• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran pada“Rumah Talas” Gurih 7 Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemasaran pada“Rumah Talas” Gurih 7 Bogor, Jawa Barat"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN PADA“RUMAH TALAS” GURIH 7

BOGOR, JAWA BARAT

DINA MAILINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pemasaran

“Rumah Talas”Gurih 7 Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Dina Mailina

(3)

ABSTRAK

DINA MAILINA. Strategi Pemasaran “Rumah Talas” Gurih 7 Bogor, Jawa Barat.

Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

“Rumah Talas” Gurih 7 merupakan perusahaan pionir yang memproduksi

produk olahan tepung talas seperti talas rol, lapis talas, brownies, dan masih banyak lainnya sebagai oleh-oleh khas Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan, menganalisis alternatif strategi dan merekomendasikan alternatif strategi. Penelitian menggunakan matriks SWOT . Hasil penelitian menunjukkan kondisi internal perusahaan yaitu tekstur produk, keragaman produk, lokasi perusahaan, inovasi, mutu produk, saluran distribusi, tampilan produk, promosi, kuantitas produk, produk yang dipajang, harga produk, dan sertifikasi produk. Penelitian juga menunjukkan kondisi eksternal perusahaan yaitu pengeluaran penduduk, pertumbuhan penduduk, daerah wisata, perkembangan teknologi, kekuatan tawar menawar pemasok, produk substitusi, hambatan masuk industri, tingkat persaingan, dan kekuatan tawar menawar pembeli. Hasil analisis SWOT menghasilkan sepuluh alternatif strategi.

Kata kunci: Gurih 7, “Rumah Talas”, Strategi Pemasaran, SWOT

ABSTRACT

DINA MAILINA. Marketing Strategy “Rumah Talas” Gurih 7 Bogor, West Java. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

“Rumah Talas” Gurih 7 is a First Company that produced taro product like taro roll, layered cake, brownies, and etc as souvenirs of Bogor. The study aimed to identify the internal and external factors, analyzing alternatif strategy, and recommends alternative strategic. Research using the SWOT matrix. The result show that the company’s internal condition of product texture, product diversity, location, inovation, product quality, distributive channel, product display, promotion, product quantity, price, and product certification. Research also show

(4)

STRATEGI PEMASARAN PADA

“RUMAH TALAS” GURIH 7

BOGOR, JAWA BARAT

DINA MAILINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

iii Judul Skripsi : Strategi Pemasaran pada“Rumah Talas” Gurih 7 Bogor, Jawa Barat Nama : Dina Mailina

NIM : H34100050

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi MS Ketua Departemen

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini dengan judul Strategi Pemasaran Pada “Rumah Talas” Gurih 7 Bogor, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Wahyu Budi Priatna MSi selaku pembimbing, serta Ibu Dr.Ir.Ratna Winandi, MS dan Ibu Eva Yolyna Aviny, SP, MM selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada bapak Heru Setiawan dari

pihak “Rumah Talas” Gurih 7 Bogor dan Ir Dinar Dahlia Nalan dari pihak Disperindagkop Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

(7)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

KERANGKA PENELITIAN 5

Kerangka Penelitian Teoritis 5

Strategi Pemasaran 5

Analisis Lingkungan Perusahaan 5

Matriks SWOT 11

Kerangka Pemikiran Operasional 11

METODE PENELITIAN 13

Lokasi dan Waktu Penelitian 13

Jenis dan Sumber Data 13

Pengumpulan Data 14

Penentuan Responden 14

Analisis Data 14

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 16

Sejarah Pendirian “Rumah Talas” 16

Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 17

Struktur Organisasi Perusahaan 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 19

Analisis Lingkungan Perusahaan 19

Analisis Lingkungan Eksternal 20

Analisis Lingkungan Internal 27

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan 30 Analisis Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) 30 Analisis Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) 32

Analisis Matriks SWOT 33

SIMPULAN DAN SARAN 38

Simpulan 38

Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

(8)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data 13

2 Matriks SWOT 15

3 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan

kota Bogor tahun 2006-2010 20

4 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan Kota Bogor tahun 2008-2012 21 5 Perkembangan laju inflasi Kota Bogor pada tahun 2008-2012 22

6 Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2005-2010 23

7 Matriks SWOT strategi pemasaran "Rumah Talas" Gurih 7 Bogor 34

DAFTAR GAMBAR

1 Langkah-langkah dalam pemasaran 6

2 Kerangka Pemikiran Operasional strategi pemasaran pada usaha

Rumah Talas Gurih 7 Bogor 12

3 Struktur organisasi “Rumah Talas” Tahun 2013 19

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Program pemerintah mengenai pelaksanaan program diversifikasi pangan menyebabkan tingginya minat masyarakat untuk melakukan inovasi bahan pangan yang ada, sehingga menjadi produk olahan pangan yang dapat menggantikan beras. Tingginya konsumsi beras menyebabkan Indonesia mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan utama tersebut. Salah satu bahan pangan alternatif yang saat ini sudah dikembangkan adalah talas. Tanaman talas menyebar hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, meskipun sentra produksinya terdapat di daerah tertentu. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian lahan dan budaya masyarakat dalam mengembangkan talas tersebut. Sentra produksi talas di Indonesia adalah Bogor dan Malang. Beberapa daerah lain pun mampu menghasilkan talas, namun dengan jumlah yang tidak terlalu besar. Data produksi talas ini belum tercatat dengan lengkap di tingkat nasional (Purwono dan Heni P 2007).

Kota Bogor telah lama dikenal sebagai daerah penghasil talas, yang lazim disebut talas Bogor. Talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Talas mempunyai keragaman bentuk dan rasa umbinya memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Umbi, pelepah dan daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat, pembungkus, serta pakan ternak (Danuminarja 1978). Pemerintah daerah Bogor memberikan anggaran dana tersendiri bagi pengembangan produktivitas tanaman yang berbahasa latin Colocasia Esculenia (L.) Schott ini. Selain menjadi produk pangan alternatif, pengolahan talas ini juga memberikan kontribusi positif bagi pendapatan kota dan kabupaten Bogor. Kota Bogor sebagai salah satu tempat wisata ilmiah memberikan peluang untuk mengembangkan komoditi talas tidak hanya dari aspek hulu (onfarm), tetapi berpotensi juga di aspek hilir (off farm) khususnya bagi industri makanan. Di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, talas dapat diolah menjadi tepung talas. Tepung talas inilah yang bisa menjadi bahan baku berbagai jenis makanan. Tepung talas tersebut dapat diolah menjadi brownies, bolu gulung, hingga lapis talas.

(10)

Perumusan Masalah

Konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan, keinginan dan permintaan manusia terhadap sesuatu. Ketiga hal tersebut akan tercapai apabila ada proses menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk dengan pihak lain. Trend masyarakat saat ini menginginkan produk yang cepat saji dan memuaskan. Disamping itu, semakin tingginya pengetahuan dan ilmu yang dimiliki konsumen menyebabkan tingginya tingkat selektifitas masyarakat terhadap produk pangan. “Rumah Talas” Gurih 7 adalah salah satu bisnis yang melakukan hal tersebut. Usaha ini menjadikan talas yang merupakan komoditi utama Kota Bogor sebagai bahan baku produknya. Usaha ini berdiri sejak November tahun 2009. Usaha ini pun didorong dari potensi talas sebagai komoditi

alternatif yang bisa dijadikan buah tangan. Produk “Rumah Talas” pun mampu

menjadi pionir olahan tepung talas di Bogor.

Produk “Rumah Talas” memiliki begitu banyak keunggulan, baik dari segi gizi maupun rasa. Keunggulan lain yang dimiliki usaha ini ialah konsistensinya dalam memajukan produk tradisional khas Bogor, seperti bolu talas, brownies talas, talas geulis.Kemudian pelayanan yang ramah dan cepat juga merupakan keunggulan dari usaha ini.

Posisi perusahaan sebagai pionir usaha tidak menjamin meningkatnya konsistensi perusahaan dalam persaingan. Hal ini sesuai mengingat usaha kulinari dengan bahan baku talas sudah mulai menjamur. Bahkan pesaing usaha ini memiliki pangsa pasar tersendiri. Penurunan konsumen sebanyak hampir 60% menyebabkan perusahaan mengalami penurunan terutama dari segi laba. Bahkan

produk “Rumah Talas” kalah saing dengan produk baru “LBS” yang merupakan

brand baru. Merupakan hambatan tersendiri pada usaha Rumah Talas Gurih 7 dalam memasarkan produknya kedepan, terutama dalam mempertahankan konsistensinya dalam menghadapi persaingan usaha.

Strategi pemasaran merupakan alat yang sangat penting dalam mencapai keunggulan bersaing. Selain itu, strategi pemasaran juga mempunyai peranan penting dalam mencapai keberhasilan suatu usaha. Pihak manajemen sebagai pengambil keputusan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan dan menetapkan strategi pemasaran yang paling sesuai bagi perusahaan. Menurut Kotler (1996), tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan sasaran. Kegiatan pemasaran itu terdiri dari unsur pemasaran (segmentatiton, targetting dan positioning) dan bauran pemasaran (product, price, place,promotion, people, process dan phisyc). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran pada suatu perusahaan adalah faktor ekternal dan faktor internal dari perusahaan tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat membantu melancarkan usaha yang sedang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan.

Dari uraian diatas, masih terdapat kendala dalam strategi pemasaran Rumah Talas Gurih 7 ini, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1) Mengapa produk “Rumah Talas” kalah saing dengan produk merek “LBS”? 2) Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan

kelemahan serta peluang dan ancaman bagi usaha Rumah Talas Gurih 7? 3) Bagaimana rancangan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan usaha

(11)

Tujuan Penelitian

Berbasiskan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:

1) Menganalisis penyebab kemunduran “Rumah Talas” terhadap produk “LBS”. 2) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menjadi

kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bagi usaha Rumah Talas Gurih 7.

3) Membuat rancangan strategi pemasaran bagi usaha Rumah Talas Gurih 7 dalam menghadapi persaingan usaha di daerah Bogor.

Manfaat Penelitian

Berbasiskan latar belakang dan perumusan masalah, maka manfaat penelitian ini adalah:

1) Bagi penulis, hasil penelitian mampu memberikan pemahaman dan pengetahuan baru mengenai strategi pemasaran yang ada guna mengembangkan usaha yang telah dirintis.

2) Bagi perusahaan, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan kontribusi terutama dalam mempertahankan konsistensi usaha saat menjamurnya usaha sejenis dan ketika usaha dalam kondisi menurun.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan hanya mengkaji strategi pemasaran yang telah dijalankan usaha Rumah Talas Gurih 7 ini. Kemudian memberikan alternatif pemecahan masalah persaingan yang ada melalui pendekatan matriks SWOT. Untuk implementasinya, diberikan kepada pihak manajemen Rumah Talas Gurih 7 sebagai pengambil keputusan akhir.

TINJAUAN PUSTAKA

Berbasiskan ketahanan pangan yang ada, maka diversifikasi produk pangan non beras saat ini mulai digalakkan. Namun, minat dan mindset masyarakat yang agak sulit diubah menyebabkan produk diversifikasi pangan ini hanya dijadikan makanan selingan. Selain itu, makin maraknya usaha sejenis menyebabkan masyarakat semakin jenuh. Mengingat produk olahan yang diperoleh mengalami stagnansi. Berbasiskan penelitian terdahulu yaitu analisis strategi pemasaran produk brownies kukus amanda, usaha ini menggunakan bauran pemasaran 4P. Hal ini sesuai dengan pengaruh faktor internal dan eksternal pada usaha brownies (Sartika 2008)

Pada pendekatan bauran pemasaran yang telah dijelaskan diatas,

(12)

di Indonesia. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh kelompok tani talas yang masih belum siap dalam menghadapi peningkatan produktivitas saat ini. Sebab itu diperlukan permodalan kelembagaan yang kuat guna menopang produktivitas petani. Sehingga petani mampu memenuhi permintaan industri hilir kedepannya (Maflahah 2010).

Dari sisi lain, kurangnya promosi serta peningkatan dari segi pemasaran

yang ada menyebabkan produk “Rumah Talas” kalah bersaing dengan produk

merek lainnya. Diperlukan pemecahan permasalahan pemasaran ini melalui pendekatan strategi yang ada. Berbasiskan penelitian analisis bauran pemasaran restoran gumati disebutkan, strategi yang tepat untuk mencapai fokus pemilihan strategi bauran pemasaran restoran Bukit Gumati Batutulis yaitu dengan menerapkan alternatif strategi bauran pemasaran yang lebih fokus pada periklanan dan dapat dipadukan dengan promosi penjualan (Sari 2011).

Pada Restoran Ayam Goreng Fatmawati Cilandak Town Square. Untuk mengetahui strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh Restoran Ayam Goreng Fatmawati di Cilandak Town Square, pihak manajemen restoran harus mengidentifikasikan faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal sebelum merumuskan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang dapat dijalankan di masa yang akan datang. Perumuskan alternatif strategi bauran pemasaran bisa menggunakan alat analisis yang terdiri dari tiga tahap, yaitu Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, dan Matriks SWOT. Tahap terakhir, yaitu tahap keputusan menggunakan QSPM. Hasilnya diperoleh bahwa strategi bauran pemasaran yang digunakan pada Restoran Ayam Goreng Fatmawati Cilandak Town Square menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari 4P, yaitu strategi strategi produk, strategi harga, strategi tempat, dan strategi promosi (Anggraeni 2004). Formulasi strategi yang dilakukan pada restoran inilah yang menjadi basis pembuatan strategi pemasaran pada “Rumah Talas” Gurih 7.

(13)

KERANGKA PENELITIAN

Kerangka Penelitian Teoritis

Pemasaran dipandang sebagai fungsi bisnis yang bertugas untuk mengenali kebutuhan dan keinginan pelanggan, menentukan pasar sasaran mana yang dilayani dengan sebaik-baiknya oleh perusahaan serta menetapkan strategi pemasaran yang akan dilakukan oleh perusahaan agar tujuannya tercapai dengan baik.

Strategi Pemasaran

Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang dihadapi dan potensial untuk dihadapi di masa mendatang oleh organisasi. Strategi erat kaitannya dengan keputusan arah bisnis organisasi dan alokasi sumber daya di antara bisnis yang dimasukinya apabila organisasi tersebut memasuki lebih dari satu industri. Pada dasarnya strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi diantaranya adalah sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan, sarana koordinasi dan komunikasi dapat dijadikan sebagai konsep.

Pemasaran merupakan suatu proses sosial yang didalamnya terdiri dari individu maupun kelompok yang memiliki kebutuhan dan menginginkannya dengan cara menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Menurut Kotler dan Armstrong (1996), konsep paling dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan, keinginan dan permintaan manusia. Kebutuhan manusia adalah pernyataan dari rasa kehilangan. Keinginan adalah bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaya dan kepribadian individual. Sedangkan permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.

Strategi pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi dan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi. Perusahaan mampu memutuskan pelanggan mana yang akan dilayaninya (segmentasi dan penetapan target) dan cara perusahaan melayaninya (positioning). Kemudian, perusahaan merancang bauran pemasaran yang terdiri dari 4P yaitu

Product, Price, Place, Promotion. Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internalperusahaan.

Analisis Lingkungan Perusahaan

(14)

Analisis lingkungan secara sistematis dan efektif juga membantu perencana strategi untuk mengembangkan sistem pencegahan dini untuk menghindari ancaman atau mengembangkan strategi yang dapat mengubah ancaman menjadi keuntungan bagi perusahaan. Analisis ini juga bertujuan agar manajer perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat meramalkan perubahan yang mungkin terjadi, sehingga dapat mengantisipasi perubahan tersebut. Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan eksternal.

1) Lingkungan Internal Perusahaan

Analisis internal perusahaan dikenal juga dengan nama analisis profil perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengamati kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Kekuatan merupakan potensi yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang muncul dari luar. Sedangkan kelemahan adalah segala keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan dan harus terus diperbaiki agar perusahaan mampu bersaing di pasar.

Faktor faktor yang diperhatikan dalam aspek pemasaran adalah unsur pemasaran STP (segmentation, targetting dan positioning) dan bauran pemasaran 4P (product, price, place, promotion). Lingkungan internal terdiri dari:

a) Unsur pemasaran

Pada pemasaran, penentuan pasar dalam rangka penawaran produk adalah sesuatu yang penting, karena untuk sukses dipasar yang penuh dengan persaingan, perusahaan harus menempatkan konsumen ditengah. Terdapat banyak macam konsumen dengan kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda. Sebab itu, perusahaan harus menyesuaikan produk dan program pemasaran pada kebutuhan pelanggan yang spesifik. Pada pemasaran terarah, ada tiga langkah yang harus diketahui perusahaan sebelum memasuki pasar diantaranya adalah segmentasi pasar, mentargetkan pasar dan memposisikan pasar. Langkah-langkah dalam pemasaran terarah dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Langkah-langkah dalam pemasaran

(15)

Gambar 1 menunjukkan tiga langkah besar dalam pemasaran terarah. Pertama segmentasi pasar (segmentation) adalah membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, ataupun tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah. Langkah kedua adalah mentargetkan pasar (Targetting) yaitu mengevaluasi setiap segmen pasar dan memilih satu atau beberapa segmen sebagai calon target dengan potensi yang paling besar untuk dimasuki. Langkah ketiga adalah memposisikan pasar (Positioning) yaitu menetapkan pemosisian bersaing untuk produk dan menciptakan bauran pemasaran yang terinci.

b) Bauran pemasaran

Bauran Pemasaran (Marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler dan Armstrong, 1997). Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Secara umum, bauran pemasaran menekankan pada pengertian suatu strategi yang mengintegrasikan produk, harga, promosi dan distribusi, dimana kegiatan tersebut diarahkan untuk dapat menghasilkan omset penjualan yang maksimal atas produk yang dipasarkan dengan memberikan kepuasan pada para konsumen. Bauran pemasaran tersebut terdiri dari 4p (product, place, price, promotion).

i) Product Mix

Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen di pasar sasarannya (Kotler dan Armstrong 1997). Produk juga merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan perusahaan untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen di pasar sasaran sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk merupakan alat bauran pemasaran yang paling dasar. Produk tersebut harus memiliki daya saing yang tinggi dibandingkan dengan produk jasa lainnya. Bauran produk tersebut berupa produk turunan yang dihasilkan oleh perusahaan.

ii) Price Mix

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh produk, dimana harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel. Harga yang bersifat fleksibel artinya dapat berubah dengan cepat. Harga dapat diartikan sebagai pengeluaran uang, waktu dan usaha oleh pelanggan untuk membeli dan mengkonsumsi produk ataupun jasa. Penentuan harga dapat dilakukan dengan melihat daya beli konsumen dan jumlah yang cukup dalam menutupi ongkos produksi.

(16)

menjadi kurang kompetitif dari pada pesaingnya di pasar, pada akhirnya kondisi tersebut akan merugikan perusahaan. Penetapan harga yang lebih tinggi dari para pesaing dapat dilakukan apabila produk memiliki

diferensiasi yang kuat dan nilai yang unik dibandingkan para pesaingnya.

Menurut Kotler dan Armstrong (1996), buram harga dibagi menjadi tiga yaitu: skimming price, penetration price, dan premium price. Skimming price, pada penetapan harga ini perusahaan menetapkan harga yang sama atau mendekati pesaing. Penetration price, pada penetapan harga ini perusahaan menetapkan harga yang murah dibandingkan pesaing untuk menstimulasi permintaan. Premium price, pada penetapan harga ini perusahaan menetapkan harga diatas harga produk pesaing.

iii) Place Mix

Tempat (Place) termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk yang ditawarkan kepada konsumen sasaran. Tempat juga merupakan berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Keputusan penentuan lokasi dan saluran yang digunakan untuk memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang tata cara mengirimkan atau menyampaikan jasa kepada pelanggan dan dimana hal tersebut akan dilakukan. Saluran distribusi dapat dilihat sebagai kumpulan organisasi yang saling bergantungan satu dengan lainnya yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk/pelayanan untuk digunakan atau dikonsumsi. Penyampaian dalam perusahaan jasa harus dapat mencari agen dan lokasi untuk menjangkau populasi yang tersebar luas. Berbasiskan teori sebagai salah satu variabel marketing mix, place

(distribusi) mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu perusahaan memastikan produknya, karena tujuan dari distribusi adalah menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada waktu dan tempat yang tepat. Dasar pemilihan tempat bagi suatu perusahaan ada empat, diantaranya adalah pertimbangan pasar, barang, segi perusahaan dan lembaga perantara.

iv) Promotion Mix

Promosi merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Promosi juga merupakan salah satu variabel bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Menurut Alma (2004), tujuan utama promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian dan selanjutnya memberi pengaruh meningkatkan penjualan.

Menurut kotler dan Armstrong (1996), buram promosi dibagi menjadi lima yaitu : personal selling, mass selling, promosi penjualan, public relation, direct marketing. Pada personal selling, penjualan dilakukan melalui komunikasi langsung (tatap muka) dengan para konsumen.

(17)

kepada konsumen. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan stimulasi pembelian oleh para pelanggan. Public relation merupakan upaya menyeluruh yang dilakukan oleh perusahaan dengan menjalin hubungan kepada pelanggan. Hal ini dilakukan untuk membangun persepsi dan loyalitas pelanggan. Direct marketing merupakan media promosi secara langsung kepada konsumen melalui salah satu media elektronik sehingga pelanggan mampu memesan produk secara langsung dan terjaga kerahasiaannya.

2) Lingkungan Eksternal Perusahaan

Lingkungan eksternal perusahaan menjelaskan tentang peluang dan ancaman besar yang dihadapi oleh suatu perusahaan di masa kini ataupun masa yang akan datang, sehingga manajer dapat merumuskan strategi yang tepat guna mengambil keuntungan dari berbagai peluang dan meminimalkan dampak dari ancaman yang muncul. Proses yang dilakukan secara kontinyu untuk melakukan analisis lingkungan eksternal adalah dengan melakukan pemindaian (scanning), pengawasan (monitoring), peramalan (forecasting) dan penilaian (assessing). Analisis lingkungan eksternal perusahaan dibagi menjadi dua kategori diantaranya adalah lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan eksternal perusahaan terdiri dari:

a) Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh adalah faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi (David 2009). Faktor politik adalah peraturan berupa undang-undang dan kebijakan pemerintah pada tingkat nasional, propinsi maupun daerah yang menentukan kegiatan operasional. Arah kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting dalam mengidentifikasi peluang dan ancaman. Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu koperasi beroperasi. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor ekonomi adalah ketersediaan energi, iklim usaha, inflasi, suku bunga, investasi, harga produk, produktivitas dan tenaga kerja. Faktor sosial sangat penting untuk disadari oleh para pengambil keputusan strategi. Berbagai faktor seperti keyakinan (kepercayaan), nilai dan sistem sosial, sikap, opini dan gaya hidup. Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, demografis, religius, etnis dan pendidikan. Proses pengenalan ini tidaklah mudah karena kenyataan menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut selalu berubah dengan intensitas yang tinggi. Faktor teknologi pada saat ini berkembang demikian pesatnya diikuti dengan semakin majunya ilmu pengetahuan. Berbagai perangkat keras maupun lunak yang mendukung kegiatan usaha kini semakin beranekaragam. Adaptasi teknologi yang tepat guna, dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru maupun penyempurnaan terhadap proses produksi dan produk yang sudah ada.

b) Lingkungan Industri

(18)

pelanggan, pesaing dan pemasok (David 2009). Selain itu yang harus diperhatikan adalah pihak-pihak yang berkepentingan diluar pihak yang terkait langsung dengan aktivitas-aktivitas pelaku bisnis (stakeholder).

Adapun beberapa hal dalam kondisi industri (kekuatan pesaing) yang harus dinilai dan diperhitungkan adalah ancaman masuknya pesaing baru, persaingan antar perusahaan dalam industri, ancaman masuknya produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar konsumen.

i) Pertama, ancaman masuknya pesaing baru adalah masuknya

perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar serta adanya perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini akan menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang ada. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk memperkuat posisi perusahaan dari pendatang baru adalah dengan melakukan penurunan harga atas produk yang ditawarkan, menambah aksen atau fitur-fitur sehingga konsumen tidak beralih ke pendatang baru atau pesaing. Selain itu perusahaan juga dapat menawarkan paket-paket hemat.

ii) Kedua, persaingan antar perusahaan dalam industri adalah Persaingan antar perusahaan saingan merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam lingkungan industri perusahaan jika dibandingkan dengan empat kekuatan lainnya. Strategi yang dijalankan oleh satu perusahaan dapat berhasil hanya jika strategi itu memiliki keunggulan komperatif dibandingkandengan strategi yang dijalankan perusahaan pesaing (David 2009). Intensitas persaingan antar perusahaan saingan akan cenderung meningkat apabila jumlah pesaing bertambah. Perubahan dalam strategi oleh satu perusahaan ditanggapi dengan beberapa langkah balasan diantaranya adalah persaingan harga, peningkatan kualitas, perpanjangan garansi dan perang iklan.

iii) Ketiga, ancaman masuknya produk substitusi adalah perusahaan-perusahaan yang berada pada suatu industri tertentu akan bersaing dengan produk-produk pengganti dari perusahaan lain. Ancaman produk subtitusi akan kuat jika konsumen dihadapkan pada harga yang lebih murah dan berkualitas sama atau lebih baik dibandingkan dengan produk dari industri tersebut sehingga konsumen tidak beralih ke produk-produk pengganti dari perusahaan lain.

iv) Keempat, kekuatan tawar menawar pemasok adalah daya tawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas persaingan di suatu perusahaan. Hal yang bisa dilakukan oleh pemasok adalah menaikkan harga jual atau menurunkan kualitas produk atau pelayanannya. Suatu perusahaan bekerja sama dengan pemasok dalam upaya mendapatkan pengurangan harga atas produk yang ditawarkan, meningkatkan kualitas dan mengurangi tingkat kerusakan produk dan yang terakhir adalah mempercepat ketersediaan akan produk pada tahapan selanjutnya. v) Kelima, kekuatan tawar menawar pembeli adalah Para pembeli dengan

(19)

Demi mendapatkan loyalitas dari konsumen perusahaan berani memberikan garansi yang panjang atau layanan khusus untuk para konsumen. Daya tawar konsumen bisa menjadi kekuatan terpenting dalam keunggulan kompetitif.

Matriks SWOT

Alat analisis yang digunakan pada penyusunan strategi pemasaran pada penelitian ini adalah matriks SWOT. Menurut David (2009), SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) menjadi empat jenis strategi. Empat jenis strategi tersebut adalah: S-O (kekuatan-peluang), W-O (kelemahan-peluang), S-T (kekuatan-ancaman), dan W-T (kelemahan-ancaman).

Hasil dari matriks SWOT ini diharapkan mampu memberikan beberapa alternative strategi yang tepat untuk meningkatkan pemasaran produk dari perusahaan. Oleh karena itu, tidak semua strategi digunakan dalam strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan agar tujuannya tercapai. Matriks SWOT digunakan secara luas dalam perencanaan strategis, namun analisis ini memiliki kelemahan yaitu matriks ini tidak bias menunjukan cara untuk mencapai keunggulan kompetitif, kemudian bias penelitian dapat terjadi karena terjadinya kesubjektifan. Kelemahan lain adalah matriks SWOT membuat perusahaan hanya melakukan penekanan pada salah satu lingkungan saja (internal atau eksternal).

Kerangka Pemikiran Operasional

Jawa barat merupakan salah satu provinsi penghasil talas yang banyak, dengan Bogor sebagai penghasil tertinggi. Usaha “Rumah Talas” Gurih 7 merupakan salah satu produk yang memanfaatkan potensi talas. Produk ini memiliki banyak keunggulan baik dari segi kualitas. Rumah talas pun memproduksi banyak turunan produk yang bersal dari talas. Bolu gulung talas, pie talas, brownies talas, lapis talas,hingga donat talas pun mampu diproduksi. Namun, tidak selamanya usaha ini mampu mempertahankan konsistensinya mengingat menjamurnya usaha sejenis. Persaingan ini disebabkan karena banyak perusahaan lain yang ingin membidik pangsa pasar yang sama dengan harapan dapat merebut pangsa pasar yang telah dimiliki pemimpin pasar.

Rendahnya promosi serta kurangnya strategi pemasaran yang ada menyebabkan ketidakmampuan usaha ini dalam bersaing. Perlu strategi

pemasaran yang baik agar “Rumah Talas” gurih 7 ini mampu bertahan ditengah

persaingan yang semakin meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah mengevaluasi kegiatan pemasaran yang telah

dilaksanakan “Rumah Talas” sejak awal didirikannya. Langkah awal dari penelitian ini adalah mengidentifikasi potensi masalah yang ada pada “Rumah

(20)

terdiri dari ancaman masuknya pesaing baru, persaingan antar perusahaan dalam industri, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli.

Tahap selanjutnya Peluang dan ancaman perusahaan yang dianalisis meliputi lingkungan jauh dan industri. Hasil analisa lingkungan internal dan lingkungan eksternal dijadikan basis dalam penyusunan strategi pada matriks SWOT. Langkah selanjutnya adalah menyusun faktor-faktor strategi bagi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan perusahaan. Secara singkat kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional strategi pemasaran pada

“Rumah Talas” Gurih 7 Bogor Fenomena

 Usaha Rumah Talas Gurih 7 merupakan salah satu usaha yang mengembangkan potensi talas dengan baik.

 “Rumah Talas” gurih 7 mengalami penurunan omset karena munculnya usaha sejenis.

Permasalahan

Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan mengingat semakin tingginya usaha sejenis?

Tujuan

Menganalisis strategi pemasaran yang ada melalui kajian faktor internal-eksternal dan bauran pemasaran. Serta memberikan alternatif

pemecahan masalah melalui pendekatan SWOT

Faktor Internal:

 Unsur-unsur utama pemasaran (STP)

 Bauran pemasaran (4P)

Faktor Eksternal:

 Lingkungan Jauh

 Lingkungan Industri

Tahap penyusunan strategi melalui matriks SWOT

(21)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di pusat usaha Rumah Talas Gurih 7 yang berlokasi di Jalan Padjajaran Kota Bogor. Usaha ini memiliki brand “Rumah Talas Gurih

7” dimana usaha ini memang khusus menjual produk oleh-oleh khas Bogor. Usaha ini baru didirikan empat tahun lalu, tepatnya pada November 2009. Usaha ini menjual olahan yang berasal dari talas seperti lapis talas, bolu gulung talas, donat talas, brownies, dan muffin talas. Pemilihan lokasi di pusat usaha ini adalah untuk mempermudah perolehan hasil penelitian berupa kuesioner dan wawancara dengan petinggi perusahaan serta mempermudah observasi mengenai banyaknya konsumen yang membeli produk per-hari. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2013 hingga Januari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama, berupa pengamatan langsung dan wawancara langsung untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari perusahaan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pengumpulan data primer, seperti referensi dari instansi atau lembaga. Jenis dan sumber data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data

Jenis Data Sumber

1 Mengetahui unsur pemasaran (STP) dan bauran pemasaran (4P).

2 Mengetahui alternatif strategi yang akan dilaksanakan. dari penelitian khususnya di daerah kota Bogor

2 Literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian.

(22)

Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

i) Teknik Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan promosi atau kegiatan yang berhubungan dengan memasarkan produknya kepada konsumen sehingga tujuan dari usaha bisa tercapai.

ii) Kuesioner, yaitu pengisian kuesioner oleh pihak Rumah Talas Gurih 7 untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan dalam pencapaian tujuannya, yaitu mendapatkan pendapatan atau keuntungan yang maksimal dari kegiatan sehari-harinya, yaitu memproduksi dan menjual produk.

iii) Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian kepada responden yang bersangkutan.

iv) Teknik Kepustakaan, yaitu membaca buku-buku yang terkait dengan judul penelitian dan literatur lainnya yang menunjang dalam pelaksanaan penelitian, seperti jurnal-jurnal dan majalah.

v) Studi Pendahuluan, yaitu mendatangi usaha Rumah Talas Gurih 7 untuk melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan sebelum memulai penelitian menyusun skripsi.

vi) Teknik Pengisian Kuesioner, yaitu pengisian kuesioner dilakukan kepadaresponden yang telah ditentukan, seperti pemilik, bagian pemasaran, bagian keuangan, bagian produksi, dan bagian pelayanan konsumen.

Penentuan Responden

Penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan metode judgment sampling. Menurut Nazir (2005), Judgment sampling adalah proses pemilihan sampel dari populasi didasarkan atas pertimbangan pribadi. Responden yang dipilih adalah orang tepat untuk dijadikan responden dalam penelitian karena bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan di perusahaan. Responden ini terdiri dari tiga responden, yaitu direktur operasional, manajer, dan pihak Desperindakop kota Bogor. Responden dipilih dengan pertimbangan bahwa ketiga responden ini merupakan orang yang sangat mengetahui kondisi pemasaran, baik itu lingkungan internal maupun lingkungan eksternal serta faktor penentu dari pengambilan keputusan pemasaran “Rumah Talas” Gurih 7.

Analisis Data

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini melalui analisis SWOT. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel diantaranya adalah empat sel pertama menjadi faktor utama yang diberi nama S, W, O, T,empat sel kedua merupakan strategi, yang diberi nama SO, WO, ST, WT dan satu sel yang dibiarkan kosong yaitu sel kiri atas. Langkah-langkah untuk menyusun matriks SWOT menurut David (2009) adalah sebagai berikut:

(23)

b) Membuat daftar ancaman eksternal utama dari suatu perusahaan. c) Membuat daftar kekuatan internal utama dari suatu perusahaan. d) Membuat daftar kelemahan internal utama dari suatu perusahaan.

e) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel Strategi SO.

f) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasilnya dalam strategi WO.

g) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam strategi ST.

h) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam strategi WT. Alternatif strategi dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini: Tabel 2 Matriks SWOT

Masing-masing strategi yang terdapat pada matriks SWOT tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal usaha Rumah Talas untuk meraih peluang-peluang yang ada diluar usaha.

b) Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal Usaha Rumah Talas dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

c) Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi ini Usaha Rumah Talas berusaha untuk menghindari atau mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

d) Strategi WT (Weaknesses-Threats)

(24)

dalam membentuk matriks SWOT pada “Rumah Talas” Gurih 7 adalah sebagai berikut:

i) Menentukan faktor-faktor kekuatan internal “Rumah Talas” Gurih 7 ii) Menentukan faktor-faktor kelemahan internal “Rumah Talas” Gurih 7 iii) Menentukan faktor-faktor peluang eksternal “Rumah Talas” Gurih 7 iv) Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal “Rumah Talas” Gurih 7

e) Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O.

f) Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O.

g) Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T.

h) Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T.

Tujuan penyusunan strategi ini adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak bagi Usaha Rumah Talas Gurih 7 agar mampu bersaing kedepannya.

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Pendirian “Rumah Talas”

Rumah talas merupakan anak dari restoran Gurih 7 yang terletak di Jalan Pajajaran No.102, Bogor. Awal berdirinya usaha ini adalah meningkatnya permintaan oleh-oleh khas Bogor dengan bahan baku talas. Sebelum didirikan

“Rumah Talas” di restoran Gurih 7 ini hanya terdapat makanan khas Sunda.

Usaha ini resmi beroperasi mulai 22 November 2009 yang bertempat di bagian atas restoran. Awal mulanya, “Rumah Talas” ini hanya sebuah usaha sampingan saja. Pemilik bertujuan memperkenalkan olahan talas lain melalui usaha ini, sehingga setiap pengunjung restoran Gurih 7 bisa membeli oleh-oleh khas Bogor

ketika mengunjungi restoran ini. “Rumah Talas” termasuk salah satu usaha yang berhasil ketika awal pendiriannya, karena usaha ini merupakan pionir oleh-oleh khas Bogor dengan olahan talas yang berbeda. Pemasarannya sendiri pada awalnya dilakukan dengan membuka gerai kecil di bagian atas restoran.

“Rumah Talas” memiliki berbagai jenis produk olahan talas, antara lain lapis talas, talas rol, talas cake, brownies talas, cupcake talas, hingga talas geulis. Varian rasa masing-masing produk pun berbeda, untuk produk talas rol terdapat rasa cokelat, Cream cheese, Green tes, moka, jeruk, tiramisu, blueberry, nanas, dan strawberry. Kemudian untuk lapis talas terdaoat rasa keju, dan cokelat. Pada produk talas cak terdapat rasa cokelat, blueberry, krim keju, dan original; kemudian untuk brownies terdapat rasa cokelat. Disamping jenisnya yang

semakin beragam, maka saat ini “Rumah Talas” juga memiliki 2 outlet dan satu

gerai. Lokasi 2 outlet berada di Jalan Pajajaran No.102 dan Jalan Pajajaran

No.3C(Seberang Masjid Raya Bogor). Gerai “Rumah Talas” sendiri berada di

lantai 3 Botani Square, Bogor.

(25)

kemudian. Saat ini, pengolahan produk pada “Rumah Talas” sudah menggunakan peralatan modern yang sudah terjamin kualitasnya. Penjualan belum ada penurunan, namun meningkatnya persaingan usaha sejenis serta targeting yang berubah menciptakan persaingan tersendiri bagi produk “Rumah Talas”

Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

“Rumah Talas” belum memiliki pernyataan yang tertulis mengenai visi dan

misi perusahaan. Namun secara umum ketiga hal tersebut telah tersirat dalam

wawancara dengan manajer pemasaran “Rumah Talas”. Hasil wawancara dengan

manajer pemasaran “Rumah Talas” menyatakan bahwa visi perusahaan adalah

menjadi pionir produsen olahan talas yang memiliki kualitas terbaik sehingga

mampu menciptakan loyalitas di hati pelanggan. Misi “Rumah Talas” adalah

mengutamakan kualitas produk yang baik dari segi rasa, variasi produk,

packaging, serta pelayanan terhadap pelanggan.

Berbasiskan visi dan misi “Rumah Talas” tersebut, maka tujuan perusahaan

adalah berupaya mengembangkan potensi pangan yang ada di Bogor yaitu talas serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pada umumnya. Usaha

“Rumah Talas” merupakan usaha kulinari yang mampu menyerap tenaga kerja,

hal ini terlihat dari banyaknya tenaga kerja yang diserap. Karenanya, keberadaan

“Rumah Talas” tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi internal perusahaan, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat sekitar lokasi.

Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktivitas tertentu

guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan. “Rumah Talas” merupakan anak dari restoran Gurih 7, sehingga dari struktur organisasi pun memiliki kaitan dengan induk usahanya. Usaha ini pun dimiliki oleh bapak Herdinanto dan dipimpin oleh direktur utama, yaitu ibu Lina Agustyani. Direktur

utama bertugas memimpin seluruh usaha termasuk “Rumah Talas” dan restoran “Gurih 7”, sedangkan untuk operasionalnya “Rumah Talas” dipimpin oleh

direktur operasional. Direktur operasional ini memimpin manajer. Berdasarkan

hasil observasi di lapangan, “Rumah Talas” sudah memiliki struktur organisasi

secara tertulis gambaran umum mengenai struktur organisasi “Rumah Talas” dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 menunjukkan bahwa struktur organisasi “Rumah Talas” termasuk

tipe organisasi fungsional, pihak “Rumah Talas” telah melakukan pembagian

tugas dalam operasionalnya. Setiap karyawan memiliki jobdesk masing-masing sesuai jabatannya. Adapun susunan jobdesk karyawan “Rumah Talas” adalah

sebagai berikut: 1) Direktur Utama

Direktur utama memiliki wenang untuk melakukan pengawasan, memantau keuangan, dan memantau perkembangan perusahaan

(26)

Direktur operasional memiliki tugas yaitu membuat kebijakan terkait operasional perusahaan (produksi, distribusi, dan pemasaran)

3) Manajer

Manajer memiliki tugas dan tanggung jawab dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan pada setiap kegiatan perusahaan. Selain itu juga bertugas membuat strategi-strategi untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional perusahaan

4) Kaizen

Kaizen memiliki tugas yaitu melakukan continues improvements dan membuat SOP untuk semua divisi dalam perusahaan

5) Supervisor Produksi

Supervisor produksi memiliki tugas dan tanggung jawab dalam mengontrol dan memastikan SOP terkait produksi dijalankan dan juga melaporkan data-data produksi

6) Supervisor Operasional

Supervisor operasional memiliki tugas yaitu mengontrol dan memastikan SOP terkait operasional kantor dan perusahaan secara keseluruhan termasuk distribusi

7) Supervisor Outlet

Supervisor outlet memiliki tugas yaitu mengontrol dan memastikan SOP terkait pelayanan kebersihan, pengaturan outlet, dan melaporkan data-data penjualan (omset) outlet

8) Distribusi

Bagian distribusi memiliki tugas membuat rencana distribusi atau pengiriman dan juga mendistribusikan produk ke setiap outlet dan para mitra

9) Keuangan

Keuangan bertugas dalam melaporkan data-data keuangan perusahaan, baik pemasukan maupun pengeluaran

10) Customer Service

Customer Service bertugas melayani pemesanan dan keluhan dari konsumen 11) Leader Produksi dan Leader Front Liner

Kedua pihak ini memiliki tugas dalam membagikan tugas kepada timnya (tim produksi maupun front liner)

12) Tim Produksi

Tim produksi memiliki tugas yaitu melakukan kegiatan produksi dan menjalankan SOP yang ada

13) Tim Front Liner

(27)

Gambar 3 Struktur organisasi “Rumah Talas” Tahun 2013

Sumber : “Rumah Talas” Gurih 7, 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Lingkungan Perusahaan

Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor baik yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dikategorikan ke dalam dua bagian

besar, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. “Rumah Talas” dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal yang ada di sekitarnya. Hasil penelitian ini menggambarkan kondisi eksternal dan internal yang

Produksi Driver Distribusi Administrasi

Direktur

Kaizen Operasional HRD Keuangan

(28)

mempengaruhi jalannya operasional perusahaan dan mempengaruhi perencanaan strategis yang sesuai dengan kondisi lingkungan tersebut.

Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan umum dan lingkungan industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi “Rumah Talas”.

1) Lingkungan Umum

Lingkungan umum adalah faktor lingkungan eksternal yang merupakan lingkungan jauh operasional perusahaan. Lingkungan umum dipengaruhi oleh faktor politik dan hukum, sosial, ekonomi dan teknologi.

a) Lingkungan Ekonomi

Umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan usaha yang terdapat pada suatu daerah. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru, begitu sebaliknya. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara lain:

i) Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Indikator untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun digunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. Laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik ditandai dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan yang semakin meningkat. Adapun nilai PDRB ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan kota Bogor tahun 2006-2010

Tahun Nilai PDRB (Juta Rupiah)

2006 3 782 390

2007 4 012 861

2008 4 252 822

2009 4 508 601

2010 4 782 307

Sumber: BPS kota Bogor (2013)

Data yang tertulis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi kota Bogor semakin membaik.

(29)

Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi. Pengeluaran rumah tangga dapat dibedakan menurut pengeluaran makanan dan non makanan, yang menggambarkan cara masyarakat mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Pengeluaran rata-rate per kapita sebulan di kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan Kota Bogor tahun 2008-2012

Kelompok Barang

Tahun (%)

2008 2009 2010 2011 2012

Makanan 50.17 50.62 51.43 49.45 52.08 Non

Makanan 49.83 49.38 48.57 50.55 48.92

Sumber: BPS kota Bogor (2013)

Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanandari tahun 2008 sampai 2010 selalu meningkat, tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 1.98 persen. Pada tahun 2012 pengeluaran rata-rata untuk produk makanan kembali meningkat sebesar 2.63 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat masih lebih memilih untuk membeli produk makanan dibandingkan non makanan. Besarnya pengeluaran untuk kelompok makanan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk kota Bogor masih mementingkan kebutuhan pokok. Karenanya, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi kelompok usaha berbasis makanan dan minuman jadi untuk mengembangkan usahanya.

iii) Laju Inflasi

Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa secara keseluruhan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan laju inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen adalah suatu angka yang dapat menggambarkan perbandingan harga yang terjadi pada dua periode waktu yang berbeda. Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) kota Bogor, maka tahun 2012 kembali terjadi inflasi. Data tentang perkembangan laju inflasi selama periode 2008-2012 dengan menggunakan IHK dapat dilihat pada Tabel 5.

(30)

tinggi,. Sehingga terjadi penurunan kemampuan daya beli masyarakat untuk memperoleh barang atau jasa. Singkatnya, tingkat inflasi yang tinggi dapat berdampak terhadap daya beli masyarakat yang rendah. Tabel 5 Perkembangan laju inflasi Kota Bogor pada tahun 2008-2012

Tahun Tingkat Inflasi (%)

2008 14.20

2009 2.16

2010 6.57

2011 2.85

2012 4.06

Sumber: BPS kota Bogor (2014)

b) Lingkungan Sosial Budaya

Perkembangan perusahaan juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya, serta perubahan yang dihasilkan akan cukup signifikan. Perubahan-perubahan yang terjadi akan memberikan dampak positif bahkan negatif atau dapat disebut peluang atau ancaman terhadap perkembangan perusahaan ke depan.

Faktor sosial budaya yang perlu diperhatikan adalah terjadinya perubahan pola konsumsi. Pola konsumsi dari negara-negara luar yang terkenal dengan makanan modern. Perubahan gaya dan mobilitas yang tinggi ini disebabkan oleh dekatnya kota Bogor dengan ibukota Jakarta. Kedekatan ini yang menyebabkan perubahan gaya masyarakat Bogor yang meniru gaya hidup masyarakat Jakarta. Mobilitas yang tinggi di kota Bogor ini terlihat sangat jelas ketik musim libur biasa dan libur panjang tiba,kota Bogor didatangi oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Kosekuensinya, hampir seluruh ruas utama jalan utama kota Bogor terkena macet. Mobil-mobil pribadi berplat

nomor “B” tampak mendominasi ruas jalan yang berhubungan dengan pusat

jajanan dan factory outlet seperti jalan Pajajaran, jalan Suryakencana, jalan Sukasari, jalan Juanda, hingga jalan Sudirman.

Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor sosial lain yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha dalam suatu wilayah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran bagi negara lain untuk memasarkan produk mereka. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2010 dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2010 sebesar 1.25 persen. Salah satu wilayah di Indonesia yang terjadi peningkatan jumlah penduduk adalah kota Bogor. Laju pertumbuhan jumlah penduduk kota Bogor selama periode 2005-2010 sebesar 2.08 persen. Jumlah penduduk kota Bogor yang semakin meningkat

merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi “Rumah Talas”

(31)

Tabel 6 Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2005-2010

Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Pertumbuhan (%)

2005 855 085 -

2006 879 138 2.73

2007 905 132 2.87

2008 942 204 3.93

2009 946 204 0.42

2010 950 334 0.43

Rata-rata 2.08

Sumber : BPS kota Bogor (2013)

Banyak hal-hal yang menyebabkan masyarakat lebih memilih makanan sebagai kebutuhan yang diutamakan. Hal tersebut disebabkan karena waktu, pendapatan, perjalanan, prestise, dan lainnya. Singkatnya, perkembangan

atau perubahan sosial budaya dapat meningkatkan pangsa pasar “Rumah Talas”.

c) Lingkungan Politik dan Hukum

Kebijakan politik mempunyai dampak yang sangat penting bagi para pengusaha. Kebijakan politik yang baik akan menciptakan iklim usaha yang kondusif dan sebaliknya jika kebijakan yang terjadi kurang baik, maka akan sangat tidak menguntungkan bagi para pengusaha.

Kota Bogor yang letaknya dekat dengan ibukota Jakarta dan memiliki tempat-tempat wisata yang indah, mampu mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya peraturan daerah kota Bogor No.2 tahun 2004 tentang rencana strategis pemerintah kota Bogor 2003-2008. Peraturan ini jelas akan sangat berdampak pada potensi pariwisata, seni, dan budaya serta meningkatkan kualitas pelayanan kepada wisatawan secara bertahap guna meningkatkan kunjungan wisata ke kota Bogor. Hal ini merupakan suatu peluang karena kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan juga merupak transit menuju kota/kabupaten lain.

Kebijakan pemerintah tentang skim kredit bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah juga membantu usaha kecil dalam mengembangkan usahanya. Hal ini terdapat pada Undang-Undang No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah diberi kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk dalam mengembangkan potensi usaha yang ada di wilayahnya.

d) Lingkungan Teknologi

(32)

terutama dalam aspek pemasaran. Dalam industri bakery, perkembangan teknologi pada aspek pemasaran adalah perkembangan di bidang telekomunikasi seperti telepon atau handphone. Teknologi ini mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Telepon dan website juga berguna bagi mereka yang ingin menyampaikan keluhan ataupun sekedar masukan.

Perkembangan teknologi di bidang transportasi , seperti jasa pengiriman akan mempercepat pendistribusian produk dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar proses pemasaran produk. Untuk mendukung

pemasaran produk, pihak “Rumah Talas” telah melengkapi tempat

produksinya dengan fasilitas berupa telepon dan mobil yang digunakan untuk mengangkut bahan baku dari pemasok atau digunakan untuk pendistribusian produk ke pengecer atau ke semua outlet. Kekuatan teknologi pada suatu usaha dapat meningkatkan kesejahteraan suatu usaha. Hal ini disebabkan karena perkembangan teknologi mampu meningkatkan efisiensi biaya maupun waktu.

2) Lingkungan Industri

Lingkungan industri menggambarkan posisi perusahaan di tengah persaingan yang ada di dalam industri yang digelutinya. Lingkungan ini dijelaskan oleh model lima kekuatan Porter melalui kombinasi lima kekuatan, yaitu pendatang baru potensial, pesaing antar industri, adanya produk pengganti/substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli. a) Persaingan antar industri

“Rumah Talas” merupakan usaha makanan jadi yang menawarkan produk

rol talas, bolu lapis, brownies,dan berbagai macam olahan lain yang terbuat

dari tepung talas. “Rumah Talas” memiliki banyak pesaing di kota Bogor

dengan berbagai macam produk yang ditawarkan, mulai dari produk sejenis hingga lain jenis. Salah satunya yang memiliki kesamaan produk adalah

“Lapis Bogor Sangkuriang” yang mengusung lapis Bogor sebagai

produknya. Produk lain yang menjadi pilihan di kota Bogor seperti Pia Apple Pie, Macaroni Panggang, Roti Unyil Venus, Pizza meteran, Alania Choco Lava,Death by Chocolate, Miss Pumpkin, dan masih banyak lainnya

merupakan pesaing lain bagi “Rumah Talas”. Hal tersebut disebabkan

karena rendahnya hambatan untuk memasuki usaha ini, sehingga mendorong pengusaha sejenis masuk ke dalam persaingan usaha.

Persaingan industri makanan jadi di kota Bogor terutama sebagai buah tangan sangat ketat. Hal ini menyebabkan perusahaan mengalami

persaingan yang sangat tinggi. “Rumah Talas” juga merasakan ketatnya

persaingan dengan berkembangnya usaha jenis yang mengusung olahan tepung talas (lapis talas khususnya),sehingga perusahaan harus lebih siaga

dalam menghadapi persaingan. Karenanya, “Rumah Talas” memiliki

ancaman dari persaingan industri sejenis dari Lapis Bogor Sangkuriang yang menawarkan produk sejenis.

b) Pendatang baru potensial

(33)

Ancaman masuknya perusahaan pendatang baru tersebut tergantung dari hambatan masuk dan kemampuannya dalam merespon hambatan masuk yang ada.

Menurut Porter (1991), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.

i) Skala ekonomis

Usaha bakery tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar. Hal ini disebabkan karena semua pengusaha memiliki peluang memulai usaha mulai dari skala kecil yang disesuaikan dengan kemampuan kapasitas produksi tanpa harus mengikuti skala usaha bakery yang telah

ada. Saat ini “Rumah Talas” merupakan usaha berskala menengah,

yang usahanya diawali dari Home Industry. Hal ini berarti hambatan masuk pendatang baru ke dalam industri bakery tergolong rendah. ii) Diferensiasi produk

Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan bakery hampir sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan bakery

dapat dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi bentuk atau ukuran, harga jual produk, serta labelisasi produk seperti pencantuman merek produk, komposisi bahan baku, nomor izin Dinas

Kesehatan (No.PIRT), serta tulisan “Oleh-oleh khas Bogor”. “Rumah

Talas” belum mencantumkan semua hal tersebut, hanya sertifikasi halal saja.

iii) Kebutuhan modal

Kebutuhan modal dalam mendirikan usaha bakery tidak sekecil yang dibayangkan, meskipun skala usahanya kecil. Hal ini disebabkan karena modal tersebut digunakan untuk pemvelian peralatan pembuatan produk, seperti oven, steamer, mixer, dan loyang yang harganya tidak murah.

iv) Biaya beralih pemasok

Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha bakery yang telah pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini disebabkan karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha bakery yang telah ada agar beralih dari pemasok lama. Hal ini menjadi keunggulan dari pihak “Rumah Talas” untuk menghadapi pendatang baru yang ada.

v) Akses ke saluran distribusi

(34)

atau bahkan lebih baik dari produk yang ada dengan harga yang lebih murah.

vi) Biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala

Para produsen bakery yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru. Contohnya dari segi pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumberdaya produksi, atau lokasi yang menguntungkan. Disamping hal tersebut, pendatang baru masih berpotensi masuk ke dalam industri karena bahan baku maupun peralatan untuk pembuatan produk bakery cukup banyak tersedia. c) Ancaman produk pengganti/substitusi

Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki fungsi yang sama dengan produk perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk tersebut mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Karenanya, faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk substitusi.

“Rumah Talas” merupakan perusahaan yang menghasilkan produk talas rol, lapis talas, brownies, muffin dan olahan talas berbentuk bakery lainnya. Produk yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah olahan dari komoditi lain dengan jenis yang sama seperti lapis labu, brownies singkong, dan lainnya. Tingginya keberadaan produk substitusi dengan berbagai Merek, harga jual, hingga mutu produk dapat memberikan

ancaman bagi “Rumah Talas” sebagai salah satu produsen makanan jadi.

Keberadaan produk substitusi yang tinggi, tidak terlalu berpengaruh secara signifikan karena keputusan pembelian berada di tangan konsumen yang memiliki kebebasan untuk memilih produk yang sesuai dengan seleranya. d) Kekuatan tawar menawar pemasok

Kekuatan tawar menawar pemasok dapat mempengaruhi intensitas pesaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi hanya sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk

mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi “Rumah Talas”, keberadaan

pemasok bahan baku seperti telur, tepung talas, gula, dan bahan lainnya merupakan peran terpenting guna kelangsungan produksi. Oleh karena itu,

guna menjaga kontinuitas persediaan bahan baku, pihak “Rumah Talas”

tidak hanya terikat pada satu pemasok saja.

Saat ini “Rumah Talas” sudah memiliki pemasok tetap yang tersebar di

wilayah Jabodetabek, sehingga perusahaan tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi pada saat berganti pemasok jika salah satu pemasok tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan baku perusahaan, atau jika bahan baku yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar dari segi harga, kualitas, maupun kuantitasnya. Penjelasan diatas membuktikan bahwa

kekuatan tawar menewar pemasok terhadap “Rumah Talas” tidak terlalu

Gambar

Gambar 2  Kerangka pemikiran operasional strategi pemasaran pada
Tabel 1  Jenis dan sumber data
Tabel 2 Matriks SWOT
Gambar 3 Struktur organisasi “Rumah Talas” Tahun 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Restoran merupakan sebuah usaha yang tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual jasa berupa pelayanan kepada konsumen. Proses merupakan semua kegiatan yang dapat

Strategi-strategi bauran pemasaran yang dilakukan Rumah Sutera Alam terdiri dari tujuh yaitu faktor meliputi produk, harga, tempat, promosi,

Pola ini merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen sebagai sasaran komunikasi pemasaran susu dari KUD Giri Tani memiliki preferensi yang beragam terhadap suatu

Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk) atau integrative (integrasi

Produk pengganti adalah produk lain di luar produk sejenis yang mempunyai fungsi hampir sama dengan produk atau jasa perusahaan yang bisa saling menggantikan.. Jasa

Dalam industri ritel tidak ada produk pengganti yang dapat menggantikan posisi produk CV Talaga Makmur karena produk yang dijual perusahaan sama dengan

Dalam industri ritel tidak ada produk pengganti yang dapat menggantikan posisi produk CV Talaga Makmur karena produk yang dijual perusahaan sama dengan

Dalam sebagian besar industri, perusahaan saling tergantung. Persaingan yang digerakkan oleh satu perusahaan dapat dipastikan mempengaruhi para pesaingnya, dan