LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Marilyn Monica a/p Loortha Nathan Tempat/ tanggal lahir : Selangor, Malaysia/ 17 April 1992
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Kristen
Alamat : No 19, Jln Prof M. Yusof, Medan Riwayat pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah (SPM) – 2009
: Aimst University - 20110
: Fakultas Kedokteran USU - sekarang Riwayat Organisasi : Ahli, Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia Cawangan Medan. (PKPMI- CM)
Lampiran4 :
TabelJenisKelamin
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid perempuan 6 24.0 24.0 24.0
laki-laki 19 76.0 76.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
TabelKelompokUmur
kel.umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 0-4 13 52.0 52.0 52.0
5-9 3 12.0 12.0 64.0
10-14 8 32.0 32.0 96.0
15-19 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
TabelLokasibatu
Lokasibatu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ginjal 6 24.0 24.0 24.0
Kandungkemih 18 72.0 72.0 96.0
Ureter 1 4.0 4.0 100.0
TabelJenisBatu
jenisbatu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid batukalsium 18 72.0 72.0 72.0
batustruvit 4 16.0 16.0 88.0
batusistin 3 12.0 12.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
TabelTahun
Tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2009 4 16.0 16.0 16.0
2010 1 4.0 4.0 20.0
2011 8 32.0 32.0 52.0
2012 5 20.0 20.0 72.0
2013 7 28.0 28.0 100.0
NAMA UMUR JENIS KELAMIN TAHUN LOKASI BATU JENIS BATU
AA 13 LAKI LAKI 2013 KANDUNG KEMIH batu calcium
BB 13 PEREMPUAN 2012 KANDUNG KEMIH batu calcium
CC 8 LAKI-LAKI 2011 KANDUNG KEMIH batu struvite
DD 7 LAKI LAKI 2013 KANDUNG KEMIH batu calcium
EE 12 LAKI LAKI 2013 KANDUNG KEMIH batu calcium
FF 13 LAKI LAKI 2011 GINJAL batu calcium
GG 2 LAKI LAKI 2013 KANDUNG KEMIH batu calcium
HH 4 LAKI LAKI 2011 KANDUNG KEMIH batu struvite
II 7 LAKI LAKI 2012 GINJAL batu calcium
JJ 4 PEREMPUAN 2012 KANDUNG KEMIH batu cystine
KK 2 LAKI LAKI 2012 GINJAL batu calcium
LL 14 LAKI LAKI 2011 KANDUNG KEMIH batu calcium
MM 13 LAKI LAKI 2011 GINJAL batu calcium
NN 1 LAKI LAKI 2011 URETER batu struvite
OO 1 LAKI LAKI 2013 GINJAL batu struvite
PP 11 PEREMPUAN 2009 KANDUNG KEMIH batu cystine
QQ 4 LAKI LAKI 2009 KANDUNG KEMIH batu calcium
RR 3 PEREMPUAN 2011 KANDUNG KEMIH batu calcium
SS 15 LAKI LAKI 2011 KANDUNG KEMIH batu calcium
TT 2 LAKI LAKI 2011 KANDUNG KEMIH batu calcium
UU 3 LAKI LAKI 2013 GINJAL batu cystine
VV 4 PEREMPUAN 2009 GINJAL batu calcium
WW 3 LAKI LAKI 2010 KANDUNG KEMIH batu calcium
XX 11 LAKI LAKI 2009 KANDUNG KEMIH batu calcium
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H., Tambunan, T., Trihono, P. Partini., Pardede, O. Sudung., 2009. Batu Saluran Kemih pada Anak. In: Buku Ajar Nefrologi Anak. ed2. Balai Penerbit FK UI Jakarta, 212-230.
Bahdarsyam, 2003. Spektrum Bakteriologik Pada Berbagai Jenis Batu Saluran Kemih Bagian Atas. Diunduh dari:
Colella, J., Kochis E., Galli B., Munver R., 2005. Urolithiasis/Nephrolithiasis: What’s It All About. Medscape reference, 25(6): 1-23.Diunduh dari:
2014].
Copelovitch, L., 2012. Urolithiasis in Children. Pediatric Clinic of North America, 59(4):1-10. Diunduh dari:
[Diakses pada
17 April 2014].
Hesse, A., Siener. R., Tiselius. H., Hoppe. B., 2009.Urinary Stones, Diagnosis, Treatment, and Prevention of Recurrence. 3th ed. S. Karger AG, Basel, 11-44.
Huang, W.Y., et al, 2012. Pediatric Urolithiasis in Taiwan: A Nationwide Study, 1997-2006. Pediatric Urology,79(6): 1355-1358. Diunduh dari:
file:///C:/Users/ADMIN/Downloads/Urology%20Volume%2079%20issue
%206%202012%20[doi%2010.1016%252Fj.urology.2012.01.036.
[Diakses pada: 4 Disember 2014]
Hulton, SA., 2001. Evaluation of urinary tract calculi in children. National Institute for Health Research, 84(4): 1-6. Diunduh
Izhar. M. D., K.Haripurnomo., Darmoatmodjo. S., 2007. Hubungan Antara Kesadahan Air Minum, Kadar Kalsium dan Sedimen Kalsium Oksalat Urin pada Anak Usia Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat, 23(4):200. Diunduh dari: file:///C:/Users/ADMIN/Downloads/125-50-1-PB.pdf [Diakses pada13 April 2014].
Jones, P.G., Woodward, A.A., 1986. Calculi in the urinary tract. In: Clinical Paediatric Surgery, Diagnosis and Management.ed 3. Blackwell Scientific Pulication, 347-354.
Kliegman, R. M., Behrman R. E., Jenson. H .B., Stanton. B. F., 2007. Urinary Lithiasis.In: Elder, J. S. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Saunders Elsevier, 2267-2271.
Lina, N., 2008. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki- Laki. Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana Universitas
DiponegoroSemarang Februari 2008. Diunduh dari:
2014].
Makassar, N.H., 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BatuSaluran Kemih Di Rsup Dr.Wahidin Sudirohusodo. ISSN, 3(5): 2302-1721.
Diunduh dari
[Diakses pada 4 Disember 2014]
Ngastiyah, 2005. Kelainan Saluran Kemih. Perawatan Anak Sakit. In: Perawatan Anak Sakit. ed 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, 322-327.
Sastroasmoro.S., Ismael.S., 2013.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. ed 4. Sagung Seto, 68-69; 112-113
Sharma, P.A., Filler G., 2010.Epidemiology of pediatric urolithiasis. Indian Journal of Urology, 26(4): 1-6. Diunduh dari:
Syah, A.M., et al, 1991. Spectrum of Pediatric Urolithiasis in Western India.
Indian J Pediatr, 58(4): 543-544. Diunduh dari:
[Diakses pada : 28 November 2014]
Shaykh, S.F., 2014. Pediatric Urolithiasis. Medscape reference. Diunduh dari:
19 April 2014].
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur, jenis kelamin, jenis batu dan lokasi batu pada prevalensi batu saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik tahun 2009-2013.
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka konsep prevalensi dan karakteristik batu saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik tahun 2009-2013.
3.2. Variabel yang diteliti :
Variabel dalam penelitian ini adalah prevalensi, umur, jenis kelamin, jenis batu, lokasi batu dan batu saluran kemih pada anak.
- Umur - Jenis kelamin - Lokasi batu - Jenis batu
Prevalensi batu saluran kemih
Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Prevalensi Batu Saluran Kemih Jumlah kejadian BSK yang dilaporkan pada periode waktu tertentu di tempat tertentu yang tercatat dalam rekam medis. Data sekunder dari rekam medik Analisis data rekam medis Jumlah kasus Nominal
Usia Usia adalah umur saat didiagnosa BSK yang tercatat dalam rekam medis. Data sekunder dari rekam medik Analisis data rekam medis
0 – 18 tahun Interval Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah penampilan fisik seseorang yang berdasarkan organ reproduksi atau alat kelaminnya yang tercatat dalam rekam medis. Data sekunder dari rekam medik Analisis data rekam medis Laki-laki atau perempuan Nominal
Jenis batu Jenis batu adalah tipe batu yang terbentuk yang dinilai dari hasil analisis urin yang tercatat dalam rekam medis. Data sekunder dari rekam medik Analisis data pemeriksaan analisis urin pada rekam medis Radiolusen atau radio-opak Nominal
tempat
terbentuknya batu di dalam saluran kemih berdasarkan pemeriksaan radiologis yang tercatat dalam rekam medis.
sekunder dari rekam medik
data
pemeriksaan radiologis pada rekam medis
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat cross-sectional
yang bertujuan untuk melihat prevalensi batu saluran kemih pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2009-2013.
4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan adalah dari bulan April sampai Desember 2014, sedangkan pangambilan dan pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus sampai bulan Novemer 2014.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Anak dan Instalasi Rekam Medis RSUP H.Adam Malik Medan, dengan pertimbangan yaitu tersedianya data pasien anak yang menderita batu saluran kemih pada tahun 2009-2013.
4.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 4.3.1. Populasi penelitian:
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah data rekam medis pasien anak yang menjalani pemeriksaan di instalasi jalan rawat, poli anak, dan unit rawat inap anak di RSUP H. Adam Malik Medan periode tahun 2009-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode total sampling.
Kriteria inklusi : umur anak saat didiagnosis (0-18 tahun) : anak yang didiagnosis dengan BSK Kriteria eksklusi: Data rekam medis yang tidak lengkap.
4.4. Metode pengumpulan data 4.4.1. Data Sekunder
Data diperoleh melalui data sekunder yaitu melalui rekam medis pasien anak yang menderita batu saluran kemih. Data ini diperoleh dari unit rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.4.2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi check list. Lembar observasi berisi tentang data Batu Saluran Kemih pada anak.
4.5. Metode Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik, Medan terletak di kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan pusat untuk kota medan. Berdasarkan hasil observasi awal sebelum dilakukan penelitian, RSUP H. Adam Malik, Medan merupakan rumah sakit rumah sakit Tipe A karena mempunyai fasilitas yang lengkap serta memiliki ahli-ahli kebidanan dan data rekam medis yang lengkap.Pasien juga relatif banyak pada tahun yang diteliti dan ini memudahkan analisa data karena lebih signifikan.Data rekam medis di rumah sakit ini juga masih dalam keadaan baik dan teratur.
5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian
5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Sampel(n)
Persentase(%)
Perempuan 6 24,0
Laki-laki 19 76,0
Total 25 100,0
Berdasarkan tabel 5.1.dapat diketahui bahwa pasien anak yang menderita batu saluran kemih yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur
Umur Jumlah Sampel (n) Persentase(%)
0-4 13 52,0
5-9 3 12,0
10-14 8 32,0
15-19 1 4,0
. Dari tabel 5.2dapat diketahui bahwa anak yang menderita batu saluran yangpaling banyak dijumpai pada kelompok umur 0-4 tahun, sedangkan kasus BSK yang paling sedikitdijumpai adalah pada kelompok umur 15-19tahun.
5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Lokasi Batu
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Lokasi batu Lokasi Batu Jumlah Sampel (n)
Presentase(%)
Ginjal 6 24,0
Kandung kemih 18 72,0
Ureter 1 4,0
Urethra 0 0,0
Total 25 100,0
5.1.2.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Batu
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis batu Jenis Batu Jumlah Sampel (n)
Persentase(%)
Batu kalsium 18 72
Batu struvit 4 16
Batu sistin 3 12
Total 25 100
Dari tabel 5.4 didapatijenis batu yang paling banyak dijumpai adalah batu kalsium dan batu yang paling jarang terbentuk adalah batu sistin.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Tahun Tahun Jumlah Sampel (n) Persentase (%)
2009 4 16,0
2010 1 4,0
2011 8 32,0
2012 5 20,0
2013 7 28,0
Total 25 100,0
5.2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada status rekam medis pasien di RSUP H. Adam Malik, Medan untuk periode tahun 2009-2013 didapatkan sebanyak 25 sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
5.2.1. Batu Saluran Kemih Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari penelitian ini, didapatkan laki-laki lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding dengan perempuan.Hal serupa juga pernah dilaporkan Dodi Izhard dalam penelitiannya diDesa Sidowangi Provinsi Jawa Tengahpada
tahun 2007 di mana diketahui bahwa proporsi subjek penelitian berjenis kelamin
laki-laki 2/3 lebih banyak dibanding dengan perempuan yaitu 79 orang(61,72%)
anak laki-laki dan 49 orang anak perempuan menderita BSK. Kejadian BSK yang
lebih tinggi pada laki-laki dibanding dengan perempuan dapat disebabkan
perbedaan struktur anatomisaluran kemihnya yaitu saluran kemih pria lebih
panjang, sehingga lebih banyak kemungkinan substansi pembentuk batu
mengendap pada keadaan fisika kimia yang sesuai(Izhar, 2007;
Hasanuddin,2013).
.
5.2.2. Batu Saluran Kemih Berdasarkan Umur
Pada penelitian ini jumlah kasus batu saluran kemih berdasarkan usia diketahui bahwa anak dari kelompok umur 0-4 tahun adalah kelompok yang paling banyak menderita batu saluran kemih, diikuti kelompok umur 10-14 tahun, ketiga pada kelompok umur 5-9tahun, sedangkan pasien anak dengan BSK yang paling sedikit dijumpai adalah pada kelompok umur 15-19 tahun. Sedangkan dari penelitian yang dilakukan oleh Shah AM di India Barat, didapatkan dari 77 pasien
, kelompok yang paling banyak menderita batu yaitu sebanyak 43 pasien (55%)
adalah kelompok usia 6-10 tahun. 29 pasien (37,7% ) dari kelompok 0-5 tahun
anak dari kelompok 0-4 tahun lebih banyak menderita BSK dapat disebabkan
anak dari kelompok usia ini lebih cenderung menahan urin untuk waktu yang
lama.Keadaan stasis urin ini dapat meningkatkan risiko terjadinya batu saluran
kemih.
5.2.3. Batu Saluran Kemih Berdasarkan Lokasi Batu
Dari penelitian didapatkan bahwa lokasi tersering terjadi pembentukan batu adalah kandung kemih, diikuti ginjal dan ureter, sedangkan tidak dijumpai sampel pasien anak yang menderita BSK dengan lokasi batu di urethra. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mostafa Zakaria pada tahun 2012 dimana dari evaluasi lokalisasi batu dalam penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar batu itu berada di saluran kemih bagian atas, 72% di calyses ginjal dan35% di dalam pelvis renalis. Hanya 4% dari anak-anak memiliki batu kandung
kemih.
Penyebab untuk kejadian pembentukan batu saluran kemih yang bervariasi
di wilayah geografis yang berbeda tidak diketahui. Beberapa alasan yang mungkin
termasuk faktor intrinsik (genetika, metabolisme, kelainan bawaan) dan faktor
ekstrinsik (konsumsi air, infeksi saluran kemih, cuaca, dan diet). Pasien dengan
riwayat keluarga penyakit batu dapat menghasilkan jumlah mukoprotein yang lebih di ginjal atau kandung kemih, yang memungkinkan kristal untuk terakumulasi dan membentuk batu.
kehilangan cairan melalui kulit dan pernapasan, sehingga meskipun masukan cairan cukup banyak, seseorang akan mengeluarkan urin yang pekat (biasanya bersifat asam) sehingga memudahkan pembentukan batu (Zakaria, 2012; Huang, 2012).
5.2.4. Batu Saluran Kemih Berdasarkan Jenis Batu
Dari penelitian didapatkan jenis batu yang paling banyak terbentuk adalah batu kalsium dan batu sistin adalah batu yang paling jarang terbentuk. Hasil ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Mostafa Zakaria, didapatkan dari 65 pasien penderita batu yang dianalisis, sebagian besar (45 %) dari anak-anak ini memiliki kalsium batu oksalat.Hasil ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Copelovitch dimana di Amerika Syarikat 40-60% dari jenis batu yang terbentuk adalah batu kalsium, 10-20% adalah batu struvit dan 5-10% adalah batu sistin.
5.2.5. Batu Saluran Kemih Berdasarkan Tahun
Dari penelitian ini, didapati kejadian batu saluran kemih mengalami peningkatan dari tahun 2009-2013.Menurut Sahar-Fathallah dalam jurnal penelitiannya bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah anak yang didiagnosa dengan batu saluran kemih sejak dekade terakhir ini.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap penderita batu saluran kemih di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2009- 2013 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi Batu Saluran Kemih pada anak di RSUP Haji Adam Malik pada
Tahun 2009-2013 adalah sebanyak 25 orang.
2. Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh anak laki-laki lebih banyak menderita
batu saluran kemih dibanding dengan anak perempuan.
3. Berdasarkan kelompok umur ,anak dari kelompok umur 0-4 paling banyak Menderitabatu saluran kemih (BSK) sedangkan anak dari kelompok umur 15-19 paling jarang menderita BSK.
4. Berdasarkan lokasi pembentukan batu, didapatkan lokasi tersering terjadi Pembentukan batu adalah kandung kemih dan lokasi terjarang adalah urethra.
5. Berdasarkan jenis batu,jenis batu yang paling sering terbentuk adalahbatu kalsium dan jenis batu yang paling jarang terbentuk adalah batu sistin. 6. Angka kejadian batu saluran kemih mengalami peningkatan dari tahun
6.2Saran
1. Bagi pihak RSUP. H. Adam Malik
Pihak RSUP. H. Adam Malik disarankan untuk lebih melengkapi pencatatan data rekam medis pasien.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini bertujuan agar mesyarakat dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan batu seperti usia dan jenis kelamin dan faktor-faktor risiko lain yang dapat menyebabkan pembentukan batu. Diharapkan masyarakat hendaknya lebih peduli terhadap kejadian batu saluran kemih pada anak. Untuk orang tua pasien yang menderita batu saluran kemih agar diperhatikan juga gizi dan tatalaksana terhadap BSK yang diderita oleh pasien agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Bagi tenaga kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih atau BSK adalah terbentuknya batu di saluran kemih yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi (Lina, 2008).
Berdasarkan tempat pembentukannya, batu urin ini dapat dibagi 2 menjadi batu ginjal (dengan ukuran bervariasi mulai dari partikel kecil sampai batu staghorn yang besar dimana dapat mengisi seluruh pelvis renal) dan batu kandung kemih. Batu ginjal ini berbeda dengan batu kandung kemih baik dari susunan kimia, epidemiologi dan gambaran kliniknya. Batu ginjal terutama terdapat pada dewasa dengan golongan sosial ekonomi menengah atas, sedangkan batu kandung kemih banyak terdapat pada anak dengan sosial ekonomi yang jelek dan biasanya berhubungan dengan malnutrisi.
Berdasarkan lokasi, batu urin dapat dibagi menjadi batu urin bagian atas dimana batu berada dalam atau ginjal atau ureter, dan batu urin bagian bawah dimana batu berada dalam kandung kemih dan uretra. Pada umumnya batu urin bagian atas ini merupakan batu ginjal (Bahdarsyam, 2003).
2.2. Epidemiologi
menyumbang pada 1 dari setiap 685 kasus yang memerlukan rawat inap. Manakala suatu penelitian yang dilakukan di Sumatera Barat mendapatkan batu buli-buli sebesar 8,3/100.000 populasi dan penelitian di RSCM Jakarta, antara tahun 1982-1986, didapatkan 196 penderita BSK pada anak (Trihono, 2009).
2.3. Patogenesis
Ada 5 teori patogenesis pembentukan batu saluran kemih pada umumnya:
1. Teori supersaturasi
Urin mempunyai kemampuan melarutkan lebih banyak zat yang terlarut bila dibandingkan dengan air biasa. Campuran beberapa ion aktif dalam urin menimbulkan interaksi sehingga mempengaruhi kelarutan elemen-elemen urin. Bila konsentrasi zat-zat yang relatif tidak larut dalam urin seperti kalsium, aksalat, fosfat, dan sebagainya makin meningkat dalam urin, maka akan terbentuk kristalisasi zat-zat tersebut(Trihono, 2009).
2. Teori nukleasi/ adanya nidus
Nidus atau nukleus yang terbentuk, akan menjadi inti presipitasi yang kemudian terjadi. Zat/keadaan yang dapat bersifat sebagai nidus adalah ulserasi mukosa, gumpalan darah, tumpukan sel epitel atau pus, bahkan juga bakteri, jaringan nekrotik iskemi yang berasal dari neoplasma atau infeksi, dan benda asing(Trihono, 2009).
3. Teori tidak adanya inhibitor
peranan inhibitor, antara lain : asam amino, terutama alanin, sulfat, fluoride, dan serg(Trihono, 2009).
4. Teori epitaksi
Epitaksi adalah peristiwa pengendapan suatu kristal di atas di atas permukaan kristal lain. Misalnya, bila supersaturasi urin oleh asam urat telah terjadi oleh suatu sebab, misalnya masukan purin yang meningkat, maka konsentrasi asam urat meninggi sehingga terjadi pembentukan kristal asam urat. Bila pada penderita ini kemudian terjadi peningkatan masukan kalsium dan oksalat, maka akan terbentuk kristal kalsium oksalat. Kristal kalsium oksalat ini kemudian akan menempel di permukaan kristal asam urat yang telah terbentuk sebelumnya, sehingga ditemukan batu saluran kemih yang intinya terjadi atas asam urat yang dilapisi oleh kalsium oksalat di bagian luarnya(Trihono, 2009).
5. Teori kombinasi
2.4. Klasifikasi dan komposisi batu
Komposisi batu oksalat adalah kalsium oksalat monohidrat dan kalsium oksalat dihidrat. Komposisi batu asam urat terdiri dari asam urat dan asam urat hidrat. Magnesium ammonium fosfat hexahidrat, karbonat apatite, dan calcium hydrogenphosphate dihydrate merupakan komposisi batu fosfat. Untuk batu yang didapat secara genetik pula, komposisinya adalah sistin, xantine, dan
2,8-Dihydroxyadenine(Hesse, 2009).
2.4.1. Jenis-jenis batu 1. Batu Struvit
Batu infeksi yang sering didiagnosa pada anak laki-laki di bawah 5 tahun. Lebih dari 90% di antaranya telah mengalami infeksi urin pada saat diagnosa. Fragmen batu lembut dan mudah keluar melalui urin. Batu sering terletak pada saluran kemih bagian atas, biasanya pelvis ginjal, dan disebut 'staghorn' sebagai akibat dari bentuknya. Batu yang terbentuk biasanya disebabkan infeksi saluran kemih oleh Proteus spp, Klebsiella spp, Escherichia coli, Pseudomonas spp dan lain-lain yang mengakibatkan alkalinisasi urin dan produksi ammonia secara berlebihan. Keadaan ini akan akan menyebabkan presipitasi magnesium ammonium phosphate(struvit)
(Hulton, 2000; Kliegman, 2007). 2. Batu Kalsium
3. Batu Sistin
Sistiuria adalah defek pada transportasi sistin, lisin, ornitin, dan arginin ke intestinal dan membrane sel renal tubular yang diturunkan. Batu sistin terjadi pada anak dari semua golongan usia. 25% pasien mendapat batu pertama mereka selama masa kanak-kanak. Pada anak-anak yang sangat muda, batu kandung kemih mungkin terbentuk, manakala pada anak yang lebih dewasa, batu ginjal lebih sering terbentuk. Semua batu sistin bersifat radio-opak, and kadang-kadang tidak kelihatan pada plain abdominal film(Hulton, 2000).
4. Batu Asam Urat
Asam urat berasal dari sumber endogen, serta dari konsumsi makanan yang mengandung purin. Berkurangnya volume urin disertai dengan dehidrasi, hyperuricemia dan pH urin yang terus-menerus kurang daripada 6 merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan batu asam urat(Hulton, 2000).
2.4.2. Lokasi batu
Gambar 2.1 Lokasi batu
Pelvic stone
Calix stone
Ureteral stone
Sumber :Urinary Stones, Diagnosis, Treatment, and Prevention of Recurrence
2.5. Faktor risiko
1. Usia dan Jenis kelamin :
Risiko laki-laki untuk mendapat batu saluran adalah tiga kali lebih tinggi berbanding perempuan. Perempuan biasanya mengekskresikan kadar sitrat yang lebih dan kalsium yang kurang berbanding laki-laki, ini menjelaskan insiden BSK yang lebih tinggi pada pria.
2. Diet/ Konstitusi gizi
Diet yang kaya protein hewani dan karbohidrat, akan menyebabkan kadar kalsium urin yang lebih tinggi, sehingga kemungkinan terbentuknya batu meningkat; sedangkan diet yang kaya sayur-sayuran, menunjukkan penurunan pH urin, sehingga memudahkan terbentuknya batu asam urat atau sistin.
3. Ras/ etnis
Batu jarang terjadi pada masyarakat etnik asli Amerika, orang Afrika, orang kulit hitam Amerika dan Israel. Golongan Negro dan Meksiko (Amerika Latin) tampaknya mempunyai kekebalan terhadap penyakit batu. 4. Iklim
Iklim panas menyebabkan banyak kehilangan cairan melalui kulit dan pernapasan, sehingga meskipun masukan cairan cukup banyak, seseorang akan mengeluarkan urin yang pekat (biasanya bersifat asam) sehingga memudahkan pembentukan batu.
5. Faktor heriditer
Pasien dengan riwayat keluarga penyakit batu dapat menghasilkan jumlah mukoprotein yang lebih di ginjal atau kandung kemih, yang memungkinkan kristal untuk terakumulasi dan membentuk batu. 25% dari penderita batu memiliki riwayat keluarga urolitiasis.
2.6. Manifestasi Klinis
Gejala dapat bervariasi dan tergantung pada lokasi dan ukuran batu. Anak-anak dengan urolitiasis biasanya mengalami hematuria. Jika kalkulus berada dalam pelvis ginjal, kaliks, atau ureter dan menyebabkan ostruction, maka nyeri perut atau panggul yang parah (kolik ginjal) akan terjadi. Biasanya rasa sakit menjalar ke skrotum atau labia. Seringkali rasa sakit terjadi secara intermitten, sesuai dengan periode obstruksi aliran urin. Jika kalkulus dalam ureter distal, anak mungkin mengalami gejala iritasi seperti disuria, urgensi, dan frekuensi. Apabila batu masuk ke dalam kandung kemih, anak biasanya asimtomatik. Jika batu di saluran kencing, disuria dan kesulitan berkemih dapat terjadi.Batu kecil yang tidak menimbulkan gangguan atau ‘silent stones’ yang terletak di kaliks ginjal kadang-kadang ditemukan secara kebetulan pada x-ray atau mungkin adanya hematuria tanpa gejala. Batu- batu seperti ini sering keluar tanpa menimbulkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan (Colella, 2005; Kliegman, 2007).
1) Gejala batu ginjal
Batu pada ginjal dapat tertahan di persimpangan ureteropelvic, sehingga terjadi obstuksi ureter akut dengan kolik intermitten yang berat di pinggang. Nyeri bisa berlokalisasi di sudut costovertoral. Hematuria dapat terjadi, hilang timbul atau terus-menerus, dan secara mikroskopis atau secara gross (Colella, 2005).
2) Gejala batu ureteral
diaphoresis, takikardia mungkin menyertai dan pasien biasanya tidak nyaman (Colella, 2005).
3) Gejala batu kandung kemih
Apabila batu masuk kedalam kandung kemih, disuria, urgensi, dan frekuensi dapat berupa satu-satunya gejala yang dialami (Colella, 2005).
2.7. Diagnosis 2.7.1. Anamnesis
Batu diklasifikasikan berdasarkan komposisi. Pengetahuan tentang komposisi dapat membantu untuk merancang terapi, tetapi komposisi kimia dari batu biasanya tidak berpengaruh terhadap manifestasi klinis. Manifestasi klinis lebih dipengaruhi oleh kriteria berikut :
• Ukuran batu ( batu yang lebih besar cenderung menyebabkan gejala yang lebih, walaupun beberapa batu yang besar tidak menunjukkan gejala)
• Lokasi batu
• Obstruksi aliran pengeluaran urin
• Pergerakan batu (dari renal pelvis ke kandung kemih)
• Adanya infeksi saluran kemih
Manifestasi bergantung pada usia. Simptom seperti nyeri panggul dan hematuria lebih cenderung pada anak yang lebih dewasa. Simptom yang tidak spesifik seperti muntah, iritabilitas lebbih cenderung pada anak yang lebih muda.
asupan makanan (oksalat, purin, kalsium, fosfat, fruktosa, protein hewani), konsumsi obat-obatan (obat anti-kanker, glukokortikoid, allopurinol, loop diuretic), asupan vitamin (A, D), asupan cairan.
Anamnesis juga harus merangkumi pertanyaan berkenaan penyakit kronik (renal tubular acidosis, penyakit radang usus, short-gut syndrome, cystic fibrosis) dan riwayat bedah urologi (transplantasi ginjal). Disebabkan beberapa batu ginjal dapat diwariskan, riwayat keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga lain dengan riwayat batu adalah penting. Dalam beberapa laporan dinyatakan bahwa, sebanyak 70% dari anak-anak dengan hiperkalsiuria idiopatik memiliki riwayat keluarga dengan batu(Fathallah- Shaykh, 2014).
2.7.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada anak dengan urolithiasis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang paling penting termasuk usia, nyeri, infeksi, dan proses yang mendasari pembentukan batu.
Kebanyakan anak dengan batu saluran kemih mempunyai hasil pemeriksaan fisik yang normal. Pengecualian untuk temuan normal pada pemeriksaan fisik meliputi berikut ini:
• Hipertensi ( dapat menyertai obstruksi urin atau nyeri)
• Takikardi pada anak dengan nyeri
• Rickets, batu sebagai bagian dari penyakit Dent (Fathallah-Shaykh, 2014)
2.7.3. Pemeriksaan penunjang 1. Urinalisis
adanya kristal dapat memberikan petunjuk apakah batu bersifat basa atau asam. Pengumpulan urin 24 jam harus dilakukan untuk mengevaluasi kalsium, natrium, phospharus, magnesium, oksalat, asam urat, sitrat, sulfat, kreatinin, pH, dan volume total. Urin 24 jam yang pertama harus menjadi spesimen acak. Urin 24 jam yang kedua harus diperoleh setelah pasiendietsodium, oksalat, dan kalsium (Colella, 2005).
2. Penilaian serum
Hitung darah lengkap dapat mengungkapkan peningkatan jumlah darah putih yang menunjukkan infeksi sistemik kemih, atauberkurangnya jumlah sel darah merah yang menunjukkan keadaan penyakit kronis atau keadaan hematuria yang parah. Serum elektrolit, BUN, kreatinin, kalsium, asam urat, dan fosfor menilai fungsi ginjal, dehidrasi, dan risiko metabolik pembentukan batu di masa depan. Peningkatan nilai PTH akan mengkonfirmasi diagnosis hiperparatiroidisme (Colella, 2005).
3. Penilaian radiologik
Intravenous Pyelography (IVP) memberikan informasi mengenai anatomi dan fungsional, mengidentifikasi ukuran yang tepat dan lokasi batu, adanya dan tingkat keparahan obstruksi, dan kelainan ginjal atau ureter.
Computed Tomography (CT) Scan dipercayai menjadi pemeriksaan radiografi yang terbaik untuk kolik ginjal akut karena menunjukkan gambaran dari saluran kemih dan menunjukkan penetrasi kontras intravena yang tertunda pada ginjal yang mengalami obstruksi. Penetrasi kontras yang tertunda adalah tanda terjadinya obstruksi urin yang akut. Disebabkan berbagai alasan, CT scan dianggap melebihi kemampuan IVP dalam mendeteksi kalkuli ginjal dan ureter, dan secara rutin dilakukan pada kebanyakan pasien yang dicurigai menderita urolitiasis.
terbaik untuk mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan foto polos perut (Trihino, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Batu Saluran Kemih (BSK) atau dikenal dengan istilah urolithiasis adalah gangguan pada saluran kemih karena terbentuknya batu di dalam saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) atau saluran kemih bawah (kandung kemih dan urethra), yang dapat menyebabkan nyeri, penyumbatan aliran urin, infeksi dan metaplasia (Ngastiyah, 2003; Pudjiastuti). BSK merupakan penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi setelah penyakit infeksi saluran kemih dan
penyakit kelenjar prostat (Izhar,2007). Angka kejadian BSK pada anak sangat bervariasi dari satu negara ke
Batu yang terbentuk di dalam kaliks ginjal atau pelvis renalis dikenali sebagai Nefrolithisis atau batu ginjal manakala batu yang terbentuk pada ureter dikenali sebagai Ureterolithisis atau batu ureter.Vesikolithiasis atau batu buli-buli ialah batu yang ditemukan di dalam buli-buli (Ngastiyah, 2005).
Kalsium Oksalat adalah batu yang paling umum terbentuk, merupakan 60-90% dari kasus BSK pada anak. Batu struvit merupakan 1-18% dari batu yang terbentuk dan 10-20% merupakan batu kalsium fosfat. Batu asam urat terdiri dari 5-10% manakala batu sistin pula menyumbang pada 1-5% batu yang terbentuk (Copelovitch, 2012).
Antara faktor- faktor yang menjadi predisposisi terjadinya batu saluran kemih pada anak adalah abnormalitas metabolik seperti hiperkalsiuria, hiperoxalouria, hipocitraturia, cystinuria dan hiperuricosuria(Sharma, 2010). Selain itu, faktor iklim, kebiasaan makan faktor genetik atau riwayat keluarga, etnik, jenis kelamin dan cuaca juga mempengaruhi kejadian batu saluran kemih. Berbagai penulis berpendapat bahwa menurunnya insidensi BSK di Eropah dan Amerika adalah disebabkan oleh perbaikan ekonomi sosial seperti perubahan pola makan(Trihono, 2009). Umumnya, prognosis untuk anak-anak dengan batu saluran kemih adalah baik. Batu saluran kemih biasanya tidak bersifat fatal, tetapi dapat menyebabkan komplikasi seperti gangguan fungsi ginjal dan infeksi saluran kemih.
1.1Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah berapakah prevalensi batu saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun 2009-2013.
1.2Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui prevalensi batu saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun 2009-2013.
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita BSK berdasarkan tahun dari tahun 2009-2013.
b) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita BSK berdasarkan umur dan jenis kelamin.
c) Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita BSK berdasarkan jenis batu yang terbentuk.
1.3Manfaat Penelitian
1.3.1 Sebagai pengalaman bagi penulis serta menambah pengetahuan tentang insidensi batu saluran kemih pada anak.
1.3.2 Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Rumah Sakit Haji Adam Malik tentang kejadian BSK pada anak dan dalam upaya perencanaan untuk memberikan pelayanan perawatan pada penderita BSK.
ABSTRAK
Batu Saluran Kemih adalah gangguan pada saluran kemih karena terbentuknya batu di dalam saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) atau saluran kemih bawah (kandung kemih dan urethra), BSK merupakan penyakit ketiga terbanyak di bidang urologi setelah penyakit infeksi saluran kemih dan penyakit kelenjar prostat. Angka kejadian BSK pada anak sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi batu saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun 2009-2013.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan metode total sampling
dan dilakukan dari bulan April sampai Desember 2014, Data diperoleh melalui data sekunder yaitu melalui rekam medis anak yang menderita batu saluran kemih. Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer.
Didapatkan sampel pasien anak yang menderita batu saluran kemih yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak disbanding perempuan yaitu anak laki-laki berjumlah 19 orang (76,0%) dan anak perempuan berjumlah 6 orang (24,0%). Anak yang menderita batu saluran kemih yang paling banyak dijumpai pada kelompok umur 0-5 tahun yaitu sebanyak 13 orang (52,0%). Lokasi pembentukan batu yang tersering pada pasien anak adalah kandung kemih yaitu sejumlah 18 orang (72,0%). Kasus batu saluran kemih pada anak di RSUP. Haji Adam Malik makin meningkat dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 6 kasus (16,0%) pada tahun 2009 dan sebanyak 7 kasus ( 28,0%) pada tahun 2013.
Kesimpulannya, anak laki-laki lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding dengan perempuan. Kelompok umur yang paling sering menderita batu saluran kemih adalah 0-4 tahun. Lokasi pembentukan batu yang paling sering adalah kandung kemih dan jenis batu yang paling banyak terbentuk adalah batu kalsium.
Abstract
Urinary stones are disorders of the urinary tract due to the formation of stones in the urinary tract both upper urinary tract (kidneys and ureters) or lower urinary tract (bladder and urethra). Urolithiasis is the third most diseases in the field of urology after urinary tract infections and diseases of prostate gland. The incidence of Urolithiasis in children varies greatly from one country to another. The purpose of this research is to determine the prevalence of urinary tract stones in children at hospital of Haji Adam Malik in 2009-2013.
This study used a descriptive method with total sampling method and conducted from April to December 2014, data were obtained through secondary data through medical records of children suffering from urinary tract stones. The data collected will be processed and analyzed using a computer program.
Obtained samples of male pediatric patients suffering from urinary tract stones are more than women, the boys are 19 persons (76.0%) and girls amounted to 6 people (24.0%). Children with duct stones most often found in the age group of 0-5 years as many as 13 people (52.0%). The most common location of stone formation in pediatric patients is in bladder that is a total of 18 people (72.0%). Cases of urinary tract stones in children in hospital of Hj Adam Malik increased from 2009 to 2013 as many as 6 cases (16.0%) in 2009 and 7 cases (28.0%) in 2013.
In conclusion ,males suffer more from urinary tract stones compared to women . The most frequent age group suffering from urinary tract stones are 0-4 years old .The most frequent stone forming location is bladder and the types of stones most frequently formed are calcium stones .