• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN CITRA TUBUH PADA LANSIA DI DESA BEJI KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN CITRA TUBUH PADA LANSIA DI DESA BEJI KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEMAMPUAN PERSONAL HYGIENE DENGAN CITRA TUBUH PADA LANSIA DI DESA BEJI KECAMATAN UNGARAN TIMUR

KABUPATEN SEMARANG DWI INTAN SUCI RAMDHANI

Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT

Elderly is an age group, in which the ability including in personal hygiene has decreased due to the age. Physical weakness that occurs in the elderly may provide an apathetic response about the importance of personal hygiene. If the personal hygiene paid less attention, it will be able to lead the body image disorder. There are many influencing factors of personal hygiene, one of which is the body image. The individual’s ability to make a good personal hygiene will affect the improvement of body image. The purpose of this study is to find the correlation between the ability in personal hygiene and body image in elderly at Beji Village East Ungaran Sub-district Semarang Regency.

This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The samples in this study were 85 older peoples who meet the inclusion criteria at Beji village that sampled by using the accidental sampling technique. The data were collected by using questionnaires and data analysis used Kendal Tau test.

The results of this study indicate that most of the elderly have personal hygiene in good category as many as 46 respondents (54.1%). Elderly who have a positive body image as many as 44 respondents (51.8%). It is can be concluded that there is a correlation between personal hygiene and body image in elderly with p value of 0.000 < α (0.05). Elderly are recommended to maintain health, to continuously improve their health with healthy living ways. The ability of elderly in making personal hygiene will be able to maintain their self-concept, especially the body image.

(2)

ABSTRAK

Lansia merupakan kelompok usia, dimana untuk melakukan segala sesuatu termasuk personal hygiene menurun karena dipengaruhi faktor usia. Kelemahan fisik yang terjadi pada lansia dapat memberikan respon apatis pada diri lansia tentang pentingnya personal hygiene, jika personal hygiene pada lansia kurang diperhatikan maka akan dapat mengakibatkan gangguan citra tubuh pada lansia, banyak faktor yang mempengaruhi personal hygiene salah satunya adalah citra tubuh. Kemampuan individu untuk melakukan personal hygine yang baik akan mempengaruhi peningkatan citra tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Antara Kemampuan Personal Hygiene Dengan Citra Tubuh Pada Lansia Di Desa Beji Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.

Desain Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional pada 85 lansia yang memenuhi kriteria inklusidi Desa Beji, dengan tehnik pengambilan sampel accidental sampling. Metode pengumpulan data dengan lembar kuesioner dan analisis data dengan uji Kendal Thau.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lansia memiliki personal hygiene dengan kategorik baik, yaitu sejumlah 46 orang (54,1%). Lansia yang memiliki citra tubuh positif sejumlah 44 orang (51,8%). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene denga citra tubuh pada lansia dengan p value 0,0001< α(0,05). Disarankan lansia haruslah tetap menjaga kesehatan, untuk terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup yang sehat. Kemampuan lansia untuk melakukan personal hygiene akan dapat mempertahankan konsep dirinya terutama citra tubuhnya.

Kata Kunci : personal hygiene, citra tubuh, lansia.

PENDAHULUAN

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka perlu dilakukan suatu tindakan yang berupa kegiatan untuk usaha kesehatan masyarakat yaitu pendidikan/penyuluhan kesehatan dengan tujuan dapat diterima oleh masyarakat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar masyarakat lebih paham dan

mengerti bagaimana cara memelihara kesehatan mereka (Notoadmodjo, 2012).

Personal hygiene (kebersihan perorangan) salah satu upaya mengatasi masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena

personal hygiene mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri

(3)

yang buruk. Adanya masalah pada

personal hygiene akan berdampak pada kesehatan seseorang. Saat seseorang sakit, salah satu penyebabnya adalah personal hygiene

yang kurang sebab personal hygiene

merupakan faktor penting dalam mempertahankan derajat kesehatan individu (Isro’in & Andarmoyo, 2012). Lansia merupakan kelompok usia, dimana untuk melakukan segala sesuatu termasuk personal hygiene

menurun karena dipengaruhi faktor usia. Di lihat dari segi fisik, kelompok lansia sangat mengharapkan perhatian khusus dari keluarga untuk membantu dan memotivasi mereka menerapkan

personal hygiene dalam kehidupan sehari-hari. Lansia merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit dimana pada kelompok ini, sistem kekebalan tubuh sudah menurun sehingga lansia mudah terserang penyakit. Karena itu, penerapan personal hygiene sangat penting bagi lansia. Sebab, bila tidak menerapkan atau menjaga personal hygiene dengan baik akan muncul masalah kesehatan pada diri lansia itu sendiri (Bandiyah, 2009).

Lansia haruslah tetap menjaga kesehatan untuk terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup yang sehat. Hal-hal yang muncul bila lansia kurang menjaga personal hygienenya diantaranya penyakit kulit. Penampilan tidak rapi dan bau badan tidak sedap, serta kuku yang panjang dan kotor dapat menjadi sarang kuman penyebab penyakit saluran pencernaan, pada gigi dan mulut akan menyebabkan karies gigi, gigi berlubang, sakit gigi dan bau

mulut, pada rambut terdapat ketombe/kutu. Personal hygiene

menjadi penting bagi lansia karena

personal hygiene yang baik merupakan langkah awal mewujudkan derajat kesehatan (Bandiyah, 2009). Sebagai contoh, adanya perubahan pada kulit dapat menimbulkan berbagai gangguan fisik dan psikologis. Gangguan fisik yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan konsep diri terutama pada citra tubuhnya. Lemahnya kondisi fisik yang terjadi pada lansia dapat memberikan respon apatis pada diri lansia tentang pentingnya personal hygiene, jika

personal hygiene pada lansia kurang diperhatikan maka akan dapat mengakibatkan gangguan citra tubuh pada lansia, banyak faktor yang mempengaruhi personal hygiene salah satunya adalah citra tubuh (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Kemampuan individu untuk melakukan personal hygine yang baik akan mempengaruhi peningkatan citra tubuh (Wartonah, 2006). Menurut teori Orem bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan mampu melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri akan dapat meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi

(4)

perubahan konsep diri pada citra tubuh individu tersebut (Hidayat, 2009). Menurut Suliswati (2005) penilian akan citra tubuh yang rendah pada individu cenderung menyebabkan individu merasa rendah diri yang dapat terlihat pada prilaku individu dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Beji terdapat masalah pada lansia dengan personal hygiene yang kurang. Dari hasil wawancara awal 7 dari 10 lansia mempunyai masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan

personal hygiene yaitu berupa penyakit gatal-gatal pada kulit, sakit gigi dan gusi akibat dari personal hygiene tidak baik dan beberapa tidak dapat melakukan personal hygiene dengan mandiri. Dan didapatkan 5 lansia tersebut memiliki citra tubuh negatif, yaitu lansia merasa takut perubahan dan penampilan kurang rapi dan bersih. Dan 3 orang lansia memiliki citra tubuh positif dengan personal hygiene yang baik dan 2 orang dengan personal hygiene kurang. Dari aspek personal hygiene yang kurang disini adalah lansia tidak terlalu memperdulikan kebersihan pada dirinya yaitu lansia mengaku jarang mandi dan menggosok gigi. Dan dari aspek citra diri lansia tetap menyukai dan mensyukuri bagian tubuhnya walaupun sudah mengalami perubahan bentuk.

Berdasarkan permasalahan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan tentang Hubungan Kemampuan Personal Hygiene dengan citra tubuh pada Lansia di Desa Beji Kecamatan Ungaran Timur

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kemampuan personal hygiene dengan citra tubuh pada lansia di Desa Beji Kecamatan Unagran Timur Kabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Pengukuran kemampuan personl hygiene dan citra tubuh dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Jumlah Sampel penelitian ini sebanyak 85 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Accidental Sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah lansia berjenis kelamin perempuan, lansia berumur 60-74 tahun, lansia yang mandir. Kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu lansia yang mengalami demensia dan lansia yang mengalami gangguan jiwa.

Analisis data menggunakan program SPSS. Analisis univariat dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan kemampuan personal hygiene dan citra tubuh. Analisis Bivariat dalam penelitian ini menggunakan teknik uji korelasi dengan menggunakan uji Kendall Tau

dengan alpha = 0,0001.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Analisis Univariat

1. Kemampuan Personal Hygiene Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kemampuan Personal Hygiene pada Lansia di Desa Beji.

(5)

Personal hygiene Frekuen si Persentase (%) Baik 46 54, 1 Kurang 39 45, 9 Jumlah 85 100, 0

hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar kemampuan personal hygiene pada lansia di Desa Beji adalah baik. Personal hygiene yang baik bisa terjadi dikarenakan individu menerapkan aktivitas ini sebagai rutinitas harian guna memberikan perasaan stabil dan aman pada diri seseorang. Tingkat kebersihan sendiri dinilai dari penampilan individu serta upayanya dalam menjaga kebersihan dan kerapian tubuhnya setiap hari. Hal ini sangat penting, mengingat kebersihan merupakan kebutuhan dasar utama yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan kondisi psikologis individu secara umum (Roper, 2005).

Menurut Isro & Andarmoyo, (2012) dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan. Praktik hygiene seseorang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kondisi fisik dan kebiasaan.

Masalah kelemahan fisik pada lansia juga sangatlah berpengaruh pada perawatan diri. Apabila seseorang tidak bisa melakukan aktifitasnya tentu kurang adanya perawatan diri yang baik pada lansia. Dampak dari pemenuhan kebersihan diri yang

kurang antara lain dari dampak fisik banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. Dan dari dampak psikososialnya adalah masalah sosial yang berhubungan dengan kebersihan diri yaitu gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto, 2010).

2. Citra Tubuh

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Citra Tubuh Pada Lansia di Desa Beji

Citra tubuh Frekuen si Persentase (%) Positif 44 51, 8 Negatif 41 48, 2 Jumlah 85 100, 0

hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar citra tubuh pada pada lansia di Desa Beji adalah positif. dimana responden yang memiliki citra tubuh positif di tunjukkan dengan karekteristik yang percaya diri, tetap bersyukur dengn apa yang ada pada diri mereka, dan menerima keadaan perubahan tubuh yang telah terjadi.

Citra tubuh positif apabila seseorang memandang realistis, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan

(6)

harga diri. Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat merubah citra tubuh secara dinamis. Persepsi orang lain di lingkungan seseorang terhadap tubuhnya turut mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap dirinya. Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan

memacu sukses dalam kehidupan (Keliat dkk, 2011).

B.Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini menyajikan hasil analisis tentang hubungan antara kemampuan personal hygiene dengan citra tubuh pada lansia di Desa Beji. Untuk menganalisis hubungan ini digunakan uji Kendall Thau, dimana hasil-hasilnya disajikan berikut ini.

1. Hubungan Kemampuan Personal Hygiene Dengan Citra Tubuh Pada Lansia Tabel 4.3 Hubungan Kemampuan Personal Hygiene Dengan Citra Tubuh Pada Lansia Di Desa Beji

Personal Hygiene

Citra Tubuh

p-value τ

Negatif Positif Jumlah

N % N % N %

Kurang 32 37,6 7 8,2 44 51,8 0,0001 ,623

Baik 9 10,6 37 43,5 41 48,2

Jumlah 41 48,2 4 51,8 85 100

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa kemampuan personal hygiene di Desa Beji Kecamatan Ungaran Timur baik sebanyak 46 orang (54,1%) , dimana sebagian besar memiliki citra tubuh positif sebanyak 37 orang (43,5%) ini dikarenakan personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Isro, 2012). Responden yang memiliki kemampuan personal hygiene baik dengan citra tubuh negatif yaitu sebanyak 9 orang (10,6%). Hal ini dikarenakan responden memang memiliki citra tubuh negatif atau gangguan citra tubuh dan dari beberapa mengalami gangguan citra tubuh yang disebabkan karena suatu penyakit yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan teori

dari Potter & Perry (2005) yang menyatakan citra tubuh dapat berubah diakibatkan pembedahan atau penyakit fisik dan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh tersebut adalah perubahan dalam penampilan dan perubahan fungsi bagian Berdasarkan uji Kendall Thau diperoleh p-value 0,002. Oleh karena p-value = 0,0001 < α (0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan personal hygiene dengan citra tubuh pada lansia. Nilai korelasi sebesar 0,623 menunjukkan korelasi positif dan hubungan yang cukup kuat, yang berarti semakin baik kemampuan

personal hygiene maka citra tubuh akan semakin positif.

(7)

Adapun responden yang memiliki kemampuan personal hygiene kurang sebanyak 39 orang (45,9%) dimana memiliki citra tubuh negatif sebanyak 32 orang (37,6%). Hal ini dikarenakan gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya (Isro, 2012).

Hasil ini sesuai dengan pendapat Isro (2012) yang mengatakan

Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu. Personal hygiene

pada lansia yang kurang diperhatikan maka akan dapat mengakibatkan gangguan citra tubuh pada lansia, banyak faktor yang mempengaruhi

personal hygiene salah satunya adalah citra tubuh (Isro’in & Andarmoyo, 2012).

Kebersihan merupakan salah satu hal yang penting yang akan membawa pengaruh bagi kesehatan dan psikis lansia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan itu harus diperhatikan. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan kebiasaan. Salah satu diantaranya adalah persepsi seseorang terhadap kesehatan itu sendiri. Jika seseorang sakit biasanya masalah kesehatan kurang diperhatikan, hal itu terjadi karena mereka mengganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele. Padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum ( Tarwoto, 2006 )

Citra tubuh merupakan salah satu komponen dari konsep diri yang membentuk persepsi seseorang tentang tubuhnya baik secara internal maupus eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter & Perry, 2005).

Kemampuan individu untuk melakukan personal hygiene yang baik akan mempengaruhi peningkatan citra tubuh (Tarwoto, 2006). Menurut teori Orem bagaimana individu memenuhi kebutuhan dan mampu melakukan perawatan terhadap dirinya sendiri akan dapat meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi perubahan konsep diri pada citra tubuh individu tersebut (Hidayat, 2009).

Penelitian Ismayadi (2011) tentang hubungan antara kemampuan perawatan diri dengan perubahan konsep diri di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Medan yang menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mandiri dalam transfer, mobilisasi, menggunakan toilet, membersihkan diri dan berpakaian. Mayoritas lansia memiliki konsep diri positif (86%) dari 50 responden. Hasil uji sperman didapatkan hasil taraf signifikan 0,0001 p(<0,05) dan r = 0,571. Hasil ini menunjukkan adanya hubungan antara kemampuan perawatan diri dengan perubahan konsep diri pada lansia di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Medan.

(8)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan kemampuan personal hygiene dengan citra tubuh pada lansia di Desa Beji Kecematan Ungaran Timur, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Kemampuan personal hygiene

pada lansia di Desa Beji dalam kategori baik, yaitu sejumlah 46 orang (54,1%) dan dalam kategori kurang sejumlah 39 orang (45,9%).

2. Citra tubuh pada lansia di Desa Beji dalam kategori positif, yaitu sejumlah 44 orang (51,8%) dan dalam kategori negatif sejumlah 41 orang (48,2%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan personal hygiene dengan citra tubuh pada lansia di Desa Beji Kecematan Ungaran Timur. Dibuktikan dengan hasil P-value 0,0001 < 0.05. Nilai korelasi sebesar 0.623 menunjukkan korelasi positif dan hubungan yang cukup kuat, yang berarti semakin baik kemampuan personal hygiene maka citra tubuh akan semakin positif.

SARAN

1. Para Lansia

Kepada para lansia

diharapkan dapat

meningkatkan lagi kemampuan

personal hygiene agar dapat meningkatkan persepsi terhadap citra tubuh. Lansia haruslah tetap menjaga kesehatan, untuk terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup

yang sehat. Kemampuan lansia untuk melakukan personal

hygine akan dapat

mempertahankan konsep dirinya terutama citra tubuhnya.

2. Para pengasuh/pendamping lansia

Diharapkan untuk tetap mendampingi atau memotivasi lansia agar tetap menjaga kebersihan dirinya agar tetap sehat dan bersih diusia tua. 2. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi personal hygiene.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Tuna Medika Clevo, R. (2013). Keterampilan Dasar

Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Dalami, E. 2009. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.

EGC: Jakarta.

Dewi, R. (2009). Konsep Diri.

http://www.konsep-diri.com/psikososial.html.

diperoleh tanggal 23 November 2015.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009).

Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika

(9)

Hidayat, Alimul A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Ismayadi. (2011). Hubungan Antara Kemampuan Perawatan Diri Dengan Perubahan Konsep Diri Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Medan. Diambil dari

(http://Repository.USU.ac.id). Pada tanggal 25 Januari. Ungaran.

Isro’in & Andarmoyo. (2012).

Personal Hygiene, Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu

Keliat, BA dkk. (2006). Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. (2012). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC

Potter, PA. & Perry, AG. (2005).

Fundamental Keperawatan

(Alih Bahasa Oleh Yasmin Asih dkk.). Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Purwanto, T. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Ridlawati, M. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kemandirian Lansia Dengan Konsep Diri Di Kelurahan Banbankerep Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. Diambil dari (http://Repository.USU.ac. id). Pada tanggal 18 November. Ungaran. Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009).

Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Medika Riyanto, Agus. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jogyakarta: Nuha Medika. Tarwoto & Wartonah. (2010).

Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisis Ketiga. Jakarta : Salemba Medika

Senda, D.C.(2008). Mengenal Gangguan Citra Tubuh.

http://www.iker-anaktimor.com/psikologi.ht ml.

Sharma, K. (2007). Personal Hygiene (e-book). India : Online Book Publication

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.

Bandung: Alfabeta.

Suliswati. (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

a) Migrasi yaitu : perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Migrasi Ulang alik yaitu : migran yang meninggalkan daerah asal

Konseling Islam dengan terapi naratif bagi individu yang memiliki konsep diri negatif berkaitan erat dengan bagaimana individu mampu mengubah pandangan individu

Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ( diakses dari http://digilib.uinsby.ac.id/195/3/Bab%202.pdf

Manajemen merupakan salah satu komponen vital bagi semua aspek pendidikan. Mekanisme manajemen yang kurang bagus akan sangat berpengaruh terhadap mutu atau output

Variabel LDR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap ROA Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode triwulan I tahun 2010

Penelitian jenis kuantitatif ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu: 1) bagaimana penerapan manajemen kelas di MTs. Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa, 2)

Ilustrasi insisi yang mencakup perluasan jabir dan hubungan antara insisi pada rostrum sinus sfenoid dengan a.nasoseptal pada gambaran endoskopi kavum nasi dekstra.. Panah:

Menurut Gale (1994) dalam Alida (2007:74) nilai pelanggan adalah persepsi konsumen terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing akan