat berkemih.Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
menimbulkan nyeri kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah
(buli-buli dan uretra) dapat menghambat berkemih. Hal ini bisa disebabkan karena
kontraksi peristaltik otot-otot saluran kemih terhadap batu yang dapat
2.2. Sistem Saluran kemih
Sistem urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas sistem organ reproduksi dan saluran kemih. Keduanya dijadikan satu kelompok sistem
urogenitalia, karena mereka saling berdekatan, berasal dari embriologi yang sama, dan menggunakan saluran yang sama sebagai alat pembuangan, misalkan
uretra pada pria (Purnomo BB, 2011).
Sistem saluran kemih atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah
sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan air kemih.Pada
manusia normal, organ ini terdiri ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter,
buli-buli, dan uretra.Sistem organ genitalia atau reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan penis. Pada
umumnya organ urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindungi oleh organ lain yang berada di sekitarnya, kecuali testis, epididimis, vas deferens,
penis dan uretra (Purnomo BB, 2011).
Gambar 2.1. Sistem Saluran Kemih Pada Manusia
2.2.1 Saluran Kemih Atas a.Ginjal
Ginjal berasal dari metanefros yang terdiri atas bagian dorsal mesonefros
dan tonjolan ureter.Metanefros ini membentuk ureter, pielum, kaliks ginjal, dan
jaringan parenkim ginjal.Struktur ini naik ke arah dorsokranial sewaktu perkembangannya sekitar minggu ke delapan menyatu dengan blastema dan
mengalami rotasi, sehingga akhirnya pielum dan hilusnya terletak disebuah
medial (Sjamsuhidajat R& Wim de Jong, 1997).
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas.Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal,
yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf (Purnomo BB, 2011).
Gambar 2.2. Gambaran batu pada ginjal dan saluran kemih
Sumber :pancrease-kidney.com sumber :surgery.about.com
Fungsi ginjal adalah mengatur komposisi dan volume cairan ekstrasel.
Secara spesifik fungsi ginjal mempertahankan cairan ekstrasel dengan cara
mempertahankan keseimbangan air seluruh tubuh dengan mempertahankan
volume plasma yang tepat melalui pengaturan eksresi garam dan air yang
berdampak pada pengaturan tekanan darah jangka panjang dan membuang hasil
akhir dari proses metabolisme seperti ureum, kreatinin, dan asam urat yang bila
Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi
kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin darah,
serta mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian
dibuang melalui air kemih.Fungsi tersebut diantaranya: (1) mengontrol sekresi
hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh; (2) mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin
D; serta (3) menghasilkan beberapa hormon,antara lain: eritropoietin yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah,renin yang berperan dalam
mengatur tekanan darah,serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai
mekanisme tubuh (Purnomo BB, 2011).
B.Ureter
Ureter adalah organ berbentuk saluran kecil yang berfungsi mengalirkan
air kemih dari pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dan diameternya 3-4 mm. Dindingnya terdiri
atas: (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, (2) otot polos sirkuler, dan (3)
otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot polos itulah yang
memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik ureter guna mengalirkan air kemih
ke dalam buli-buli. Jika karena suatu sebab terdapat sumbatan pada lubang ureter
sehingga menyumbat aliran air kemih, otot polos ureter akan berkontraksi secara
berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong atau mengeluarkan sumbatan itu dari
saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Purnomo BB, 2011).
2.2.2 Saluran Kemih Bawah a. Buli-buli
Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam adalah
otot longitudinal, (2) ditengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling luar
merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang
berfungsi menampung air kemih dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung air kemih,
buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa
lebih kurang adalah 300-450 ml (Purnomo BB, 2011).
b.Uretra
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air kemih ke luar dari
buli-buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu
uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra dilengkapi dengan katup uretra interna yang
terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,serta katup uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Purnomo BB, 2011).
Mukosa uretra yang meliputi dari glans penis dibentuk oleh lapisan
skuamos epithelium. Pada bagian proksimalnya dibentuk oleh tipe lapisan
transisional (Emil,Tanagho.A, 2008).
Katup uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, katup ini terbuka.Katup uretra
eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik.Aktivitas
katup uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.Pada
saat berkemih katup ini terbuka dan tetap terutup pada saat menahan rasa ingin
berkemih.Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm (Purnomo BB, 2011).
2.2.3 Teori Penyebab Pembentukan Batu Saluran Kemih
Faktor pasti yang mempengaruhi pembentukan BSK belum secara pasti
diketahui, namun banyak teori dan faktor yang bisa mempengaruhi terhadap
a. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengemukakan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK (Purnomo BB, 2011), yaitu :
a.1Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%.Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180º dan aliran
darah berubah dari aliran laminar menjadi aliran turbulensi.Pada penderita
hipertensi aliran turbulen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion
kalsium papilla (Ranall’s plaque) biasa disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu (Purnomo BB, 2011).
a.2 Kolesterol
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah akan disekresikan melalui
glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (Purnomo BB, 2011).
Lebih dari 80% BSK terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,batu magnesium ammonium
fosfat (batu infeksi), batu xantin,batu sistein,dan batu jenis lainnya. Meskipun
patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama tetapi suasana di dalam
saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam
hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan
batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo
b. Teori Fisiko-Kimiawi
Hal yang melatarbelakangi terbentuknya BSK ini adalah karena adanya
terbentuknya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal
tersebut diketahui bahwa terjadinya BSK erat kaitannya oleh konsentrasi substansi
pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal
dengan teori pembentukan BSK (Purnomo BB, 2011) , yaitu :
b.1 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut dengan nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang
ada (Purnomo BB, 2011).
b.2. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garamnya pembentuk batu
merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan.
Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi
supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan
terbentuk batu (Purnomo BB, 2011).
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam
air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih (Purnomo
b.3 Teori Kombinasi
Beberapa ahli maupun pakar dibidang urologi berpendapat bahwa BSK
dapat terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada (Purnomo
BB, 2011).
b.4 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Telah dikenal adanya 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik.Pada
inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat
terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horesefall glikoprotein.
Sedangkan yang jarang terdapat adalah glikosamin glikans dan uropontin
(Purnomo BB, 2011).
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal
kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada
membran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar
tertingginya pada buah jeruk (Purnomo BB, 2011).
b.5 Teori Infeksi
Terbentuknya BSK dapat juga terjadi karena adanya infeksi dari beberapa
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada proses terjadinya BSK adalah teori
terbentuknya batu struvit yang dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya
reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga
terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu struvit) misalnya saja pada bakteri
pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu
Proteus spp,Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphilococcus
(Bahdarsyam, 2011).
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana
penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan
membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung
nano bakteria (Patologi Bahdarsyam, 2011).
b.6 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di
sela-sela anyaman sehingga berbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari
protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel
kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut
merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu (Purnomo BB, 2011).
2.2.4 Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium fosfat (MAP), xantin,dan
sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang
terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan
timbulnya batu residif (Purnomo BB, 2011).
a. Batu Kalsium
Batu Kalsium ini jenis batu yang banyak dijumpai dan merupakan
tampilan ion yang besar dalam kristal kemih. Hanya 50% dari kalsium plasma
yang terionisasi dan tersedia untuk difiltrasi di glomerulus. Lebih dari 95%
kalsium difiltrasi di glomerulus kemudian di reabsorbsi kembali di kedua tubulus
proksimal dan distal tubulus dan jumlahnya terbatas di tubulus pengumpul (Stoller
b. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan
campuran kalsium oksalat.Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh
pasien-pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien-pasien yang mendapatkan terapi
antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah
sulfinipirazone, thiazide, dan salisilat.Kegemukan, peminum alkohol, dan diet
tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit
ini (Purnomo BB, 2011).
c. Batu Struvit
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu
struvit) dan kalsium fosfat.Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran
kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea.Batu dapat tumbuh menjadi lebih
besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Di urin kristal batu
struvit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn
dan struvit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dan ginjal hal
ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten (Harrison’s,
2008).
d. Batu Sistin
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSK. Batu ini jarang dijumpai (tidak
umum, berwarna kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin di air kemih
tampak seperti plat segi enam,sangat sukar larut dalam air. Bersifat radioopak
karena mengandung sulfur (Harrison’s, 2008).
e. Batu Xantin
Batu Xantin sangat jarang terjadi bersifat herediter karena defisiensi xantin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alopurinol yang
xantin dan dari xantin kemudian diproses menjadi asam urat. Gambaran batunya
biasanya adalah radiolusen dan berwarna kuning (Stoller,Marshall L,2008).
2.3. Gejala Klinis Penderita Batu Saluran Kemih
Gejala klinis pada penderita BSK bervariasi bergantung kepada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung
kepada : posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Nyeri
ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.Nyeri kolik terjadi karena adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.Peningkatan peristaltik
itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
perenggangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik
terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi
pada ginjal (Purnomo BB, 2008)
Batu saluran kemih dibagian atas biasanya menyebabkan rasa
nyeri.Karakteristik nyerinya tergantung kepada lokasi. Batu yang cukup kecil
yang turun kedalam ureter biasanya akan mengalami kesulitan dan rasa nyeri saat
batu melewati persimpangan ureteropelvik (Stoller,Marshall L,2008).
Gejala klinis yang bisa dirasakan oleh pasien BSK adalah :
a. Rasa Nyeri
Rasa nyeri dapat dirasakan oleh setiap pasien penderita BSK. Rasa nyeri
yang dialami dapat bervariasi tergantuk lokasi nyeri dan letak batu.Rasa nyeri
yang berulang (kolik) tergantung lokasi batu.Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai rasa nyeri tekan diseluruh area kostovertebral, tidak jarang disertai mual
dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal.Batu yang
berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke paha dan daerah genitalia.Pasien sering mengeluhkan ingin selalu
berkemih, namun hanya sedikit air kemih yang keluar, dan biasanya air kemih
disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter (Purnomo
b. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah (Marshall L.Stoller,MD, 2008).
c. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal
tubuh.Gejala ini disertai takikardi,hipotensi,dan vasodilatasi pembuluh darah di
kulit (Marshall L.Stoller, MD, 2008).
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu menegakkan diagnosis adanya penyakit BSK (Purnomo BB, 2011).
e. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan saluran kemih.Infeksi yang terjadi
di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphilococcus.
2.4 Pemeriksaan Kontras Radiologi BNO-IVP 2.4.1 Definisi
Pemeriksaan diagnostik kontras radiologi BNO-IVP adalah ilmu yang
mempelajari prosedur atau tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan buli-buli
menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras melalui vena. Pada
saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media
kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan
saluran kemih, sehingga ginjal dan saluran kemih menjadi berwarna putih.
Dengan IVP, dokter ahli radiologi dapat melihat dan mengetahui anatomi serta
adanya cacat pengisian dan pada IVP batu ginjal atau buli-buli serta hidronefrosis
pada pemeriksaan sonografi (Anggari, Luthfy Kharisma, 2011).
2.4.2 Tujuan Pemeriksaan BNO-IVP
Tujuan dari pemeriksaan kontras radiologi BNO-IVP adalah untuk
mendapatkan gambaran radiologi dari letak anatomi dan fisiologi serta
mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter,dan buli-buli. Pemeriksaan ini
juga bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.Selain itu BNO-IVP
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen. Jika BNO-IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde (Purnomo BB, 2011).
BNO-IVP mampu mendokumentasikan aliran kontras pada batu ginjal atau
BSK dan juga dapat melihat aliran kontras pada saluran kemih bagian atas.Hasil
foto radiologi tersebut dapat diinterpretasikan oleh dokter ahli radiologi.
Ketidaksiapan dalam mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan foto
BNO-IVP dapat menyebabkan terjadinya kesalahan prosedur dan menghasilkan
hasil foto radiologi yang tidak diharapkan (Marshall L.Stoller,MD 2008).
Gambar 2.3. Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak visualisasi udara / faeces di rongga abdomen)
Gambar 2.4. Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik (tampak visualisasi udara / feses di rongga abdomen)
Sumber : Radiologi Diagnsotik FK UI
Gambaran planar yang standar dari seri BNO-IVP menunjukkan bahwa
hanya kesatuan sistem yang berperan dalam melakukan pengumpulan zat yaitu
ginjal dan ureter. Disamping itu juga, data tomografi komputer yang diperoleh
sebelumnya digunakan untuk mendapat alasan klinis yang terpisah dan sebagai
pembukti hanya berfungsi pada satu sistem pengumpul ginjal. Pada awalnya,
tampak bahwa baik pelvis ginjal dan ureter duplikasi disebabkan oleh fenomena
yang sama dan karena itu dapat digambarkan sebagai salah satu artefak tunggal
(Rowberry, Benjamin, 2011)
Indikasi pemeriksaan BNO-IVP ini antara lain untuk melihat batu ginjal,
batu saluran kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu ureter, tumor,
dan hipertrofi prostat (Purnomo BB, 2011).
2.4.3 Prosedur Persiapan dan Pelaksanaan BNO-IVP
Pemeriksaan BNO-IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum
pemeriksaan diberikan kastor oli (catharsis) atau laksansia untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal (Nurlela Budjang, 2010).
a. Persiapan BNO-IVP
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement(klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi
terhadap penggunaan kontras (Nurlela Budjang, 2010)
b. Pelaksanaan BNO-IVP
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah (Radiologi Diagnostik FK USU, 2010).
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises
(SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua
ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
2.4.4 Hasil Pemeriksaan Foto BNO-IVP a. Foto BNO
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto
polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus
diperhatikan batas ototPsoas kanan dan kiri (Nurlela Budjang, 2010).
Gambar 2.5. Foto BNO-IVP polos
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
Menurut Meschan,digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada
pertengahan proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset
24 x 30 cm dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.
Penekanan ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap
berada pada sistem pelvikalises dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter
diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit kelima (Nurlela
Gambar 2.6. Foto menit ke-5
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
2. Delapan sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik,
maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografiuntuk
memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran
pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi
antero-posterior sama seperti foto abdomen, pertengahan di antara proccesus xyphoideus dengan umbilicus (Nurlela Budjang, 2010).
Gambar 2.7. Foto menit ke-15
3. Duapuluh lima sampai 30 menit
Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah
menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di
beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen (Nurlela Budjang, 2010).
Gambar 2.8. Foto menit ke-30
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan
dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto
kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
Gambar 2.9. Foto menit ke 60 atau lebih
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang tidak normal) pada kasus posthematuri.
Gambar 2.10. Foto Post Void
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
2.5 Penatalaksanaan Medis Penderita Batu Saluran Kemih
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter
atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan.Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada BSK
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena
2.5.1 Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar secara spontan.Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran air kemih dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih (Purnomo BB, 2011).
2.5.2 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithoripsy)
ESWL banyak digunakan dalam penanganan BSK. Prinsip dari ESWL
adalah memecah batu di saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut
yang dihasilkan oleh mesin luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh
mesin yang di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara.
Setelah itu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa
ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan
kecil, agar bisa keluar saat berkemih tanpa adanya rasa nyeri (Purnomo BB,
2011).
2.5.3 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih.Alat ini dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada buli.Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.Beberapa tindakan endourologi itu adalah :
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha untuk mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
2. Litotripsi adalah tindakan memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah tindakan memasukkan alat
ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks
ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
atauureterorenoskopi ini.
4. Ekstraksi Dormia adalah tindakan mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui keranjang Dormia (Basuki B.Purnomo, 2011).
2.5.4 Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat sedang
berkembang.Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter (Purnomo BB,
2011).
2.5.5 Bedah Terbuka
Pada umumnya, di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang
memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan
terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil
batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat BSK yang menimbulkan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Model Kerangka Konsep
Gambar 3.1. Kerangka konsep gambaran hasil foto BNO-IVP dengan gejala klinis
3.2 Variabel
3.2.1 Variabel Independen
a. Penderita BSK dengan gejala klinis
3.2.2 Variabel Dependen
a. Gambaran hasil foto radiologi BNO-IVP
3.3Definisi Operasional
a. Penderita BSK adalah setiap orang yang telah didiagnosis menderita BSK
kolikabdomen, obstruksi dan rasa nyeri saat berkemih yang telah ditegakkan diagnosisnya oleh dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam
Malik Medan.
b. Hasil gambaran foto BNO-IVP pada penderita dengan sangkaan BSK adalah
adanya gambaran batu pada bagian saluran kemih atas atau saluran kemih
bawah akibat penyerapan zat kontras oleh batu yaitu gambarannya radiolusen
dan radioopaque.
c. Gejala klinis pada penderita BSK adalah adanya hematuria, kristaluria, nyeri
kolik abdomen, obstruksi, mual dan muntah, demam dan adanya infeksi.
Dengan demikian gejala klinis penderita BSK diberi kode, yaitu kode 0-3
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat
deskriptif.Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data hasil pembacaan
BNO-IVP dengan gejala klinis pada rekam medis penderita dengan sangkaan BSK di
Departemen Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik
Medan.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Departemen Radiologi Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan, dengan beberapa pertimbangan
tersedianya data pasien penderita BSK dan alat pemeriksaan kontras BNO-IVP.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai Agustus sampai dengan November 2012.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita dengan sangkaan
BSK berdasarkan diagnosis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam
Malik Medan pada data rekam medik.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari penderita dengan
sangkaan BSK yang berjumlah 214 orang dan dilakukan pengambilandata status
rekam medik bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam
4.4 Kriteria Populasi
a. Penderita mengalami gejala klinis BSK seperti hematuria, kristaluria, nyeri kolik abdomen, obstruksi, mual muntah, demam, dan disertai infeksi
b. Tersedia data status rekam medik pasien penderita BSK yang dilakukan
BNO-IVP.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi pasien dengan
sangkaan BSK dan pasien dengan keluhan seperti BSK dengan menggunakan
hasil foto pada pemeriksaan kontras BNO IVP dengan dibantu kartu status rekam
medik penderita di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan.
4.6 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan bantuan komputer.
Data yang didapat di analisis dengan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara hasil gambaran foto radiologi BNO-IVP dengan gejala klinis pada penderita BSK. Hasilnya disajikan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskriptif Lokasi Penelitian
Pengumpulan data dilakukan di Instalasi Radiologi dan Instalasi Rekam
Medik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan. Rumah sakit
ini adalah salah satu rumah sakit pendidikan yang ada di Kota Medan.Selain itu
rumah sakit ini merupakan suatu rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera
Utara, sehingga pasien-pasien yang dirawat di daerah dirujuk ke rumah sakit ini
untuk melanjutkan pengobatan.
Instalasi Radiologi di rumah sakit H. Adam Malik adalah suatu instalasi
yang melayani pasien dengan keluhan berbagai macam penyakit dan untuk
memastikan diagnosis yang pasti dibutuhkan suatu pemeriksaan yang semuanya
ini dilakukan dibagian instalasi radiologi rumah sakit H. Adam Malik Medan.
Instalasi radiologi ini buka setiap hari Senin hingga Sabtu pada jam kerja.
Instalasi Rekam Medik di rumah sakit H. Adam Malik adalah suatu
instalasi tempat penyimpanan data riwayat penyakit dan pengobatan pasien atau
databaseselama dilakukan perawatan dirumah sakit H. Adam Malik Medan.
Instalasi rekam medik ini buka setiap hari Senin hingga Sabtu pada jam kerja.
5.1.2 Distribusi Proporsi Tersering Kejadian BSK Pria dan Wanita Setelah Dilakukan BNO-IVP
Proporsi tersering kejadian BSK yang didapat dari instalasi radiologi dan
instalasi rekam medik di RS H. Adam Malik Medan data yang diambil dariJanuari
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi tentang Kejadian BSK pada Pria dan Wanita
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa proporsi tersering
kejadian BSK berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis kelamin perempuan
denganproporsi 52,8% dan jenis kelamin laki-laki 47,2%.
5.1.3 Distribusi Proporsi Umur tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP
Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Umur Tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa proporsi penderita dengan
sangkaan BSK berdasarkan kelompok umur yang tertinggi adalah pada kelompok
umur 40-49 tahun dengan proporsi 28,8% (63 orang) dan kelompok umur yang
terendah menderita BSK adalah kelompok umur 4-9 tahun dengan proporsi 1,4%
5.1.4 Distribusi Proporsi Jenis Batu tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP
Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Jenis Batu Tersering Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP
Jenis batu jumlah %
Tidak Diketahui 91 42,5
Batu radioopak 112 52,3
Batu radiolusen 11 5,1
Total 214 100
Berdasarkan tabel 5.3 diatas proporsi jenis batu tersering pada kejadian
penderita dengan sangkaan BSK di RS H. Adam Malik Medan adalah jenis batu
radioopak dengan proporsi 52,3% (112 orang). Sedangkan pasien dengan
sangkaan BSK lainnya jenis batu yang tidak diketahui pada status rekam medis
besar proporsi 42,5% (91 orang). Pada pasien penderita dengan sangkaan BSK
5.1.5 Distribusi Proporsi Letak Batu Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP
Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Letak dan Posisi Batu Kejadian BSK Setelah dilakukan BNO-IVP
Lokasi Batu jumlah %
Tidak diketahui 101 47,2
Ureter 31 14,5
Uretra 10 4,7
Ginjal 72 33,6
Total 214 100
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa proporsi letak batu
kejadian BSK pada penderita dengan sangkaan BSK berdasarkan letak batu
tertinggi yaitu batu yang berada di ginjal dengan proporsi 33,6% (72 orang).
Sebaliknya jumlah pasien yang tidak diketahui letak batunya disebabkan karena
tidak tersedianya data yang akurat mengenai lokasi batu di status rekam medis
pasien dan pasien yang bukan penderita BSK dengan proporsi 47,2% (101 orang).
Penderita dengan sangkaan BSK yang lokasi batunya berada di ureter memiliki
jumlah proporsi 14,5% (31 orang). Sedangkan proporsi penderita dengan
sangkaan BSK yang yang letak dan posisi batunya di uretra yaitu 4,7% (10
5.1.6 Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita Dengan Sangkaan BSK Setelah Dilakukan BNO-BNO-IVP
Tabel 5.5 Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita dengan Sangkaan BSK
Gejala klinis Hasil Foto BNO-IVP
Tidak diketahui Batu Radioopak Batu Radiolusen
0-3 81 61 5
4-7 10 51 6
Total 91 112 11
p = 0,001
Pasien penderita dengan sangkaan BSK yang memiliki gejala klinis 0-3
sebanyak 147 orang (41,5%) yang terdiri atas 61 orang yang menunjukkan hasil
foto BNO-IVP nya batu radioopak serta 5 orang (3,4%) yang menunjukkan hasil
foto BNO-IVP nya radiolusen dan 81 orang (55,1%) yang tidak diketahui hasil
foto BNO-IVP nya dengan jelas.
Pasien penderita dengan sangkaan BSK yang memiliki gejala klinis 4-7
sebanyak 67 pasien (76,1%) terdiri atas 51 orang yang menunjukkan hasil foto
IVP nya radioopak serta 6 orang (9%) yang menunjukkan hasil foto
IVP nya radiolusen dan 10 orang (14,9%) yang tidak diketahui hasil foto
BNO-IVP nya dengan jelas.
Dari total 214 penderita dengan sangkaan BSK, terdapat 112 orang
(52,3%) dengan gambaran batu radioopak, 11 orang (5,1%) dengan gambaran
batu radiolusen dan 91 orang (42,5%) yang tidak diketahui gambaran hasil foto
5.1.7 Distribusi Proporsi Penderita dengan Sangkaan BSK Berdasarkan Pemeriksaan Foto BNO-IVP
Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Penderita dengan Sangkaan BSK Berdasarkan Pemeriksaan Foto BNO-IVP
Diagnosis jumlah %
BSK 126 58,9%
Bukan BSK 88 41,1%
Total 214 100%
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat dilihat bahwa pasien yang didiagosis
menderita BSK dengan pemeriksaan foto BNO-IVP adalah sebesar 58,9% (126
orang). Sedangkan p89asien yang didiagnosis bukan menderita BSK dengan
pemeriksaan foto BNO-IVP adalah sebesar 41,1% (88 orang).
5.2 Pembahasan
5.2.1 Hubungan Antara Gejala Klinis Dengan Gambaran Hasil Foto BNO-IVP Pada Penderita Dengan Sangkaan Batu Saluran Kemih
Penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan antara gejala klinis
dengan gambaran hasil foto BNO-IVP yang dilakukan di Instalasi Radiologi RS
H. Adam Malik dimana gejala-gejala klinis tersebut seperti adanya hematuria, kristaluria, nyeri kolik abdomen, obstruksi disertai dengan mual dan muntah serta infeksi.
Pada penelitian ini didapatkan nilai p value penelitian adalahp=0,001 yang artinya adanya hubungan dan perbedaan yang bermakna antara gejala klinis
dengan gambaran hasil foto BNO-IVP pada penderita dengan sangkaan BSK.
Diagnosis BSK didukung oleh pada pemeriksaan fisik khususnya pada
status urologis didapatkan nyeri ketok pada kedua costovertebra.Nyeri tekan suprapubik juga ditemukan pada pasien.Nyeri ini bisa diakibatkan adanya batu
ataupun infeksi pada buli-buli.Dari hasil BNO-IVP didapatkan gambaran
radioopak lonjong di daerah pelvis curiga batu buli-buli.Akan tetapi bila
beberapa foto didapatkan gambaran tersebut terletak di luar buli-buli (Rully S, M.
Azharry, 2010).
Dari pemeriksaan pencitraan BNO-IVP kesan nefrolitiasis dengan fungsi
eksresi dan sekresi ginjal baik. Ditemukan pula suatu gambaran radioopak yang
dicurigai massa di rongga pelvis. Kemungkinan massa ini menjadi penyebab
obstruksi ureter dapat disingkirkan karena bila ada obstruksi mekanik ekstralumen
cenderung persisten tanpa adanya nyeri kolik (Rully S, M. Azharry, 2010).
Jenis batu dapat segera diketahui berdasarkan hasil foto BNO-IVP pada
penderita dengan sangkaan BSK. Seperti gambaran radiologi yang tampak di
BNO-IVP batu radioopak, maka jenis batunya adalah batu kalsium.Sedangkan
gambaran radiologi adanya gambaran radiolusen adalah jenis batu asam urat atau
sistin. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat pada hasil gambaran
foto BNO-IVP tampak gambaran radioopak dan paling sering dijumpai diantara
batu jenis lainnya, sedangkan batu asam urat pada hasil gambaran foto BNO-IVP
tampak gambaran radiolusen (Purnomo BB, 2011).
5.2.2 Proporsi Tersering Kejadian BSK Pria dan Wanita Setelah Dilakukan BNO-IVP
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat di RS H. Adam Malik Medan di
Instalasi Radiologi dan berdasarkan status pasien didapati penderita perempuan
lebih banyak dibandingkan penderita laki-laki. Menurut Basuki B. Purnomo
(2011) menyatakan bahwa jumlah penderita laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan penderita perempuan kejadian BSK di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, seperti hasil penelitian Heni
Rahayu(2011), proporsi penderita BSK berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada
jenis kelamin laki-laki dengan proporsi 76,6% dan pada perempuan 23,4% dengan
sex ratio 3,3 : 1 artinya jumlah penderita rawat inap di RS Tembakau Deli laki-laki lebih banyak tiga kali dibandingkan perempuan.
Pada hasil penelitian di RS H. Adam Malik didapatkan penderita dengan
sangkaan BSK lebih tinggi diderita oleh jenis kelamin peremuan.Hal ini
pekerjaan, yaitu pada perempuan terkait dari aktifitas.Penyakit BSK ini sering
dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas atau
sedentary life.Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu saluran kemih (Purnomo BB, 2011).
Kejadian BSK lebih banyak yang terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya karena banyak duduk mengganggu proses
metabolism tubuh. Penderita yang terlalu banyak duduk atau hanya tidur saja,
maka kalsium tulang akan dilepas ke darah dan selanjutnya akan terjadi
hiperkalsiuria yang dapat memicu timbulnya BSK karena adanya supersaturasi elektrolit atau kristal dalam air kemih. Dimana hal tersebut juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti pH air kemih, suhu lingkungan, jumlah air putih yang
diminum minimal 2 liter perhari, kandungan mineral pada air putih yang diminum
(Muslim, 2007).
5.2.3 Proporsi Umur Tersering Kejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP
Hasil penelitian ini yang dilakukan di RS H. Adam Malik Medan sejalan
dengan hasil penelitian Nur Lina (2008) di Semarang, proporsi penderita BSK
terbanyak ditemukan pada rentang umur 40-49 tahun dengan proporsi 27,3% dan
penderita dengan umur yang terendah pada rentang umur < 20 tahundengan
proporsi 2,3% dari 88 responden.
Hal ini diperkuat oleh faktor intrinsik, yaitu penyakit BSK ini paling sering didapatkan pada umur 30-50 tahun (Purnomo BB, 2011).
Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya BSK. Faktor tersebut
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.Faktor
5.2.4 Proporsi Jenis Batu Tersering Kejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP
Berdasarkan hasil foto BNO-IVP didapatkan hasil gambaran batu yang
bersifat radioopak dan radiolusen. Benda-benda yang sukar ditembus sinar X akan
memberikan bayangan putih adalah gambaran radioopak. Sedangkan benda-benda
yang mudah ditembus oleh sinar X dan diteruskan tidak memberikan bayangan
adalah gambaran radiolusen (Marnansjah D. R, 2010).
Sebagian besar penderita BSK adalah jenis batu kalsium oksalat. Secara
garis besar pembentukan oksalat berasal dari diet (oksalat eksogen) dan hasil metabolisme (oksalat endogen). Sebagian besar oksalat adalah endogen yaitu sekitar 85-90% dan hanya 10-15% yang dipengaruhi oleh makanan. Dan pada
penelitian lain menyebutkan bahwa oksalat eksogen yang paling banyak sekitar 85-95% (Menon M, 2002).
Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan
paling sering sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat
bersifat non opak (radiolusen) (Purnomo BB, 2011).
Penelitian lain di Brazil membuktikan bahwa suplemen vitamin C dosis
tinggi berhubungan dengan kejadian BSK. Suplementasi vitamin C akan
meningkatkan eksresi oksalat air kemih yang kemudian dapat meningkatkan
kejadian BSK.
Analisis jenis BSK di Semarang didapatkan paling banyak batu jenis
kalsium yaitu kalsium oksalat (56,3%), kalsium fosfat (9,2%), batu struvit
5.2.5 Proporsi Letak Batu Kejadian BSK Setelah Dilakukan BNO-IVP
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Trihoran (2001-2002)
dilokasi yang sama RS H. Adam Malik Medan, diketahui bahwa kejadian BSK
berdasarkan letak batu tertinggi pada saluran kemih atas yaitu ginjal dan ureter
dengan proporsi 66,7%.
Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Nur Lina (2008) di
Semarang, lokasi BSK yang paling banyak dijumpai di ginjal yaitu sebanyak 22
orang (36%), ureter sebanyak 21 orang (35%), dan di buli sebanyak 9 orang
(15%). BSK juga dapat terjadi di saluran kemih, uretra, vesika seminalis dan
pielum.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal.Batu yang mengisi pielum dan lebih dua kaliks ginjalmemberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn (Purnomo BB, 2011).
5.2.6 Proporsi Penderita Dengan Sangkaan BSK Berdasarkan Pemeriksaan BNO-IVP
Penegakan diagnosis bagi penderita dengan sangkaan BSK tentunya
berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Terjadinya BSK pada penderita tentunya disertai adanya multifaktor baik dari segi
host, agent, maupun lingkungan. Dari hasil anamnesis didapatkan riwayat
keluarga, kurangnya aktivitas, kebiasaan menahan air kemih, konsumsi air yang
kurang, diet tinggi oksalat (sayuran hijau, minuman bersoda) dan sumber air
minum(Rully S, M. Azharry, 2010).
Dari pemeriksaan penunjang foto BNO-IVP ini bertujuan menilai keadaan
anatomi dan fungsi ginjal yang dikombinasikan dengan foto polos abdomen untuk
melihat adanya kemungkinan batu radioopak, semi-opak dan batu radiolusen di
saluran kemih ( Purnomo BB, 2011).
Berdasarkan dari hasil penelitian Nur Lina (2008) didapatkan hasil data
peningkatan dari 32,8% dari kasus urologi pada tahun 2003 menjadi 35,4% dari
kasus urologi pada tahun 2004 dan meningkat 39,1% pada tahun 2005.
Hasil penelitian ini juga mendapatkan penderita dengan sangkaan BSK di
RS H. Adam Malik Medan setalah dilakukan pemeriksaan foto BNO-IVP didapat