1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Masa lanjut usia (lansia) tidak dapat dihindarkan dan mulai
bermunculan macam-macam penyakit karena penuaan
organ-organ tubuh dan penurunan daya tahan tubuh (Santoso &
Andar, 2009). Seseorang disebut lansia apabila usianya 65
tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003).
Pertumbuhan penduduk usia 60 tahun ke atas meningkat
lebih pesat dari kelompok umur lainnya (Depkes RI, 2012).
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia termasuk lima
besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di
dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah
Pembangunan Nasional, jumlah penduduk lansia 60 tahun ke
atas diperkirakan akan terus meningkat dari 18,1 juta pada
tahun 2010 menjadi 29,1 juta tahun 2020 (Badan Pusat
Statistik, 2010).
Berdasarkan data BPS Jawa Tengah menunjukkan pada
tahun 2010 jumlah lansia mencapai 3,35 juta jiwa (10,34%)
dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah kemudian naik
menjadi 3,45 juta jiwa (10,55%) pada tahun 2011 dan terus
meningkat pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Jawa Tengah mencapai 33,26 juta jiwa, dari jumlah
ini 3,69 juta jiwa (11,10%) merupakan lanjut usia. Di Salatiga
pada tahun 2011 jumlah penduduk mencapai 177,088 jiwa dan
11,043 jiwa (27,49%) merupakan penduduk lansia 60 tahun ke
atas (Badan Pusat Statistik Jateng, 2014).
Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses
penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ,
kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit
terutama penyakit degeneratif. Penyebab kemunduran fisik ini
merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena
penyakit khusus tetapi karena proses menua. Kemunduran
dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sebagian Lansia
akan mengalami hambatan dalam kehidupan mereka sehingga
mengalami depresi dan tidak mau melakukan
kegiatan-kegiatan produktif yang biasa dilakukan bahkan sampai pada
keinginan bunuh diri. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri,
orang lain, pekerjaan dan penghidupan pada umumnya dapat
menuju kepada keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada
lapisan otak. Akibatnya, orang yang menurun secara fisik dan
mental dan mungkin akan segera mati. Masa lansia bisa jadi
juga disertai dengan berbagai penyakit yang menyerang dan
menggerogoti tubuh lansia sekalipun tidak semua lansia
adalah berpenyakit. Tapi kebanyakan lansia rentan terhadap
penyakit-penyakit tertentu akibat kondisi organ-organ tubuh
yang telah mengalami kemunduran juga kekebalan tubuh yang
menurun. Masalah-masalah lain akibat dari proses penuaan
adalah kemunduran dari aspek sosial ekonomi. Selain itu akan
muncul berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner,
stroke, patah tulang akibat osteoporosis, demensia dan
lain-lain (Depkes RI, 2012).
Pengaruh proses penuaan dapat menimbulkan berbagai
masalah, baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial
ekonomi. Secara alami proses penuaan mengakibatkan lansia
mengalami perubahan fisik dan mental yang mempengaruhi
kondisi ekonomi dan sosial (Mubarak,2011). Berbagai
sosial, dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi seperti
penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Perubahan sosial seperti kesempatan yang sama untuk
memberikan masukan, kemudian merasa diasingkan.
Perubahan psikologis seperti takut menghadapi kematian dan
masa kesepian (Maryam, 2008). Perubahan-perubahan
tersebut menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara
terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah (Mubarak, 2011).
Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat
menyebabkan lansia menjadi tergantung kepada orang lain
(Nugroho, 2009). Penurunan fisik ini dapat dilihat dari
kemampuan fungsional dari lansia terutama kemampuan lanjut
usia untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti
berpakaian, buang air besar atau kecil, makan, minum,
berjalan, tidur, dan mandi. Dari kemampuan melakukan
aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lanjut usia mandiri atau
tergantung pada orang lain. Mandiri dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari (Activities of Daily Living=ADL) adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada pihak lain
dalam merawat diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari.
untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin
baik. Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan
akan rentan terhadap serangan penyakit (Nugroho, 2009).
Meskipun lansia secara alamiah mengalami penurunan dan
kemunduran fisik, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia
dapat melakukan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari–
hari secara mandiri. Ketersediaan bantuan sepanjang waktu di
rumah atau institusi layanan kesehatan atau rawatan rumah
bersifat melindungi kebutuhan lansia untuk tetap tinggal di
rumahnya dan mempertahankan kemandiriannya selama
mungkin (Friedman, 2010).
Kemandirian ini sangat penting untuk merawat dirinya
dalam pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari. Apabila lansia
mengalami ketergantungan terus menerus, hal ini juga akan
berdampak pada psikisnya karena lansia akan berpikir dirinya
adalah orang yang cacat, sakit dan hanya dapat menyusahkan
orang lain, maka menimbulkan perasaan cemas pada dirinya.
Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya
akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan pula
timbulnya gangguan dalam hal peran-peran sosialnya. Hal ini
mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher
dan Noorkasiani, 2009).
Suhartini (2004), dalam penelitiannya menyebut ada
beberapa faktor yang berhubungan dengan kemandirian pada
lansia yaitu kondisi kesehatan, kondisi sosial, dan kondisi
ekonominya. Lansia dapat mandiri jika kondisi kesehatannya
dalam keadaan baik. Secara sosial, lansia yang mandiri itu
melakukan aktivitas sosial, memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga dan mendapat dukungan dari keluarga dan
masyarakat. Secara ekonomi memiliki penghasilan dan dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kemudian, Zuraidah (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Hubungan Kondisi Kesehatan dengan Kemandirian
Lansia dalam Pemenuhan Activity daily Living (ADL) di Panti Tresna Wredha Budi Luhur Kota Lubuklinggau, menyebut dari
32 responden ditemukan bahwa responden yang mempunyai
kondisi kesehatan dalam kategori sehat 1 orang (3,1%) dan
kategori sakit sebanyak 31 responden (96,9%). Lansia yang
mempunyai kemandirian dalam kategori mandiri sebanyak 26
responden (81,2%) dan dibantu sebanyak 6 orang (18,8%).
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara kondisi kesehatan dengan
di Panti Tresna Wredha Budi Luhur Kota Lubuklinggau.
Sebagian besar lansia mempunyai kondisi kesehatan dalam
kategori sakit tetapi masih mandiri dalam memenuhi aktivitas
sehari-harinya.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan,
diketahui bahwa Panti Wredha Salib Putih merupakan salah
satu tempat untuk merawat Lansia di Salatiga. Dari wawancara
singkat yang peneliti lakukan dengan petugas panti pada bulan
Oktober 2014 didapatkan informasi bahwa beberapa lansia di
Panti Wredha menderita berbagai penyakit yang berhubungan
dengan penuaan antara lain seperti diabetes melitus,
hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga
menyebabkan aktifitas sehari-hari terganggu. Penurunan
kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis.
Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca
indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah
tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Hal inilah yang
memicu peneliti tertarik ingin mengkaji secara menyeluruh
hubungan faktor kondisi kesehatan dan kondisi sosial dengan
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka beberapa
masalah utama yang dihadapi lanjut usia pada umumnya
adalah: (1) Menurunnya daya tahan fisik (2) Kemunduran
psikis (3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan
terpisah dari orangtua (4) Kurangnya dukungan dari keluarga
lanjut usia (5) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang
hidup di rumah sendiri, tinggal bersama dengan anak/menantu,
dan tinggal di Panti Wredha. Dengan permasalahan yang
komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih
permasalahan hubungan faktor kondisi kesehatan dan kondisi
sosial dengan kemandirian lanjut usia.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut,
maka pertanyaan penelitian yang dikembangkan untuk
menjawab masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan faktor kondisi kesehatan dengan
kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih
Salatiga?
2. Apakah ada hubungan faktor kondisi sosial dengan
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara faktor kondisi kesehatan dan kondisi sosial
dengan kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih
Salatiga.
1.4.2. Tujuan khusus
1.4.2.1. Mengetahui karakteristik responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan
dan agama di Panti Wredha Salib Putih
Salatiga
1.4.2.2. Mengetahui distribusi kondisi kesehatan lansia
di Panti Wredha Salib Putih Salatiga
1.4.2.3. Mengetahui distribusi kondisi hubungan sosial
lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga
1.4.2.4. Mengetahui distribusi kemandirian lansia di
Panti Wredha Salib Putih Salatiga
1.4.2.5. Mengidentifikasi hubungan antara faktor
kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia
di Panti Wredha Salib Putih Salatiga
1.4.2.6. Mengidentifikasi hubungan antara faktor
kondisi sosial dengan kemandirian lansia di
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi
profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan atau
asuhan keperawatan khususnya keperawatan kepada
lansia dan mendorong kemandirian lanjut usia.
1.5.2. Bagi institusi (Panti Wredha Salib Putih)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi
yang bermanfaat bagi panti wredha untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut
usia, sehingga dapat memberikan perlakuan atau
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan lanjut usia.
1.5.3. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
wawasan yang lebih luas serta dapat dijadikan sebagai