1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuman adalah organisme kecil seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan mikroskopik jahat yang dapat menyebabkan suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Kuman bisa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan ringan maupun berat sering pada tubuh pasien pediatrik (Dorland, 2003). Neonatus adalah bayi baru lahir hingga berumur empat minggu. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin (Jumiarni, 1995). Bayi yang berisiko tinggi selama periode Neonatus harus diidentifikasi seawal mungkin agar dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas Neonatus (Berhman, 1996). Angka mortalitas tertinggi terjadi selama 24 jam pertama setelah lahir, dan secara keseluruhan kira-kira merupakan 65 % kematian dibawah umur 1 tahun (Kliegman, 1996).
Secara singkat, infeksi pada neonatus dapat melalui 3 cara yaitu; infeksi antenatal, infeksi intranatal, infeksi pascanatal. Infeksi sering dimulai dari dalam uterus tetapi muncul selama hari-hari pertama kehidupan, dengan rata-rata onset 20 jam. Bayi-bayi ini sering merupakan bayi prematur dan lahir setelah pecah ketuban dini atau adanya demam pada ibu atau korioamnionitis. Mortalitasnya tinggi yaitu antara 30 % sampai 50 % (Remington, 1983).
Mortalitas perinatal juga mengambarkan kematian janin dan neonatus yang dipengaruhi oleh keadaan prenatal dan keadaan di sekitar saat persalinan (Kliegman, 1996). Lamanya pemaparan dalam uterus, besarnya inokulum, status imun, dan agen etiologi mempengaruhi ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir. Berbagai organisme termasuk bakteri, virus, jamur, protozoa dan mikroplasma merupakan agen penyebab (Gotoff, 1996). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi nosokomial didalam NICU (Neonates Intensive Care Unit). Ini termasuk berat badan lahir rendah, lama tinggal, prosedur invasif, serta penggunaan antimikroba spektrum luas
2
(Gutoff, 1996). Sistem imun pada bayi muda juga masih belum matang dimana lemahnya respon immunoglobulin G (IgG) terhadap bakteri dan penurunan aktivitas opsonin, fungsi makrofag serta aktivitas neutrofil (Bennet, 2010). Kuman mungkin tidak bergejala atau disertai dengan sedikit gejala. Bila bakteri tidak dibersihkan secara efektif oleh mekanisme pertahanan hospes, responsradang sistemik mulai terjadi dan dapat progresif tanpa tergantung infeksi asalnya. Sepsis merupakan suatu respons sistemik yang berat terhadap infeksi (Powell, 1996). Pola penyebab infeksi senantiasa berubah sejalan dengan kemajuan teknologi. Demikian juga pola resistensinya yang cenderung berubah sejalan dengan pemakaian antibiotik. Oleh karena itu pengetahuan tentang pola penyebab, resistensinya dan faktor risiko perlu terus dipantau sebagai landasan dalam pemilihan antibiotik yang tepat bagi penderita bakteriemia khususnya pada neonatus. Untuk itu, masih perlu dilakukan penelitian tentang pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik penyebab bakteremia pada neonatus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola kuman penyebab bakteremia pada neonates dan sensitivitas terhadap antibioik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012.
1.3 Tujuan Penilitian
Tujuan Umum:
Memperoleh informasi ilmiah mengenai pola kuman dan sensitivitasnya terhadap antibiotik pada neonatus sakit di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, pada tahun 2012.
Tujuan Khusus:
Memperoleh informasi tentang angka prevalensi pola kuman penyebab bakteremia dan sensitivitas antibiotik pada neonatus.
3
1.4 Manfaat Penilitian
1. Hasil atau data dari penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian yang selanjutnya .
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para klinis untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian terapi antimikroba yang rasional.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau rujukan dalam
pemberian terapi bagi tenaga-tenaga kesehatan di daerah terpencil dengan fasilitas yang terbatas.