• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kepuasan Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Kepuasan Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPUASAN LANSIA TERHADAP

PELAYANAN KESEHATAN

DI PANTI ABDI DHARMA ASIH BINJAI

TAHUN 2010

OLEH:

MOHD ZAWAWI BIN MD HAMZAH

070100449

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TINGKAT KEPUASAN LANSIA TERHADAP

PELAYANAN KESEHATAN

DI PANTI ABDI DHARMA ASIH BINJAI

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

MOHD ZAWAWI BIN MD HAMZAH

070100449

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Kepuasan Lansia Terhadap Pelayanan Kesehatan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Nama : Mohd Zawawi Bin Md Hamzah NIM : 070100449

Pembimbing Penguji I

(dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes) (dr. Tri Widyawati, M.Si.)

Penguji II

(dr. Selvi Nafianti, Sp.A)

Medan, 24 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Pembangunan dalam bidang kesehatan telah meningkatkan taraf kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai indikator keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan dapat dilihat dengan menurunnya angka kematian bayi (IMR) dan peningkatan umur harapan hidup. Oleh karena meningkatnya warga lanjut usia maka diperlukan perhatian khusus karena ketidakmampuannya dalam menjalani kehidupannya.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial memberikan penyantunan kepada usia lanjut terutama orang lanjut usia yang tinggal di panti. Penyantunan kepada usia lanjut dalam panti jompo salah satunya adalah pelayanan kesehatan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan lansia terhadap

pelayanan kesehatan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai pada tahun 2010. Metode penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan studi potong

lintang. Sampel yang diambil adalah sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan dari Mei sampai Juli 2010. Penelitian dilakukan secara wawancara dengan

berpandukan kuesioner.

Hasil menunjukkan bahwa dari 100 responden, 64 reponden (64%) puas dengan pelayanan yang disediakan dan 36 responden (36%) kurang puas dengan

pelayanan yang diberikan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada departemen kesehatan, petugas panti dan peneliti sendiri serta diharapkan dapat membantu untuk peneliti yang akan datang.

(5)

ABSTRACT

The development in the health sector has improved the living standards of the Indonesian nation. As an indicator of success in health development can be seen with declining infant mortality rate (IMR) and increase life expectancy. Due to an increase in the senior citizen requires special attention because of their inability to live their lives.

Government in this regard Ministry of Social Affairs provide help, the elderly, especially elderly people who live in nursing. Care for the elderly in nursing homes one of them is health care.

The purpose of this study was to determine the level of satisfaction among elderly at Abdi Dharma Asih Binjai health center in 2010. This method is descriptive study with cross-sectional studies. Samples taken as many as 100 people. This study was conducted between May and July 2010. The studies was conducted by interviewsing the elderly based on questionnaire.

The results showed that among 100 respondents, 64 respondents (64%) satisfied with the service provided and 36 respondents (36%) were less satisfied with the services provided.

From the results of this research are expected to benefit the health department, nursing staff and the researchers themselves and also is expected to help researchers in the future.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menynelesaikan laporan penelitian ini. Adapun proposal ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu dr. Arlinda Sari Wahyuni M.Kes yang telah membimbing saya dalam penyusunan proposal penelitian ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen Ilmu Kesehatan Komunitas (IKK) yang sudah membimbing peneliti selama

perkuliahan, serta keluarga dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Sebagai manusia biasa saya tidak bisa lari dari melakukan kesilapan dan sebagai mahasiswa, saya masih berada di tahap pembelajaran yang tetap ingin belajar memperbaiki kesalahan. Untuk itu, saya mohon maaf sebesar-besarnya dan semoga bisa lebih baik lagi untuk ke depannya. Saya juga sangat berharap saran dan kritik dari

pembaca agar saya dapat menyempurnakan lagi laporan penelitian ini.

Dan akhirnya saya harap penelitian yang akan saya jalankan ini akan dapat dilaksanakan dengan baik dan berguna untuk masa hadapan serta mendapat kerjasama dari semua pihak yang terlibat. Sekian, terima kasih.Wassalam.

(7)

DAFTAR ISI

2.2 Konsep Dasar dan Perspektif Usia Lanjut……….7

2.2.1 Aspek Demografi Usia Lanjut……….7

2.2.2 Gambaran Umum………7

2.2.3 Geografi dan Lansia……….9

2.3 Dampak Perubahan & Reaksi Terjadi pada Usia Lanjut…...11

2.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut………..13

2.4.1 Upaya promotif………...13

2.4.2 Upaya Preventif………14

2.4.3 Upaya Kuratif………..14

2.4.4 Upaya Rehabilitasi………15

2.4.5 Jenis Pelayanan Kesehatan………...15

2.4.6 Puskesmas Santun Usia Lanjut………...17

2.4.7 Pembinaan Kelompok Lanjut Usia……….18

2.4.8 Posyandu Lansia………19

2.5 Asuhan Keperawatan pada Usia Lanjut………...24

2.6 Mutu Pelayanan Kesehatan………...24

2.6.1 Pengertian Mutu……….24

2.6.2 Ukuran Mutu pelayanan kesehatan……….27

2.6.3 Dimensi Mutu yang Digunakan Untuk Mengevaluasi Mutu Pelayanan………28

(8)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian………..……….31

3.2 Definisi Operasional………….………...31

3.2.1 Sikap………... …………...31

3.2.2 Lansia……….………...31

3.2.3 Kepuasan lansia…………..……….31

3.2.4 Pelayanan Kesehatan………32

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian………33

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………...33

4.3 Populasi dan Sampel……….33

4.3.1. Kriteria inklusi ……….34

4.3.2. Kriteria eksklusi………...34

4.4 Teknik Pengumpulan Data……….34

4.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………34

4.5.1. Uji Validitas………...34

4.5.2. Uji Reabilitas………35

4.6 Pengolahan dan Analisa Data ……….35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi lokasi penelitian………36

5.2 Karakteristik………...39

5.3 Hasil Analisis Data………40

5.3.1. Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan ……….40

5.4 Pembahasan………..……….…….42

5.4.1. Tingkat Kepuasan Warga Panti Abdi Dharma Asih Binjai Terhadap Pelayanan Kesehatan………..42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….………...45

6.2 Saran………...45

DAFTAR PUSTAKA………...………...46

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1 Persentase penduduk menurut kelompok usia

di Indonesia 1990-1994………...10 2.2 Persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas lebih pada

Tahun 1971, 1980, 1990 dan 2000……….11 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur

dan Skala Ukur………32 5.1 Distribusi Proporsi Penduduk Lanjut Usia di

Abdi Dharma Asih Binjai Berdasarkan Wisma dan Jenis Kelamin Tahun

2010………37 5.2 Distribusi Proporsi Penduduk Lanjut Usia di Dharma Asih Binjai yang Terlibat Melakukan Penelitian

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010………40 5.3. Tingkat Kepuasan Lanjut Usia Terhadap

Pelayanan Kesehatan di Abdi Dharma Asih Binjai………41 5.4. Pertanyaan Tentang Tingkat Kepuasan Lanjut Usia

Terhadap Pelayanan Kesehatan

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

ABSTRAK

Pembangunan dalam bidang kesehatan telah meningkatkan taraf kehidupan bangsa Indonesia. Sebagai indikator keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan dapat dilihat dengan menurunnya angka kematian bayi (IMR) dan peningkatan umur harapan hidup. Oleh karena meningkatnya warga lanjut usia maka diperlukan perhatian khusus karena ketidakmampuannya dalam menjalani kehidupannya.

Pemerintah dalam hal ini Departemen Sosial memberikan penyantunan kepada usia lanjut terutama orang lanjut usia yang tinggal di panti. Penyantunan kepada usia lanjut dalam panti jompo salah satunya adalah pelayanan kesehatan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan lansia terhadap

pelayanan kesehatan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai pada tahun 2010. Metode penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan menggunakan studi potong

lintang. Sampel yang diambil adalah sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan dari Mei sampai Juli 2010. Penelitian dilakukan secara wawancara dengan

berpandukan kuesioner.

Hasil menunjukkan bahwa dari 100 responden, 64 reponden (64%) puas dengan pelayanan yang disediakan dan 36 responden (36%) kurang puas dengan

pelayanan yang diberikan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada departemen kesehatan, petugas panti dan peneliti sendiri serta diharapkan dapat membantu untuk peneliti yang akan datang.

(12)

ABSTRACT

The development in the health sector has improved the living standards of the Indonesian nation. As an indicator of success in health development can be seen with declining infant mortality rate (IMR) and increase life expectancy. Due to an increase in the senior citizen requires special attention because of their inability to live their lives.

Government in this regard Ministry of Social Affairs provide help, the elderly, especially elderly people who live in nursing. Care for the elderly in nursing homes one of them is health care.

The purpose of this study was to determine the level of satisfaction among elderly at Abdi Dharma Asih Binjai health center in 2010. This method is descriptive study with cross-sectional studies. Samples taken as many as 100 people. This study was conducted between May and July 2010. The studies was conducted by interviewsing the elderly based on questionnaire.

The results showed that among 100 respondents, 64 respondents (64%) satisfied with the service provided and 36 respondents (36%) were less satisfied with the services provided.

From the results of this research are expected to benefit the health department, nursing staff and the researchers themselves and also is expected to help researchers in the future.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebanyakan negara-negara maju telah bersetuju menetapkan umur orang lanjut usia adalah 65 tahun. Terdapat pernyataan mengatakan bahwa kelompok orang lanjut usia adalah sewaktu seseorang mula menerima manfaat pensiunnya.

Pada saat ini, Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) tidak ada mengeluarkan apa-apa standar kriteria untuk menentukan umur yang jelas untuk lanjut usia, tetapi PBB juga bersetuju mengatakan umur 60 tahun ke atas adalah merujuk kepada orang lanjut usia (WHO, 2010).

Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. World Health Organization (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia (WHO, 2010).

Di Indonesia, telah dipersetujui bahwa penduduk lanjut usia adalah mereka yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ada dimuatkan mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Menkokesra, 2010).

Jumlah penduduk di dunia berdasarkan International Data Base (IDB), pada sensus 2000 adalah sekitar 6,038,550,220 orang. Terdapat peningkatan pada sensus 2005, dengan jumlah penduduk didunia dicatatkan seramai 6,456,443,080

orang. Peningkatan sebanyak kurang lebih 400,000,000 dan dijangka pada tahun 2010, jumlah penduduk dunia sekitar 6,830,586,985 orang.

(14)

Berdasarkan data statistik, di Indonesia pula, jumlah penduduk di Indonesia yang dilakukan pada Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005 adalah seramai 213,375,287 dan penduduk lansianya sebanyak 15,537,710 orang. Manakala jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 11,688,987 dan jumlah lansia sebanyak 631,604 orang. (Data statistik Indonesia, 2010)

Menurut Abikusno N (2002) dalam Rahayu, L et al (2005). Peningkatan

jumlah lanjut usia terjadi baik di negara maju maupun berkembang. Indonesia cukup signifikan dalam percepatan pertambahan lanjut usia di dunia. Pada tahun 1971 jumlah lanjut usia sebanyak 5,3 juta (4,48% dari jumlah pendudukan). Tahun 1990 meningkat 2 kali lipat menjadi 112,7 juta (6,56% dari jumlah total penduduk)

Peningkatan jumlah lanjut usia jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah balita. Post-war baby boom di Indonesia yang terjadi pada dekade 1960-1970-an diperkirakan akan mengakibatkan aged-population boom pada dua dekade permulaan abad ke 21. Generasi yang lahir pada tahun 1960-2970-an, pada tahun 1990-an sedang memasuki kehidupan berkeluarga dan pada tahun 2010-2020-an akan memasuki tahap lanjut usia. Diperkirakan tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi 28,8 juta jiwa, sedangkan jumlah balita diperkirakan menurun (Abikusno N (2002) dalam Rahayu, L et al (2005)).

Proses penuaan penduduk mempunyai dampak luas dan persoalan yang muncul karena kebutuhan atas pelayanan, kesempatan, dan fasilitas bagi lanjut usia akan bertambah. Pemerintah dan masyarakat telah berupaya melaksanakan kebijakan dan program untuk kesejahteraan lanjut usia dengan mendirikan panti-panti werdha. Mengikut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 telah mengamanatkan, memperhatikan “Fakir Miskin dan Anak Terlantar”. Pendirian Panti Sosial didasarkan atas Undang-Undang RI no.4 Tahun 1965 tentang “Pemberian Bantuan Kehidupan bagi Orang-Orang Jompo”(Undang-undang dasar RI 1945 dan daftar undang-undang 1965).

(15)

total penduduk 11.506,8 ribu jiwa. Panti Werdha Kota Binjai merupakan panti lanjut usia yang terbesat di Sumatera Utara.

Menurut Putri (2008) dalam Matrixmart (2009) Tinggal di panti merupakan pilihan bagi lanjut usia dengan berbagai alasan karena dalam hidup ini ada sebagian orang yang beruntung dan ada pula yang tidak.

Sebagian dari lansia ada yang tinggal bersama keluarga yaitu anak dan

cucunya, namun sebagian lagi ada yang menghabiskan masa hidupnya di panti jompo. Panti jompo adalah suatu tempat yang akan menjadi tempat perkembangan interaksi sosial, dikarenakan mereka akan hidup bersama dengan sesama lanjut usia, selain itu pada panti jompo, mereka akan mendapatkan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memberdayakan para orang lanjut usia agar tetap produktif. Perkembangan fisik dan kesehatan orang lanjut usia akan mendapat kontrol yang efektif (Matrixmart, 2009).

Berdasarkan penelitian dari Rahayu, L et al (2005) di UPTD Abdi Dharma Asih Binjai, diketahui jenis penyakit yang banyak diderita lanjut usia adalah reumatik sebanyak 36%. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya konsumsi zat gizi sewaktu berusia muda seperti kalsium, vitamin D dan lain-lain. Urutan kedua adalah penyakit kulit sebanyak 30%. Ini mungkin disebabkan kurangnya hygiene perorangan lanjut usia, penyakit ini tidaklah berbahaya tetapi menimbulkan gangguan seperti gatal-gatal dan warna kulit yang kehitaman bekas garukan sehingga menimbulkan gangguan estetika bila dilihat langsung. Sedangkan yang paling sedikit dideritai adalah stroke, malaria, batuk pilek, dan diare sebesar 14%. Kesimpulann yang bisa dibuat adalah perlunya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien disediakan pada warga panti. Jadi, dari data ini menunjukkan

pentingnya penelitian ini dilakukan dan juga kenapa penelitian ini perlu dilakukan di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai karena Panti UPTD Abdi Dharma Asih

Binjai merupakan panti jompo yang terbesar di Sumatera Utara dan juga belum dijumpai lagi mana-mana penelitian berkaitan tingkat kepuasan lansia terhadap pelayanan kesehatan di panti jompo Kota Binjai.

(16)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah yang penulis kemukakan adalah untuk mengetahui adakah pelayanan kesehatan sudah memuaskan kepada warga di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan orang lanjut usia terhadap pelayanan kesehatan di di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

Mengetahui tingkat kepuasan orang lanjut usia terhadap pelayanan kesehatan

di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai:

a. Tingkat kepuasan orang lanjut usia terhadap tenaga medis yaitu dokter dan perawat.

b. Tingkat kepuasan orang lanjut usia terhadap prasarana kesehatan yang disediakan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Bagi Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki pelayanan yang diberikan kepada para penghuni panti. 2. Bagi Ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam memperkaya dan memperluas pengetahuan dalam pengelolaan lansia khususnya yang tinggal di Panti Jompo

3. Bagi Peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orang Lanjut Usia

Lanjut usia merupakan anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur. Di

Indonesia, istilah untuk kelompok lanjut usia ini belum baku, orang memiliki sebutan yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah lanjut usia ada pula usia lanjut. Atau jompo dengan padanan bahasa Inggeris biasa disebut the aged, the elders, older adult, serta senior citizen.

Dalam uraian selanjutnya akan digunakan istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal nama lansia.

Kapan seseorang dikategorikan usia lanjut? Para ahli membedakannya menjadi 2 macam usia yaitu: usia kronologis dan usia biologis (Setiawan, 2002)

Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia, dengan usia pensiun 56 tahun, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya, menurut undang-undang No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang palik layak disebut usia lanjut.

Usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Di mana biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.

Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI (Buku Pedoman Pembinaan, 2000) dikenal pula usia psikologis, yaitu dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian terhadap settiap situasi

yang dihadapinya.

Berikut ini adalah definisi usia lanjut dalam beberapa literatur:

(18)

2. Setyonegoro (1984), menggologkan bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbahagi ke dalam usia 70-75 tahun (young old); 75-80 tahun (old); dan lebih dari 80 tahun (very old)

3. Menurut Bab I Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tantang Kesejahteraan Usia Lanjut , lansia adalah seseorang yang sudah

mencapai usia 60 tahun ke atas.

Pada usia lanjut, terjadi penurunan kondisi fisik atau biologis, kondisi psikiologis, serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut, bahkan juga masyarakat menganggap seakan tugas-tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin mengundurkan diri dari pergaulan bermasyarakat yang juga merupakan salah satu ciri fase ini, biasanya usia lanjut merenungkan hakikat hidupnya dengan lebih intensif serta mencoba mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

2.2 Konsep Dasar dan Perspektif Usia Lanjut 2.2.1 Aspek Demografi Usia Lanjut

Aspek demografi pada usia lanjut meliputi gambaran umum, geografi dan lansia, serta pola kehidupan lansia di Negara maju.

2.2.2 Gambaran Umum

Ciri-ciri demografi lansia selain jumlah dan proporsi populasinya juga isu yang penting adalah gambaran morbiditas dan mortilitas. Adapun dampak akhirnya berupa gambaran usia harapan hidup yang dalam perkembangannya

mengalami dinamika perubahan.

Secara global, bila ditinjau dari aspek peradaban umat manusia, maka

terdapat konsep transisi kependudukan dari pelbagai pakar, termasuk pakar gerontology

(19)

Konsep rectanggularisasi tampil grafik penduduk yang tetap bertahan hidup yang semula berbentuk segitiga lambat laun semakin berubah menjadi persegi empat . Seperti dilihat di bawah:

Gambar 2.1

Kurva Manusia yang Bertahan Hidup (Sumber: Strechler dalam Miller, 1995)

Berdasarkan gambar diatas, tampak bahwa kurva populasi manusia yang tetap bertahan hidup menurut usia mereka digambarkan dalam empat periode sebagai berikut A ke B, B ke C, C ke D, dan D ke F.

A= periode zaman kuno hingga awal abad ke -19 B= Periode abad ke -19

C= periode sampai dengan 1935 D= periode 1950-1960

E= periode 1970-1980 F periode sesudah 1980

Periode A ke D menunjukkan populasi pria maupun wanita, sedangkan E dan F menunjukkan berturut-turut pria dan wanita.

Periode transisi A ke B diakibatkan oleh perbaikan perumahan, sanitasi,

(20)

antibiotik; perbaikan pelayanan medis, gizi, dan penyuluhan kesehatan. Sementara transisi D ke F adalah kemajuan mutakhir dalam bidang biomedika (Miller, 1995).

2.2.3 Geografi dan Lansia

Sejalan dengan hal tersebut, struktur demografi penduduk di Indonesia selama kurun waktu/ decade terakhir ini (dan seterusnya) ditandai antara lain

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk berusia lanjut. Bila mengacu pada batasan usia 65 tahun yang banyak diterapkan secara internasional, maka di Indonesia, kelompok penduduk berusia 65 tahun ke atas pada tahun 1980 sebesar 3,2% dari total populas telah meningkat menjadi 3,8% pada tahun 1987 dan 4,6% pada tahun 1994 (Profil Kesehatan Indonesia, Depkes RI, 1997)

Pada tahun 2010 nanti, proyeksi penduduk berusia 65 tahun keatas di Indonesia akan menjadi 11 juta jiwa, padahal pada tahun 1994 baru sebesar 7,5 juta. Proyeksi pada tahun 2020 akan sebesar 7,2% (Aris Ananta, 1997) yang hampir sepadan dengan porposi negara-negara maju saat ini. Untuk saat ini saja diperkirakan di beberapa provinsi seperti DKI dan DIY penduduk kelompok usia tersebut telah mendekati kondisi yang dicapai negara-negara maju sekarang. Namun, penduduk berusia lanjut di Indonesia memiliki pula dimensi lain selain presentasi terhadap populasi total seperti yang diuraikan di atas. Dimensi itu pula meliputi: jumlah absolutnya yang besar, tingkat pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan yang tak kalah pentingnya kemungkinan tingkat kesehatannya yang rendah pula, sehingga pada gilirannya akan berimplikasi pada kebutuhan proses keperawatan. Bila ditinjau dari aspek biaya kesehatan, hal seperti ini akan merupakan beban yang perlu diperhitungkan, mengingat bahwa

kenyataan ini bagaikan semacam perangkap dalam pengalokasian sember daya kita yang secara keseluruhan semakin terbatas.

Pada table 2.1 dapat dilihat persentase penduduk menurut kelompok usia di Indonesia pada kurun waktu 1990-1994.

(21)

tersebut, tampak bahwa peningkatan persentase penduduk usia 60 tahun keatas antara tahun 1971-1980, serta tahun 1980- 1990 masih berkisar di bawah 1%. Jika peningkatan persentase antara tahun 1990-2000 diperkirakan 0,9%, maka persentase penduduk usia 60 tahun ke atas pada saat ini diproyeksi sebesar 7,2% dari total populasi atau sekitar 14,9 juta orang.

Tabel 2.1 Persentase penduduk menurut kelompok usia di Indonesia 1990-1994 1990

(Sensus)

1985 (Supas)

1987 (SPI)

1991 (SDKI)

1994 (SDKI)

<15 40,9 39,4 36,9 36,2 35,0

15-64 55,9 59,3 59,3 59,9 60,4

65+ 3,2 3,8 3,8 3,9 4,6

Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Median Usia - - - 21,5 22,8

Rasio Beban Ketergantungan

78,9 73,1 68,6 67,2 65,8

Sumber:BPS,Menteri Negara Kependudukan/ BKKBN, dan Depkes RI

(22)

Tabel 2.2 Persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas Lebih pada tahun 1971, 1980,1990*, dan 2000**

Jumlah 60+ (dalam jutaan)

% Peningkatan

1971 5,3 4,5 -

1980 7,9 5,4 0.966

1990 11,2 6,2 0.482

2000 14,8 7,2 0,900

*Sumber: BPS, Sensus Penduduk.

** Angka pada tahun 2000 adalah proyeksi menurut hasil sensus 1995

Peningkatan jumlah usia lanjut akan berpengaruh pada berbagaai aspek kehidupannya (fisik, mental dan ekonomi) seperti diuraikan terdahulu. Mengantisipasi kondisi ini pengkajian masalah-masalh lanjut usia perlu

ditingkatkan, termasuk aspek keperawatanya, agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta menjamin tercapainya usia lanjut yang bahagia, berdaya guna dalam kehidupan keluarga, dan masyarakat di Indonesia. (Tamher, S & Noorkasiani, 2009)

2.3 Dampak Perubahan dan Reaksi yang Terjadi pada Usia Lanjut.

(23)

terhadap penampilan seseorang. Pada umumnya usia dewasa muda, seseorang dianggap tampil paling tampan dan paling cantik. Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya membawa yang bersangkutan pada kesimpulan, bahwa kecantikan ataupun ketampananya yang mereka miliki mulai menghilang. Ini baginya berarti kehilangan daya tarik dirinya.

Wanita biasanya lebih risau dan merasa tertekan oleh karena keadaan

tersebut. Sebab biasanya wanita dipuja orang karena kecantikan dan keindahan fisiknya. Tetapi tidak berarti bahwa pria pada masa ini tidak mengalami atau merasakan hal-hal yang serupa. Pada pria yang mengalami proses menua, tetap menginginkan dirinya tetap menarik bagi lawan jenisnya.

Kecemasan yang timbul pada mereka yang merasa dirinya mulai menjadi kurang menarik atau kelihatan kurang mampu itu, memberikan peluan yang besar bagi produsen kosmetika, alat-alat kecantikan,alat-alat gerak badan dan obat-obat awet muda. Berkaitan dengan perasaan kehilangan daya tarik tadi ada gejala-gejala yang terlihat dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya dorongan seks.

Pada pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala psikologis yang luar biasa kecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormone testosterone. Pada wanita terjadi menopause (berhenti haid). Menopause terjadi dalam suatu proses yang kadang-kadang mengambil waktu sampai 2 tahun.

Hal ini disebabkan oleh karena faal dari kandung telur lambat laun mulai berkurang, sampai kemudian berhenti berfungsi sama sekali.

Di dalam kita melaksanakan perawatan usia lanjut sebagaimana yang kita

(24)

2.4 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Secara umum pelayanan kesehatan pada lansia dapat dibagi menjadi 2, yakni;

a. Pelayanan kesehatan lansia berbasis rumah sakit (Hospital Based Geriatric Service)

b. Pelayanan kesehatan lansia di masyarakat (Community Based Geriatric Service).

Jenis pelayanan inilah yang dewasa ini menjadi tantangan bagi kesehatan masyarakat di Indonesia, dan yang lebih memerlukan perhatian bagi para akademisi dan praktisi kesehatan masyarakat di Indonesia.

Pada upaya pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, semua upaya kesehatan yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani kesehatan para lansia. Puskesmas dan dokter praktik swasta merupakan tulang punggung layanan di tingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk kelompok atau klub lansia. Di dalam dan melalui klub lansia ini pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif atau rehabilitatif. Pelayanan kesehatan di kelompok lansia meliputi pemeriksaan fisik, mental dan emosional. (Notoatmodjo, S, 2007)

2.4.1 Upaya Promotif yaitu:

Upaya menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang:

a. Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri.

b. Makanan dengan menu yang mengandungi gizi seimbang.

c. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.

(25)

e. Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai dengan kemampuan.

f. Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.

2.4.2 Upaya Preventif yaitu:

Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun

komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan. Upaya preventif dapat berupa kegiatan antara lain:

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit lansia.

b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar.

c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kaca mata, alat bantu

dengar dan lain-lain agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna.

d.Penyuluhan untuk mencegah terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.

2.4.3 Upaya Kuratif yaitu:

Upaya pengobatan bagi lansia. Upaya kuratif dapat berupa kegiatan sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan dasar.

(26)

2.4.4 Upaya Rehabilitasi yaitu:

Upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun. Upaya rehabilitasi dapat berupa kegiatan antara lain:

a. Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan bebagai alat bantu misalnya kaca mata, alat bantu dengar dan lain-lain agar lansia tetap

dapat membirakan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.

b. Mengembalikan keprcayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita.

c. Pembinaan usia lanjut dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifkan didalam

maupun diluar rumah.

d. Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita. e. Perawatan fisioterapi. (Surbakti E, 1995)

2.4.5 Jenis Pelayanan Kesehatan

Adapun jenis pelayanan kesehatan dapat diberikan antara lain:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputinkegiatan dasar dalam kehidupan seperti mandi, makan minum berjalan dan lain-lain.

2. Pemeriksaan status mental.

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat dalam grafik indeks massa tubuh.

4. Pengukuran tekanan darah.

5. Pemeriksaan laboratorium sederhana (hemoglobin) pemeriksaan gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit diabetis mellitus, dan pemeriksaan

protein dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal. 6. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila diperlukan.

(27)

8. Dokter praktik swasta terutama menangani para lansia yang memerlukan tindakan kuratif insidential. Seperti telah ditemukan di atas, semua pelayanan kesehatan harus diintegrasikan dengan layanan kesejahteraan harus

diintergasikan dengan layanan kesejahteraan yang lain dari dinas sosial, agama, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain.

Selain pelayanan di atas, bagi lansia juga diperlukan kualitas pelayanan yang baik, intensitas perawatan yang tinggi, maupun pengkajian komprehensif yang meliputi pengkajian terhadap status fisik, mental psikologis, sosial, nutrisi lingkungan. Semua hal tersebut harus dilakukan oleh sebuah tim multidisiplinier. Pelayanan semacam itu kemudian disebut juga oleh pelayanan geriatrik terpadu.

Pelayanan kesehatan geriatrik terpadu bagi lansia berdaarkan fasilitas yang dimilikinya untuk pasien geriatrik dikategorikan sebagai berikut:

1. Pelayanan sederhana (hanya memiliki fasilitas poliklinik)

Jenis kegiatan yang dapat dilakukan berupa pengkajian, konsultasi, pemeriksaan, penyuluhan, dan supervisi ke puskesmas. Bentuk fasilitas pelayananya berupa poliklinik, sedangkan sumber daya manusia yang diperlukan adalah internist-geriatrist, perawat geriatrik, ahli gizi, dan pekerja sosio-medik.

2.Pelayanan sedang (memiliki fasilitas poliklinik dan klinik siang)

Pelayanan sedang merupakan gabungan antara pelayanan tingkat sederhana yang ditambah terapi fisik, terapi okupasi, terapi bicara, rekrasi dan

pemeriksaan maupun perawatan gigi-mulut sederhana. Adapun bentuk fasilitas pelayanannya berupa poliklinik dan day hospital . Dengan demikian sumber daya yang diperlukan disesuaikan dengan jenis pelayanan tersebut.

(28)

4. Pelayanan paripurna (pelayanan lengkap ditambah fasilitas panti werdha) Pada tingkat paripurna, selain semua jenis pelayanan yang terdapat di tingkat lengkap ditambah dengan ruang rawat kronik atau panti werdha.

Dewasa ini , Departemen Kesehatan RI mempunyai tiga program kesehatan bagi lansia berupa Puskesmas Santun Usia Lanjut, Pembinaan Kelompok Usia Lanjut dan Posyandu Usia lanjut (Pedoman Puskesmas Santun

Usia Lanjut, Depkes RI, 2005)

2.4.6 Puskesmas Santun Usia Lanjut

Puskesmas Santun Lansia merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia lanjut untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek keratif dan rehabilitatif.

Puskesmas Santun Lansia mempunyai cirri-ciri seperti berikut: a. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan

b. Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.

c. Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari keluarga miskin atau tidak mampu

d. Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya agar tetap sehat dan mandiri

e. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin

sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja puskesmas.

f. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di

tingkat

kecamatan dengan asa kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan

(29)

2.4.7 Pembinaan Kelompok Lanjut Usia.

Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut melalui Puskesmas dapat dilakukan terhadap sasaran usia lanjut yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Sasaran langsung

1. Pra-usia lanjut 45-59 tahun

2. Usia Lanjut 60-69 tahun.

3. Usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

b. Sasaran tidak langsung

1. Keluarga dimana usia lanjut berada.

2. Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada.

3. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan usia lanjut. 4. Masyarakat luas.

c. Kegiatan-kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjut yang dilakukan melalui Puskesmas adalah:

1) Pendataan sasaran usia lanjut

Kegiatan ini dilakukan paling tidak 2 kali setahun yang lebih efektif

bila dilakukan bekerja sama dengan petugas desa atau kelurahan setempat

dan dibantu oleh kader dasawisma.

2) Penyuluhan kesehatan usia lanjut, pembinaan kebugaran melalui senam usia lanjut maupun rekreasi bersama.

3) Deteksi dini keadaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara Berkala yang dilakukan setiap bulan melalui Kelompok Usia Lanjut (Posyandu/ Posbindu/ Karang Lansia, dan lain-lain) atau di Puskesmas Dengan instrumen KMS Usia Lanjut sebagai alat pencatat yang

(30)

4) Pengobatan penyakit yang ditemukan pada sasaran usia lanjut sampai kepada upaya rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.

5) Upaya rehabilitative (pemulihan) berupa upaya medik, psikososial dan edukatif yang dimaksudkan untuk mengembalikan semaksimal

mungkin kemampuan fungsional dan kemandirian hidup.

6) Melakukan/memantapkan kerjasama dengan lintas sector terkait melalui

asas kemitraan dengan melakukan pembinaan terpadu pada kegiatan yang dilaksanakan di Kelompok Usia Lanjut atau kegiatan lainnya.

7) Melakukan fasilitasi dan bimbingan dalam rangka meningkatkan peran serata dan pemberdayaan masyarakat dalam pembinaan kesehatan usia lanjut antara lain dengan pengembangan Kelompok Usia Lanjut, dan Dana Sehat.

8) Melaksanakan pembinaan kesehatan usia lanjut secara optimal dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara berkala. Upaya ini dapat dilakukan melalui pelaksanaan Lokakarya Mini di Puskesmas secara berkala untuk menentukan strategi,target dan langkah-langkah selanjutnya dalam pembinaan kesehatan usia lanjut.

2.4.8 Posyandu Lansia

Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh dan untuk kaum usia lanjut yang menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat.

Selain program dari Departemen Kesehatan, pemerintah juga mempunyai

program dari Departemen Sosial yaitu rencana aksi nasional kesejahteraan lansia yang terdiri dari lima program pokok penduduk lansia yaitu:

(31)

Bertujuan untuk meningkatkan kualitas penghidupan dan kehidupan para lanjut usia dengan memelihara dan meningatkan taraf kesejahteraan sosial mereka serta melembagakan usaha kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk memelihara, memberil perlindungan, dan meningkatkan taraf kesejahteraan para lanjut usia. Berbagai kegiatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia antara lain:

a) Peningkatan jumlah dan mutu pensiun.

b) Peningkatan penyuluhan dan bimbingan usaha kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia.

c) Peningkatan panti petirahan dan panti rehabilitasi sosial bagi lanjut usia. d) Peningkatan pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial bagi para yang berbasis masyarakat.

e) Penyediaan bantuan sosial bagi lansia terlantar.

f) Pembinaan dan pengaturan peran serta para relawan lansia dalam kegiatan kesejahteraan sosial.

g) Penyelenggaraan akomodasi hostel type bagi lansia. h) Pengembangan sistem jaminan sosial hari tua.

i) Pengembangan asuransi kesejahteraan sosial bagi usia lanjut. j) Pengembangan sistem asuransi tenaga tenaga kerja lanjut usia.

k) Perlindungan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dari penganiayaan dan perlakuan salah dan atau korban kekerasan/kejahatan.

2. Peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

Bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan para

(32)

Berbagai kegiatan pelayanan kesehatan bagi para lanjut usia yang dikembangkan dalam program ini antara lain:

a) Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan lanjut usia. b) Pengembanga program pemberian makanan tambahan (gizi) bagi lanjut usia. c) Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi lanjut usia dalam keluarga. d) Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan lanjut usia.

e) Pengembangan lembaga hospitium terutama untuk perawatan lanjut usia yang menderita penyakit kronik yang berprognosis buruk dan atau menderita

penyakit terminal.

f) Pengembangan upaya kesehatan reproduksi lanjut usia di sarana pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan.

g) Pengembangan Program Jaminan Pmeliharaan Kesehatan Masyarakt (JPKM) sebagai basis utama pendanaan untuk pemeliharaan kesehatan lanjut usia.

3. Penguatan dukungan keluarga dan masyarakat, bertujuan untuk:

a) Menggalakan, membina, dan meningkatkan peran keluarga untuk semakin membudayakan dan melembagakan kegiatan sehari-hari seluruh anggota keluarga dalam memberikan pelayanan, pembinaan kualitas dan peningkatan kesejahteraan kepada anggota keluarganya yang berusia lanjut.

b) Menggalakkan, membina, dan meningkatkan peran seta masyarakat, organisasi sosial. LSM, dan sektor swasta dalam kegiatan pelayanan bagi lajut usia di berbagai bidang.

c) Memelihara, memperkuatkan, dan memasyarakatkan nilai-nilai budaya bangsa

yang menghormati, menghargai, dan memberikan perhatian terhadap para lanjut usia dalam kehidupan sehari-hari.

(33)

4. Peningkatan kualitas hidup lansia bertujuan untuk:

a) Memberikan kesempatan bagi para lanjut usia yang potensial untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, baik untuk berkarya lebih lanjut ataupun untuk pengembangan hobi mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan formal maupun non-formal.

b) Memberikan kesempatan dengan memberdayakan para lanjut usia yang potensial dan produktif untuk berkarya sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, dan pengalamannya.

c) Meningkatkan dan memantapkan iman dan ketakwaan para lansia sesuai agamanya atau kepercayaanya terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta memandu pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Peningkatan sarana dan fasilititas khusus bagi lansia.

Program ini bertujuan untuk mewujudkan apa yang dikehendaki oleh undang-undang dasar dan sebagai pernyataan rasa hormat dan penghargaan kepada para lanjut usia dengan memberikan kemudahan khusus bagi para lanjut usia untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari maupun dalam melaksanakan kerja dan melakukan perjalanan. Beberapa kegiatan dalam program pokok ini antara lain:

a) Pemberian keringanan biaya pelayanan kesehatan. b) Pelayanan sarana transportasi bagi lanjut usia.

c) Penyediaan sarana rekreasi dan olahraga bagi para lanjut usia. d) Pemberian kemudahan pariwisata bagi lanjut usia.

e) Pemberian KTP seumur hidup.

f) Pelayanan konsultasi kesehatan reproduksi bagi lansia.

(34)

demikian, ketergantungan lansia pada penduduk usia produktif dapat diminimalkan.

Upaya pemantapan pelayanan kesehatan bagi lansia perlu mendpatkan perhatian yang serius dan menjadi bagian dari strategi dalam peningkatan kesejahteraan lansia melalui upaya promotif dan preventif atau yang disebut sebagai paradigma sehat. Paradigma sehat adalah wawasan pembangunan yang

berorientasi pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan dengan lebih menekankan kepada upaya preventif, prommotif tanpa mengabaikan penduduk yang sakit. Untuk itu diperlukan beberapa hal, yaitu:

a) Publikasi atau kampenya bentuk-bentuk pelayanan kesehatan lansia

b) Pemaksimalan peran institusi kesehatan seperti posyandu, pustu, puskesmas, dan pusat-pusat pelayanan kesehatan lainya untuk kepentingan lansia.

c) Peningkatan profesionalitas sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan lansia.

d) Penyediaan obat-obatan dan perawatan kesehatan yang efektif dan terjangkau oleh lansia termasuk didalamnya cara-cara alternatif lewat pengobatan tradisional dan sebagainya.

Mengingat fisik lansia yang lemah sehingga mereka tidak dapat leluasa menggunakan berbagai sarana dan prasarana maka upaya pemantapan pelayanan kesehatan lainnya adalah penyediaan sarana dan fasilititas khusus bagi lansia. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan lansia melakukan aktivitasnya dan sebagai bentuk penghormatan kepada generasi tua yang telah banyak berkorban ketika masih muda. Upaya itu antara lain penyediaan sarana dan fasilititas khusus bagi lansia yang diprioritaskan dan disesuaikan dengan kebutuhan lansia, penyediaan

sarana dan fasilititas khusus bagi lansia dengan melibatkan peran serta masyarakat, dan sebagainya. (Notoatmodjo, S, 2007)

2.5 Asuhan Keperawatan pada Usia Lanjut

Pengkajian Keperawatan

(35)

Keduanya bertujuan agar lansia dapat tetap dipertahankan dirumahnya untuk mengurangi biaya perawatan, meningkatkan kualitas hidupnya sehari-hari dan mengoptimalkan kapasitas fungsionalnya. Pengkajian yang menyeluruh pada lansia yang dilakukan oleh perawat meliputi:

1. Mengidentifikasi status kesehatannya(anamnesis dan pemeriksaan fisik) 2. Status gizi

3. Kapasitas fungsional 4. Status psikososial

5. Masalah lainya yang dihadapi secara individual. (Tamher,S&Noorkasiani, 2009)

2.6 Mutu Pelayanan Kesehatan 2.6.1 Pengertian Mutu

Persepsi tentang mutu suatu organisasi pelayanan sangat berbeda-beda karena bersifat sangat subjektif, di samping itu selera dan harapan pengguna pelayanan selalu berubah-ubah.

Banyak pengertian tentang mutu, antara lain berikut ini:

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang diamati (winston Dictionary,1956)

2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian,1980)

3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau jasa yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna ( Din ISO 8402, 1986)

Dari batasan ini, dapat dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat

(36)

Beberapa definisi mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.

1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraanya sesuai dengan standar dan kode etik profesi (Azrul Aswar, 1996)

2. Memenuhi dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui

peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainya yang datang untuk mendapatkan pelayanan dokter: karyawan (Mary R. Zimmerman)

Secara umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma,etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsume. Selain itu, mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut: 1. Menurut pasien/masyarakat adalah empati, menghargai, tanggap, sesuai dengan kebutuhan, dan ramah.

2. Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu secara profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan peralatan yang memenuhi standar.

3. Menurut manajer/administrator adalah mendorong manajener untuk mengatur staf dan pasien/masyarakat dengan baik.

4. Menurut yayasan/pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki tenaga

profesional yang bermutu dan cukup. Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah mutu pelayanan kesehatan seharusnya pedoman yang

(37)

Jadi yang dimaksudkan dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan adalah dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan. Masalah pokok yang ditemukan ialah karena

kepuasan tersebut bersifat subjektif. Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Disamping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.

Untuk mengatasi masalah ini, telah disepakati bahwa pembahasan tentang kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan mengenal paling tidak dua pembatasan.

1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien.

Pembatasan pertama telah disepakati adalah pada derajat kepuasan pasien. Untuk menghindari adanya subjektivitas individual yang dapat mempersulit pelaksanaan program penjagaan mutu, maka ditetapkan bahwa ukuran yang dipakai untuk mengukur kepuasan di sini bersifat umum yakni sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.

2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan

Pembatasan kedua telah disepakati pada upaya yang dilakukan dalam menimbulkan rasa puas diri setiap pasien. Untuk melindungi kepentingan pemakai

jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap tindakan kedokteran, ditetapkanlah upaya yang dilakukan tersebut harus sesuai dengan

(38)

2.6.2 Ukuran Mutu Pelayanan Kesehatan

Pemberian pelayanan adalah pejabat/pengawai instansi pemerintahan yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelayanan, sedangkan penerima pelayanan adalah orang atau badan hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah. Karakteristik pelayanan umum menurut SK Menpan No 81/1993 mengandung unsur kesederhanaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, serta ketepatan

waktu.

Dalam pelayanan kesehatan dibagi menjadi dua elemen dasar mutu yaitu: 1) Layanan teknik (technical care) yaitu penerapan ilmu dan teknis bagi

kedokteran atau ilmu kesehatan lainya ke dalam penaganan masalah kesehatan. 2) Layanan interpersonal (interpersonal care) yaitu manajemen interaksi sosial dan psikososial antara pasien dan praktisi kesehatan lainya, misalnya dokter dan perawat; serta kenyamanan (amenities yaitu menggambarkan berbagai kondisi seperti ruang tunggu yang menyenangkan, ruang periksa yang nyaman dll.)

Sampai saat ini, telah ditawarkan berbagai ukuran mutu pelayanan dengan penilaian yang saling berbeda, serta cara pengukuran yang beraneka ragam. Menurut lembaga Administrasi Negara terdapat beberapa kesamaan ukuran mutu pelayanan yang sering dijumpai di berbagai kajian yaitu:

1) Proses pelayanan dilakukan sesuai prosedur.

2) Petugas pelayanan memiliki kompetensi yang diperlukan. 3) Tidak bertentangan dengan kode etik.

4) Pelaksanaan pelayanan dapat memuaskan pelanggan dan petugas pelayanan. 5) Pelayanan mendatangkan keuntungan bagi lembaga penyedia layanan.

2.6.3 Dimensi mutu yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan

Mutu suatu organisasi pemberi pelayanan sangat sulit diukur dan lebih

bersifat subjektif sehingga aspek mutu menggunakan beberapa dimensi/karakteristik sebagai berikut:

(39)

2. Credibility, kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa. 3. Security, yaitu keamanan terhadap jasa yang ditawarkan.

4. Knowing the customer, yaitu pengertian dari pihak pemberi jasa pada penerima jasa atau pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dengan harapan pemakai jasa.

5. Tangible, yaitu bahwa dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus diukur atau dibuat standarnya.

6. Reliability, yaitu konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa. 7. Responsiveness, yaitu tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa.

8. Competence, yaitu kemampuan atau ketrampilan pemberi jasa yang dibutuhkan setiap orang dalam perusahaan untuk memberikan jasanya kepada penerima jasa.

9. Acess, yaitu kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh pihak pelanggan. 10.Courtessy, yaitu kesopanan, aspek perhatian, dan kesamaan dalam hubungan personel.

Penyampaian jasa pelayanan kepada pelanggan kadang-kadang diterima tidak sesuai dengan harapan sehingga mengakibatkan kegagalan dalam penyampaian jasa sebagai berikut:

1. Kesenjangan antara harapan pelanggan dengan prinsip manajemen. Manajemen tidak selalu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan.

2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi mutu jasa. Manajemen mungkin memahami secara tepat keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan

standar kinerja secara spesifik.

3. Kesenjangan antara spesifikasi antara mutu jasa dan penyampaian jasa. Petugas

(40)

5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan. Hal ini terjadi bila pelanggan mengukur kinerja dengancara yang berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai mutu jasa. (Satrianegara, M.F., & Sitti Saleha, 2009)

2.7 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang

(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

(41)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Tingkat Kepuasan Lansia

Tingkat kepuasan lansia adalah suatu keadaan dimana keinginan, harapan dan kebutuhan lansia dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan lansia. Dalam penelitian ini dilihat adakah orang lanjut usia di Panti Abdi Dharma Asih Binjai puas atau kurang puas terhadap pelayanan yang disediakan.

3.2.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan yang disediakan di panti jompo adalah pelayanan kesehatan dan

pelayanan non-kesehatan. Pelayanan non-kesehatan terbagi kepada administrasi, penyediaan tempat tinggal untuk lansia dan lain-lain.

Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan terhadap status kesehatan yang merangkumi pemeriksaan, pengobatan dan penjagaan status gizi. Pada penelitian ini hanya dilakukan survei terhadap pelayanan kesehatan tetapi status gizi tidak dimasukkan.

Tingkat Kepuasan Lansia

Pelayanan Kesehatan di Panti

(42)

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Kepuasan Tingkat kepuasan lansia terhadap pelayanan kesehatan

Kuesioner Dikelompokkan kepada puas dan kurang puas

berdasarkan skor median.

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah cross sectional study.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Panti Abdi Dharma Asih Binjai dengan pertimbangan bahwa Abdi Dharma merupakan panti lanjut usia terbesar di Sumatera Utara. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2010.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk lansia yang berusia 60 tahun ke atas yang tinggal di Panti Abdi Dharma Asih Binjai. Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini :

Zα2PQ N =

d2 N : Besar Sampel

Zα : Tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti (peneliti menetapkan α = 0,05 dan Zα penelitian ini sebesar 1,96)

P : Proporsi kategori (0.5) Q : 1-P = 1 - 0.5 = 0,5

d : Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki 10% atau 0,1

Dari perhitungan rumus diatas maka didapat jumlah sampel yang akan diambil adalah 97. Pemilihan subyek akan dilakukan secara acak

menggunakan teknik simplerandom sampling.

(44)

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Abdi Dharma Asih, berusia 60 tahun ke atas yang masih sehat akal dan fikiran (tidak pikun) yang statusnya belum atau yang sudah ditinggalkan pasangan, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan masih mampu melakukan komunikasi dengan baik dan bersedia memberi keterangan saat pengambilan data berlangsung.

4.3.2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah warga panti jompo yang tidak memenuhi kriteria inklusi.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

kepada

orang lanjut usia yang tinggal dipanti di Panti Abdi Dharma Asih Binjai.

4.5 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuisioner yang telah selesai disusun akan diuji validitas dan reliabilitas. Untuk itu, kuisioner harus dilakukan uji coba pada 20 orang responden di lapangan yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat sebenar penelitian tersebut harus dilaksanakan.

4.5.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar

(45)

4.5.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Tujuan uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauhmana konsistensi hasil penilitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang. Uji reliabilitas akan dilakukan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0. Untuk menentukan reliabilitas bisa dilihat dari nilai Alpha jika alpha lebih besar dari nilai r tabel maka bisa dikatakan

reliabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika nilai r > 0,60.

4.6 Pengolahan dan Analisis Data.

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Penelitian ini dilaksanakan selama lebih kurang 4 bulan, mulai Februari 2010 hingga Juli 2010. Penelitian ini dilakukan simultan dengan 2 peneliti yang lainnya. Jumlah responden yang diambil adalah seramai 100 orang daripada 157 warga panti jompo.

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Panti UPTD Dharma Asih Binjai ini sudah berusia kurang lebih 30 tahun. Dibina pada tahun 1979/1980. Panti ini merupakan panti yang terbesar di Sumatera Utara karena dapat menampung lebih dari 100 orang dan berada di bawah pengawasan Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Pada tahun 2010, jumlah penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih sudah bertambah menjadi jumlahnya seramai 157 orang. Jumlah penduduk lansia berjenis kelamin laki-laki sebanyak 78 orang (49,68%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 79 orang (50,32%).

Berdasarkan usia, peneliti membahagikan penduduk lansia kepada empat kelompok usia yaitu lansia yang berusia antara 60-69 tahun,70-79 tahun, 80-89 tahun dan 90 hingga 100 tahun.Bilangan lansia yang berusia 60 hingga 69 tahun pula berjumlah seramai 40 orang(25,48%) dan lansia yang berusia antara 70

hingga 79 tahun pula seramai 95 orang (60,51%) . Lansia yang berusia 80 hingga 89 tahun pula seramai 18 orang (11,46%) dan lansia yang berusia 90 hingga 100 tahun cuma sebanyak 4 (2,55%).

(47)

Tabel 5.1

Distribusi Proporsi Penduduk Lanjut Usia di Abdi Dharma Asih Binjai Berdasarkan Wisma dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Nama Wisma Laki-laki Perempuan Jumlah

(48)

Disekitarnya juga terdapat tempat beribadah, rumah dinas pegawai dan pimpinan panti, kantor, dapur umum untuk memasak makanan lanjut usia. Makanan yang dimasak tersebut kemudiannya diambil oleh penghuni tiap wisma dengan memakai rantang masing-masing. Jalan menuju panti sudah diaspal, penerangan dengan listrik, menggunakan air bersih untuk kegunaan sehari-hari dan disekeliling kompleks dipagar besi.

Di dalam panti ini sendiri mempunyai pusat pelayanan kesehatan.Pusat pelayanan kesehatan ini dijaga oleh seorang dokter yang datang 2 kali dalam satu minggu iaitu pada hari Senin dan Kamis dengan dibantu oleh 2 orang perawat. Juga didalam panti itu mempunyai seorang perawat yang tinggal dan sentiasa bersedia 24 jam

5.2. Karekteristik Individu

Penelitian ini dijalankan pada seramai 100 orang responden dari 157 orang warga panti dan responden yang terlibat diambil secara acak. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahawa dari 100 responden, yang paling ramai adalah responden laki-laki, seramai 46 orang yaitu 46,00% manakala responden perempuan pula adalah seramai 54 orang yaitu 54,00%. Berdasarkan umur, pada responden laki-laki yang tertinggi adalah berumur dari 75-79 tahun yaitu seramai 18 orang (18,0%) dan lanjut usia yang berumur lingkungan 70-74 tahun yaitu seramai 16 orang (16%).

Manakala yang terendah adalah yang berumur 60-64 tahun seramai 3 orang (3%) dan yang berumur lingkungan 80-84 tahun seramai 2 orang (2,0%). Pada responden perempuan pula yang paling ramai adalah dalam linkungan umur 70-74 tahun yaitu seramai 19 orang (19,0%) manakala yang terendah adalah linkungan

umur 80-84 tahun seramai 3 orang (3,0%) dan yang berumur 60-64 tahun yaitu hanya 2 orang (2,0%).

(49)

Tabel 5.2

Distribusi Proporsi Penduduk Lanjut Usia di

Abdi Dharma Asih Binjai yang Terlibat Melakukan Penelitian Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Umur Laki- laki

5.3.1. Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan

Tingkat kepuasan warga panti lanjut usia dinilai berdasarkan dari 5 pertanyaan. Pertanyaan yang ditanyakan adalah kepuasan lansia terhadap pelayanan kesehatan , ruang perawatan kesehatan , prosedur pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan serta sikap tenaga kesehatan di pusat pelayanan kesehatan. Tabel 5.3 adalah jumlah tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan respondan secara keseluruhan pertanyaan. Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat 64 orang responden (64%) berasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan

dan selebihnya seramai 36 responden (36%) berasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan.

Tabel 5.3.

(50)

kesehatan pula mendapat persentase yang terendah adalah sebanyak 77% yaitu seramai 77 orang puas dengan fasilitas kesehatan, seramai 23 (23%) orang kurang puas dengan fasilitas kesehatan yang disediakan dan ini merupakan yang pertanyaan yang paling ramai responden kurang puas. Dari kelima-lima pertanyaan, tidak ada seorang responden yang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.

Tabel 5.4.

Pertanyaan Tentang Tingkat Kepuasan Lanjut Usia Terhadap Pelayanan Kesehatan di Abdi Dharma Asih Binjai

No Tingkat Kepuasan Tidak

2. Kepuasan terhadap ruang perawatan kesehatan

- 12 88 100

3. Kepuasan terhadap prosedur pelayanan kesehatan

- - 100 100

4. Kepuasan terhadap fasilitas kesehatan - 23 77 100 5. Kepuasan terhadap sikap tenaga

kesehatan

- - 100 100

5.4 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada warga panti Abdi Dharma Asih Binjai, diperolehi data yang merupakan keadaan nyata dengan cara

wawancara berdasarkan kuesioner kepada 100 orang responden. Data tersebut dijadikan panduan dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.4.1. Tingkat kepuasan warga panti Abdi Dharma Asih Binjai terhadap pelayanan kesehatan

(51)

serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputi pasien, keluarga, dan lainya yang datang untuk mendapatkan pelayanan dokter: karyawan.

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa jika pelayanan yang baik dan bagus diberikan akan memuasakan hati pelanggan. Terbukti bahwa 100% responden bepuas hati dengan prosedur pelayanan kesehatan dan sikap tenaga kesehatan yang baik.

Pelanggan atau responden tidak perlu menunggu dengan lama dan proses yang mudah untuk bertemu dokter menyebabkan semua responden berpuas hati.

Selain itu, sikap tenaga kesehatan yang bagus dan mengambil berat juga amat memuaskan semua responden. Salah satu faktor atau pelayanan yang diberikan adalah ada seorang perawat yang tinggal di dalam panti itu sendiri dan bersedia 24 jam. Perawat ini bisa datang jika dipanggil walau pada tengah malam. Ini adalah antaa faktor yang menyebabkan responden gembira dan puas.

Selain itu, secara umumnya pengertian mutu pelayanan kesehatan juga adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma,etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsume.

Dapat difahami juga bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan perlu dihitung dari segi sumber daya. Ini penting karena pusat pelayanan kesehatan perlulah efisien dan efektif. Maka ada terbatasan pelayan yang diberikan seperti perawatan yang diberikan.

Pusat pelayanan kesehatan di dalam panti ini sekali-sekali perlu merujuk pasien ke rumah sakit yang berdekatan karena adanya keterbatasan. Ini mungkin kurang

(52)

mendapatkan rawatan. Di sini mungkin lansia perlu diberikan penjelasan yang lebih lanjut supaya mereka lebih faham kenapa mereka perlu dirujuk ke luar. Selain itu, sewaktu melakukan penelitian, ada responden menyatakan bahwa apa jua pelayanan yang diberikan dia tetap terima seadanya dan berpuas dengan pelayanan yang diberikan. Ini karena responden bersyukur karena ada tempat untuk berteduh dan sekurang-kurangnya ada insan yang mengambil berat dan

mengambil tahu dengan dirinya.

(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan berkenaan dengan tingkat kepuasan lansia di Panti Abdi Dharma Asih Binjai 2010, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

64 orang responden (64%) berasa puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan dan selebihnya seramai 36 responden (36%) berasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan pertanyaan:

1. Sebanyak 81,0% lansia puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan secara keseluruhan.

2. Sebanyak 88,0% lansia puas dengan ruang perawatan di tempat pelayanan kesehatan.

3. Sebanyak 77,0% lansia puas dengan fasilitas kesehatan.

4. Sebanyak 100,0% lansia berpuas dengan prosedur pelayanan dan sikap tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan yang disediakan.

6.2. Saran

a. Bagi Lansia

Pelayanan kesehatan di dalam panti sememangnya disediakan untuk warga panti jompo. Maka diharapkan warga lansia menggunakan perkhidmatan yang

(54)

b. Bagi Peneliti

Diharapkan pada penelitian yang akan datang, peneliti akan lebih mengkaji lebih mendalam berkenaan dengan fasilitas kesehatan yang diberikan dan dibandingkan dengan fasilitas yang standar.

c. Bagi Institusi Panti

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar undang-undang 1965. Available from:

http://www.legalitas.org/proses/uu.php?k=1965&h=Undang-Undang [Accessed 20 April 2010]

Data statistik Indonesia, 2010. Data SUPAS Penduduk menurut Umur, Daerah

Perkotaan/ Perdesaan, dan Jenis Kelamin, Sumatera Utara. Available from: http://www.datastatistikindonesia.com/component/option,com_

supas/kat,1/idtabel,1/Itemid,952/ [Accessed 15 April 2010]

Forum Masyarakat Sehat Sejahtera, 2009. Lansia dan Kelompok. Available From: http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/29/lansia-dan-kelompok/ [Accessed 20 April 2010]

International Data Base, 2010. U.S. Census Bureau. Available from:

http://www.census.gov/ipc/www/idb/index.php. [Accessed 13 April 2010]

Notoatmodjo, S., 2007. Problema Lansia dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dalam: Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Rineka Cipta, Jakarta.

Rahayu, L., Hiswani., & Rasmaliah., 2005. Gambaran Lanjut Usia Yang Tinggal di

Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Dalam Info Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan: Halaman 109 - 112

Satrianegara, M.F., & Sitti Saleha., 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen

Gambar

Gambar 2.1 Kurva Manusia yang Bertahan Hidup
Tabel 2.2 Persentase penduduk berusia 60 tahun ke atas
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur,
Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penduduk Lanjut Usia di  Abdi Dharma Asih
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum permainan dimulai siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian setiap kelompok membuat teka-teki silang dengan penomoran, yaitu 10 mendatar dan 10

Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, tinggi bunga, bobot bunga

PEM ERINTAH KABUPATEN KLATEN PEJABAT PENGADAAN BARANG/ JASA.. BIDANG CIPTA KARYA DPU

Nectariniidae Nectarinia jugularis Burung - madu sriganti A(UU/PP) Rhipiduridae Rhipidura javanica Kipasan belang A(UU/PP), B(LC) Alcedinidae Todirhamphus chloris

Dengan demikian, masih dianggap perlu untuk melakukan penelitian menurut pandangan hukum Islam mengenai praktik kerja sama pertanian di Kecamatan Obi, maka akan

kekurangan yang ia miliki. Tetapi setelah Windy mengikuti konseling client centered ini, ia mengalami perubahan. Ia mulai berintropeksi diri untuk memperbaiki dirinya

Untuk bisa mengaplikasikan skills manajemen kebutuhan terhadap sebuah proyek, perekayasa kebutuhan harus memahami beberapa konsep yang berguna bagi semua orang yang