• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Perilaku Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Nama : Mohd Rashid Bin Mazlan

NIM : 07010045

Pembimbing Penguji I

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) (dr. Tri Widyawati, M.Si.)

Penguji II

(dr. Selvi Nafianti, Sp.A)

Medan, 24 November 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(3)

ABSTRAK

Di Indonesia, peningkatan penduduk lansia cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan umur harapan hidup. Namun, pertambahan jumlah peduduk lanjut usia ini turut melahirkan masalah baru dalam bidang kesehatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku lansia terhadap

personal hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan studi potong lintang. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2010. Instrumen dari penelitian ini berupa kuesioner yang mengandung pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap

personal hygiene.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 62 orang (62,0%) lansia mempunyai pengetahuan yang baik terhadap personal hygiene dan 38 orang (38,0%) mempunyai pengetahuan yang kurang. Berdasarkan sikap diperoleh sebagian besar lansia mempunyai sikap yang baik terhadap personal hygiene yaitu sebanyak 74 orang (74,0%) dan 36 orang (36,0%) bersikap kurang. Berdasarkan tindakan diperoleh bilangan lansia yang mempunyai tindakan baik terhadap

personal hygiene adalah seramai 54 orang (54,0%) dan seramai 46 orang (46,0%) memiliki tindakan kurang.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lansia, pihak pelayanan kesehatan panti, peneliti dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan dan memberikan penyuluhan tentang kepentingan personal hygiene dalam menjalani kehidupan seharian.

(4)

ABSTRACT

In Indonesia, the increase in elderly population tends to increase from year to year in line with rising life expectancy. However, the increase in the number of elderly also has raised a new problems in the health sector.

The purpose of this study was to investigate the behavior of elderly towards personal hygiene in Panti Abdi Dharma Asih Binjai. This research is descriptive method by using cross sectional study. The sample size used is 100 people. This research was conducted from June to July 2010. Instruments of this study is a questionnaire that contains questions about knowledge, attitudes and actions towards personal hygiene.

The results of this study indicate that as many as 62 (62.0%) elderly have a good knowledge of personal hygiene and 38 people (38.0%) have poor knowledge. Based on the attitude , most elderly have a good attitude towards personal hygiene as many as 74 people (74.0%) and the remaining 36 people (36.0%) have a poor attitude. Based on the number obtained from the actions of elderly who have good measures of personal hygiene is 54 people (54.0%) and the remaining 46 people (46.0%) have a poor action.

The results of this study are expected to benefit the elderly, health institutions, researchers and the public, in order to enhance and provide information about the importance of personal hygiene in daily life.

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang karena atas segala rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya ingin mengucapkan jutaan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes., yang telah banyak memberi bimbingan dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. Tidak lupa juga ingin saya ucapkan terima kasih kepada keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Laporan penelitian ini berjudul “Perilaku Lansia Terhadap Personal Hygiene

(Kebersihan Perorangan) di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010”. Penelitian ini dilakukan karena belum adanya penelitian serupa sebelumnya. Selain itu, masyarakat lanjut usia terutamanya harus didorong untuk melaksanakan rutinitas

personal hygiene sebanyak mungkin karena upaya ini lebih menguntungkan karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.

Saya juga menyadari bahwa laporan penelitian ini masih lagi jauh dari sempurna. Oleh itu, saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat menyempurnakan lagi laporan penelitian ini.

(7)

DAFTAR ISI

2.1.2. Perubahan Fisiologik Tubuh pada Lansia ... 7

(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 25

3.2. Defenisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 27

4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

4.3.1. Kriteria Inklusi ... 28

4.3.2. Kriteria Eksklusi ... 28

4.4.Teknik Pengumpulan Data ... 28

4.5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 28

4.6. Pengolahan dan Analisa Data... 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 30

5.1. Hasil Penelitian... .. 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 30

5.1.2. Deskripsi Karekteristik Responden... 31

5.1.3. Hasil Analisa Data... .. 32

5.2. Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene ... 37

5.2.2. Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene... 38

5.2.3. Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 41

6.1. Kesimpulan... .. 41

6.2. Saran... .... 41

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1 Variabel , Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil

Ukur dan Skala Ukur……….26

5.1 Distribusi Karakteristik Penduduk Lanjut Usia di

Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010………...32

5.2 Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun

2010………...………32

5.3 Penyataan tentang Pengetahuan Lansia terhadap

Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih

Binjai………..33

5.4 Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi

Dharma Asih Binjai Tahun 2010……….………… 34

5.5. Penyataan tentang Sikap Lansia terhadap

Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih

Binjai………..35

5.6. Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Tahun 2010………...……….…35

5.7. Penyataan tentang Tindakan Lansia terhadap

Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai……...36

(10)

ABSTRAK

Di Indonesia, peningkatan penduduk lansia cenderung meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan umur harapan hidup. Namun, pertambahan jumlah peduduk lanjut usia ini turut melahirkan masalah baru dalam bidang kesehatan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku lansia terhadap

personal hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan studi potong lintang. Besar sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2010. Instrumen dari penelitian ini berupa kuesioner yang mengandung pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap

personal hygiene.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 62 orang (62,0%) lansia mempunyai pengetahuan yang baik terhadap personal hygiene dan 38 orang (38,0%) mempunyai pengetahuan yang kurang. Berdasarkan sikap diperoleh sebagian besar lansia mempunyai sikap yang baik terhadap personal hygiene yaitu sebanyak 74 orang (74,0%) dan 36 orang (36,0%) bersikap kurang. Berdasarkan tindakan diperoleh bilangan lansia yang mempunyai tindakan baik terhadap

personal hygiene adalah seramai 54 orang (54,0%) dan seramai 46 orang (46,0%) memiliki tindakan kurang.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lansia, pihak pelayanan kesehatan panti, peneliti dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan dan memberikan penyuluhan tentang kepentingan personal hygiene dalam menjalani kehidupan seharian.

(11)

ABSTRACT

In Indonesia, the increase in elderly population tends to increase from year to year in line with rising life expectancy. However, the increase in the number of elderly also has raised a new problems in the health sector.

The purpose of this study was to investigate the behavior of elderly towards personal hygiene in Panti Abdi Dharma Asih Binjai. This research is descriptive method by using cross sectional study. The sample size used is 100 people. This research was conducted from June to July 2010. Instruments of this study is a questionnaire that contains questions about knowledge, attitudes and actions towards personal hygiene.

The results of this study indicate that as many as 62 (62.0%) elderly have a good knowledge of personal hygiene and 38 people (38.0%) have poor knowledge. Based on the attitude , most elderly have a good attitude towards personal hygiene as many as 74 people (74.0%) and the remaining 36 people (36.0%) have a poor attitude. Based on the number obtained from the actions of elderly who have good measures of personal hygiene is 54 people (54.0%) and the remaining 46 people (46.0%) have a poor action.

The results of this study are expected to benefit the elderly, health institutions, researchers and the public, in order to enhance and provide information about the importance of personal hygiene in daily life.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, populasi penduduk lanjut usia juga semakin bertambah dari hari ke hari. Pertumbuhan penduduk lansia yang cepat di seluruh dunia telah mengatasi pertumbuhan kelompok usia lainnya. Hal ini dapat dilihat melalui peningkatan penduduk lansia yang signifikan dimana pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia adalah sebesar 18,96 juta jiwa dan jumlah ini meningkat menjadi 20.547.541 orang pada tahun 2009 (U.S. Census Bureau,International Data Base, 2009). Di negara-negara maju, jumlah lansia juga ternyata mengalami peningkatan, antara lain : Jepang (17,2%), Singapura (8,7%), Hongkong (12,9%), dan Korea Selatan (12,9%) (Notoadmodjo, 2007).

Di Indonesia, peningkatan penduduk lansia juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penduduk lansia yang diperkirakan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain telah menyebabkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2004) menjadikan abad 21 bagi bangsa Indonesia sebagai abad lansia. Menurut WHO, pada tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan lansia sebesar 41,4%, yang merupakan peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa merperkirakan bahwa jumlah warga Indonesia akan mencapai kurang lebih 60 juta jiwa pada tahun 2050 seterusnya meletakkan Indonesia pada tempat ke-4 setelah China, India, dan Amerika Serikat untuk jumlah penduduk lansia terbanyak (Notoadmodjo, 2007).

(13)

keterbatasan berinteraksi sosial dan menurunnya produktifitas kerja. Selain itu, menurut Pusdatin, Depsos RI (2004), dalam Dinkes Sleman (2009), permasalahan lain yang sering muncul adalah rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin meningkat, sebanyak 49,5% lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang signifikan, sebanyak 15% lanjut usia terlantar, dan sebagian lansia menjadi korban kekerasan.

Dengan meningkatnya jumlah lansia dan berbagai permasalahan tersebut, masalah kesehatan lansia merupakan masalah utama yang harus diberikan perhatian. Adapun penyakit yang sering diderita oleh lansia adalah penyakit yang bersifat degeneratif, (Yusnita, 2004), namun penyakit infeksi juga masih tinggi di kalangan lansia. Kajian klinis dan epidemiologi telah menemukan bahwa angka insidensi atau prevalensi penyakit infeksi meningkat atau berada paling tinggi pada populasi geriartri (Yoshikawa, 1987). Pada lansia, daya tahan tubuh mereka akan menjadi lemah jika dilihat secara fisik. Dalam penelitian yang dibuat oleh Fatmah (2006) tentang respon imunitas pada lansia, beliau menemukan bahwa konfigurasi limfosit dan reaksinya melawan infeksi berkurang yang ditunjukkan dengan rentannya tubuh terhadap serangan penyakit apabila usia semakin meningkat. Infeksi yang sering diderita pada lanjut usia diantaranya adalah pneumonia, dan angka kematian bagi kasus ini adalah cukup tinggi sehingga mencapai 40% oleh karena daya tahan tubuh yang menurun (Ismayadi, 2004).

(14)

yang mengakibatkan usaha perawatan diri sendiri terganggu sehingga kemampuan untuk mandi dengan bersih, membersihkan daerah genitalia dengan seksama tidak

dapat dilakukan secara mandiri. Pada lansia juga, aktivitas karies meningkat yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor dan antaranya ialah oral hygiene yang kurang

baik (Sagala, 2005).

Jadi, berdasarkan permasalahan kesehatan yang telah dibahaskan di atas, untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan usia lanjut, personal hygiene

(kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor dasar karena individu yang mempunyai kebersihan diri yang baik mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mendapat penyakit (Setiabudhi, 2002). Personal hygiene atau perawatan diri/kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan (Sharma, 2007). Peningkatan personal hygiene dan perlindungan terhadap linkungan yang tidak menguntungkan merupakan perlindungan khusus yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan (Dainur, 1995). Perawatan fisik diri sendiri mencakup perawatan kulit, kuku, alat kelamin, rambut, mata, gigi-mulut, telinga dan hidung (Setiabudhi, 2002). Masyarakat lanjut usia terutamanya harus didorong untuk melaksanakan rutinitas personal hygiene sebanyak mungkin karena upaya ini lebih menguntungkan karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan.

(15)

Karena alasan inilah yang memotivasi saya mengangkat masalah ini menjadi judul penelitian saya.

1.2.1. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

Bagaimana perilaku masyarakat lansia berhubungan dengan personal hygiene

dalam kehidupan seharian mereka?

1.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perilaku masyarakat lansia di panti jompo mengenai personal hygiene.

I.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengetahuan penduduk lansia tentang personal hygiene.

2. Mengetahui sikap lansia terhadap personal hygiene.

3. Mengetahui tindakan lansia dalam menjaga personal hygiene.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

a. Meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat lansia dalam menguruskan diri terutama berhubungan dengan personal hygiene.

b. Sebagai bahan masukan bagi pihak Pelayanan Kesehatan Panti Abdi Dharma Asih Binjai supaya dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat lansia di sana tentang bagaimana cara menjaga personal hygiene yang betul dan kepentingan personal hygiene dalam menjalani kehidupan yang lebih sehat.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia

2.1.1. Definisi Lansia

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan.

Konteks kebutuhan tersebut dihubungkan secara biologis, sosial, dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling tidak saat masa puber dan prosesnya

berlansung sampai kehidupan dewasa (Depkes RI, 1999). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), lanjut usia adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. Lebih rinci, batasan penduduk lansia dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial, dan usia atau batasan usia, yaitu (Notoadmodjo, 2007):

a. Aspek Biologi

(17)

b. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah.

c. Aspek Sosial

Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Di masyarakat tradisional di Asia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat. d. Aspek Umur

Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur adalah yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut.

Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang No.13 Tahun 1998 adalah 60 tahun. Namun, berdasarkan pendapat beberapa ahli dalam program kesehatan Usia Lanjut, Departemen Kesehatan membuat pengelompokan seperti di bawah ini (Notoadmodjo, 2007):

a. Kelompok Pertengahan Umur

Kelompok usia dalam masa verilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun). b. Kelompok Usia Lanjut Dini

Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).

c. Kelompok Usia Lanjut

(18)

d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi

Kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.

Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi (Notoadmodjo, 2007):

a. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun b. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun c. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun d. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun

2.1.2. Perubahan Fisiologik Tubuh pada Lansia

Tingkat perubahan organ tubuh dan fungsinya diklasifikasikan kepada beberapa bagian, yaitu (Yatim, 2004), :

1. Tetap stabil. Seperti denyut nadi dalam istirahat tetap seperti masih usia muda dan perubahan perilaku psikososial paling sedikit berubah, terutama apabila diamati secara berkelompok.

2. Perubahan yang menjelma menjadi penyakit. Contohnya, menurunnya hormon testoteron dalam darah.

3. Perubahan yang terjadi sebagai penyeimbang, seperti berkurangnya frekuensi denyut jantung, selalu diimbangi dengan peningkatan jumlah darah yang dipompakan keluar dari jantung.

4. Perubahan sekuler. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kadar kolesterol dalam darah pada usia muda akan berangsur-angsur menurun sesuai dengan pertambahan usia.

5. Perubahan intrinsik. Misalnya, pada lansia terjadi penurunan ureum keratinin klearens.

2.1.3. Kebutuhan Hidup Lansia

(19)

dan sebagainya diperlukan oleh lansia agar dapat mandiri. Menurut pendapat Maslow dalam Suhartini (2004), kebutuhan manusia meliputi :

1. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.

2. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupunbatiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan kemandirian dan sebagainya

3. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui

paguyuban,organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya

4. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar

pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

2.1.4. Problema Usia Lanjut Saat Ini

Dari hasil penilitian menunjukkan bahwa panjangnya angka harapan hidup penduduk usia lanjut perempuan berhubungan dengan pengaruh hormonal pada wanita usia reproduktif dimana hormon estrogen mempunyai peranan sebagai pelindung yang menyebabkan angka harapan hidup waktu lahir untuk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Namun, pada laki-laki peranan estrogen sangat sedikit dan juga mempunyai beban kerja fisik yang lebih berat selain perilaku merokok dan kebiasaan makan yang kurang berimbang. Dengan

meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini membuat jumlah lansia semakin meningkat. Ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang

(20)

Aspek kesehatan pada lansia ditandai dengan adanya perubahan faali akibat proses menua meliputi: (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usila, Depkes, 2005)

1. Gangguan penglihatan, yang biasanya disebabkan oleh degenerasi makular senilis, katarak dan glaukoma. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:  a. Degenerasi makular senilis

Penyebab penyakit ini belum diketahui namun dapat dicetuskan oleh ransangan cahaya berlebihan.Kelainan ini mengakibatkan distorsi visual, penglihatan menjadi kabur serta menjadi kabur serta dapat timbul distorsi persepsi visual. b. Katarak

Katarak pada lansia dapat diakibatkan oleh pengobatan steroid yang lama, trauma maupun radiasi. Bila tidak ditemukan penyebabnya, biasanya disebut idiopatik akibat proses menua.

c. Glaukoma

Peningkatan tekanan dalam bola mata dapat terjadi secara akut maupun

mendadak. Gejalanya adalah kabur penglihatan disertai nyeri, pusing, muntah dan kemerahan pada mata.

2. Gangguan pendengaran, gangguan ini meliputi presbiskusis dan gangguan komunikasi.

a. Presbiskusis

Gangguan pendengaran pada lansia disebut presbiskusis. Laki-laki umumnya lebih sering menderita presbiskusis daripada perempuan.

b. Gangguan komunikasi

(21)

3. Perubahan komposisi tubuh Dengan bertambahnya usia maka massa bebas lemak berkurang 6,3% berat badan per dekade seiring dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air mengalami penurunan sebesar 2,5% per dekade.

4. Saluran cerna

Dengan bertambahnya usia maka jumlah jumlah gigi berangsur-angsur berkurang karena tanggal atau ekstraksi atas indikasi tertentu. Ketidaklengkapan alat cerna mekanik tertentu mengurangi kenyaman makan serta membatasi jenis makanan yang dapat dimakan. Produksi air liur dengan berbagai enzim yang terkandung di dalamnya juga mengalami penurunan. Selain mengurangi kenyamanan makan, kondisi mulut yang kering juga mengurangi kelancaran saat makan.

5. Hepar

Hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia 80 tahun ke atas, sehingga obat-obatan yang memerlukan proses metabolisme pada organ ini harus ditentukan dosisnya secara saksama agar para lansia terhindar dari efek samping yang tidak diinginkan.

6. Ginjal

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui air seni. Darah masuk ke ginjal kemudian disaring oleh unit terkecil ginjal yang disebut nefron. Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5-7% per dekade mulai usia 35 tahun. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme melalui air seni termasuk sisa obat-obatan.

7. Perubahan kardiovaskular

Perubahan pada jantung dapat terlihat dari bertambahnya jaringan kolagen, ukuran miokard bertambah, jumlah miokard berkurang, dan jumlah air jaringan

(22)

serta berkas His dan Purkinje. Keadaan tersebut akan mengakibatkan menurunnya kekuatan dan kecepatan kontraksi miokard disertai memanjangnya waktu

pengisian diastolik. Hasil akhirnya adalah berkurangnya fraksi ejeksi sampai 10-20%.

8. Sistem pernafasan

Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan penambahan usia. Sendi-sendi tulang iga akan menjadi kaku. Keadaan-keadaan tersebut mengakibatkan penurunan laju ekspirasi paksa satu detik sebesar ±0,2 liter/dekade serta berkurangnya kapasitas vital. Sistem

pertahanan yang terdiri atas gerak bulu getar, leukosit, dan antibodi serta refleks batuk akan menurun. Hal tersebut menyebabkan warga usia lebih rentan terhadap infeksi.

8. Sistem hormonal

Produksi testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun tetapi tidak mencapai titik nadir. Pada usia 70 tahun, seorang laki-laki masih memiliki libido dan mampu melakukan kopulasi. Pada wanita, karena jumlah ovum dan folikel yang sangat rendah maka kadar estrogen akan sangat menurun setelah menopause. Keadaan ini menyebabkan dinding rahim dan saluran kemih menjadi kering. Pada wanita yang sering melahirkan keadaan di atas akan memperbesar kemungkinan terjadinya inkontenensia.

10. Sistem muskuloskeletal

(23)

2.2. Personal Hygiene

2.2.1. Konsep Personal Hygiene

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai

individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya

kebudayaan , sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.  Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu

personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto, 2004).

 

2.2.2. Tujuan Personal Hygiene

Antara tujuan dari personal hygiene adalah (Tarwoto, 2004): 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4. Mencegah penyakit

5. Menciptakan keindahan

6. Meningkatkan rasa percaya diri

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah (Tarwoto, 2004):

1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.

2. Praktik sosial

(24)

3. Status sosial-ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kaki.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, shampoo, dan lain-lain. 7. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.2.4. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene Antara dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah ( Tarwoto, 2004):

1. Dampak Fisik

(25)

2. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.2.5. Hal-Hal yang Mencakup Personal Hygiene

2.2.5.1. Mandi

Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri. Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh (Stassi, 2005). Kita

seharusnya mandi dua kali sehari. Alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita. Urutannya adalah sebagai berikut (Irianto, 2007):

a. Seluruh tubuh kita cuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian tubuh kita siram bersih-bersih.

b. Seluruh tubuh kita gosok hingga keluar semua kotoran atau daki. Kita keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan- lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruh tubuh disiram sampai bersih dari kaki.

Pada lansia, mandi biasanya dilakukan 2 kali sehari atau lebih sesuai selera, dengan air dingin atau air hangat. Diusahakan agar satu kali mandi tidak di bawah pancuran atau konsensional , tetapi merendam diri di bak mandi yang akan

(26)

2.2.5.2. Perawatan mulut dan gigi

Mulut yang bersih adalah penting kepada kesejahteraan fisikal dan mental seseorang. Perawatan pada mulut juga disebut oral hygiene. Melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat di mulut dapat dibersihkan. Selain itu, sirkulasi pada gusi juga dapat distimulasi dan dapat mencegah halitosis (Stassi, 2005). Maka adalah penting untuk menggosok gigi sekurang-kurangnya 2 kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas kita makan (Sharma, 2007).

Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi geligi. Salah satu sebab adalah karena proses penuaan dan penyebab lain yang lebih sering adalah kurang baiknya perawatan gigi dan mulut. Osteroporosis dan periodontitis pada lansia menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini sering tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya peradangan. Caries timbul antara lain akibat fermentasi sisa makanan yang menempel pada gigi oleh kuman yang lambat laun mengakibatkan lobang pada enamel gigi dan bila tidak ditambal akan

menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi karena infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam, gigi perlu dibersihkan, yaitu kumur-kumur dengan air atau teh tanpa gula (Setiabudhi, 2002).

Kesehatan gigi dan rongga mulut bukan sekedar menyangkut kesehatan di rongga mulut saja. Kesehatan mencerminkan kesehatan seluruh tubuh. Orang yang giginya tidak sehat, pasti kesehatan dirinya mundur. Sebaliknya yang

giginya sehat dan terawat baik, seluruh dirinya sehat dan segar bugar. Menggosok gigi sebaiknya dilakukan setiap selesai makan. Sikat gigi jangan ditekan keras-keras pada gigi kemudian digosokkan cepat-cepat. Tujuan menggosok gigi ialah membersihkan gigi dan seluruh rongga mulut. Dibersihkan dari sisa-sisa

makanan, agar tidak ada sesuatu yang membusuk dan menjadi sarang bakteri (Irianto, 2007).

2.2.5.3. Perawatan rambut

(27)

dan debu, mencegah kekusutan rambut, dan dapat meransang sirkulasi kulit kepala. Rambut harus dirawat supaya tetap bersih dan rapi. Rambut itu berlemak dan kotoran debu mudah melekat pada rambut. Lemak dan kotoran pada rambut membusuk dalam waktu 24 jam. Oleh karena itu, kita harus mencuci rambut dan kulit kepala atau keramas setiap kali kita mandi. Dengan begitu, hilanglah semua kotoran yang melekat dan pori-pori kulit kepala akan terbuka, kemudian

dikeringkan supaya rambut terasa segar dan sehat kembali (Irianto, 2007).

Kerontokan rambut sering terjadi pada lanjut usia. Jumlah rambut rata-rata adalah lebih dari 100.000 helai yang 80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20% berada dalam stadium tidak aktif. Pada lansia, rambut di permukaan badan dan ekstrimitas lambat laun menghilang. Rambut membutuhkan perawatan yang baik dan teratur, terutama pada wanita. Agar tidak mengalami banyak kerontokan, antara lain karena kurangnya sanitasi atau adanya infeksi jamur yang lazim disebut ketombe. Rata-rata 50-100 helai rambut dapar rontok dalam masa sehari. Oleh itu, rambut sebaik-baiknya perlu dicuci dengan shampoo yang mengandung anti-ketombe yang cocok. Cuci rambut sebaiknya dilakukan tiap 2 atau 3 hari dan minimal sekali seminggu (Setiabudhi, 2002).

2.2.5.4. Perawatan kuku kaki dan tangan.

Menggunting dan membersihkan kuku dan kaki secara teratur dapat mencegah masalah kuku.Waktu yang paling sesuai untuk melakukan perawatan kuku dan kaki adalah selepas mandi. Kuku tangan haruslah dibersihkan setiap hari. Pada lipatan antara kuku dan kulit serta di bawah ujung kuku terdapat kotoran yang menyangkut. Hal ini sudah tentu akan menyebabkan banyak kuman dan telur cacing parasit yang terselit di situ. Maka, ujung kuku hendaknya

(28)

Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan pada kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat, permukaan tidak mengilat tetapi menjadi bergaris dan mudah pecah karena agak keropos. Warnanya bisa berubah menjadi kuning atau opaque. Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku kaki akan menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung kuku kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus incarnatus). Pengguntingan dilakukan setelah kuku direndam dalam air hangat selama 5-10 menit karena pemanasan membuat kuku menjadi lembek dan mudah digunting (Setiabudhi, 2002).

2.2.5.5. Cuci tangan

Tangan adalah anggota tubuh yang paling banyak berhubungan dengan apa saja. Kita menggunakan tangan untuk menjamah makanan setiap hari. Selain itu, sehabis memegang sesuatu yang kotor atau mengandung kuman penyakit, selalunya tangan kita akan lansung menyentuh mata, hidung, mulut, makanan serta minuman. Hal ini dapat menyebabkan pemindahan sesuatu yang dapat berupa penyebab terganggunya kesehatan karena tangan merupakan perantara penularan kuman (Irianto, 2007).

Selain itu,tangan juga adalah salah satu penghantar utama masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia. Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat penyakit ke tubuh manusia melalui perantara tangan. Tangan manusia yang kotor karena menyentuh feses mengandung kurang lebih 10 juta virus dan 1 juta bakteri. Kuman penyakit seperti virus dan bakteri tidak dapat terlihat dengan mata

telanjang sehingga sering diabaikan dan mudah masuk ke tubuh manusia. Hampir semua orang mengerti pentingnya cuci tangan pakai sabun namun tidak

(29)

dengan benar juga dapat mencegah penyakit menular lainnya seperti tifus dan flu burung.

Langkah yang tepat cuci tangan pakai sabun adalah seperti berikut (National Campaign for Handwashing with Soap, 2007):

1. Basuh tangan dengan air mengalir dan gosokkan kedua permukaan tangan dengan sabun secara merata, dan jangan lupakan sela-sela jari.

2. Bilas kedua tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.

3. Keringkan tangan dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.

2.2.5.6. Pakaian harus bersih

Pakaian yang kotor akan menghalang seseorang untuk merasa segar dan sehat walaupun seluruh tubuh sudah bersih. Pakaian banyak menyerap keringat, lemak dan kotoran yang dikeluarkan badan. Dalam sehari saja, pakaian

berkeringat dan berlemak ini akan berbau busuk dan memuakkan. Kita perlu menukar pakaian dengan yang besih setiap hari. Saat tidur hendaknya kita mengenakan pakaian yang khusus untuk tidur dan bukannya pakaian yang sudah dikenakan sehari-hari yang sudah kotor. Untuk kaos kaki, kaos yang telah dipakai 2 kali harus dibersihkan. Selimut, sprei, dan sarung bantal juga harus diusahakan supaya selalu dalam keadaan bersih sedangkan kasur dan bantal harus sering dijemur (Irianto, 2007).

2.3. Perilaku

2.3.1. Definisi Perilaku

(30)

luar). Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus  Organisme  Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori "S-O-R"

(stimulus-organisme-respons). Teori skinner juga menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu (Notoadmodjo, 2005):

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli,

karena menimbulkan respons yang relatif tetap. Responden respons juga mencakup perilaku emosional.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Perangsangan yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.

Perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R” tersebut dapat dibagikan kepada dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Bentuk "unobservable behavior" atau "covert behavior" yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior".

2.2.2. Ilmu-Ilmu Dasar Perilaku

(31)

fantasi, sugesti, dan sebagainya merupakan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar. Kesimpulannya, terdapat 3 cabang ilmu yang membentuk perilaku seseorang itu yaitu ilmu psikologi, sosiologi dan antropologi (Notoadmodjo, 2005).

2.2.3. Perilaku Kesehatan

Respons seseorang terhadap stimulus atau objek-objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit adalah merupakan suatu perilaku kesehatan( healthy behavior ). Jika dipandang dari sudut yang lain, perilaku kesehatan itu sebenarnya meliputi semua aktivitas seseorang, baik yang dapat diamati( observable) maupun yang tidak dapat diamati( unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyenbuhan apabila sakit. Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu (Notoadmodjo, 2005):

1. Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, sering disebut dengan perilaku sehat (healthy behavior) yang mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif).

2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk

(32)

Menurut Becker (1979), beliau membedakan perilaku kesehatan menjadi tiga, yaitu:

1. Perilaku sehat (healthy behavior)

Perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, antara lain:

a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet) b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.

c. Tidak merokok serta meminum minuman keras serta menggunakan narkoba.

d. Istirahat yang cukup.

e. Pengendalian atau manajemen stress. f. Perilaku atau gaya hidup positif. 2. Perilaku sakit ( Illness behavior)

Perilaku dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya. Tindakan yang muncul pada orang sakit atau anaknya sakit adalah:

a. Didiamkan saja, dan tetap menjalankan kegiatan sehari-hari.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) dengan 2 cara yaitu cara tradisional dan cara modern. c. Mencarai penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)

Becker mengatakan hak dan kewajiban orang yang sedang sakit adalah merupakan perilaku peran orang sakit (the sick role behavior). Perilaku peran orang sakit antara lain;

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat untuk memperoleh kesembuhan.

(33)

d. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses pnyembuhannya.

e. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penyakitnya, dan sebagainya

2.3.4. Domain Perilaku

Menurut Benyamin Bloom (1908), terdapat 3 domain perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ahli pendidikan di Indonesia kemudian

menterjemahkan ketiga domain ini ke dalam cipta, rasa, dan karsa, atau peri cipta, peri rasa, dan peri tindak. Untuk kepentingan pendidikan praktis, 3 tingkat ranah perilaku telah dikembangkan sebagai berikut (Notoadmodjo, 2005):

1. Pengetahuan (knowledge)

Terdapat intensitas yang berbeda-beda pada setiap pengetahuan sesorang terhadap objek. Umumnya, tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu;

a. Tahu (know)

Tahu diartikanhanya hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami sesutu objek bukan sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksudkan dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

(34)

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu, yang berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau yang sedang berlaku dalam masyarakat.

2. Sikap (Attitude)

Campbell (1950) mendefinisikan sikap dengan sederhana, yakni :" An individual's attitude is syndrome of response consistency with regard to object." Maka, dapat disimpulkan di sini bahwa sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Berbeda dengan Newcomb, beliau menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Allport (1954) pula mengatakan bahwa terdapat 3 komponen pokok pada sikap yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional atau evaluasi orang

terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak.

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Untuk terbentuknya tindakan, diperlukan faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan dapat dibagi kepada 3 tingkatan mengikut kualitasnya, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guide response)

Subjek telah melakukan sesuatu tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

(35)

c. Adapsi (adoption)

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

 

3.2. Defenisi Operasional a. Pengetahuan

Mencakup sejauh mana pengetahuan masyarakat lansia tentang personal hygiene dan kepentingan personal hygiene dalam mencegah penyakit. Pengetahuan menunjukkan seberapa besar masyarakat lansia di panti mengetahui tentang konsep personal hygiene, kepentingannya dan upaya dalam meningkatkan personal hygiene.

b. Sikap

Mencakup sejauh mana sikap masyarakat lansia tentang personal hygiene. Sikap merupakan predisposisi tindakan masyarakat lansia terhadap upaya-upaya untuk melakukan personal hygiene. Hal ini akan mencakup mengenai sikap lansia di panti terhadap perkara-perkara dalam menjaga kebersihan diri sendiri seperti cuci tangan, perawatan rambut, perawatan kuku kaki dan tangan, mandi, perawatan gigi dan mulut, serta pakaian. c. Tindakan

(37)

dengan menggunakan sabun, melakukan perawatan gigi dan mulut dengan menggosok gigi, dan sentiasa menggantikan pakaian dengan pakaian yang bersih.

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Pengetahuan Pengetahuan lansia terhadap personal

Sikap Tanggapan atau

reaksi lansia

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dengan pertimbangan bahwa UPTD Abdi Dharma merupakan panti lanjut usia terbesar di Sumatera Utara. Selain itu, berdasarkan penilitian yang dilakukan sebelum ini oleh Lubis, Hiswani, dan Rasmaliah (2005), sebanyak 30% daripada penduduk lansia di sana menderita penyakit kulit yang diduga akibat kurangnya

personal hygiene. Penelitian dilakukan dari bulan Juni sehingga Juli 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang tinggal di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini :

Zα2PQ N =

d2 N : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (0.5) Q : 1-P = 1 - 0.5 = 0,5

(39)

Dari perhitungan rumus diatas maka didapat jumlah sampel yang diambil adalah 97. Pemilihan subyek telah dilakukan secara acak menggunakan teknik simplerandom sampling.

4.3.1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Abdi Dharma Asih, berusia 60 tahun ke atas dan bersedia memberi keterangan saat pengambilan data berlangsung.

4.3.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah lansia yang menderita pikun (dementia senilis).

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari penduduk lansia panti yang terpilih melalui wawancara tertutup berdasarkan kuesioner. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan yang dibuat berdasarkan variabel yang telah diukur. . Masing-masing antara lain:

- Tujuh pertanyaan untuk menilai pengetahuan responden terhadap

personal hygiene.

- Lima pertanyaan untuk menilai sikap responden terhadap

personal hygiene.

- Sepuluh pertanyaan untuk menilai tindakan responden terhadap

personal hygiene.

4.5. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

(40)

4.5.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas pada kuesioner telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0. Butir pertanyaan dikatakan significant

apabila nilai korelasi yang kita dapatkan > nilai tabel r dengan taraf signifikasi 0,05.

4.5.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Tujuan uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penilitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang. Uji reliabilitas telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0. Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha jika alpha lebih besar dari nilai r tabel maka bisa dikatakan reliabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika nilai r > 0,60.

4.6. Pengolahan dan Analisis Data.

Data dari setiap responden dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS

15.0 .

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilaksanakan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai bermula 25 Jun 2010 hingga 3 Julai 2010. Penelitian ini diperoleh dari wawancara berdasarkan kuesioner yang dilakukan kepada 100 orang penduduk lansia yang tinggal di panti.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Panti Abdi Dharma Asih Binjai merupakan panti lanjut usia yang terbesar di Sumatera Utara karena dapat menampung lebih dari 100 orang dan berada di bawah pengawasan Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara. Panti ini terletak di Binjai dan telah dibangunkan pada tahun 1979/1980. Lokasi panti sangat strategis karena terletak sebelah Utara dengan Desa Payoraba, sebelah Barat dengan Desa Sendang Rejo, dan sebelah timur dengan Desa Cengkeh Turi. Luas wilayah panti ada sekitar 51.900 m2.

Fasilitas yang dipunyai hampir lengkap, yaitu ada 19 buah wisma tempat para lanjut usia tinggal dan tiap wisma dapat dihuni sampai 10 orang. Di beberapa wisma disediakan kemudahan kamar mandi sebagai tempat untuk para lansia melakukan aktivitas membersihkan diri, pakaian dan sebagainya. Terdapat juga sebagian wisma yang tidak mempunyai kemudahan ini sehingga memerlukan mereka untuk berjalan ke luar untuk ke kamar mandi yang disediakan di kawasan luar wisma untuk membersihkan diri.

Disekitarnya juga terdapat tempat beribadah, rumah dinas pegawai dan pimpinan panti, kantor, pusat pelayanan kesehatan, dan dapur umum untuk memasak makanan lanjut usia. Makanan yang dimasak tersebut kemudiannya diambil oleh penghuni tiap wisma dengan memakai rantang masing-masing.

(42)

dibantu beberapa orang stafnya, juga pegawai yang bertugas mengawasi lanjut usia dalam aktivitas sehari-hari. Terdapat 157 orang lansia yang menghuni di panti ini. Mayoritas lansia yang tinggal di panti ini berusia 70-79 tahun yaitu seramai 96 orang (60,76%) dan 78 orang (49,68%) daripada lansia adalah laki-laki manakala 79 orang lagi (50,32%) adalah perempuan.

5.1.2. Karekteristik Individu

Bilangan lansia yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang dan dibagi menjadi 3 kelompok umur yaitu ≤ 69 tahun, 70-79 tahun, dan ≥80 tahun. Dari tabel 5.1. dapat diketahui sebaran lansia menurut umur bahwa sebagian besar berada pada kelompok umur 70-79 tahun yaitu sebanyak 63 orang (63,0%), sedangkan kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada kelompok ≥ 80 tahun yaitu sebanyak 9 orang ( 9,0%).

Berdasarkan jenis kelamin, bilangan lansia yang mempunyai jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 54 orang (54%) manakala bilangan lansia yang mempunyai jenis kelamin perempuan adalah seramai 46 orang (46%) sehingga perbandingan antara responden laki-laki dan perempuan tidak begitu ketara.

Tabel 5.1

(43)

Karateristik Frekuensi (n) Persen (%) Umur

≤69 tahun 28 28,0

70-79 tahun 63 63,0

≥80 tahun 9 9,0

Jenis Kelamin

Laki-laki 54 54,0

Perempuan 46 46,0

Jumlah 100 100,0

5.1.3. Hasil Analisa Data

a. Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene

Pengetahuan lansia dinilai dari 7 pertanyaan tentang hal-hal yang mencakup kebersihan diri. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, sebanyak 63 orang (63%) mempunyai pengetahuan yang baik dan 38 orang (38%) lagi menunjukkan pengetahuan yang kurang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 62 62,0 Kurang 38 38,0

Jumlah 100 100

(44)

Persentase pengetahuan paling rendah adalah pada pertanyaan waktu harus mencuci tangan menggunakan sabun yaitu 84 orang (84%) sahaja yang menunjukkan pengetahuan baik. Definisi kebersihan perorangan juga menunjukkan persentase yang rendah yaitu 86 orang (86%) yang menjawab pertanyaan tersebut dengan benar.

Tabel 5.3.

Penyataan tentang Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Pengetahuan

Baik Kurang

No Penyataan (n) (%) (n) (%)

1 Definisi kebersihan perorangan 86 86,0 14 14,0 2 Waktu harus mencuci tangan menggunakan sabun 84 84,0 16 16,0 3 Dampak dari tidak menjaga kebersihan diri 93 93,0 7 7,0 4 Tujuan menjaga kebersihan diri 97 97,0 3 3,0 5 Tujuan mencuci tangan menggunakan sabun 98 98,0 2 2,0 6 Hal-hal yang mencakup kebersihan diri 97 97,0 3 3,0

7 Tujuan menggosok gigi 98 98,0 2 2,0

b. Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene

Berdasarkan Tabel 5.4., sebanyak 74 orang (74%) menunjukkan sikap yang baik terhadap personal hygiene manakala 26 orang (26%) lagi mempunyai sikap yang kurang baik.

Tabel 5.4.

Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Sikap Frekuensi (n) Persen (%)

(45)

Jumlah 100 100

Distribusi sikap lansia terhadap personal hygiene dapat dilihat pada Tabel 5.5. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa seluruh lansia menunjukkan sikap yang baik pada penyataan tangan harus dicuci sebelum makan yaitu sebanyak 100 orang (100%). Persentase kedua terbanyak pula adalah pada penyataan cuci rambut sebaiknya menggunakan shampoo dimana sebanyak 98 orang (98%) bersetuju.

Sikap lansia yang mendapat persentase terendah adalah pada penyataan cuci tangan dengan sabun dapat menghambat masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia yaitu sebanyak 93 orang sahaja yang bersetuju dengan pernyataan tersebut

Tabel 5.5.

Penyataan tentang Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

  4 Cuci tangan dengan sabun dapat menghambat

masuknya kuman penyakit ke tubuh manusia

93 93,0 7 7,0

5 Harus berkumur-kumur selepas makan 95 95,0 5 5,0  

c. Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene

(46)

Tabel 5.6.

Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Tahun 2010

Tindakan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 54 54,0 Kurang 46 46,0

Jumlah 100 100

Berdasarkan hasil wawancara yang dimuat pada Tabel 5.7., diketahui bahwa persentase yang paling tinggi adalah pada tindakan mandi menggunakan sabun yaitu keseluruhan lansia (100%) melakukan tindakan tersebut dengan betul. Kekerapan menyikat gigi juga turut mendapat persentase yang tinggi yaitu sebanyak 98 orang (98%) melakukan tindakan tersebut dengan baik.

(47)

Tabel 5.7.

Penyataan tentang Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai

Tindakan 4 Tindakan membersihkan rambut dengan shampoo 89 89,0 11 11,0 5 Tindakan mencuci tangan pakai sabun selepas BAK

dan BAB 10 Kekerapan mencuci rambut dengan shampoo dalam

seminggu

87 87,0 13 13,0

5.2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada lansia di Panti Abdi Dharma Asih Binjai tahun 2010, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 100 orang lansia. Data tersebut dijadikan panduan dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.2.1. Pengetahuan Lansia terhadap Personal Hygiene

(48)

pengetahuan pada lansia ini dikelompokkan berdasarkan median total skor yang dijawab oleh seluruh responden terhadap pertanyaan tentang personal hygiene. Hal ini dilakukan sedemikian rupa karena dari hasil skor yang diperoleh menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang ketara sehinggakan rata-rata skor yang diperoleh mempunyai nilai yang sama.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh warga lansia di panti memiliki pengetahuan yang baik tentang personal hygiene. Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa tindakan yang didasari pengetahuan akan lebih baik.

Pengetahuan juga dapat dibedakan mengikut intensitas pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek. Umumnya, tingkat pengetahuan dapat dibagi dalam 6 tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan tingkat paling atas yaitu evaluasi (Notoadmodjo, 2005).

Maka, kemungkinan kuesioner yang digunakan untuk menilai pengetahuan lansia ini hanya sekedar dapat menilai pengetahuan lansia di tingkat tahu sehinggakan jumlah lansia yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan benar adalah tinggi. Selain itu, pengetahuan yang baik juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi, faktor pendidikan serta faktor linkungan. Terdapatnya kelengkapan sepert televisi dan radio di panti tersebut mungkin sedikit sebanyak telah membantu meningkatkan pengetahuan lansia di situ tentang personal hygiene melalui program-program penyuluhan atau edukasi yang telah disiarkan melalui media elektronik tersebut

(49)

Oleh karena responden adalah warga lansia, mungkin pilihan jawaban yang diberikan kepada responden adalah terlalu panjang atau kompleks sehingga menyukarkan mereka memilih jawaban yang benar.

5.2.2. Sikap Lansia terhadap Personal Hygiene

Hasil penelitian sikap lansia terhadap personal hygiene dapat dilihat seperti yang telah dijabarkan dalam Tabel 5.4. dimana sebanyak 74 orang (74%) menunjukkan sikap yang baik manakala selebihnya lagi seramai 26 orang (26%) mempunyai sikap yang kurang baik. Secara keseluruhannya dapat dikatakan bahwa kebanyakan lansia di panti mempunyai kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dengan baik tentang hal-hal yang meliputi personal hygiene.

Menurut Campbell (1950), sikap itu adalah kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. Sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh pengalaman lansung dan merupakan suatu perkara yang didapat atau dipelajari dan dibentuk sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi adalah antara perkara-perkara yang dibutuhkan dalam penentuan sikap yang baik (Santoso, 1995).

Maka, melalui penelitian ini, pengetahuan lansia terhadap personal hygiene yang baik telah membawa kepada sikap yang baik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan personal hygiene karena seperti yang telah dinyatakan di atas, pengetahuan adalah salah satu aspek penting yang memainkan peranan dalam pembentukan sikap yang baik.

(50)

penyataan tersebut. Hal ini mungkin karena kurangnya penyuluhan yang didedahkan kepada mereka sehingga mereka merasakan bahwa pemakaian sabun sahaja tidak cukup untuk mencegah masuknya kuman ke tubuh.

5.3.3. Tindakan Lansia terhadap Personal Hygiene

Berdasarkan Tabel 5.6., dapat diamati bahwa sejumlah besar lansia yaitu sebanyak 54 orang (54%) berhasil melakukan tindakan yang baik dan betul terhadap hal yang berkaitan personal hygiene. Manakala 46 orang (46%) lagi masih memiliki tindakan yang kurang.

Pengetahuan dan sikap yang baik akan membawa kepada tindakan yang baik. Tindakan merupakan realisasi dari pengalaman dan sikap yang menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang dapat diamati oleh orang lain.

Hasil dari penelitian ini telah menunjukkan bahwa lebih separuh dari responden melakukan tindakan terhadap personal hygiene dengan baik. Hal ini mungkin juga telah didukung oleh tersedianya prasarana atau fasilitas seperti kamar mandi dan sumber air yang bersih di panti tersebut karena tanpa fasilitas yang cukup akan dapat menghambat responden dari dapat melakukan tindakan yang baik.

Namun begitu, tindakan yang dilakukan oleh lansia ini mungkin sekedar tindakan yang dilakukan berdasarkan praktik terpimpin yaitu tindakan yang telah dilakukan tetapi masih bergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Hal ini karena tindakan dapat dibagi kepada 3 kelompok mengikut kualitasnya yaitu praktik terpimpin, praktik secara mekanisme (subjek telah melakukan sesuatu hal secara otomatis) dan yang paling atas adalah adapsi (tindakan yang sudah berkembang, tidak sekedar rutinitas tetapi sudah merupakan perilaku yang berkualitas), (Notoadmodjo, 2005). Jadi, kemungkinan tuntutan atau peraturan dari pihak panti telah mendorong para lansia untuk melakukan tindakan terhadap

personal hygiene ini dengan baik.

(51)

responden bisa saja memberikan keterangan palsu atau tidak benar sewaktu wawancara dilakukan. Maka tingginya persentase lansia yang melakukan tindakan baik ini masih bisa dikatakan belum terbukti kesahihannya karena penelitian tindakan ini tidak disertai dengan pengamatan atau observasi terhadap responden disebabkan faktor keterbatasan waktu.

Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 46% dari lansia yang tidak memiliki tindakan baik. Hal ini mungkin dipengaruhi faktor kewangan karena seluruh lansia yang tinggal di panti masih bergantung dari sumbangan pihak luar untuk membeli keperluan seperti pakaian, alat mandi dan sebagainya sehingga akhirnya menghindar mereka daripada melakukan tindakan yang betul terhadap personal hygiene. Selain itu, faktor kurangnya pengetahuan dan kesadaran pada lansia turut memainkan peran dalam hal ini.

(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan tentang perilaku lansia terhadap personal hygiene di Panti Abdi Dharma Asih Binjai 2010, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebanyak 62,0% lansia mempunyai pengetahuan yang baik terhadap personal hygiene dan sebanyak 46,0% lansia yang mempunyai pengetahuan kurang.

2. Sebanyak 74,0% lansia mempunyai sikap yang baik terhadap

personal hygiene dan sebanyak 26,0% lansia mempunyai sikap yang kurang.

3. Sebanyak 54,0% lansia mempunyai tindakan yang baik terhadap personal hygiene dan sebanyak 46,0% mempunyai tindakan yang kurang.

6.2. Saran

1. Penelitian ini akan bertambah baik jika peneliti melakukan pengamatan lansung atau observasi terhadap responden berkaitan dengan tindakan responden terhadap personal hygiene.

2. Pihak pelayanan kesehatan Panti Abdi Dharma Asih diharapkan dapat melakukan penyuluhan tentang personal hygiene kepada lansia yang tinggal di situ.

3. Masyarakat juga diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa pakaian atau uang supaya warga lansia yang tinggal di dalam panti dalam membeli keperluan asas mereka seperti sabun mandi, pasta gigi, shampoo dan sebagainya dalam usaha untuk

(53)

4. Pada penelitian akan datang diharapkan agar peneliti dapat mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia terhadap personal hygiene serta hubungan ketergantungan hidup

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Dainur, 1995. Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Widya Medika.

Data Statistik Indonesia, 2010. Penduduk menurut Umur, Daerah

Perkotaan/Perdesaan, dan Jenis Kelamin, Sumatera Utara. Indonesia: Data Statistik Indonesia. Diunduh dari:

http://www.datastatistik-indonesia.com/component/option,com_supas/task,/Itemid,952/ [Akses 3

Mei 2010].

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2009. Kondisi Kesehatan Lanjut Usia di Sleman. Indonesia: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Diunduh dari:

http://www.dinkes-sleman.go.id/berita.php?id_news=122 [Akses 04 Mei

2010].

Environmental Services Program, 2007. National Campaign for Handwashing with Soap. Diunduh dari: http://www.esp.or.id/handwashing/fastfact.php [Akses 3 Mei 2010].

Fatmah, 2006. Respon Imunitas yang Rendah Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut.

Dalam:Makara, Kesehatan 10 (1): 47-53.

Irianto, K., 2007. Usaha Kesehatan Pribadi. Dalam: Irianto, K., Waluyo, K., 2007.

Gizi & Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. Yrama Widya, 84-87.

Ismayadi, 2004. Proses Menua. USU Digital Library.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2010.

(55)

http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_docman&I

temid=114 [Akses 06 April 2010].

Lubis, R., Hiswani, Rasmaliah, 2005. Gambaran Lanjut Usia yang Tinggal di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Dalam: Info Kesehatan Masyarakat 09 (2): 109-112.

Notoadmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S., 2005. Program Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Pratomo, H., Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keleuarga Berencana. Jakarta: Repdikbud.

Sagala, I., 2005. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Lansia. USU Repository.

Setiabudhi, T., 2002. Menuju Bahagia di Usia Lanjut. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.

Sharma, K., N., 2007. Personal Hygiene (e-book), India: Online Book Publication.

Soejono, C., H., 2005. Infeksi Saluran Kemih pada Geriatri. Dalam: Majalah Kedokteran Indonesia. 55 (3): 165-167.

(56)

Lanjut Usia, Yayasan Dana Sejahtera Mandiri. Diunduh dari: http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=340 [Akses 31 Maret 2010].

Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba.

Yatim, F., 2004. Pengobatan Terhadap Penyakit Usia Senja, Andropause & Kelainan Prostat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Yoshikawa, T. T., Norman, D. C., 1987. Aging and Clinical Practice: Infectious Diseases. USA: Igaku-Shoin Medical Publishers, Inc.

(57)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mohd Rashid bin Mazlan Tempat / Tanggal lahir : Malaysia / 9 Januari 2010

Agama : Islam

Alamat : 717, Jalan Panglima Jaya,

Taman Panglima Jaya,

34000, Taiping Perak.

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Asam Kumbang

2. Sekolah Menengah Sains Raja Tun Azlan Shah 3. Kolej Matrikulasi Perak

Riwayat Pelatihan : 1. Seminar and Training in Presentation of Research Proposal

2. BAKSOS Sidikalang Sunatan Masal Raiwayat Organisasi : 1. Persatuan Mahasiswa Malaysia USU

(58)

LAMPIRAN 2

Lampiran

Kuesioner penelitian : Perilaku Lansia Terhadap Personal Hygiene (Kebersihan Perorangan) di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

A. Karakteristik Responden Nama responden :

Umur responden : ...tahun

B. Pengetahuan Responden

1. Apakah yang dimaksudkan dengan kebersihan perorangan? a. Perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan

b. Aktivitas yang dilakukan untuk membersihkan diri sendiri dari kekotoran.

c. Tidak tahu

2. Sewaktu kapankah kita harus mencuci tangan dengan memakai sabun a. Sebelum makan, sesudah buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memegang bayi dan sesudah mencebok anak b. Sebelum makan dan sesudah buang air besar

c. Tidak tahu

3. Apakah dampak dari tidak menjaga kebersihan diri?

a. Nafas berbau, bau badan yang tidak enak, infeksi saluran kemih, infeksi jamur

(59)

4. Apakah tujuan dari menjaga kebersihan diri?

a. Meningkatkan derajat kesehatan serta mencegah penyakit

b. Meningkatkan rasa percaya diri dan supaya disenangi masyarakat c. Tidak tahu

5. Apakah alasan kita mencuci tangan memakai sabun?

a. Agar dapat menghambat penyakit ke tubuh manusia melalui perantara tangan. b. Agar tangan menjadi wangi dan tidak kering

c. Tidak tahu

4. Apakah hal-hal yang mencakup dalam menjaga kebersihan diri?

a. Mandi, cuci rambut, potong kuku, cuci tangan, gosok gigi, ganti pakaian b. Mandi dan gosok gigi

c. Tidak tahu

8. Apakah alasan kita menggosok gigi?

a. Agar gigi dan mulut bersih dan sehat dan nafas tidak berbau. b. Agar gigi tidak kuning dan lebih selesa untuk berinteraksi dengan masyarakat

c. Tidak tahu

C. Sikap Responden

NO Sikap Responden Setuju Tidak Setuju

1 Cuci rambut sebaiknya pakai shampoo. 

Kita hendaklah mencuci tangan sebelum makan.

Gambar

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur
Tabel 5.2. Personal Hygiene
Tabel 5.3. Penyataan tentang Pengetahuan Lansia terhadap
Tabel 5.5. Penyataan tentang Sikap Lansia terhadap
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Pengetahuan dan Sikap Lansia dalam Melakukan Personal Hygiene di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kehilangan gigi berdasarkan jumlah gigi dan ada tidaknya oklusi di

Latar belakang di atas menjadi motivasi untuk melakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap pengetahuan dan sikap personal hygiene

Sebanyak 1 lansia memiliki pengetahuan kategori tahu yaitu hanya mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya mengenai apa itu personal hygiene, fungsi menjaga

Kelemahan fisik yang terjadi pada lansia dapat memberikan respon apatis pada diri lansia tentang pentingnya personal hygiene , jika personal hygiene pada lansia

Perilaku personal hygiene lansia di Desa Krasakan Lumbungrejo Tempel Sleman Yogyakarta sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 28 responden (56%).Hasil

Dari hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan personal hygiene dan kemandirian lansia di upt pelayanan sosial lanjut usia binjai, hasil penelitian menyatakan

Personal hygiene pada lansia merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri meliputi; kebersihan kulit, mandi, mulut, rambut, kaki dan kuku, dan