38 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Setting Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Panti Wredha Salib Putih
Panti Wredha Salib Putih dibentuk pada tahun 1959 yang merupakan Panti Wredha Sosial. Panti Wredha ini diperuntukkan bagi orang-orang lanjut usia yang kurang mampu dari sisi ekonomi keuangan. Mereka yang dititipkan di Panti Wredha Sosial berasal dari keluarga terlantar ataupun warga gereja dan warga masyarakat umum yang tidak terurus dengan baik oleh keluarganya, karena ketidakmampuan ekonominya.
39 hanya bertinggal diam untuk menikmati kehidupan sehari-hari, melainkan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan setiap harinya ,seperti: ibadah pagi, membersihkan halaman, olah raga, mencuci baju, makan bersama, dan dilanjutkan dengan aktivitas masing-masing seperti mengobrol, tidur, dan menonton tv. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan melatih para lanjut usia agar tidak bermalas-malasan dan tetap mandiri. Kebersamaan yang terbentuk di Panti Wredha Salib Putih membuat suasana semakin hangat dalam menjalin kebersamaan. Dalam kegiatan sehari-hari para lanjut usia dibagi
sesuai tugasnya masing-masing untuk
membersihkan halaman panti.
4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian 4.1.2.1. Persiapan Penelitian
40 Wredha untuk melihat keadaan lansia disana. Peneliti mulai mempersiapkan surat penelitian pada bulan Mei 2015 dan mulai melakukan penelitian di Panti Wredha Salib Putih Salatiga pada bulan Juni 2015.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara sehingga peneliti menyiapkan beberapa panduan wawancara sebelum melakukan penelitian. Peneliti juga membuat informed consent yang berisi surat penjelasan penelitian dan surat persetujuan menjadi partisipan. Dalam proses wawancara, peneliti juga menggunakan alat perekam menggunakan handphone. Penggunaan alat perekam
dilakukan apabila mendapatkan ijin dari partisipan dan tidak keberatan dengan adanya alat perekam tersebut.
4.1.2.2. Pelaksanaan Penelitian
41 Pada tanggal 17 Juni 2015 penulis melakukan wawancara dengan partisipan pertama yaitu Oma M di ruang aula Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Sebelum
melakukan wawancara peneliti
mengucapkan terima kasih kepada partisipan karena telah bersedia terlibat dalam penelitian, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai penelitian. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap partisipan 1 adalah 40 menit. 2. Partisipan 2
42 Untuk partisipan ketiga bernama Oma Su. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengucapkan terimakasih karena partisipan telah menyediakan waktu untuk bertemu. Setelah partisipan paham akan maksud dan tujuan peneliti, partisipan menandatangani informed consent yang telah disediakan peneliti. Wawancara dilakukan selama 30 menit di ruang aula Panti Wredha Salib Putih Salatiga.
4. Partisipan 4
43 Untuk partisipan kelima bernama Oma Sr. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengucapkan terimakasih karena partisipan telah menyediakan waktu untuk bertemu. Setelah partisipan paham akan maksud dan tujuan peneliti, partisipan menandatangani informed consent yang telah disediakan peneliti. Wawancara dilakukan selama 35 menit di depan kamar Oma Sr.
6. Partisipan 6
44 Untuk partisipan ketujuh bernama Oma S. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengucapkan terimakasih karena partisipan telah menyediakan waktu untuk bertemu. Setelah partisipan paham akan maksud dan tujuan peneliti, partisipan menandatangani informed consent yang telah disediakan peneliti. Wawancara dilakukan selama 30 menit di aula salib putih.
8. Partisipan 8
45 1. Partisipan 1
Nama : Oma M
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 71 tahun
Status : Tidak Menikah
Perawatan fisik : Tidak ada
46
Nama : Oma R
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 62 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
47
Nama : Oma Su
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 82 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
48
Nama : Oma Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 69 tahun
Status : Tidak menikah
Perawatan fisik : Tidak ada
49
Nama : Oma Sr
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 70 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : menggunakan walker (alat bantu jalan)
50
Nama : Oma D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 63 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
51
Nama : Oma S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 90 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
52
Nama : Oma St
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 77 tahun
Status : Janda
Perawatan fisik : Tidak ada
53 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain (Notoadmojo, 2010). Pengetahuan lansia mengenai personal hygiene di Panti Wredha Salib Putih Salatiga
sudah termasuk paham namun dalam pemenuhan personal hygiene masih sangat kurang. Berikut adalah hasil yang
54 Pengetahuan
personal hygiene Pengertian
personal hygiene Pentingkah
menjaga personal hygiene Contoh
personal hygiene
Fungsi menjaga personal
hygiene
P1: Ya seperti mandi, gosok gigi ya.. P1: Ya penting ya, dan
lagi kalau dekat sama orang kan gosok giginya yang bersih soalnya mulutnya nanti bau. Ya tapi kalau gak makan gini kadang-kadang baunya dari dalam. Mungkin karena makannya gak teratur ya. Sampai makan permen kan ya biar gak bau.
P1: Ya biar bersih yaa. P1: Ya mandi, ya gosok
gigi, oma pakai gigi palsu dulu, tapi ya sekarang udah gak pake, soalnya gimana ya lebih enak gak pake ya. Keramas ya tiap hari.
Pengetahuan
partisipan 1,
mengenai kebersihan
sudah paham.
Konsep kebersihan hanya mengacu pada hal-hal yang dapat dirasakan, namun
tidak memahami
secara mendalam
makna dan
pentingnya
kebersihan itu sendiri.
P2: Kebersihan diri yaitu kita harus
senantiasa mandi ya 2 kali pagi sore, gosok gigi 3 kali abis makan, udah gitu.
Pengetahuan partisipan 2 mengenai personal hygiene, dapat
digolongkan paham
karena partisipan
55 P2: Supaya kita bersih
gak kena penyakit kulit. Selain itu juga untuk pergaulan sama teman-teman supaya gak bau. P2: Ya itu, gosok gigi,
mandi, abis makan cuci tangan gosok gigi. Kebersihan selalu dijaga.
Diketahui bahwa
partisipan mengetahui
mengenai konsep
kebersihan dan
bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk
tetap menjaga
kebersihan, meskipun pengetahuan partisipan
terkait dengan
kebersihan sederhana.
partisipan lebih
mengarah pada hal-hal praktis dari kebersihan itu sendiri.
P3: Pagi bangun gosok gigi, tapi giginya sudah ompong jadi pelan-pelan gosok giginya. Abis gosok gigi ya mandi abis itu nyuci sendiri.
P3: Ya penting, itu nomor 1. P3: Ya supaya kita
bersih ya.
P3: Ya mandi, gosok gigi, bersih-bersih. Itu aja yaa.
Partisipan 3 sudah
masuk ke kategoro
paham. Namun, bagi partisipan 3 personal hygiene merupakan sesuatu yang sederhana
untuk dijabarkan
terutama terkait dengan
kesehatan, namun
merupakan hal utama dalam kehidupan.
P4: Kebersihan diri yaa kalau pagi pukul 6 mandi, sisiran, ganti
56 berkumpul sama
teman-teman, beribadah, lantas bekerja.
P4:Ya penting ya P4: Ya dijaga ya
kebersihan diri, takutnya nanti kena sakit.
P4: Yaa mandi, gosok gigi yaa
memahami dampak dari tidak menjaga personal hygiene.
P5: Gak tau
P5:Ya penting, anak saya juga kerjanya kayak gini di rumah sakit dibagian rontgen. P5: gak tau P5: Gak tau.
Pengetahuan partisipan 5 mengenai personal hygiene tergolong tahu, partisipan tidak bisa menjelaskan apa itu personal hygiene, apa fungsi menjaga personal hygiene dan contoh-contoh personal hygiene.
P6: Ya mandi toh, cuci muka.
P6: Ya penting toh. P6: Ya biar gak sakit. P6: Ya mandi 2 kali
sehari, gosok gigi, terus
bersih-Pengetahuan partisipan
6 tergolong paham
mengenai hidup sehat
dan bersih, namun
57 P7: Ya tau, kebelakang
bersih-bersih badannya. Ya mandi, gosok gigi, abis itu ya nyuci P7: Ya penting. P7: Supaya gak sakit. P7: Ya itu gosok gigi,
mandi, cuci muka
Partisipan 7 hanya memahami hal umum
mengenai konsep
kebersihan.
P 8: Cuci-cuci sendiri, mandi sendiri.
P8: Gak apa-apa kalau gak dijaga. P8: Ya supaya kita sehat selalu yaa.
P8: Apa ya, gak tau.
Pengetahuan partisipan 8 masuk dalam kategori tahu, karena partisipan tidak tau apa fungsi
menjaga personal
hygiene dan tidak mengetahui pentingnya
menjaga personal
58
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Kulit Frekuensi
mandi Sehabis
menggunaan handuk Penggunaan
sabun Frekuensi
mencuci baju
P1:Sehari 1 kali P1: Dijemur P1: Sabun
P1: Di sini dicuciin sama pengurus panti nya.
Partisipan 1 pada prinsipnya telah
memahami mengenai kebersihan
tubuh dalam hal ini kulit. Namun
partisipan belum mengerti
sepenuhnya mengenai cara yang tepat dalam menjaga kebersihan kulit, yaitu dengan mandi minimal 2 kali dalam sehari. Sementara upaya partisipan menjaga alat mandi agar tetap bersih kurang, karena hanya mengandalkan pihak lain untuk melakukannya, yaitu pihak pengurus panti wredha. Kebiasaan partisipan 1 menunjukan bahwa partisipan sangat peduli akan hidup sehat dan bahkan berupaya menjaga kebersihan kulit secara maksimal juga.
P2: 2 kali sehari. P2: Dijemur P2: Pakai sabun P2: Setiap pagi, ganti
baju langsung cuci.
Partisipan 2 memiliki pengatahuan yang paham mengenai kebersihan kulit, oleh karena itu dalam praktinya-pun responden secara konsisten juga memperhatikan kebersihan kulit itu juga.
P3:1 kali, ntar pagi cuci muka, siang baru mandi.
P3: Dikeringkan,
59 P3: Ya sabun.
P3: Ya setiap hari sehabis mandi cuci pakaian.
Diketahui bahwa sekalipun konsep kebersihan tubuh (kulit) bagus, namun
keterbatasan dari partisipan
meyebabkan partisipan kurang dapat menjaga kebersihan kulit secara maksimal. Namun di sisi lain partisipan tetap menunjang dengan pakaian yang bersih.
P4: Disini mandinya 2 kali.
P4: Ya dicuci P4: Pakai sabun P4: Cuci pakaian yaa
sehabis mandi cuci pakaian.
Partispan 4 memiliki konsep
sederhana terkait dengan personal hygiene yaitu tergolong paham. Namun dengan konsep yang dimiliki
partisipan, maka partisipan
memahami, jika kebersihan tidak dijaga akan berakibat buruk bagi kesehatan tubuh.
P5: Sehari 2 kali. P5: Dicuci
P5: Pakai air hangat, pakai sabun. P5: Di sini ada yang
nyuciin pakaiannya.
Partispan 5 merupakan golongan lansia yang memiliki pengetahuan yang minim yaitu tergolong tahu terkait dengan kebersihan. Bahkan tidak dapat memberikan definisi mengenai pengertian kebersihan, namun di sisi lain menurut partisipan kebersihan penting dan partisipan telah memiliki konsep terkait kebersihan di pikiran.
P6: 1 hari hanya 1 kali aja.
P6: Dijemur. P6: Pakai sabun. P6: 2 hari sekali.
Partisipan 6 sudah memahami
60 P7: Yaa dijemur.
P7: Pakai sabun. P7: 2 kali seminggu.
bagaimana cara menjaga kebersihan tubuh yang baik.
P8: Sehari 2 kali P8: Dijemur. P8: Pakai sabun. P8: 2 sampai 3 kali seminggu
61
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Rambut
Frekuensi mencuci rambut Pengguna
an shampoo Aktivitas
sehabis mencuci rambut Kepunyaa
n sisir
P1: Di sini keramas tiap hari, kalau mandi ya keramas.
P1: Yaa gak menentu, kadang pakai sampo kadang pakai sabun. Senengan gitulah. P1: Di handukin, disisir P1: Lah iya toh, jangan tanya begitu. Oma datang ke sini semua udah lengkap. Semua punya sendiri jangan sampai dipakai sama-sama. Gimana ya itu pantang kalau milik pribadi dipakai
bersama. Orang china itu gak boleh seperti itu.
Upaya partisipan 1 menjaga kebersihan rambut dilakukan secara teratur dengan mencuci rambut, namun upaya partisipan
terkadang kurang terarah dengan
menggunakan produk yang bukan
62 P2: Kalau saya keramas
seminggu 2 kali. Hari rabu dan sabtu. P2: Pakai sampo. P2: Ya punya sendiri. P2: Dihandukin, terus dikenain matahari sambil cabut-cabut rumput.
Partisipan 2 berusaha menjaga kebersihan rambut secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan tindakan partisipan 2 dalam menjaga kebersihan rambut sangat nyata. Partisipan secara konsisten bahkan memiliki jadwal untuk membersihkan rambut secara berkala. Selain itu partisipan memahami pentingnya nutrisi rambut, sehingga menggunakan
shampo untuk mencuci rambut dan
menggunakan sisir sendiri untuk merapikan
rambut. Kebiasaan partisipan ini
mencerminkan bahwa pengetahuan
responden terkait kebersihan rambut tergolong paham.
P3: Ya keramas 1 kali sehari, itu kalau airnya banyak ya keramas, kalau gak ada air ya gak keramas.
P3: Pakai sampoo yaa. P3: Yaa dikeringkan
disisirin.
P3: Yaa punya sendiri yaa.
Pengetahuan partispan 3 tergolong paham. Adapun kutipan jawaban partisipan 3 tersebut menunjukan bahwa partisipan secara rutin mencuci rambut dan menggunakan shampo sebagai obat pencuci rambut yang tepat. Sementara untuk menghindari risiko yang muncul akibat saling meminjam sisir, maka partisipan juga menggunakan sisirnya sendiri untuk merapikan rambut
P4:1 minggu 2 kali P4: Pakai sabun, gak
63 Soalnya kalau pakai
sampo mesti beli. Belinya jauh. P4: Dikeringkan kena
matahari.
P4: Iya punya sendiri yaa..
sesuai peruntukannya. Namun yang menjadi kendala adalah keterbatasan usia dan
kemudahan dalam memperoleh produk
shampo sebagai pembersih rambut.
Kemudian untuk merapikan rambur responden menggunakan sisir sendiri untuk menjaga kebersihan alat yang digunakan.
P5: Kadang-kadang keramas, kadang-kadang gak. Ya 1 kali seminggu soalnya dingin.
P5: Pakai sampo
P5: Ya sudah tak keringke P5: Iya punya.
Partisipan 5 merupakan individu yang memperhatikan kebersihan rambut, namun terkadang tindakan pembersihan rambut terhalang faktor alam seperti rasa dingin dan keterbatasan usia partisipan. Partisipan pada prinsipnya mengetahui tentang personal hygiene dan tergolong paham. Namun karena faktor usia dan cuaca, maka upaya menjaga kebersihan rambut tidak tercapai hasilnya secara maksimal.
P6: Seminggu 1 kali. P6: Pakai sampo. P6: Dikeringkan , disisir P6: Iya punya.
Partisipan 6 sangat memperhatikan
kebersihan rambutnya, hanya saja sebaiknya partisipan 6 keramas 2-3 kali seminggu agar kebersihan rambut dapat terpenuhi.
Pengetahuan partisipan 6 mengenai
kebersihan rambut tergolong paham.
P7: Kadang 2 yaa kadang 3 kali sehari.
Kalau gak 2 yaa 3 kali seminggu.
64 ada yaa sabun mandi.
P7: Ya dijemur keluar kena matahari, jalan-jalan biar kering. P7: Ya ada punya sendiri.
P8: Seminggu sekali P8: Pakai sampo. P8: Dihandukin aja,
disisir.
P8: Iya punya sendiri.
Jawaban partisipan 8 ketika diajukan pertanyaan apa yang diketahui mengenai kebesihan, sama halnya dengan partisipan lainnya, upaya partisipan 8 untuk menjaga personal hygiene merawat dan menjaga kebersihan rambut secara teratur dengan menggunakan shampo. Dalam merawat rambut partisipan 8 juga
menjaga tingkat kebersihan
sedemikian rupa, hal tersebut diketahui melalui kebiasaan partisipan yang
menyatakan bahwa partisipan
65
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Gigi Frekuensi
menggosok gigi
Penggunaan odol dalam menggosok gigi
Frekuensi mengganti gosok gigi
P1: Ya 2 kali kalau mau tidur sama bangun tidur. Soalnya udah gak ada gigi ya. Hahaha
P1: Pakai pepsodent P1: Sebulan sekali yaa
Partisipan 1 hanya memahami hal umum mengenai personal hygiene.
Konsep pengetahuan kebersihan
menurut partisipan 1 terkesan
sederhana. Konsep dan pengetahuan partisipan akan kebersihan lebih dipengaruhi oleh penunjang penampilan ketika berhadapan dengan orang lain
dibandingkan dengan pentingnya
kesehatan itu sendiri. Bagi partisipan 1 menjaga kebersihan tubuh penting dilakukan namun dilakukan sesuai dengan apa yang diketahui partisipan 1 saja.
P2: 2 kali, pagi dan sore pada saat abis makan.
P2: Pakai odol. P2: Setengah tahun
sekali.
Upaya Partisipan 2 dalam
menjaga kebersihan gigi
tergolong paham, namun
frekuensi untuk menjaga
66
memiliki pengetahuan pentingnya personal hygiene terkait dengan kesehatan gigi.
P3: Pagi bangun tidur sikat gigi.
P3: Pakai odol yaa P3: Yaa sekali sebulan
diganti
Partisipan 3 sebagai lansia juga memperhatikan kesehatan gigi.
partisipan memperhatikan
kesehatan gigi, dengan cara menggunakan pasta gigi secara tepat. Partisipan juga memiliki jadwal yang pasti terkait dengan
penggantian sikat gigi.
Pengetahuan partisipan 3
mengenai kebersihan gigi
tergolong paham.
P4: 1 kali, pada saat pagi saja.
P4: Pakai odol P4: sebulan 3 kali
Partisipan 4 hanya menggosok gigi satu kali dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa partisipan 4
kurang memperhatikan
kesehatan giginya yaitu,
tergolong tahu. P5: Sehari 2 kali, ya gini
abis bangun tidur P5: pakai odol
P5: Ya ini kalau anak saya gantiin ya diganti. Ini baru diganti sama anak saya.
Partispan 5 pada dasarnya merupakan lansia yang memiliki pengetahuan yang kurang yaitu tergolong tahu terkait kebersihan gigi, meskipun partisipan menggosok giginya 2 kali sehari. Kurangnya pengetahuan akan kebersihan gigi terkait kelayakan sikat gigi.
P6: 2 kali sehari pada saat cuci muka bangun tidur P6: pakai odol
P6: sebulan 2 kali ganti gosok giginya.
67 gosok gigi
P7: pakai odol
P7: ya kalau ada 1 kali sebulan, kalau gak ada ya 2 bulan sekali.
yang peduli dengan kesehatan gigi, dengan memanfaatkan peralatan yang dan pasta gigi yang sesuai.
P8: setiap hari ya gosok gigi
P8: pakai odol
P8: sebulan sekali ganti gosok gigi
Partisipan 8 juga menjaga kesehatan gigi melalui kebiasaan mengosok gigi secara teratur. Selain itu, upaya partisipan 8 untuk menjaga personal hygiene
terkait dengan menjaga
kesehatan gigi dilakukan oleh partisipan dengan cara yang tergolong paham..
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Mata Pemeriksaan
rutin kesehatan mata Keadaan
lingkungan sekitar panti
P1: Gak, soalnya gak ada sponsor disini. Mesti sendiri. Kalau di Jakarta ada sponsor semua diperiksa. P1: Iya pasti yaa berdebu,
udaranya dingin karena dari gunung lain dengan kota
Partisipan 1 menyatakan bahwa
kesehatan mata mendapat
perawatan rutin dari pihak panti wredha, sehingga partisipan
tergolong individu yang
memperhatikan kesehatan mata dengan rutin memeriksan diri.
.P2: Gak. Gak pernah soalnya gak pernah ada keluhan di mata. P2: Yaa cukup baik
yaa..Gak yaa, gak berdebu.
68 P3: Periksa mata di
mantri, oma katarak dikasi obat.
P3:Lingkungan di sini bersih
Secara khusus partisipan 3 tidak
melakukan perawatan untuk
menjaga kesehatan mata, namun
partisipan meyatakan bahwa
kesehatan mata telah menjadi tanggung jawab dari pihak panti wredha dengan menyelenggarakan pemeriksaan rutin.
P4: Ya gak pernah. P4: Hawa nya sejuk,
bersih
Partisipan 4 mengemukakan bahwa partisipan tidak pernah secara khusus memeriksakan keadaan
matanya kecuali partisipan
mengeluh sakit mata.
P5:Ya gak pernah ya. P5: Ya bersih ya, segar
Partisipan 5 terlihat tidak memperhatikan kesehatan matanya karena partisipan akan melakukan pemeriksaan mata apabila matanya sakit.
P6: Gak ada periksa mata.
P6: Yaa berdebu di tempat tidur tapi kalau diluar lingkungannya segar.
Partisipan 6 juga tidak
memeperhatikan kesehatan
matanya karena ia tidak
memeriksakan kondisi matanya ke dokter atau puskesmas.
P7: Ya ada di sini, ibu mantri yang periksa di kasi obat.
P7: Ya ada debunya..
Partisipan 7 merupakan lansia yang mempedulikan kesehatan mata, partisipan berupaya mengikuti
pemeriksaan mata yang
69 P8: Gak pernah.
P8: Gak berdebu ya, segar.
Partisipan 8 terlihat tidak memperhatikan kesehatan matanya karena tidak memeriksakan kondisi matanya ke dokter atau puskesmas.
Tema Verbatim Hasil Analisis
KebersihanTelinga
Penggunaan
katembath Frekuensi
membersihkan telinga
P1: Pakai korek kuping yang tembaga itu P1: Ya kalau gatal baru
dibersiin. Soalnya dulu oma waktu kecil telinganya pernah luka. Terus dibawa ke Semarang. Gak tuli cuman lecet.
Untuk kebersihan telinga, partisipan 1 memberikan perhatian khusus dengan
tetap membersihkan aktivitas
membersihkan telinga secara berkala. Namun berdasarkan pengalaman dari partisipan 1 sekalipun aktivitas dilakukan secara berkala akan tetapi tidak ada jadwal khusus dalam menjalankan aktivitasnya. Partisipan 1 hanya melakukan aktivitas membersihkan telinga ketika merasa tidak nyaman. P2: Pakai katembath
P2: Paling sekitar
Upaya Partisipan 2 untuk menjaga kebersihan telingga tergolong paham.
70 P3: Pakai katembat sama
yang ada kapasnya. P3: Tiap hari, sore-sore
oma bersihkan.
Partisipan 3 mempedulikan kebersihan telinga. Namun aktivitas partisipan dalam
membersihkan telinga terlampau
berlebihan. Adapaun aktivitas ini
kemungkinan dilakukan karena
partisipan merasa nyaman.
P4: Pakai apa itu yang ditelinga lupa namanya. Itu yang ujungnya ada kapasnya.
P4: Ya 1 minggu 2 kali atau 1 kali.
Partisipan 4 berupaya menjaga
kebersihan telinga dengan menetapkan jadwal rutin untuk memberihkan telinga, meskipun tidak memahami sepenuhnya alat yang digunakan, namun partisipan berusaha tetap menjaga kebersihan telinga.
P5: Pakai itu yang dibelikan anak saya. Yang diujungnya ada kapas.
P5: Ya kadang-kadang saya bersikan kalau gatal
Sementara partisipan 5 tergolong tahu mengenai bagaimana upaya mengaja kebersihan telinga, namun upaya yang dilakukan kurang masimal. Partisipan 5 hanya membersihkan telinga ketika merasa gatal saja.
P6: Pakai korek kuping P6: Yaa kalau gatel ya
dibersihkan.
Sementara partispan 6 hanya
memperhatikan kebersihan telinga ala kadarnya saja seperti kalau gatal baru dibersihkan
71
bersihkan telinga. konsistensi dalam menjaga kebersihan telinga.
P8: Pakai itu yang ada kapas nya.
P8: Setiap hari toh ya.
Partisipan 8 sangat memperhatikan kebersihan telinganya karena setiap hari partisipan membersihkan telinganya menggunakan katembath.
Tema Verbatim Hasil Analisis
Kebersihan Tangan, kaki, dan kuku
Melakukan cuci tangan Menggunkan
air
Penggunaan sabun Kebersihan
P1: Gak pernah cuci tangan hahaha soalnya waktu mandi kan cuci tangan cuci kaki bersih.
P1: Ini air biasa pakai sabun
P1: Gak cuci tangan, kan waktu mandi sudah
72 P1: Ya kalau panjang
oma ratain, ini hitam-hitam karena saudara belum datang soalnya biasanya saudara yang motong kukunya. P2: Pada saat mau
makan dan sesudah makan yaa cuci tangan
P2: Pakai air biasa yang dari wc.
P2: pakai sabun paling, soalnya gak ada yang khusus tangan
jadinya pakai sabun. P2: Potong kukunya pada
saat panjang. Ini kuku saya item-item
soalnya abis nyabutin rumput. Tapi kalau saya nyuci hilang kok ini item-itemnya.
Partisipan 2 sangat memperhatikan kebersihan tangan, dan aktivitas
mencuci tangan untuk menjaga
kebersihan tangan dilakukan secara rutin. Namun partisipan 2 kurang memperhatikan kebersihan kuku.
P3: Ya kerja, cebok, cuci tangan cuci muka. P3: Air biasa yang ada di
wc kalau gak ya gak potong.
P3: Gak pakai sabun,
73 P3: Ya setiap hari, kalau
panjang ya potong
nyaman, sehingga perlu membersihkan kuku dan tangan.
P4: Kalau mau makan cuci tangan, kalau sudah makan cuci tangan.
P4: Ya pakai air bersih di situ.
P4: Iya pakai sabun. P4: Ya gak mesti, kalau
panjang ya dipotong.
Secara umum kebersihan tangan, kaki dan kuku partisipan 4 terpelihara secara sempurna. Partisipan merasakan bahwa kebersihan tangan merupakan kewajiban bagi setiap lansia. Sementara kegiatan merapikan dan membersihkan kuku lebih mengarah pada kebutuhan situasional yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan partisipan.
P5: Ya mau makan aja, soalnya udah gak bisa kerja apa-apa. P5: Pakai air bersih yang
ada di kamar mandi. P5: Iya pakai sabun. P5: Ya kalau anak saya
datang, soalnya anak saya yang potongin.
Kebersihan tangan, kaki dan kuku partisipan 5 masuk dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan Karena partisipan harus tergantung pada keluarganya dalam memotong kuku. Jika keluarga tidak datang maka kebersihan kuku tidak terpenuhi.
P6: Ya abis nyapu, nyabutin rumput cuci tangan.
P6: Ya pakai air biasa yang ada di kamar mandi.
P6: Pakai sabun. P6: Seminggu sekali
74 sudah panjang.
P7: Abis dari kebun cuci tangan, abis makan cuci tangan.
P7: Air biasa yang dari wc.
P7:Yaa pakai kalau ada yaa.
P7:Yaa setiap hari potong kuku.
Partispan 7 berupaya menjaga
kebersihan tangan melalui kebiasaan mencuci tangan da memotong kuku.
P8: Pada saat mandi, abis bersih-bersih, sebelum dan sesudah makan.
P8: Air biasa itu dari wc
P8: Pakai sabun P8: Kalau panjang
dipotong.
Selanjutnya, partisipan 8 terkait dengan kebiasaan dalam menjaga kebersihan tangan, maka partisipan melakukannya melalui aktivitas mencuci tangan. Namun dalam menjaga kebersihan kuku, partisipan tidak memiliki dasar pengetahuan kebersihan kuku yang baik. Partisipan 8 hanya melakukan aktivitas
75 Pengetahuan para lansia tentang personal hygiene bervariatif. Sebanyak 7 lansia memiliki pengetahuan kategori paham yaitu dapat memberikan penjelasan secara sederhana mengenai personal hygiene, fungsi menjaga personal hygiene, menjaga kebersihan kulit,
kebersihan rambut, kebersihan gigi, kebersihan mata, kebersihan telinga, kebersihan tangan, kaki, dan kuku. Sebanyak 1 lansia memiliki pengetahuan kategori tahu yaitu hanya mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya mengenai apa itu personal hygiene, fungsi menjaga personal hygiene, menjaga kebersihan kulit, kebersihan rambut, kebersihan gigi, kebersihan mata, kebersihan telinga, kebersihan tangan, kaki, dan kuku. Hal ini disebakan karena perkembangan kognitif dan aktivitas fisik lansia yang semakin menurun seiring bertambahnya usia, sehingga lansia hanya mampu menjelaskan secara sederhana dan mengingat yang sudah dipelajari sebelumnya.
Hampir seluruh partisipan melakukan aktivitas dalam pemenuhan personal hygiene dan mampu menjelaskan dengan benar tentang
76 menyatakan bahwa pengetahuan yang tinggi tidak mempengaruhi
perilaku lansia dalam menjaga personal hygiene.
Partisipan di Panti Wredha Salib Putih Salatiga memperoleh pengetahuan atas dasar pengalaman pada masa lalu akan pentingnya hidup sehat. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang akan konsep personal hygiene. Selain pengalaman aktivitas untuk menjaga personal hygiene juga terbangun atas pengetahuan yang didasari atas keyakinan yang positif serta budaya yang akhirnya mengarahkan pada persepsi, dan sikap seseorang terhadap personal hygiene.
77 faktor yang mengakibatkan terganggunya kenyamanan lansia dalam beristrirahat dan kesehatan lansia. Hal ini seperti diungkapkan oleh Khasanah & Hidayanti (2012), adapun dampak yang akan lansia temui apabila tidak menjaga personal hygiene adalah kualitas tidur yang terganggu. Kualitas tidur yang terganggu dapat membuat keadaan seseorang individu menjadi tidak segar dan tidak bugar ketika terbangun.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pemenuhan personal hygiene pada lansia adalah dengan diberikan motivasi kepada lansia agar lansia yang kurang memiliki kemauan dalam melakukan kebersihan diri menjadi berkenan melakukan kebersihan diri dengan cara mengajak lansia untuk aktif dalam merawat dirinya yang meliputi kebersihan badan seperti mandi, mencuci rambut, gosok gigi bagi lansia yang memiliki gigi. Hasil ini juga sejalan dengan Retno Widyaningsih (2013) bahwa dengan memberikan motivasi kepada lansia yang kurang memiliki kemauan dalam melakukan kebersihan diri menjadi berkenan melakukan kebersihan diri dengan cara mengajak lansia untuk aktif dalam merawat dirinya.
78 baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Sama halnya dengan penelitian Kramer (2012) di Jerman menyatakan bahwa, perlunya pengendalian infeksi di panti-panti jompo untuk menjamin keselamatan para lansia. 2) Dampak psikososial: masalah sosial yang berhubungan dengan kebersihan diri adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial. Secara umum dari hasil wawancara maka diketahui bahwa lansia di panti Wredha Salib Putih memiliki pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan lainnya yang mungkin terjadi akibat personal hygiene yang kurang.