• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

1.1 Ruang Lingkup Lansia 2.1.1 Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah sesuatu yang harus diterima

sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis.

Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan

yang berakhir dengan kematian (Hutapea,

2005).Nugroho, 2000 menyebutkan bahwa semua

orang akan mengalami masa tua dan masa tua

merupakan masa hidup manusia yang terakhir,

dimana pada masa ini seseorang mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi

sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya

sehari-hari lagi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Lanjut usia

(Lansia) adalah tahap akhir perkembangan dari

kehidupan manusia dimana seseorang akan

mengalami berbagai kemunduran fisik, mental serta

sosial.

(2)

Penggolongan lansia menurut Depkes RI (2003)

dikutip dari Maryam,dkk (2008) menjadi tiga kelompok

yakni :

a. Kelompok pra lansia (45 – 59 tahun), merupakan

kelompok yang baru memasuki lansia.

b. Kelompok lansia (60 tahun ke atas).

c. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang

berusia lebih dari 70 tahun.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) 2010,

lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia

45 sampai 59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.1.3 Karakteristik Lansia

Menurut Maryam dkk, 2008Lansia memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1

ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan).

2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang

(3)

sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif.

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

2.1.4 Perubahan Pada Lansia

Perubahan-perubahan yang sering terjadi pada lansia

menurut J.W.Santrock, (2002)

1. Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan

pada alat indera dan sistem saraf mereka. Sistem

pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali

perubahan penurunan keberfungsian alat indera

tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah

mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus

yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga

mengalami perubahan keberfungsian organ-organ

dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari

perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat

membuat lansia merasa minder atau kurang percaya

diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Perubahan psikis

Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya

individual differences pada lansia. Lansia memiliki

(4)

Penyesuaian diri lansia juga sulit karena ketidak

inginan lansia untuk berinteraksi dengan lingkungan

ataupun pemberian batasan untuk dapat

berinteraksi.

3. Perubahan sosial

Umumnya lansia banyak yang melepaskan

partisipasi sosial mereka, walaupun pelepasan itu

dilakukan secara terpaksa. Aktivitas sosial yang

banyak pada lansia juga mempengaruhi baik

buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.

4. Perubahan kehidupan keluarga

Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh

kurang memuaskan yang disebabkan oleh berbagai

macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya

rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya

jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua.

2.2 Depresi

2.2.1 Pengertian Depresi

Menurut WHO (World Health Organization)

depresi merupakan suatu gangguan mental umum

yang ditandai dengan perasaan tertekan, kehilangan

kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau

(5)

energi, dan konsentrasi yang rendah. Depresi adalah

suatu gangguan perasaan hati dengan ciri sedih,

merasa sendirian, rendah diri, putus asa, biasanya

disertai tanda–tanda retardasi psikomotor atau

kadang-kadang agitasi, menarik diri dan terdapat

gangguan vegetative seperti insomnia dan anoreksia

(Kaplan&Sadock,2003). Depresi merupakan suatu

perasaan sedih yang disertai dengan perlambatan

gerak dan fungsi tubuh (Hadi, 2004). Depresi

merupakan gangguan perasaan dengan ciri-ciri antara

lain: semangat berkurang, rasa harga diri rendah,

menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, dan makan.

Pada depresi terdapat gejala psikologik dan gejala

somatik. Gejala psikologik antara lain adalah: menjadi

pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, nafsu

bekerja dan bergaul kurang, tidak dapat mengambil

keputusan, mudah lupa dan timbul pikiran-pikiran

bunuh diri. Gejala somatik antara lain: penderita

kelihatan tidak senang, lelah, tidak bersemangat,

apatis, bicara dan gerak geriknya pelan, terdapat

anoreksia, isomnia, dan konstipasi (Maramis, 2005).

Pada kebanyakan kasus depresi pada lansia sering

(6)

mental atau fisik. Lansia memiliki resiko yang besar

untuk mengalami depresi. Depresi dapat

menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia.

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya depresi pada lansia, baik berupa faktor

internal ataupun eksternal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa depresi

merupakan gangguan perasaan seperti rasa putus

asa, sedih yang dapat membuat seseorang menjadi

tidak bersemangat dalam beraktivitas, dan merasa

harga diri rendah bahkan timbul pikiran-pikiran untuk

bunuh diri.

2.2. 3 Tingkatan Depresi

Ada beberapa tingkatan depresi

menurut Kusumanto, 2010 diantaranya:

a) Depresi Ringan

Depresi ringan ini dapat bersifat sementara artinya

dapat kembali ke kondisi normal, alamiah, adanya

rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi

sosial dan rasa tidak nyaman.

(7)

1. Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis.

2. Proses pikir: perasaan sempit, berfikir lambat,

kurang komunikasi verbal komunikasi non verbal

meningkat.

3. Pola komunikasi: bicara lambat, kurang

komunikasi verbal, komunikasi non verbal

meningkat.

4. Partisipasi sosial: menarik diri tak mau

melakukan kegiatan, mudah tersinggung.

c) Depresi Berat

1. Gangguan afek: pandangan kosong, perasaan

hampa, murung, inisiatif berkurang.

2. Gangguan proses pikir.

3. Sensasi somatik dan aktivitas motorik: diam

dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, kurang

merawat diri, tak mau makan dan minum,

menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.

Pada umumnya, yang rentang terkena

depresi adalah orang cacat dan lanjut usia atau

lansia dengan tingkat depresi rata-rata depresi

berat. Hal ini disebabkan karena mereka

menganggap bahwa perasaan tidak berdaya dan

(8)

kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya

energi yang menuju kepada meningkatnya

keadaan mudah lelah yang sangat nyata dan

berkurangnya aktivitas (Tarigan, 2009).

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Depresi

Faktor yang diduga menjadi penyebab depresi

pada lansia secara garis besar dibedakan menjadi

faktor biologis dan faktor psikososial. Faktor tersebut

berinteraksi satu sama lain. Sebagai contoh faktor

psikososial dapat mempengaruhi faktor biologis

contohnya seperti,konsentrasi neurotransmiter

tertentu. Faktor biologis dapat mempengaruhi

respon seseorang terhadap stresor psikososial

(Amir,2005). Faktor yang diduga sebagai penyebab

depresi dapat saling berinteraksi adalah :

1. Faktor biologi, meliputi genetik/ keturunan dan

proses penuaan, abnormalitas tidur, kerusakan

syaraf atau penurunan neurotransmiter,

norefeneprin, serotonin, dan dopamin;

hiperaktifitas aksis sistem

limbik-hipotalamus-adrenal (Kaplan & Sadock, 2003).

2. Faktor psiksosial meliputi faktor ekstrinsik yaitu :

(9)

harga diri rendah dan tidak dapat dihadapi

dengan efektif, kehilangan seseorang atau

dukungan, tekanan sosial; dan

faktorintrinsik meliputi sifat kepribadian

yaitu narcissistic, obsessive compluse

dan dependen personality, konflik dari diri sendiri

yang tidak terselesaikan, perasaan bersalah,

evaluasi diri yang negatif, pemikiran pesimis,

kurang pertolongan, penyakit fisik serta

penggunaan obat-obatan dan pendekatan/

persepsi terhadap kematian (Faisal,2007).

3. Faktor intrinsik lainnya ketidakmampuan dalam

melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari (ADL)

(Auryn,2007).

2.2.5 Depresi Pada Lansia

Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan

masalah gangguan menahun yang dialami, misalnya

diabetes (penyakit gula/kencing manis), penyakit

jantung, tekanan darah tinggi, penyakit hati kronis

yang sulit disembuhkan, asma, stroke, rematik,

osteoporosis, kanker, dan lain-lain. Gangguan

penglihatan dan pendengaran yang umum terjadi

(10)

Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala

depresi lain pada lanjut usia:

1. Kecemasan dan kekhawatiran

2. Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya

3. Masalah-masalah somatik yang tidak dapat

dijelaskan

4. Iritabilitas

5. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis

atau diet

6. Psikosis

Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan

keluhan somatik. Keluhan somatik cenderung lebih

dominan dibandingkan dengan perasaan depresi.

Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat

bermacam-macam seperti sakit kepala,

berdebar-debar, sakit pinggang, gangguan gastrointestinal, dan

sebagainya (Mudjaddid, 2003). Penyakit fisik yang

diderita lansia sering mengacaukan gambaran

depresi, antara lain mudah lelah dan penurunan berat

badan (Soejono dkk, 2007). Gambaran klinis depresi

pada usia lanjut dibandingkan dengan pasien yang

lebih muda berbeda, usia lanjut cenderung

(11)

dan lebih banyak menonjolkan gejala somatiknya,

disamping mengeluh tentang gangguan memori, juga

pada umumnya kurang mau mencaribantuan psikiater

karena kurang dapat menerima penjelasan yang

bersifat psikologis untuk gangguan depresi yang

mereka alami.Inilah yang menyebabkan depresi pada

lansia sering tidak terdiagnosa maupun diterapi

dengan baik. Penyebab lain kesulitan dalam mengenal

depresi pada lansia adalah baik lansia maupun

keluarga biasanya tidak memperdulikan gejala-gejala

depresif. Mereka menganggap bahwa gejala-gejala

tersebut normal bagi orang yang telah mencapai usia

tua. Lansia sendiri sering gagal mengenali depresi

(12)

2.3 Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari

Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala

sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi

baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas (Anton

M. Mulyono 2001). Aktivitas dasar fisik sehari-hari merupakan

semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari.

Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras.

Aktivitas fisik dibagi 3 yaitu ringan, sedang dan berat.

Aktivitas fisik ringan adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan menggerakkan tubuh, aktivitas fisik

sedang adalah pergerakan tubuh yang menyebabkan

pengeluaran tenaga cukup besar, dengan kata lain adalah

bergerak yang menyebabkan nafas sedikit lebih cepat dari

biasanya, sedangkan aktivitas fisik berat adalah pergerakan

tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang cukup

banyak (pembakaran kalori) sehingga nafas jauh lebih cepat

dari biasanya. Kemampuan aktivitas dasar sehari-hari pada

lansia meliputi: kemampuan aktivitas dasar dalam alih posisi

(13)

atau dari WC, menyiram, mengelap, melepas dan memakai

celana), membersihkan diri (cuci muka,mengeringkan,

menyisir rambut, menggosok gigi), mengontrol buang air

besar, mengontrol buang air kecil, mandi, berpakaian, makan,

minum, naik dan turun tangga ( Nugroho, 2000). Seiring

dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan

kemampuan dalam beraktivitas karena adanya kemunduran

kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga

terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk

mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas dasar

fisik sehari-hari tersebut (Stanley, 2006). Aktivitas dasar fisik

atau latihan aktivitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua

untuk menjaga kesehatan, mempertahankan kemampuan

untuk melakukan ADL (Activity Daily Living), dan

meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte, 2005).

Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari

keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal

(Wartonah, 2006). Aktivitas dasar fisik sangat bermanfaat

bagi lansia, dengan adanya aktivitas fisik membuat tubuh kita

lebih sehat, lebih tenang, membuat pikiran lebih tenang

sehingga dapat terhindar dari depresi yang sering dialami

(14)

2.3.1 Manfaat Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Pada lansia

Manfaat kemampuan melaksanakan aktivitas dasar fisik

pada lansia adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual

lansia. Terdapat banyak faktor yang dapat

membatasi dorongan dan kemauan seksual pada

lanjut usia khususnya pria. Sejumlah masalah

organik dan jantung serta sistem peredaran darah,

sistem kelenjar dan hormon serta sistem saraf dapat

menurunkan kapasitas dan gairah seks(Bandiyah,

2009).

b) Menjaga Kesehatan dan Terhindar Dari Penyakit

Aktivitas fisik secara teratur dapat membantu

mencegah atau mengelola berbagai masalah

kesehatan termasuk stroke, penyakit metabolisme,

kencing manis tipe 2, stress, kanker, dan arthritis.

c) Meningkatkan Perasaan

Berjalan kaki selama 30 menit dapat membantu

mengurangi stress dan emosional. Aktivitas fisik

merangsang berbagai bahan kimia otak yang dapat

(15)

dalam penampilan serta dapat meningkatkan rasa

percaya diri dan meningkatkan harga diri.

d) Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses

penuaan.

e) Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang

tidak mudah patah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas dasar fisik

adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia

seperti menyapu, mandi, berpakaian, dan lain

sebagainya. Aktivitas dasar fisik juga sangat

bermanfaat bagi lansia agar kesehatan tetap terjaga

dan terhindar dari penyakit, meningkatkan keelastisitas

tulang, meningkatkan kualitas hidup, dan lain

sebagainya. Dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari

lansia membutuhkan bantuan orang lain untuk

mempermudah melakukan aktivitas karena terjadinya

berbagai kemunduran kemampuan fisik yang

(16)

2.4 Hubungan Tingkat Depresi Dengan Kemampuan Melaksanakan Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari Pada Lansia

Menurut Hadiwinoto dan Setiabudi (2000), menyebutkan

bahwa depresi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi penurunan ADL pada lanjut usia. Berdasarkan

penyakit atau gangguan umum tersebut pada lanjut usia

diketahui bahwa tidak hanya masalah fisik yang akan dialami

lanjut usia, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi mental

atau psikologisnya. Akibatnya proses penuaan pada lanjut usia

kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik

yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Lebih lanjut Palestin(2006)

mengungkapkan bahwa banyaknya lansia yang depresi dan

tidak bahagia bergantung pada orang lain dalam melakukan

aktivitas sehari-hari karena kesehatan fisik dan mental sangat

signifikan berperan dalam mewujudkan menua secara aktif dan

sehat. Depresi pada lanjut usia ini sendiri muncul disebabkan

oleh beberapa faktor seperti stress psikososial dan keparahan

penyakit. Terganggunya melaksanakan aktivitas sehari-hari

yang dialami oleh lanjut usia disebabkan karena penurunan

kondisi fisik sehingga mengakibatkan mereka menjadi

(17)

pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan

mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia

dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumirta(2008)

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kemampuan aktivitas dasar sehari-hari yang dilakukan dengan

(18)

Gambar 2.5. Kerangka konsep Penelitian Hubungan Tingkat

Depresi Dengan Kemampuan Melakukan

Aktivitas Dasar Fisik Sehari-hari Pada Lansia Di

Panti Wredha Salib Putih Salatiga.

2.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep konseptual penelitian di atas,

maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara tingkat depresi

dengan kemampuan aktivitas dasar fisik sehari-hari pada

lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

Ha: Ada hubungan signifikan antara tingkat depresi dengan

kemampuan melakukan aktivitas dasar fisik sehari-hari

Gambar

Gambar 2.5. Kerangka konsep Penelitian Hubungan Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

• Risiko operasional adalah sebuah risiko yang mempengaruhi semua bisnis karena risiko operasional tidak dapat dipisahkan dalam melakukan aktivitas proses atau

Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat diketahui bahwa Dampak konflik yang terjadi di Kabupaten Tuban pada Pilkada 2006 adalah kerusakan berbagai sarana yang digunakan oleh

IIasil penelitian urenunjukkan bahwa Kurikulum Program Diploma Ill Akuntansi sesuai dengau liebtLtuhan dunia kerja dalam nrernbentr:k keterampilan konseptual

dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada konsumen tentang model cincin emas yang diinginkan agar sesuai dengan permintaan pasar yang kemudian dapat dibuat prototype dari

Pada bab ini akan membahas review aplikasi- aplikasi yang sejenis dengan mobile-web yang akan dibangun, analisis penggunaan framework CodeIgniter, perbandingan fitur

Merupakan fungsi yang digunakan untuk menambahkan data pengunjung ke dalam basis data sehingga pengunjung tersebut memiliki akun sebagai member dan dapat

Hasil analisis menunjukkan bahwa metode matriks fleksibilitas dengan menggunakan VBPLK dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan bracing tunggal maupun ganda pada suatu

Deteksi kerusakan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah deteksi kerusakan pada suatu model struktur portal bidang baja yaitu portal bidang baja tipe Concentrically