• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Panti Abdi Dharma Asih Binjai merupakan panti lanjut usia yang terbesar di Sumatera Utara karena dapat menampung lebih dari 100 orang dan berada di bawah pengawasan Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara. Panti ini terletak di Binjai dan telah dibangunkan pada tahun 1979/1980. Lokasi panti sangat strategis karena terletak sebelah Utara dengan Desa Payoraba, sebelah Barat dengan Desa Sendang Rejo, dan sebelah timur dengan Desa Cengkeh Turi. Luas wilayah panti ada sekitar 51.900 m2.

Fasilitas yang dipunyai hampir lengkap, yaitu ada 19 buah wisma tempat para lanjut usia tinggal dan tiap wisma dapat dihuni sampai 10 orang. Di beberapa wisma disediakan kemudahan kamar mandi sebagai tempat untuk para lansia melakukan aktivitas membersihkan diri, pakaian dan sebagainya. Terdapat juga sebagian wisma yang tidak mempunyai kemudahan ini sehingga memerlukan mereka untuk berjalan ke luar untuk ke kamar mandi yang disediakan di kawasan luar wisma untuk membersihkan diri.

Disekitarnya juga terdapat tempat beribadah, rumah dinas pegawai dan pimpinan panti, kantor, pusat pelayanan kesehatan, dan dapur umum untuk memasak makanan lanjut usia. Makanan yang dimasak tersebut kemudiannya diambil oleh penghuni tiap wisma dengan memakai rantang masing-masing.

Jalan menuju panti juga sudah diaspal, penerangan dengan listrik, menggunakan air bersih untuk kegunaan sehari-hari dan disekeliling kompleks dipagar besi. Panti ini dipimpin oleh seorang pemimpin, seorang wakil, dan

dibantu beberapa orang stafnya, juga pegawai yang bertugas mengawasi lanjut usia dalam aktivitas sehari-hari. Terdapat 157 orang lansia yang menghuni di panti ini. Mayoritas lansia yang tinggal di panti ini berusia 70-79 tahun yaitu seramai 96 orang (60,76%) dan 78 orang (49,68%) daripada lansia adalah laki- laki manakala 79 orang lagi (50,32%) adalah perempuan.

5.1.2. Karekteristik Individu

Bilangan lansia yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang dan dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu ≤ 69 tahun, 70-79 tahun, dan ≥80 tahun. Dari tabel 5.1. dapat diketahui sebaran lansia menurut umur bahwa sebagian besar berada pada kelompok umur 70-79 tahun yaitu sebanyak 63 orang (63,0%), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada kelompok ≥ 80 tahun yaitu sebanyak 9 orang ( 9,0%).

Berdasarkan jenis kelamin, bilangan lansia yang mempunyai jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 54 orang (54%) manakala bilangan lansia yang mempunyai jenis kelamin perempuan adalah seramai 46 orang (46%) sehingga perbandingan antara responden laki-laki dan perempuan tidak begitu ketara.

Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Penduduk Lanjut Usia di Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Karateristik Frekuensi (n) Persen (%) Umur ≤69 tahun 28 28,0 70-79 tahun 63 63,0 ≥80 tahun 9 9,0 Jenis Kelamin Laki-laki 54 54,0 Perempuan 46 46,0 Jumlah 100 100,0

5.1.3. Hasil Analisa Data

a. Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene

Pengetahuan lansia dinilai dari 7 pertanyaan tentang hal-hal yang mencakup kebersihan diri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, sebanyak 63 orang (63%) mempunyai pengetahuan yang baik dan 38 orang (38%) lagi menunjukkan pengetahuan yang kurang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 62 62,0 Kurang 38 38,0

Jumlah 100 100

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa penduduk lansia mempunyai pengetahuan yang baik paling tinggi pada pertanyaan tentang tujuan mencuci tangan menggunakan sabun dan tujuan menggosok gigi yaitu sebanyak 98 orang (98%). Pertanyaan tujuan menjaga kebersihan diri dan hal-hal yang mencakup kebersihan diri juga menunjukkan sebanyak 97 orang (97%) mempunyai pengetahuan yang baik.

Persentase pengetahuan paling rendah adalah pada pertanyaan waktu harus mencuci tangan menggunakan sabun yaitu 84 orang (84%) sahaja yang menunjukkan pengetahuan baik. Definisi kebersihan perorangan juga menunjukkan persentase yang rendah yaitu 86 orang (86%) yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.

Tabel 5.3.

Penyataan tentang Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Pengetahuan

Baik Kurang

No Penyataan (n) (%) (n) (%)

1 Definisi kebersihan perorangan 86 86,0 14 14,0 2 Waktu harus mencuci tangan menggunakan sabun 84 84,0 16 16,0 3 Dampak dari tidak menjaga kebersihan diri 93 93,0 7 7,0 4 Tujuan menjaga kebersihan diri 97 97,0 3 3,0 5 Tujuan mencuci tangan menggunakan sabun 98 98,0 2 2,0 6 Hal-hal yang mencakup kebersihan diri 97 97,0 3 3,0

7 Tujuan menggosok gigi 98 98,0 2 2,0

b. Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene

Berdasarkan Tabel 5.4., sebanyak 74 orang (74%) menunjukkan sikap yang baik terhadap personal hygiene manakala 26 orang (26%) lagi mempunyai sikap yang kurang baik.

Tabel 5.4.

Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 74 74,0 Kurang 26 26,0

Jumlah 100 100

Distribusi sikap lansia terhadap personal hygiene dapat dilihat pada Tabel 5.5. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh lansia menunjukkan sikap yang baik pada penyataan tangan harus dicuci sebelum makan yaitu sebanyak 100 orang (100%). Persentase kedua terbanyak pula adalah pada penyataan cuci rambut sebaiknya menggunakan shampoo dimana sebanyak 98 orang (98%) bersetuju.

Sikap lansia yang mendapat persentase terendah adalah pada penyataan cuci tangan dengan sabun dapat menghambat masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia yaitu sebanyak 93 orang sahaja yang bersetuju dengan pernyataan tersebut

Tabel 5.5.

Penyataan tentang Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

 

Sikap

Setuju Tidak setuju

No Penyataan (n) (%) (n) (%)

1 Cuci rambut sebaiknya pakai shampoo 98 98,0 2 2,0 2 Tangan harus dicuci sebelum makan 100 100 0 0 3 Pakaian hendaklah diganti sekali sehari 5 5,0 95 95,0 4 Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat

masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia

93 93,0 7 7,0

5 Harus berkumur-kumur selepas makan 95 95,0 5 5,0  

c. Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhannya lansia yang tinggal di panti mempunyai tindakan yang baik yaitu sebanyak 54 orang (54%) dan 46 orang (46%) lagi mempunyai tindakan yang kurang terhadap personal hygiene. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Tahun 2010

Tindakan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 54 54,0 Kurang 46 46,0

Jumlah 100 100

Berdasarkan hasil wawancara yang dimuat pada Tabel 5.7., diketahui bahwa persentase yang paling tinggi adalah pada tindakan mandi menggunakan sabun yaitu keseluruhan lansia (100%) melakukan tindakan tersebut dengan betul. Kekerapan menyikat gigi juga turut mendapat persentase yang tinggi yaitu sebanyak 98 orang (98%) melakukan tindakan tersebut dengan baik.

Tindakan yang mempunyai persentase paling rendah adalah kekerapan mencuci rambut dengan shampoo yaitu sebanyak 87 orang (87%). Turut mendapat persentase yang rendah adalah tindakan membersihkan rambut dengan shampoo yaitu sebanyak 89 orang (89%) diikuti dengan 92 orang (92%) yang melakukan tindakan mencuci tangan secara kerap.

Tabel 5.7.

Penyataan tentang Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Tindakan

Baik Kurang baik

No Penyataan (n) (%) (n) (%)

1 Kekerapan mandi dalam sehari 97 97,0 3 3,0

2 Kekerapan mencuci tangan 92 92,0 8 8,0

3 Kekerapan menyikat gigi dalam sehari 98 98,0 2 2,0 4 Tindakan membersihkan rambut dengan shampoo 89 89,0 11 11,0 5 Tindakan mencuci tangan pakai sabun selepas BAK

dan BAB

94 94,0 6 6,0

6 Kekerapan mengganti baju dalam sehari 95 95,0 5 5,0 7 Kekerapan memotong kuku dalam sebulan 95 95,0 5 5 8 Tindakan mandi pakai sabun 100 100 0 0 9 Tindakan kumur-kumur selepas makan 92 92,0 8 8,0 10 Kekerapan mencuci rambut dengan shampoo dalam

seminggu

87 87,0 13 13,0

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada lansia di Panti Abdi Dharma Asih Binjai tahun 2010, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 100 orang lansia. Data tersebut dijadikan panduan dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene

Berdasarkan Tabel 5.2, sebanyak 62 orang lansia (62%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang personal hygiene manakala 38 orang (38%) lagi berada pada kelompok lansia dengan pengetahuan yang kurang. Tingkat

pengetahuan pada lansia ini dikelompokkan berdasarkan median total skor yang dijawab oleh seluruh responden terhadap pertanyaan tentang personal hygiene. Hal ini dilakukan sedemikian rupa karena dari hasil skor yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang ketara sehinggakan rata-rata skor yang diperoleh mempunyai nilai yang sama.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh warga lansia di panti memiliki pengetahuan yang baik tentang personal hygiene. Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa tindakan yang didasari pengetahuan akan lebih baik.

Pengetahuan juga dapat dibedakan mengikut intensitas pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek. Umumnya, tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan tingkat paling atas yaitu evaluasi (Notoadmodjo, 2005).

Maka, kemungkinan kuesioner yang digunakan untuk menilai pengetahuan lansia ini hanya sekedar dapat menilai pengetahuan lansia di tingkat tahu sehinggakan jumlah lansia yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar adalah tinggi. Selain itu, pengetahuan yang baik juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi, faktor pendidikan serta faktor linkungan. Terdapatnya kelengkapan sepert televisi dan radio di panti tersebut mungkin sedikit sebanyak telah membantu meningkatkan pengetahuan lansia di situ tentang personal hygiene melalui program-program penyuluhan atau edukasi yang telah disiarkan melalui media elektronik tersebut

Dari Tabel 5.3, didapatkan bahwa, masih terdapat 16% lansia yang kurang tahu mengenai waktu diharuskan mencuci tangan menggunakan sabun. Kurangnya edukasi atau penyuluhan mungkin telah mempengaruhi kurangnya pengetahuan lansia tentang hal tersebut. Pertanyaan tentang definisi kebersihan perorangan juga berada pada persentase kedua terendah yaitu masih terdapat 14% yang menjawab pertanyaan tersebut dengan memberikan jawaban yang salah.

Oleh karena responden adalah warga lansia, mungkin pilihan jawaban yang diberikan kepada responden adalah terlalu panjang atau kompleks sehingga menyukarkan mereka memilih jawaban yang benar.

5.2.2. Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene

Hasil penelitian sikap lansia terhadap personal hygiene dapat dilihat seperti yang telah dijabarkan dalam Tabel 5.4. dimana sebanyak 74 orang (74%) menunjukkan sikap yang baik manakala selebihnya lagi seramai 26 orang (26%) mempunyai sikap yang kurang baik. Secara keseluruhannya dapat dikatakan bahwa kebanyakan lansia di panti mempunyai kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dengan baik tentang hal-hal yang meliputi personal hygiene.

Menurut Campbell (1950), sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh pengalaman lansung dan merupakan suatu perkara yang didapat atau dipelajari dan dibentuk sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi adalah antara perkara-perkara yang dibutuhkan dalam penentuan sikap yang baik (Santoso, 1995).

Maka, melalui penelitian ini, pengetahuan lansia terhadap personal hygiene yang baik telah membawa kepada sikap yang baik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan personal hygiene karena seperti yang telah dinyatakan di atas, pengetahuan adalah salah satu aspek penting yang memainkan peranan dalam pembentukan sikap yang baik.

Dari Tabel 5.5., seluruh responden (100%) bersetuju bahwa harus mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Mencuci tangan sebelum makan adalah perkara yang telah diajar kepada kita sejak kecil lagi sehinggakan kesemua responden mempunyai keyakinan atau kepercayaan bahwa mencuci tangan sebelum makan itu merupakan suatu perkara yang harus dilaksanakan dalam kehidupan seharian. Sikap cuci tangan dengan sabun dapat menghambat masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia mendapat persentase yang paling rendah karena masih terdapat 5 orang (5%) yang masih tidak bersetuju dengan

penyataan tersebut. Hal ini mungkin karena kurangnya penyuluhan yang didedahkan kepada mereka sehingga mereka merasakan bahwa pemakaian sabun sahaja tidak cukup untuk mencegah masuknya kuman ke tubuh.

5.3.3. Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene

Berdasarkan Tabel 5.6., dapat diamati bahwa sejumlah besar lansia yaitu sebanyak 54 orang (54%) berhasil melakukan tindakan yang baik dan betul terhadap hal yang berkaitan personal hygiene. Manakala 46 orang (46%) lagi masih memiliki tindakan yang kurang.

Pengetahuan dan sikap yang baik akan membawa kepada tindakan yang baik. Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap yang menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh orang lain.

Hasil dari penelitian ini telah menunjukkan bahwa lebih separuh dari responden melakukan tindakan terhadap personal hygiene dengan baik. Hal ini mungkin juga telah didukung oleh tersedianya prasarana atau fasilitas seperti kamar mandi dan sumber air yang bersih di panti tersebut karena tanpa fasilitas yang cukup akan dapat menghambat responden dari dapat melakukan tindakan yang baik.

Namun begitu, tindakan yang dilakukan oleh lansia ini mungkin sekedar tindakan yang dilakukan berdasarkan praktik terpimpin yaitu tindakan yang telah dilakukan tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Hal ini karena tindakan dapat dibagi kepada 3 kelompok mengikut kualitasnya yaitu praktik terpimpin, praktik secara mekanisme (subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis) dan yang paling atas adalah adapsi (tindakan yang sudah berkembang, tidak sekedar rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas), (Notoadmodjo, 2005). Jadi, kemungkinan tuntutan atau peraturan dari pihak panti telah mendorong para lansia untuk melakukan tindakan terhadap

personal hygiene ini dengan baik.

Selain itu juga, untuk menilai tindakan seseorang itu memerlukan pengamatan terhadap tindakan yang dilakukan responden. Hal ini karena

responden bisa saja memberikan keterangan palsu atau tidak benar sewaktu wawancara dilakukan. Maka tingginya persentase lansia yang melakukan tindakan baik ini masih bisa dikatakan belum terbukti kesahihannya karena penelitian tindakan ini tidak disertai dengan pengamatan atau observasi terhadap responden disebabkan faktor keterbatasan waktu.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 46% dari lansia yang tidak memiliki tindakan baik. Hal ini mungkin dipengaruhi faktor kewangan karena seluruh lansia yang tinggal di panti masih bergantung dari sumbangan pihak luar untuk membeli keperluan seperti pakaian, alat mandi dan sebagainya sehingga akhirnya menghindar mereka daripada melakukan tindakan yang betul terhadap personal hygiene. Selain itu, faktor kurangnya pengetahuan dan kesadaran pada lansia turut memainkan peran dalam hal ini.

Dokumen terkait