FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH PADA NEONATUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
WILLY SANTOSO 097103030 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH PADA NEONATUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) Dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Kesehatan Anak
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
WILLY SANTOSO 097103030 /IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus di RSUP Haji Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Willy Santoso Nomor Induk Mahasiswa : 097103030
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) Ketua
dr. Johannes H. Saing, SpA(K) Anggota
Ketua Program Magister Dekan
Tanggal lulus : 4 Juni 2014
PERNYATAAN
FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH PADA NEONATUS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 5 Juni 2014
Telah diuji pada Tanggal: 4 Juni 2014
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, Sp.A(K) …………. Anggota : dr. Johannes H. Saing, Sp.A(K) ………….
dr. Tina L. Tobing, Sp.A(K) ………….
dr. Rita E. Rusli, Sp.A(K) ………….
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir
pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di
FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua
pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Prof. dr. Rafita Ramayati,SpA(K), dr. Johannes H.
Saing, SpA (K), Prof. Dr. Rusdidjas, SpA (K), Dr. dr. Oke Rina
Ramayani, SpA, dr. Rosmayanti, SpAdan dr. Beatrix Siregar,
MKed(Ped), SpA yang telah memberikan bimbingan,bantuan serta
saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan
2. Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter Spesialis Anak FK-USU, dan dr. Beby Syofiani Hasibuan,
SpA(K), sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik
Medan yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.
4. Dr. Tina L Tobing, SpA(K), dr. Rita E. Rusli, SpA(K), dr. Selvi Navianti,
SpA(K) dan dr. Ricke Loesnihari, Mked (ClinPath), SpPK(K), yang
sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU /
RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan
pikiran dalampelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Kepada seluruh pasien beserta orangtuanya yang menjadi sampel
penilitian saya yang telah bersedia membantu saya dalam penelitian
ini.
7. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah
membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian
tesis inidr. Pertin Sianturi, SpA(K), dr. Paulina K. Bangun, Mked(Ped),
SpA, dr. Nezman, dr. Dermawan, dr. Edy Irawan, dr. Indra, dr. Alfred
serta sahabat-sahabat MeCo. Terimakasih untuk kebersamaan kita
dalam menjalani pendidikan selama ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta
penulisan tesis ini.
Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya dr. Haris
Santoso dan drg.Catherine Setiono atas pengertian serta dukungan yang
sangat besar, terima kasih karena selalu mendoakan saya dan memberikan
bantuan moril dan materil, serta saudara saya Jeffry Santoso dan Stanley
Santoso.Serta yang sangat saya hormati dr. Janice Muliadi yang selalu
mendoakan dan memberikan dorongan serta pengertian selama mengikuti
pendidikan ini.Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan
Tuhan Yang Maha Esa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Medan, 5 Juni 2014
DAFTAR ISI
Lembar persetujuan pembimbing i
Pernyataan ii
Halaman pengesahan tesis iii
Ucapan terima kasih iv
Daftar isi vii
Daftar tabel ix
Daftar gambar x
Daftar singkatan dan lambang xi
Abstrak xii
1.4.2Tujuan khusus 4
1.5 Manfaat penelitian 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus 6
2.2 Pemeriksaan Laboratorium untuk Skrining ISK 9
2.2.1Laju endap darah 9
2.2.2 C-Reactive Protein 9
2.2.3Mikroskopis 10
2.3 Faktor risiko ISK pada neonatus 11
2.4 Kerangka konsep 14
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 15
3.1. Desain 15
3.2. Tempat dan waktu 15
3.3. Populasi dan sampel 15
3.4. Perkiraan besar sampel 16
3.5. Kriteria inklusi dan eksklusi 17
3.5.1 Kriteria inklusi 17
3.10 Indentifikasi variabel 20
3.12 Rencana pengolahan dan analisa data 22
BAB 4. HASIL 23
BAB 5. PEMBAHASAN 28
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 33
Daftar pustaka 34
Lampiran 37
1. Personil Penelitian
2. Biaya penelitian
3. Jadwal Penelitian
4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian 24
Tabel 4.2. Hubungan faktor risiko dengan kejadian ISK (analisa bivariat) 25
Tabel 4.3. Hubungan faktor risiko dengan kejadian ISK (analisa multivariat) 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Respon protein fase akut yang melibatkan sitokin
dan hormon lain 11
Gambar 2. Kerangka konsep 14
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
ISK : Infeksi Saluran Kemih
LED : Laju Endap Darah
CRP : C-reactive Protein
hsCRP : High-sensitivityTest C-reactive Protein
BBLSR : Berat Badan Lahir Sangat Rendah
n : Besar sampel
P : Perkiraan proporsi paparan pada kontrol
R : Odds ratio
Zα : nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan 0.05
Zβ :power / kekuatan
RISK FACTORS OF NEONATAL URINARY TRACT INFECTION AT HAJI ADAM MALIK HOSPITAL MEDAN
Willy Santoso, Rafita Ramayati, Johannes Harlan Saing, Oke Rina Ramayani, Rosmayanti Siregar, Beatrix Siregar
Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara/ Haji Adam Malik Hospital
ABSTRACT
Background Urinary tract infections (UTI) are a common source of infection for
children and infants. This disease is one of the causes that are associated with acute
morbidity and chronic conditions that lead to kidney failure at an older age. This
disease can affect neonates since 72 hours of life. The risk factors of UTI are
important for early diagnosis of UTI to prevent further kidney damage.
Objective To determine whether male gender, sepsis, very low birth weight (VLBW),
the use of venous catheters and antibiotics, and ventilators are risk factors for UTI in
neonates at Haji Adam Malik Hospital Medan.
Methods Non-pairing case-control studies conducted in November 2013 - January
2014 at Haji Adam Malik Hospital Medan. The case is a neonate aged three to 28
days diagnosed with UTI and control is a neonate aged three to 28 days who didn’t
suffer UTI. Risk factors were then assessed through medical record. Data were
analyzed using logistic regression.
ResultsThe total number of eligible sample in this study of 60 neonates with each
group of 30 children. Sepsis and VLBW weresignificantly risk factors for UTI with
OR5.301 (95%CI 1.506-18.661) and13.608 (95%CI 1.481-125.047)respectively. Sex,
use of venous catether and antibiotics, and ventilators were not a risk factor for UTI in
neonates.
Conclusion Sepsis and VLBW were associated with an increased risk of UTI in
neonates.
RISK FACTORS OF NEONATAL URINARY TRACT INFECTION AT HAJI ADAM MALIK HOSPITAL MEDAN
Willy Santoso, Rafita Ramayati, Johannes Harlan Saing, Oke Rina Ramayani, Rosmayanti Siregar, Beatrix Siregar
Department of Child Health, Medical School, University of Sumatera Utara/ Haji Adam Malik Hospital
ABSTRACT
Background Urinary tract infections (UTI) are a common source of infection for
children and infants. This disease is one of the causes that are associated with acute
morbidity and chronic conditions that lead to kidney failure at an older age. This
disease can affect neonates since 72 hours of life. The risk factors of UTI are
important for early diagnosis of UTI to prevent further kidney damage.
Objective To determine whether male gender, sepsis, very low birth weight (VLBW),
the use of venous catheters and antibiotics, and ventilators are risk factors for UTI in
neonates at Haji Adam Malik Hospital Medan.
Methods Non-pairing case-control studies conducted in November 2013 - January
2014 at Haji Adam Malik Hospital Medan. The case is a neonate aged three to 28
days diagnosed with UTI and control is a neonate aged three to 28 days who didn’t
suffer UTI. Risk factors were then assessed through medical record. Data were
analyzed using logistic regression.
ResultsThe total number of eligible sample in this study of 60 neonates with each
group of 30 children. Sepsis and VLBW weresignificantly risk factors for UTI with
OR5.301 (95%CI 1.506-18.661) and13.608 (95%CI 1.481-125.047)respectively. Sex,
use of venous catether and antibiotics, and ventilators were not a risk factor for UTI in
neonates.
Conclusion Sepsis and VLBW were associated with an increased risk of UTI in
neonates.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan sumber infeksi untuk anak dan bayi
yang umum.Insidensi infeksi saluran kemih hanya sedikit lebih rendah
dibandingkan infeksi saluran pernapasan dan cerna. ISK merupakan
penyebab infeksi bakteri yang paling banyak pada anak berusia kurang dari 2
tahun.1,2
Infeksi saluran kemih pada anak merupakan suatu kondisi medis yang
berbeda dengan ISK pada dewasa. ISK pada anak merupakan salah satu
penyebab morbiditas akut dan kondisi medis kronik yaitu parut ginjal yang
kemudian akan menimbulkan hipertensi, proteinuria, insufisiensi ginjal,
bahkan gagal ginjal pada usia lebih tua.1,3
ISK pada neonatus merupakan ISK kompleks dan sebagian besar
kasus merupakan pielonefritis akut.4Pada umumnya ISK akan menyerang
neonatus setelah 72 jam kehidupan.5
Prevalensi ISK pada neonatus cukup bulan bervariasi di antara 0.1
sampai 1% dengan predominasi pada laki-laki. Sedangkan pada bayi kurang
bulan, risiko ISK meningkat sampai 25 kali.6 Di Jakarta, prevalensi ISK pada
neonatus adalah 14.9%.7
anak laki-laki. Setelah 6 bulan, insidensinya meningkat pada anak wanita
secara stabil tapi menurun pada anak laki-laki. Sesuai peningkatan tersebut
maka anak wanita berusia 1 sampai 3 tahun memiliki risiko 10 sampai 15 kali
lebih banyak dari anak laki-laki.8
ISK merupakan suatu keadaan multifaktorial. Penyebaran hematogen
bakteri ke saluran kemih merupakan faktor yang penting dalam ISK
neonatus.8 Infeksi saluran kemih pada neonatus seringkali muncul
bersamaan dengan sepsis dan seringkali sulit untuk mengidentifikasi apakah
ISK merupakan efek atau sebab dari sepsis.7Maka ISK harus dicurigai pada
semua anak dengan sepsis.5
Diagnosis dini pada ISK neonatus sangat penting untuk menjaga
fungsi ginjal yang sedang berada dalam masa perkembangan.6Beberapa
metode pemeriksaan yang dapat mendeteksi ISK secara dini adalah
lajuendap darah (LED), C-reactive protein (CRP), terutama high sensitivity
CRP (hsCRP) dan hitung sel dalam urin.9,10Adapun komplikasi ISK pada
neonatus yang dapat terjadi adalah kerusakan ginjal yang di kemudian hari
menyebabkan hipertensi, infeksi berulang, dan gagal ginjal.11
Insidensi ISK pada neonatus sejalan dengan beberapa faktor risiko,
adapun di antaranya adalah adanya penyakit infeksi penyerta (sepsis,
bronkopneumonia, dll), penggunaan kateter vena dan antibiotik spektrum
luas, serta ventilasi mekanik.5,11Faktor risiko lain yang dapat berpengaruh
mengenai faktor risiko penting untuk menentukan dilaksanakannya kultur urin
pada neonatus untuk diagnosis dini ISK.5
Oleh karena itu, diagnosis ISK pada neonatus perlu dibuat secara dini
guna menghindari terjadinya komplikasi ginjal yang berat.
1.2 . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan:
• Apakah jenis kelamin, BBLSR, sepsis, penggunaan kateter
intravena dan antibiotik, dan ventilator mekanis merupakan faktor
risiko ISK pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik Medan?
1.3 . Hipotesis
Sepsis, penggunaan kateter vena dan antibiotik spektrum luas,
ventilasi mekanik, berat badan lahir sangat rendah dan jenis kelamin laki-laki
berhubungan dengan risiko kejadian ISK pada neonatus.
1.4 . Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko ISK
danantibiotik spektrum luas, ventilasi mekanik, berat badan lahir sangat
rendah dan jenis kelamin laki-laki di RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.4.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui apakah sepsis merupakan faktor risiko ISK pada
neonatus di RSUP Haji Adam Malik Medan.
2. Mengetahui apakah berat badan lahir sangat rendah merupakan
faktor risiko ISK pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik Medan.
3. Mengetahui apakah penggunaan kateter vena dan antibiotik
spektrum luas merupakan faktor risiko ISK pada neonatus di
RSUP Haji Adam Malik Medan.
4. Mengetahui apakah penggunaan ventilasi mekanik merupakan
faktor risiko ISK pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik Medan.
5. Mengetahui apakah jenis kelamin laki-laki merupakan faktor risiko
ISK pada neonatus di RSUP Haji Adam Malik Medan.
6. Menentukan kultur urin sebagai prosedur operasi standar pada
neonatus dengan faktor risiko ISK di RSUP Haji Adam Malik
1.5 . Manfaat Penelitian
1. Untuk deteksi dini ISK pada neonatus sehingga dapat dilakukan
penegakkan diagnosis dan pengobatan dini.
2. Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi ilmiah
dalam pendeteksian dini ISK pada neonatus sehingga komplikasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi Saluran Kemih pada Neonatus
Neonatus memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk terkena ISK. Hal ini
disebabkan karena sistem imun yang belum berkembang sempurna.3
Dengan mengacu pada kondisi imaturitas sistem imun, bayi dengan berat
badan lahir rendah lebih rentan terhadap ISK.7 Namun hal ini dapat dikurangi
dengan pemberian ASI selama 6 bulan pertama.3
Penyebab ISK yang paling sering adalah E. Coli. Pada bayi kurang
bulan dan sepsis awitan lanjut penyebab infeksi yang paling sering adalah
Acitenobacter calcoaceticus. Acitenobacter calcoaceticus merupakan agen
nosokomial dengan virulensi rendah, namun dapat menjadi penyebab infeksi
berat pada pejamu imunokompromais termasuk di dalamnya neonatus.7
Penyebab ISK pada neonatus adalah penyebaran mikroorganisme
secara hematogenik atau penyebaran ke atas dari meatus uretra.7 Maka
infeksi saluran kemih pada neonatus bukanlah suatu keadaan tunggal namun
berupa variasi kondisi dari bakteriuria asimtomatik sampai sepsis.13Oleh
karena itu, gejala ISK pada neonatus pada umumnya tidak spesifik dan
bervariasi.1 Pada umumnya gejala yang paling sering timbul adalah demam
tanpa fokus dengan suhu di atas 38oC.8,14 Gejala dan tanda lain yang sering
hiperbiluribinemia.8,15Sepsis juga dapat menyertai kejadian ISK pada
neonatus dan merupakan masalah yang penting karena meningkatkan angka
morbiditas dan mortalitas ISK pada neonatus.6
Tumpang tindihnya gejala yang timbul pada neonatus dengan ISK dan
sepsis mengindikasikan perlunya urinalisis, kultur urin dan punksi lumbal
untuk sepsis awitan lanjut sebagai bagian dari septic workup.7
Tidak spesifiknya gejala ISK pada neonatus menyebabkan diagnosis
juga sering sekali tidak tegak. Hal tersebut juga dibarengi dengan sampel
pemeriksaan yang sulit didapatkan.15 Meskipun luaran dari ISK pada
umumnya ringan, namun apabila terjadinya usia dini dapat menyebabkan
parut ginjal, terutama apabila disertai kelainan bawaan.1
Laju filtrasi glomerulus yang rendah pada neonatus berubah drastis
pada bulan pertama kehidupan. Nefrogenesis telah lengkap pada saat lahir
namun maturasi glomerulus dan fungsi tubulus akan berlanjut selama dua
tahun pertama kehidupan. Pada saat ini ginjal sangat rentan terhadap cedera
terutama pada tahun pertama.13 Oleh karena itu, deteksi dini ISK dan
penanganan kelainan saluran kemih akan mencegah kerusakan ginjal
berulang yang dapat menyebabkan gagal ginjal.15
Diagnosis ISK pada neonatus memiliki kesulitan tersendiri,14
dikarenakan tidak spesifiknya gejala ISK pada neonatus maka diagnosis juga
sering sekali tidak tegak. Hal tersebut juga dibarengi dengan sampel
sulit apabila melibatkan kateterisasi dan aspirasi suprapubik atau terlalu
mudah apabila dilakukan dengan kantong pengumpul urin. Namun disamping
kemudahannya, penggunaan kantong pengumpul urin memiliki kekurangan
yaitu sering terjadinya kontaminasi yang mengurangi efektifitas pemeriksaan
ini.14
Penggunaan metode aspirasi suprapubik dan kateter juga memiliki
kekurangan tersendiri, yaitu kedua prosedur ini infasif dan sakit, terlebih lagi
memiliki risiko timbulnya cedera bila dilakukan petugas yang tidak
berpengalaman. Metode ini kurang praktis pada keadaan di negara
berkembang dengan banyaknya anak demam. Oleh karena itu, metode clean
catch memiliki keuntungan tersendiri yaitu angka kontaminasi yang rendah
dan memiliki keefektifan seperti urin porsi tengah serta laju positif palsu yang
rendah dibanding stik urin.14Untuk meningkatkan keefektifan pemeriksaan,
sampel dengan tingkat kontaminasi rendah harus diambil dalam kondisi
perineum dibersihkan dan dicuci secara benar sebelum pemasangan
kantong, kantong urin segera dilepas setelah urin terkumpul dalam kantong
dan urin langsung diproses atau paling tidak dibekukan.16
Penegakan diagnosis ISK adalah dengan pemeriksaan kultur urin,
namun hasil laboratorium pendukung ISK dapat menjadi dasar pemberian
terapi antibiotik empiris.17
Semua neonatus yang dicurigai urosepsis harus mendapatkan
penggunaan antibiotik tunggal. Antibiotik spektrum luas yang digunakan
adalah ampisilin dan gentamisin yang memberikan efek yang baik untuk
patogen yang mungkin ada.8
2.2. Pemeriksaan Laboratorium untuk Skrining ISK 2.2.1 Laju Endap Darah
Laju endap darah merupakan pemeriksaan laboratorium yang berfungsi
sebagai indeks penyakit umum bersamaan dengan temuan klinis.
Pemeriksaan LED juga merupakan metode skrining non spesifik untuk
mendeteksi respon inflamasi fase akut serta untuk melihat proses kronis.18
Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan LED adalah protein, suhu
ruangan dan adanya anemia, yang akan menyebabkan pembacaan hasil
tinggi palsu.18Hasil LED yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar
protein fase akut, terutama fibrinogen.19Adapun nilai normal LED pada bayi
kurang dari 6 bulan adalah 12 mm/jam sampai 17 mm/jam dan semakin
meningkat sesuai usia.20
2.2.2 C-Reactive Protein
Produksi CRP adalah bagian dari respon fase akut nonspesifik terhadap
inflamasi, infeksi, dan kerusakan jaringan.21 Peran CRP di dalam tubuh
komplemen, menstimulasi fagositosis, dan berikatan dengan reseptor
imunoglobulin.22
Dari semua protein fase akut yang paling banyak digunakan sebagai
indikator adalah LED dan CRP. Kelebihan penggunaan CRP dibandingkan
dengan LED adalah kadar CRP secara langsung menunjukkan fungsi
produksi hati yang tidak dipengaruhi komponen darah lain dan kadar CRP
darah memiliki profil kinetik yang cepat.23
Peningkatan CRP secara luas menunjukkan gambaran hati sebagai
respon terhadap keadaan inflamasi di mana terjadinya peningkatan sintesis
beberapa protein plasma seperti CRP dan fibrinogen yang disertai
menurunnya protein lain terutama albumin.22,23
2.2.3 Mikroskopis
Berbagai elemen sel dapat diidentifikasi di dalam urin, seperti sel darah putih,
sel darah merah, bakteri dan sedimen secara mikroskopis.24 Telah banyak
studi dilakukan untuk menilai sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan
mikroskopis dalam memprediksi ISK. Adapun nilai sensitifisitas temuan
mikroskopis bakteri dan leukosit dalam urin dalam mendeteksi ISK adalah
Gambar 1. Respon protein fase akut yang melibatkan sitokin dan hormon
lain.23
2.3. Faktor Risiko ISK pada Neonatus
Tingginya kejadian ISK pada neonatus disebabkan beberapa kondisi seperti
adanya anatomi yang tidak normal, disfungsi urologis, dan adanya
pemasangan kateter. Selain kondisi tersebut, faktor yang mempengaruhi
prevalensi ISK adalah umur, jenis kelamin, metode pengambilan urin,
metodologi pemeriksaan, kriteria diagnostik dan kultur.26Jenis kelamin
Perlindungan alamiah tubuh terhadap ISK termasuk di dalamnya
adalah kandungan antibakteri urin dan mukosa saluran kemih, mekanisme
anti perlengketan, efek mekanis aliran urin, adanya sel fagosit dan
mekanisme imun.5 Faktor yang mempengaruhi virulensi bakteri salah satunya
adalah kemampuan perlengketan pada mukosa.26Pada periode neonatal,
mekanisme anti perlengketan ini tidak sempurna dan menyebabkan rentan
ISK. Terlebih lagi pada periode ini sulit dibedakan apakah ISK merupakan
penyebab atau sebab dari bakteremia.5
Insidensi dari ISK pada neonatus didominasi oleh jenis kelamin
laki-laki, neonatus kurang bulan, dan pada neonatus dengan berat badan lahir
rendah yang bisa mencapai 10%. Insidensi tersebut berhubungan juga
dengan adanya beberapa faktor risiko untuk ISK yang berupa penggunaan
antibiotik spektrum luas, pemasangan kateter intravena, penggunaan
ventilasi mekanis.5
Penggunaan antibiotik spektrum luas yang pada umumnya digunakan
untuk mengobati infeksi yang belum tegak dapat menyebabkan berubahnya
flora normal neonatus, yang kemudian memungkinkan infeksi oportunis.
Pemasangan kateter vena yang penting untuk jalan masuk obat maupun
nutrisi dapat memfasilitasi bakteremia serta ISK. Begitu juga dengan intubasi
yang perlu untuk prosedur ventilasi mekanis dapat menyebabkan infeksi.5
Neonatus prematur dan jenis kelamin laki-laki memiliki risiko untuk
ISK dikarenakan adanya faktor predisposi berupa kulup penis. Bayi laki-laki di
bawah satu tahun yang belum disirkumsisi memiliki hitung koloni bakteri yang
lebih tinggi pada glans dibandingkan yang telah disirkumsisi, terutama bakteri
uropatogen E coli. Hitung koloni ini paling tinggi pada beberapa minggu
kehidupan dan kemudian akan berkurang dalam tahun pertama hingga
sangat sedikit pada usia lima tahun.27
Infeksi saluran kemih merupakan bidang yang penting untuk
neonatologis karena tidak adanya gejala maka diagnosis harus dibuat
berdasarkan pemeriksaan fisik dan kultur, dapat menunjukkan adanya
kelainan saluran kemih seperti obstruktif uropati, dan efek jangka panjang
yang berat. Oleh karena itu, pengetahuan tentang faktor risiko atau
predisposisi ISK sangat penting untuk menentukan diperlukannya
pemeriksaan kultur urin serial untuk mendapatkan diagnosis dini dan terapi
adekuat.5
Rekomendasi terakhir adalah semua bayi dan anak yang datang
dengan demam tanpa fokal infeksi di atas 38oC harus di periksa urin di
bawah 24 jam. Bayi dengan lokasi infeksi lain yang jelas tidak perlu diperiksa
urin, namun apabila setelah terapi tidak ada perbaikan, harus diperiksa urin
sebelum 24 jam. Bayi dan anak dengan gejala dan tanda sugestif ISK
(demam, muntah, letargi, rewel, toleransi makan buruk, jaundice, hematuria)
2.4 Kerangka konsep
: yang diperiksa
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain
kasus kontrol untuk menilai sepsis, BBLSR, jenis kelamin laki-laki,
penggunaan kateter intravena, antibiotik dan ventilasi mekanis sebagai faktor
risiko ISK pada neonatus.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan terhadap neonatus yang dirawat di unit perinatologi RS
Haji Adam Malik medan selama 2 bulan mulai Februari–Maret 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah neonatus yang dirawat di unit perinatologi dan
neonatal intensive care unit di RS Haji Adam malik medan. Sampel pada
penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang dipilih secara consecutive sampling, terbagi menjadi dua
kelompok yaitu:
a. kelompok kasus : pasien neonatus yang dirawat di ruang
perinatologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan didiagnosis ISK
b. Kelompok kontrol : pasien neonatus yang dirawat di ruang
perinatologi RSUP Haji Adam Malik Medan yang tidak didiagnosis ISK
berdasarkan kultur urin
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk
kasus kontrol berpasangan. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan
confidence interval (CI) 95% dan power sebesar 80%, yaitu :28
n = Zα/2 + Zβ √ PQ2 (P - ½ )
Q = 1 – P
P =
Nilai R didapat dari angka OR berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya.Oleh karena insiden ISK pada neonatus yang sangat sedikit di
RSUP HAM, maka digunakan OR yang terbesar berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya.
R 1 + R
Keterangan :
n : besar sampel
P : perkiraan proporsi paparan pada kontrol
R :Odds Ratio
Zα : nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan 0.05 = 1.96
Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh besar sampel :
Tabel 3.1. Perhitungan jumlah sampel yang diperlukan
No. Variabel Odds Ratio N
1. Ventilasi mekanis 2,995 30
2. Sepsis 3,275 25
3. Kateter intravena dan antibiotik
3,275 25
4. BBLSR 3 30
5. Jenis Kelamin 3 30
Sehingga jumlah sampel minimal yang dibutuhkan (n) untuk
masing-masing kelompok sebanyak 30 dengan perbandingan antara kasus dan
kontrol 1 : 1.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Neonatus berusia 3 sampai 28 hari
2. Hasil kultur urin menunjukkan ISK
3. Adanya sepsis atau sangkaan sepsis
3.5.2. Kriteria Eksklusi
3.6 Persetujuan / Informed Consent
Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang dialami,
dan prosedur yang dilaksanakan. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan
(PSP) dan naskah penjelasan kepada orang tua terlampir.
3.7 Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja
1. Orang tua diberikan penjelasan dan informed consent yang menyatakan
setuju mengikuti penelitian ini.
2. Peneliti melakukan pemeriksaan urin dengan pengambilan urin dari
kantong urin steril. Dilakukan pemeriksaan kultur urin yang dilakukan di
laboratorium patologi klinik RS. Haji Adam Malik Medan.
Pada bayi laki-laki, sebelum sampel urin diambil, orifisium uretra eksterna
dan daerah sekitarnya harus dibersihkan terlebih dahulu dengan air dan
sabun beberapa kali. Kemudian orifisium uretra eksterna diusap 3-4 kali
dengan kapas yang sudah dibasahi dengan antiseptik povidon iodine, lalu
disiram dengan aquabides sampai iodine benar-benar bersih dan
menggunakan kantong urin steril. Pada bayi perempuan, sebelum sampel
urin diambil, labia mayora dibuka kemudian dibersihkan labia minora dan
sekitarnya terlebih dahulu, disiram dengan air dan sabun beberapa kali.
Kemudian labia minora diusap 3-4 kali dengan kapas yang sudah
dibasahi dengan antiseptik povidon iodine, lalu disiram dengan
aquabidessampai iodine benar-benar bersih dan dikeringkan secara
sterilkemudian dilakukan penampungan urin dengan menggunakan
kantong urin steril.
Data dasar pasien diperoleh dari rekam medis pasien kemudian
dilakukan wawancara dengan orang tua pasien mengenai data dasar
orang tua.
3. Bayi yang menderita ISK dimasukkan sebagai kelompok kasus,
sedangkan bayi yang tidak menderita ISK dimasukkan ke dalam
kelompok kontrol.
4. Pada kelompok kasus dan kontrol dilakukan kultur darah dan dilihat jenis
kelamin serta dinilai berat badan lahir, penggunaan ventilasi mekanis,
penggunaan antibiotikdan penggunaan infus.
5. Formulir isian yang telah diisi dikumpulkan dan diteliti kelengkapannya.
6. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis lebih lanjut terhadap
hasil penelitian.
3.9 Alur Penelitian
Gambar 3. Gambar alur penelitian
3.10 Indentifikasi Variabel
Variabel Skala
Variabel tergantung
ISK Nominal dikotom
Variabel bebas
Ventilasi mekanis nominal dikotom
Penggunaan antibiotik nominal dikotom
Sepsis nominal dikotom
Penggunaan kateter intravena nominal dikotom
dan antibiotik
BBLSR nominal dikotom
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
ISK (+)
ISK (-) Retrospektif
Jenis kelamin laki-laki nominal dikotom
3.12 Definisi Operasional
1. Neonatus adalah bayi berusia 3 sampai 28 hari
2. Infeksi saluran kemih ditegakkan bila dijumpai adanya
pertumbuhan kuman pada kultur urin dengan jumlah koloni
bakteri >100.000 CFU/mL
3. Dikatakan tidak menderita ISK apabila jumlah pertumbuhan
kuman pada kultur urin dengan jumlah koloni bakteri < 100.000
CFU/mL
4. Penggunaan ventilasi mekanis pada penelitian ini adalah
penggunaan ventilator disertai dengan intubasi endotrakeal
5. Sepsis ditegakkan bila kultur darah positif
6. Demam didefinisikan sebagai suhu tubuh >38ºC
7. Berat badan lahir sangat rendah adalah bila berat badan lahir <
1500 gram
8. Penggunaan antibiotik adalah antibiotik spektrum luas tanpa
hasil kultur
9. Penggunaan kateter intravena adalah apabila dilakukan
3.13 Rencana Pengolahan dan Analisa Data
Data yang terkumpul diolah, dianalisis dan disajikan dengan menggunakan
sistem komputerisasi dengan tingkat kemaknaan P < 0.05. Desain analitik
dipakai untuk menganalisis variabel yang diduga berperan. Uji statistik yang
dipakai dalam penelitian ini adalah uji regresi logistik kondisional dan
dilakukan penghitungan OR. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat
untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti,
analisis bivariat untuk melihat risiko setiap variabel bebas terhadap variabel
tergantung dengan melihat nilai OR, dan analisis multivariat untuk melihat
variabel yang paling besar risikonya terhadap kejadian ISK pada neonatus di
BAB 4. HASIL
Penelitian dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Diperoleh sampel
60 neonatus yang terdiri dari 30 neonatus penderita ISK dan 30 neonatus
tidak menderita ISK. Total sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi sebanyak 60 neonatus, dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30
kelompok kasus dan 30 kelompok. (Gambar 4.1).
Gambar 4.1. Profil penelitian
60 neonatus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Penderita ISK (Kasus)
n= 30
Tidak menderita ISK (kontrol)
n= 30
Neonatus dengan kultur (-)
N = 30 Neonatus dengan kultur (+)
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subjek penelitian
Usia ibu (tahun), mean (SD) Usia ayah (tahun), mean (SD)
Berat badan lahir (gram), mean (SD) Jenis persalinan, n(%)
Rata-rata usia kelompok kasus adalah 7.8 hari, dan kelompok kontrol
8.9 hari. Rata-rata usia ibu saat melahirkan pada kelompok kasus adalah
25.9 tahun, dan kelompok kontrol 26.2 tahun. Rata-rata usia ayah pada
kelompok kasus adalah 27.3 tahun, dan kelompok kontrol adalah 28.1 tahun.
Rata-rata berat badan lebih tinggi pada kelompok kontrol dan jenis persalinan
yang terbanyak adalah pervaginam (tabel 4.1).
Tabel 4.2. Hubungan faktor risiko dengan kejadian ISK (analisa bivariat)
Tabel 4.2 menunjukkan analisa bivariat masing-masing faktor risiko
dengan kejadian ISK pada neonatus menggunakan uji regresi logistik. Hasil
data menunjukkan variabel faktor risiko yang bermakna dengan nilai P < 0.05
adalah sepsis dengan nilai OR 3.824, penggunaan antibiotik dan kateter vena
dengan nilai OR 5.091, serta BBLSR dengan OR 8.826, kemudian variabel
dengan nilai P < 0.25 dapat dimasukkan dalam analisa multivariat untuk
mengetahui variabel yang paling besar faktor risikonya.28 Variabel yang
dimasukkan dalam analisa multivariat adalah sepsis, penggunaan kateter
vena dan antibiotik, dan BBLSR. Analisa multivariat dilakukan menggunakan
uji regresi logistik dengan metode Stepwise Backward Selection.
Tabel 4.3. Hubungan faktor risiko dengan kejadian ISK (analisa multivariat)
*Signifikan
Dari tabel 4.3 diketahui bahwa variabel faktor risiko ISK yang paling
berpengaruh dengan nilai P < 0.05 adalah BBLSR, dan sepsis. Sepsis
Faktor risiko Koefisien Adjust
OR
IPK 95% p
Langkah 1
BBLSR 2.739 15.464 1.484 – 161.169 0.022
Kateter Vena & Antibiotik 1.710 5.531 0.863 – 35.453 0.071
Sepsis 1.659 5.254 1.416 – 19.494 0.013
Langkah 2
BBLSR 2.611 13.608 1.481 – 125.047 0.021*
memiliki OR 5.301 yang berarti neonatus yang sepsis akan berisiko 5.301 kali
lebih tinggi menderita ISK dibandingkan dengan neonatus yang tidak sepsis.
Berat badan lahir sangat rendah memiliki OR 13.608 yang berarti neonatus
dengan BBLSR akan berisiko 13.608 kali lebih tinggi menderita ISK
dibandingkan dengan neonatus yang berat lahir > 1500 gram.
Tabel 4.4. Jenis Kuman pada urin dan darah pada kelompok kasus
Jenis Kuman Urin
(n=30)
Darah (n=30)
Klebsiella pneumonia, n(%) 5 (16.7) 1 (3.3)
Enterobacter cloacae, n(%) 2 (6.7) 0 (0)
Escherichia coli, n(%) 13 (43.3) 8 (26.7)
Streptococcus agalactie, n(%) 9 (30.0) 2 (6.7)
Streptococcus faecalis, n(%) 1 (3.3) 0 (0)
Streptococcus pyogenes, n(%) 0 (0) 1 (3.3)
Acitenobacter baumanii, n(%) 0 (0) 2 (6.7)
Acitenobacter junii, n(%) 0 (0) 1 (3.3)
Staphylococcus haemolyticus, n(%) 0 (0) 1 (3.3)
Tidak dijumpai pertumbuhan, n(%) 0 (0) 14 (46.7)
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa jenis kuman pada urin dan darah yang
BAB 5. PEMBAHASAN
Infeksi saluran kemih merupakan penyebab infeksi yang umum pada anak
dan bayi. Tidak seperti pada usia dewasa, ISK pada anak akan
menyebabkan kondisi medis kronis yang kemudian menyebabkan gangguan
ginjal di kemudian hari.3 Kerusakan yang disebabkan ISK dini memiliki
komplikasi yang sangat berat, namun gejala klinis seringkali tidak spesifik,7
adapun komplikasi tersebut seperti parut ginjal yang merupakan penyebab
paling sering dari gagal ginjal terminal.9 Infeksi saluran kemih pada neonatus
seringkali timbul bersamaan dengan sepsis.7 Sehingga sulit menentukan
apakah sepsis merupakan sebab atau akibat dari bakteremia.5
Insidensi ISK secara langsung berkaitan dengan adanya beberapa
faktor risiko, di antaranya adalah jenis kelamin laki-laki, BBLSR, penggunaan
kateter vena dan antibiotik, adanya sepsis dan penggunaan ventilator.5
Pada studi ini dilakukan penilaian faktor risiko pada neonatus terhadap
kejadian ISK pada neonatus. Adapun faktor risiko yang dinilai dalam studi ini
adalah berat badan lahir sangat rendah dan jenis kelamin laki-laki, yang
merupakan faktor risiko klasik,5 juga dilakukan penilaian terhadap faktor risiko
lain seperti sepsis, penggunaan kateter vena dan antibiotik, serta
penggunaan ventilator. Dasar dari jenis kelamin laki-laki dianggap faktor
risiko klasik adalah karena adanya kulup penis pada neonatus sebagai
Diagnosis ISK pada studi ini dibuat berdasarkan hasil kultur urin yang
diambil dari kantong urin steril. Hal ini dikarenakan pada tempat dilaksanakan
studi ini aspirasi suprapubik tidak lazim digunakan pada neonatus mengingat
kesulitannya dan angka sukses yang sangat rendah (23% sampai 99%),
menimbulkan nyeri, infasif, dan bila dilakukan oleh dokter yang kurang
berpengalaman dapat membahayakan.3,15 Penggunaan spesimen dari
kantong urin steril adalah yang paling mudah dan tidak traumatik.3 Mengingat
sterilnya urin, apabila dari aspirasi suprapubik dijumpai satu bakteri saja
sudah dikatakan ISK, maka untuk meminimalisasi positif palsu, dalam studi
ini digunakan titik potong lebih dari 105/ml koloni bakteri.
Pada analisa bivariat untuk masing-masing faktor risiko, terlihat bahwa
BBLSR (OR 8.826, IPK 95% 1.012-76.960), penggunaan kateter vena dan
antibiotik (OR 5.091, IPK 95% 0.981-26.430), serta sepsis (OR 3.824, IPK
95% 1.150-12.713) merupakan faktor risiko dan bermakna secara signifikan
(p < 0.05 (tabel 4.2). Dari hasil studi didapati bahwa jenis kelamin laki-laki
mendominasi pada kelompok kasus yaitu 20 (66.67%) dan sesuai dengan
penelitian sebelumnya,5,11 namun dari analisa hasil tidak bermakna dengan p
= 0.292, hal ini mungkin dikarenakan jumlah sampel yang kecil.
Pada studi ini penggunaan kateter vena dan antibiotik disatukan dalam
penghitungan statistik karena rawatan pada ruang perinatologi yang
diindikasikan infus selalu pasien dengan sangkaan sepsis dan kemudian
Pada analisa multivariat kemudian ditemukan bahwa penggunaan
kateter vena dan antibiotik tidak bermakna yang mungkin disebabkan karena
faktor risiko tersebut dijadikan satu dalam studi ini, sehingga faktor risiko ISK
pada neonatus menurut studi ini adalah BBLSR (OR 13.608, IPK 95%
1.481-125.047) dan sepsis (OR 5.301, IPK 95% 1.506-18.661).
Pada studi ini sepsis merupakan faktor risiko dari ISK, hal ini sejalan
dengan beberapa penelitian sebelumnya.5,11,29 Dengan belum dapat
dipastikannya kejadian ISK atau sepsis yang timbul terlebih dahulu,5 kultur
urin memiliki kepentingan dalam penentuan terapi dari ISK dan bakterimia
terutama pada tempat dengan fasilitas terbatas.30,31
Pada studi ini didapat BBLSR merupakan faktor risiko dan hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya.5 Berat badan lahir sangat rendah
berkontribusi dalam terjadinya ISK pada neonatus karena pada keadaan
demikian sistem imun sistemik neonatus tidak berkembang secara lengkap.3,5
Hasil studi ini yang menunjukkan bahwa terdapat kaitan erat antara
sepsis dengan kejadian ISK. Hal ini dapat dijadikan pedoman bahwa pada
neonatus dengan tanda sepsis sebaiknya diperiksa kultur darah dan urin
guna mengetahui sensitivitas terapi antibiotik dan jenis kuman yang
menyebabkan ISK dikarenakan tingginya resistensi kuman pada ISK
neonatus.32
Pada tabel jenis kuman (tabel 4.4) dapat dilihat bahwa jenis kuman
dengan jumlah 13 (43.3%) diikuti dengan Streptococcus agalactie dengan
jumlah 9 (30%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dengan jumlah
kuman terbanyak adalah E. Coli.5,6,9
Pada studi ini, tidak semua hasil kultur urin menunjukkan hasil kultur
darah yang sama. Dari hasil kultur urin dengan Escherichia coli sebanyak tiga
belas, didapati delapan (61.5%) pasien dengan hasil kultur darah dengan
jenis kuman yang sama. Hal ini juga menunjukkan pada studi ini tidak semua
ISK diakibatkan penyebaran hematogen. Hal ini mungkin terjadi karena
adanya penurunan sistem imun pada keadaan sepsis.33 Ada bukti bahwa
terjadinya suatu keadaan antiinflamasi sistemik berat yang mengikuti onset
sepsis.34,35 Hal tersebut akan mendukung mekanisme awal bakteri dalam
menyebabkan ISK yaitu infestasi uroepitel,36 dan pada keadaan ini akan
terbentuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih.11
Pada studi ini didapati Streptococcus agalactie menempati urutan ke
dua pada hasil kultur urin. Sreptococcus agalactie adalah nama lain
streptococcus grup B. Bakteri ini sering menyebabkan masalah pada
kehamilan dan neonatus.37 Bakteri jenis ini lebih sering menyebabkan ISK
pada neonatus dibandingkan dengan usia yang lebih tua.3 Transmisi bakteri
ini secara vertikal dan dapat mengakibatkan ISK.36 Hal ini sesuai dengan
temuan studi ini di mana dari sembilan dengan hasil kultur bakteri tersebut,
peran transmisi vertikal pada ISK neonatus. Pada hal demikian, dapat
diberikan antibiotik intrapartum.38
Kelemahan studi ini adalah masih digunakannya pampers pada pasien
rawatan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil, tidak dibedakan waktu
pemberian anitbiotik yang mungkin bisa berpengaruh pada hasil kultur darah
maupun urin, tidak dilakukannya pengumpulan sampel menggunakan
aspirasi suprapubik karena belum sering digunakan pada neonatus di tempat
studi dilaksanakan. Studi ini juga memiliki beberapa keterbatasan seperti
halnya studi kasus kontrol lainnya di mana adanya kesulitan memilh kontrol
yang tepat. Matching sesuai jenis kelamin juga tidak dilakukan karena jenis
kelamin termasuk dalam faktor risiko. Bias seleksi dapat terjadi dimana
kelompok yang dimasukkan dalam studi ini terbatas pada pasien di RSUP
Haji Adam Malik Medan sehingga tidak menggambarkan populasi secara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berat badan lahir sangat rendah sepsis merupakan faktor risiko ISK
pada neonatus. Penyebaran secara hematogen bukan merupakan
satu-satunya mekanisme yang dapat menyebabkan ISK pada
neonatus dengan sepsis.
6.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek
faktor risiko ISK pada neonatus. Sebaiknya dilakukan penelitian
dengan metode cohort prospektif dalam skala yang lebih besar untuk
Daftar pustaka
1. European Association of Urology. Guidelines on urological infections. Diakses Juli 2013. Diunduh dari:
2. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, Penyunting. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 142-63
3. Chang SL, Shortliffe LD. Pediatric urinary tract infections. Pediatr Clin N Am. 2006;53:379-400.
4. Rusdidjas, Ramayati R, Tambunan T. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Noer MS, Soemyarso NA, Subandiyah K, Prasetyo RV, Alatas H, Tambunan T, dkk, Penyunting. Kompendium nefrologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 201ke-1. h. 131-138.
5. Falcão MC, Leone CR, Andrea R, Berardi R, Ono NA, Vaz FA. Urinary tract infection in full-term newborn infants: risk factor analysis. Rev Hosp Clin Fac Med S.Paulo. 2000;55:9-16.
6. Sastre JBL, Aparicio AR, Cotallo GDC, Colomer BF, Hernandez MC, Castrillo GH. Urinary tract infection in the newborn: clinical and radio imaging studies. Pediatr Nephrol. 2007;22:1735-41.
7. Amelia N, Amir I, Trihono PP. Urinary tract infection among neonatal sepsis of late-onset in Cipto Mangunkusumo Hospital. Paediatr Indones. 2005;45:217-22.
8. Zderic SA. Urinary tract infections and vesicoureteral reflux. Dalam: Gleason CA, Devaskar SU, penyunting. Avery’s diseases of the newborn. Edisi ke-9. Philadelphia: Elsevier; 2012. h. 1228-34.
9. Lin DS, Huang SH, Lin CC, Tung YC, Huang TT, Chiu NC, dkk. Urinary tract infection in febrile infants younger than eight weeks of age. Pediatr. 2000;105:e20.
10. Ishibashi M, Takemura Y, Ishida H, Watanabe K, Kawai T. C-reactive protein kinetics in newborns: application of a high-sensitivity analytic method in its determination. Clin Chem. 2002;48:1103-6.
11. Youssef DM, Elfateh HA, Sedeek R, Seleem S. Epidemiology of urinary tract infection in neonatal intensive care unit: a single center study in Egypt. J Acad Med Sci. 2012;2:25-9.
12. Taheri PA, Navabi B, Shariat M. Neonatal urinary tract infection: clinical response to empirical therapy versus in vitro susceptibility at Bahrami children’s hospital – Neonatal ward: 2001-2010. Acta Med Iranica. 2012;50:348-52.
14. Morris CM, Tefuarani N, Ripa P, Laki R, Vince JD. Urinary tract infection in infants and young children presenting with fever without a focus in Port Moresby. PNG Med J. 2007;50:145-51.
15. Lin CW, Chiou YH, Huang YF, Hsieh KS, Sung PK. Urinary tract infection in neonates. Clin Neonatol. 1999;6:1-4.
16. Subcommittee on urinary tract infection, steering committee on quality improvement and management. Urinary tract infection: Clinical practice guideline for the diagnosis and management of the initial UTI in febrile infants and children 2 to 24 months. Pediatr. 2011;128:595-610.
17. Shortliffe LMD, McCue JD. Urinary tract infection at the age extremes: pediatrics and geriatrics. Am J Med. 2002;113:55-66.
18. Jou JM, Lewis SM, Briggs C, Lee SH, Salle DL, McFadden S. ICSH review of the measurement of the erythrocyte sedimentation rate. Int J Lab Hematol. 2011;33:125-32.
19. Saadeh C. The erythrocyte sedimentation rate: old and new clinical applications. South Med J. 1998;91:219-26.
20. Bochen K, Krasowska A, Milaniuk S, Kulczyńska M, Prystupa A, Dzida G. Erythrocyte sedimentation rate – an old marker with new applications. J Pre-Clin Clin Res. 2011;5:50-5.
21. Pepys MB, Hirschfield GM. C-reactive protein: a critical update. J Clin Invest. 2003;111:1805-12.
22. Black S, Kushner I, Samols D. C-reactive protein. J Biol Chem. 2004;279:48487-90.
23. Gabay C, Kushner I. Acute-phase proteins. Diakses Juli 2013. Diunduh
dari:
24. National Collaborating Centre for Women’s and Children’s Health. Urinary tract infection in children. Diakses Juli 2013. Diunduh dari:
25. Nostrand JD, Junkins AD, Bartholdi RK. Poor predictive ability of urinalysis and microscopic examination to detect urinary tract infection. Am J Clin Pathol. 2000;113:709-13.
26. Raszka WV, Khan O. Pyelonephritis. Pediatr Rev. 2005;26:364-9. 27. Schoen EJ, Colby CJ, Ray GT. Newborn circumcision decreases
incidence and costs of urinary tract infections during the first year of life. Pediatrics. 2000;105:789-93.
29. Hosseini SMM, Ataei N, Khalafi F, Sheikhvatan M. Incidence of urinary tract infection in neonates with septicemia: a prspective study. Minerva Pediatr. 2010;62:431-6.
30. Hernandez-Bou S, Trenchs V, Alarcon M, Luaces C. Afebrile very young infants with urinary tract infection and the risk for bacteremia. Pediatr Infect Dis J. 2014;33:244-7.
31. Samayam P, Chander BR. Study of urinary tract infection and bacteriuria in neonatal sepsis. Indian J Pediatr. 2012;79:1033-6.
32. Peco-Antic A, Paripovic D, Buljugic S, Kruscic D, Spasojevic B, Cvetkovic M, et al. Antibiotic resistance of uropathogens in newborns and young children with acute pyelonephritis. Srp Arh Celok Lek. 2012;140:179-83.
33. Boomer JS, To K, Chang KC, Takasu O, Osborne DF, Walton AH, dkk. Immunosuppression in patients who die of sepsis and multiple organ failure. JAMA. 2011;306:2594-605.
34. Gea-Banacloche JC, Opal SM, Jorgensen J, Carcillo JA, Sepkowitz KA, Cordonnier C. Sepsis associated with immunosuppressive medications: an evidence-based review. Crit Care Med. 2004;32:578-90.
35. Hotchkiss RS, Monneret G, Payen D. Immunosuppression in sepsis: a novel understanding of the disorder and a new therapeutic approach. Lancet Infect Dis. 2013;13:260-8.
36. Ulett GC, Webb RI, Ulett KB, Cui X, Benjamin WH, Crowley M, dkk. Group B Streptococcus (GBS) urinary tract infection involves binding of GBS to bladder uroepithelium and potent but GBS-specific induction of
interleukin 1α. J Infect Dis. 2010;201:866-70.
37. Sass L. Group B Streptococcal infections. Pediatr Rev. 2012;33:219-24.
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian 1. Ketua Penelitian
Nama : Willy Santoso
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak
FK-USU/RSHAM
2. Anggota Penelitian
1. Prof. dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K)
2. Prof. dr. H. Rusdidjas, SpA(K)
3. dr. Oke Rina R, Sp.A(K)
4. dr. Rosmayanti Siregar, Sp.A
5. dr. Beatrix Siregar, M.Ked(Ped), Sp.A
6. dr. Nezman Nuri
7. dr. Dermawan
2. Biaya Penelitian
1. Pemeriksaan Kultur Urin : Rp. 6.000.000
2. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000
3. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000
3. Jadwal Penelitian
WAKTU
KEGIATAN
Des 2013
Jan 2013
Feb 2013
Mar 2013
Persiapan
Proposal
Penelitian
Persiapan
Penelitian
Pelaksanaan
Penelitian
Penyusunan
hasil penelitian
Penggandaan
4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua
Yth. Bapak / Ibu ……….
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri dan ingin menjelaskan (dengan menunjukkan surat tugas dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter Willy Santoso bertugas di Divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian “ Faktor risiko infeksi saluran kemih pada Neonatus di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan”, ada pun tujuan dari penelitian ini adalah melihat ada/tidak bakteri dalam urin/air kencing dengan cara memeriksakan kultur urin/air kencing pada bayi yang disangkakan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menampung urin/air kencing dengan menggunakan wadah penampung urin/air kencing sebanyak ± 15 cc ( 1 sendok makan ) oleh saya sendiri dan dilakukan pemeriksaan kultur urin di RS HAM yang dilakukan oleh tenaga yang ahli dibidangnya. Subjek penelitian adalah bayi berusia 3 – 28 hari yang dirawat di ruangan Perinatologi RS HAM. Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak dijumpai efek samping dari pemeriksaan ini.
Segala biaya penelitian ditanggung sepenuhnya oleh peneliti dan orang tua dari bayi tidak dibebankan biaya apapun dalam penelitian ini
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diperiksa kultur urin/air kencingnya, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).
Jika bapak/ibu ada yang belum mengerti atau memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya (dr. Willy Santoso, Telp 085362986535)
Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Tim Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :... Umur ... tahun L/P
Alamat: ...
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pemeriksaan urin terhadap anak saya :
Nama : ...
Umur : ... hari, L / P
Alamat Rumah:...
yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan tersebut di atas, serta
risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter
dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan saya bersedia mengikuti penelitian ini
dan bila suatu saat saya mengundurkan diri dari penelitian ini saya
tidak akan dituntut apa pun.
Medan, ... 2014
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
5. Status Nefrologi
Anak Ke: ... dari ...bersaudara Tinggi/panjang badan: ...cm/...kg Penyakit (jika ada) :
... Riwayat kelainan keturunan dalam keluarga : ya/tidak
ANAMNESE :
Penyakit yang sedang dialami (jika ada) : ...
Penyakit terdahulu yang pernah dialami (jika ada) : ...
PEMERIKSAAN FISIK
Kelainan kongenital nyata / dismorfik : ...
HR : ... Pols : ... Temp.:... RR : ...
Kepala : UUB...wajah: bentuk ... rambut :... telinga ... mata ... hidung ... mulut ... Leher : tiroid ... KGB : ... Dada : ... Perut : ... hati ... limpa ... ginjal ...
Tali pusar...
Genitalia: ... Ekstremitas: Atas: ... Bawah : ...
UKURAN-UKURAN BADAN :
Panjangbadan:...cm, persentil..., Berat badan:...gram, persentil... Lingkar kepala :...cm
FAKTOR RISIKO :
Ventilasi Mekanis :
Penggunaan kateter intravena dan antibiotik :
Sepsis :
BBLSR :