• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ELSARI BROWNIES & BAKERY KOTA BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ELSARI BROWNIES & BAKERY KOTA BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

“ELSARI BROWNIES & BAKERY”

KOTA BOGOR JAWA BARAT

SKRIPSI

ROZAK ADE RAHMANTO H34060802

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

iii RINGKASAN

ROZAK ADE RAHMANTO. Analisis Strategi Pengembangan Usaha “Elsari Brownies & Bakery” Kota Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM)

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping pakaian dan tempat tinggal yang diperlukan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Saat ini masyarakat cenderung memilih untuk mengkonsumsi makanan jadi yang siap dimakan atau siap saji. Masyarakat di daerah perkotaan yang serba sibuk mengubah pola konsumsinya ke arah yang lebih praktis dan efisien termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Adanya peningkatan pengeluaran untuk makanan jadi menjadi peluang bagi industri pengolahan makanan jadi untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu jenis industri makanan jadi yang berkembang di Indonesia adalah industri pengolahan makanan berbahan baku tepung terigu seperti industri bakery dan mie. Brownies adalah salah satu jenis produk bakery yang disukai oleh masyarakat karena mampu memberi asupan gizi yang baik dalam bentuk yang praktis, cepat saji, sekaligus penjawab kebutuhan zaman akan makanan yang bergengsi.

Salah satu industri kecil yang mamanfaatkan peluang ini dengan memproduksi brownies di Kota Bogor adalah “Elsari Brownies & Bakery (EBB)”. Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor EBB merupakan produsen brownies pertama di Kota Bogor yang terdaftar oleh dinas. Selama beberapa waktu jumlah produsen brownies terus tumbuh seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan brownies. Peluang tersebut seharusnya dapat digunakan dengan baik oleh EBB dengan memproduksi brownies lebih banyak lagi agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk brownies tersebut. Namun dikarenakan adanya permasalahan internal perusahaan, seperti lepasnya bagian pemasaran dan personalia perusahaan, menyebabkan perusahaan kegiatan pemasaran perusahaan terhambat, sehingga perusahaan harus mengurangi jumlah produksi yang sebelumnya sempat mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan kendala perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Selain itu perusahaan juga menghadapi masalah lain seperti keterbatasan peralatan dan rendahnya sumbersaya manusia. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan perusahaan baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan dalam merumuskan strategi pengembangan usaha.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan EBB, yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan, (2) Merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi EBB. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analisis formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan matriks EFE untuk analisis lingkungan perusahaan, matriks IE untuk memetakan posisi perusahaan, matriks SWOT untuk merumuskan strategi, dan matriks QSP untuk memilih alternatif strategi berdasarkan prioritas.

(3)

iv Faktor-faktor lingkungan internal perusahaan EBB terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki EBB yaitu: (1) Layanan purna jual yang baik kepada konsumen, (2) Memiliki sertifikasi yang lengkap, (3) Harga produk relatif murah, (4) Kerja sama pemasaran yang efektif, (5) Pembukuan yang baik dan rapi, (6) Menggunakan bahan baku berkualitas, dan (7) Adanya aktivitas penelitian dan pengembangan. Kelemahan yang dimiliki oleh EBB yaitu: (1) Belum memiliki perencanaan usaha secara jelas, (2) Lokasi usaha kurang strategis, (3) Kurangnya promosi, (4) Permodalan yang terbatas, (5) Produksi dilakukan secara manual, (6) Sistem pengadaan bahan baku yang kurang baik, dan (7) Belum memiliki job description yang jelas.

Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dihadapi oleh EBB terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi oleh EBB adalah (1) Tingginya daya beli masyarakat, (2) Harga tepung terigu yang semakin menurun, (3) Harga BBM (premium) yang stabil, (4) Masih tingginya jumlah permintaan brownies, (5) Kebijakan pemerintah tentang skim kredit, (6) Perkembangan teknologi yang cepat, (7) Rendahnya kekuatan penawaran pemasok, dan (8) Adanya dukungan dari pihak dinas terhadap pengembangan UMKM. Ancaman yang dihadapi oleh EBB adalah (1) Harga gula, telur dan gas elpiji yang semakin meningkat, (2) Rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL), dan (3) Tingginya tingkat persaingan.

Hasil Matriks IE menunjukkan posisi EBB berada pada sel V yang memberi rekomendasi untuk menjaga dan mempertahankan. Strategi yang paling sesuai dengan EBB adalah strategi intensif yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. Matriks SWOT menghasilkan tujuh alternatif strategi, keludian melalui matriks QSP diperoleh prioritas strategi yang sebaiknya dilaksanakan perusahaan yaitu (1) Restrukturisasi sistem manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan (STAS=10,450), (2) Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan (STAS=10,167), (3) Melakukan penetrasi pasar untuk meningkatkan penjualan (STAS=9,043), (4) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada untuk meningkatkan penjualan (STAS=8,693), (5) Optimalisasi sistem produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi (STAS=8,644), (6) Optimalisasi sistem keuangan perusahaan untuk mengurangi biaya produksi (STAS=8,633), (7) Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk meningkatkan penjualan (STAS=8,567) dan (8) Pemanfaatan skim kredit untuk mengatasi permodalan (STAS=7,955). Berdasarkan kondisi perusahaan, sebaiknya perusahaan melaksanakan restrukturisasi sistem manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan, seperti tenaga pemasar dan keterbatasan peralatan, untuk mengatasi masalah internal perusahaan, dan strategi meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan sebagai solusi masalah eksternal perusahaan.

(4)

v

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

“ELSARI BROWNIES & BAKERY”

KOTA BOGOR JAWA BARAT

ROZAK ADE RAHMANTO H34060802

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

vi Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha “Elsari Brownies &

Bakery” Kota Bogor Jawa Barat Nama : Rozak Ade Rahmanto

NIM : H34060802

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, MSi NIP. 19671024 199302 2 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vii PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha “Elsari Brownies & Bakery” Kota Bogor Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Rozak Ade Rahmanto H34060802

(7)

viii RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 5 Februari 1988 yang merupakan anak tunggal dari pasangan Suratmanto dan Sri Rahayu.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Perumnas Banyumanik 08 Semarang pada tahun 2000, pendidikan menengah pertama di SLTPN 21 Semarang pada tahun 2003, dan pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 4 Semarang pada tahun 2003. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif mengikuti organisasi seperti Staf Kominfo Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM-TPB) IPB pada tahun 2006-2007, Ketua Paguyuban Putra Kota Atlas Semarang (Patra Atlas) pada tahun 2007-2008, Staf Departemen Proyek Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) pada tahun 2007-2008 dan Ketua Departemen Kominfo (d’Prime) Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) pada tahun 2008-2009. Selain itu, penulis juga tercatat sebagai peraih Beasiswa Prestasi Djarum Bakti Pendidikan pada tahun 2008-2009.

(8)

ix KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha “Elsari Brownies & Bakery” Kota Bogor Jawa Barat”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal perusahaan “Elsari Brownies & Bakery (EBB)”, yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan, mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal perusahaan EBB, meliputi peluang dan ancaman, serta mencoba untuk merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi EBB agar dapat bertahan dalam menghadapi persaingan dan berkembang menjadi lebih besar.

Skripsi ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak, baik mahasiswa, pengajar akademik, pelaku usaha EBB, dan pemerintah selaku pembuat kebijakan. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan berbagai kritikan dan saran agar hasil penelitian ini dapat menjadi lebih baik, sehingga mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait.

Bogor, Agustus 2010 Rozak Ade Rahmanto

(9)

x UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala

bimbingan, masukan, koreksi, dan bantuan selama pra, pelaksanaan, hingga setelah pelaksanaan skripsi ini.

2. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi sekaligus berdiskusi mengenai strategi pengembangan usaha pada saat penyusunan skripsi.

3. Dra. Yusalina, MS selaku dosen penguji departemen pada sidang penulis yang bersedia meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi.

4. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama merencanakan studi penulis di Departemen Agribisnis. 5. Bapak H. Maman Surahman dan Tomi Rahman yang telah menerima dan

membantu penulis dalam pencarian informasi dan pelaksanaan penelitian skripsi di EBB.

6. Bapak Gupuh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor yang telah memberikan informasi dan menjadi responden eksternal pada penelitian ini.

7. Orang tua tercinta, Suratmanto dan Sri Rahayu, yang telah memberikan dukungan moral, material, didikan, motivasi, dan doa yang tulus serta tiada hentinya bagi penulis. Semoga skripsi ini menjadi bukti kecil atas besarnya perjuangan bapak dan ibu sebagai orang tua terbaik di mata penulis.

8. Yos Sukarman, Alm. Rochayati, Alm. Hadi Mulyono, Alm. Siti M, Alm. Mundriah selaku kakek dan nenek penulis yang selalu memberikan dukungan

(10)

xi moral dan mendidik penulis agar selalu menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian.

9. Indah Septiana, yang telah memberikan doa, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Siti Nurlaela dan Shanny Laura Sianturi sebagai sahabat satu bimbingan skripsi. Terimakasih atas dukungan, bantuan dan semangatnya dalam menyelesaikan skripsi secara bersama-sama.

11. Sahabat-sahabat penulis: Dhida, Syura, Fani, Ridy, Ray, Firza, Ribut, Dece, Maya, Mira, Tiara, Tami, Bayu, Novi, Ine, Mila, Fuji, Emi, Tita, Yadi, Okla, Aries, Iziel, Randi, Rekso, Anyez, Haris, Rendy, Rieska, Elva, Uin, Jiebhan, Achmad, Mei, Nanang, Nodi, Gangga, Agis, Hata, Ayu, Oki, Adi, Amel, Anin, Tami Mbem, Decy, Rendi dan teman-teman AGB 42, 43, 44, 45 lainnya. Terimakasih atas kebersamaan, cerita suka dan duka, serta bantuannya selama menjadi mahasiswa departemen agribisnis.

12. Teman-teman L4, Patra Atlas Semarang dan Kost Putra Wisma Asri: Idris, Ma2th, Wahyu, Ronald, Ony, Hoty, Sifa, Metha, Indah, Diaz, Winda, Asa, Rizki, Ismail, Ashod, Ucok, Onald, Ian, dan semuanya. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

13. Tak lupa pula untuk sahabat-sahabat penulis di Semarang: Osa, Ririez, Diana, Galih, Rizal, QQ, dan Dhue-Phee. Terimakasih atas semua kisah dan coretan yang kalian berikan ke dalam kehidupan penulis.

14. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis selama ini.

15. Keluarga besar PT. Djarum dan teman-teman Beswan Djarum: Mas Sapto, Pak Hadi, Pak Syahroni, Om Jul, Mas Jim, Mas Dodik, Catur, Tito, Abie, Afroh, Windi, Tiwi, Secha, dan kawan-kawan beswan di seluruh nusantara. 16. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis semasa penulis

menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Terimakasih banyak.

Bogor, Agustus 2010 Rozak Ade Rahmanto

(11)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 8 1.4. Manfaat Penelitian ... 8 II TINJAUAN PUSTAKA ... 9 2.1. Bakery ... 9 2.1.1. Definisi Bakery ... 9

2.1.2. Sejarah dan Perkembangan Roti ... 9

2.1.3. Jenis-Jenis Roti ... 10

2.2. Brownies ... 11

2.2.1. Sejarah Brownies ... 11

2.2.2. Brownies Kukus ... 12

2.3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 13

2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 13

2.4. Penelitian Terdahulu ... 14

2.4.1. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Usaha ... 14

2.4.2. Penelitian tentang Brownies ... 17

2.4.3. Penelitian tentang “Elsari Brownies & Bakery” .. 18

2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 18

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

3.1.1. Konsep Manajemen Strategis ... 20

3.1.2. Klasifikasi Strategi... 20

3.1.3. Proses Manajemen Strategis ... 24

3.1.4. Visi dan Misi Perusahaan ... 25

3.1.5. Analisis Lingkungan Perusahaan ... 26

3.1.6. Matriks Internal-Eksternal ... 39

3.1.7. Analisis SWOT ... 40

3.1.8. Matriks QSP (QSPM) ... 40

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

IV METODE PENELITIAN ... 44

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

4.2. Metode Penentuan Sampel ... 44

4.3. Desain Penelitian ... 45

(12)

xiii

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 45

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46

4.6.1. Analisis Deskriptif ... 46

4.6.2. Analisis Tiga Tahap Formulasi Strategi ... 46

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 54

5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 54

5.2. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan ... 56

5.3. Lokasi Perusahaan ... 57

5.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 57

5.5. Sumberdaya Perusahaan ... 59

5.5.1. Sumberdaya Manusia... 59

5.5.2. Sumberdaya Fisik ... 59

5.5.3. Sumberdaya Keuangan ... 60

5.6. Proses Produksi Brownies ... 67

5.7. Karakteristik Konsumen ... 64

VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ... 67

6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 67

6.1.1. Manajemen ... 67

6.1.2. Pemasaran ... 73

6.1.3. Keuangan/Akuntansi ... 81

6.1.4. Produksi/Operasi ... 81

6.1.5. Penelitian dan Pengembangan ... 83

6.1.6. Sistem Informasi Manajemen ... 84

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 85

6.2.1. Kekuatan Ekonomi ... 85

6.2.2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan ... 92

6.2.3. Kekuatan Politik, Pemerintah dan Hukum ... 95

6.2.4. Kekuatan Teknologi ... 96

6.2.5. Kekuatan Kompetitif ... 97

VII FORMULASI STRATEGI ... 105

7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan ... 105

7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman ... 105

7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 106

7.4. Analisis Matriks EFE (External Factor Evaluation) ... 107

7.5. Analisis Matriks IE (Internal-External) ... 108

7.6. Analisis Matriks SWOT ... 109

7.7. Analisis QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix). 118 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

8.1. Kesimpulan ... 120

8.2. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 122

(13)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2010 ... 1

2. Persentase Pengeluaran Rata-Rata Persentase Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Indonesia untuk Makanan Jadi Tahun 1999-2009 ... 2

3. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Tepung Terigu di Indonesia pada Tahun 2000-2008 ... 3

4. Komposisi Gizi Brownies Dibanding Nasi, Mie Basah dan Roti per 100 gram Bahan ... 5

5. Daftar Produsen Brownies di Kota Bogor Tahun 2010 ... 7

6. Komposisi Angka Kecukupan Gizi per 100 gram Brownies .... 12

7. Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal ... 48

8. Format Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ... 48

9. Format Matriks IFE ... 49

10. Format Matriks EFE ... 50

11. Format Matriks SWOT ... 52

12. Format Dasar QSPM ... 53

13. Daftar Peralatan Produksi Elsari Brownies & Bakery Tahun 2010 ... 60

14. Karakteristik Konsumen Elsari Brownies & Bakery Tahun 2010 ... 66

15. Komposisi Karyawan Elsari Brownies & Bakery Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 ... 71

16. Daftar Harga Produk Elsari Brownies & Bakery Tahun 2010 76

17. Perbandingan Harga Produk Elsari Brownies & Bakery Dibanding Pesaing tahun 2010 ... 77

18. Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2009 ... 86

19. Perkembangan Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2004-2009 ... 87

20. Perkembangan Harga BBM di Indonesia Tahun 2009-2010 ... 91

21. Perkembangan Harga Jual Gas Elpiji Ukuran 12 kg di Indonesia Tahun 2005-2008 ... 91

22. Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Tahun 2004-2008 ... 94 23. Daftar Harga Produk Brownies Kukus Amanda Tahun 2010 . 100

(14)

xv

24. Daftar Harga Produk Brownies Bogor Tahun 2010 ... 101

25. Hasil Analisis Faktor Lingkungan Internal Elsari Brownies & Bakery ... 105

26. Hasil Analisis Faktor Lingkungan Eksternal Elsari Brownies & Bakery ... 106

27. Analisis Matrik IFE Elsari Brownies & Bakery ... 107

28. Analisis Matriks EFE Elsari Brownies & Bakery ... 108

29. Matriks SWOT ... 117

30. Hasil Prioritas Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis QSPM ... 118

(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Penjualan Produk Elsari Brownies & Bakery

Tahun 2003-2008 ... 6

2. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif ... 25

3. Empat P Bauran Pemasaran ... 28

4. Saluran Distribusi Barang Konsumsi ... 30

5. Lima Kekuatan Kompetitif Menurut Porter ... 36

6. Kerangka Pemikiran Operasional ... 43

7. Format Matriks Internal-Eksternal ... 51

8. Struktur Organisasi Elsari Brownies & Bakery ... 58

9. Saluran Distribusi Elsari Brownies & Bakery ... 78

10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu ... 88

11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula ... 89

12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur ... 90

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Agen dan Counter EBB ... 125 2. Hasil Kuesioner Karakteristik Konsumen ... 127 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 130

(17)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor industri pengolahan merupakan sektor dalam perekonomian Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir sektor ini mampu menjadi penyokong dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang cukup penting untuk mengetahui peranan dan kontribusi yang diberikan oleh suatu sektor terhadap pendapatan nasional. Berdasarkan data Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI (2010), pada tahun 2008 peran industri pengolahan mencapai lebih dari seperempat (26,79 persen) komponen pembentukan PDB nasional atau sebesar 557.766 milyar rupiah. Salah satu industri pengolahan yang berkembang di Indonesia adalah industri pengolahan makanan. Industri pengolahan makanan merupakan bagian dari industri pengolahan hasil pertanian yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping pakaian dan tempat tinggal yang diperlukan manusia untuk mempertahankan hidupnya.

Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan. Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia hanya berjumlah 219,85 juta orang, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 234,18 juta orang. Pertumbuhan penduduk ini dapat berimplikasi pada meningkatnya jumlah kebutuhan pangan penduduk Indonesia. Hal ini dapat menjadi peluang pangsa pasar yang cukup besar untuk mengembangkan industri pangan. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2005-2010

Tahun Jumlah Penduduk (ribu orang)

2005 219.852 2006 222.747 2007 225.642 2008 228.523 2009 231.370 2010 234.181 Sumber: BPS (2010)

(18)

2 Saat ini masyarakat cenderung memilih untuk mengkonsumsi makanan jadi yang siap dimakan atau siap saji. Kemajuan teknologi dan informasi telah banyak mengubah pola hidup masyarakat, termasuk pola konsumsi masyarakat akan produk makanan dan minuman. Masyarakat di daerah perkotaan yang serba sibuk mulai mengikuti pola hidup masyarakat kota-kota besar di negara lain dengan mengubah pola konsumsinya ke arah yang lebih praktis dan efisien termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Tingginya konsumsi masyarakat untuk jenis makanan jadi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Indonesia untuk Makanan Jadi Tahun 1999-20091 Tahun Persentase 1999 9,48 2002 9,70 2003 9,81 2004 10,28 2005 11,44 2006 10,29 2007 10,48 2008 11,44 2009 12,63

Sumber: www.bps.go.id[Diakses tanggal 25 Mei 2010]

Adanya peningkatan pengeluaran untuk makanan jadi menjadi peluang bagi industri pengolahan makanan jadi untuk mengembangkan bisnisnya. Salah satu jenis industri makanan jadi yang berkembang di Indonesia adalah industri pengolahan makanan berbahan baku tepung terigu, seperti industri roti, kue, biskuit, mie, pasta, pizza dan lain sebagainya. Kepraktisan menjadi salah satu kelebihan makanan olahan dari tepung terigu karena mendukung aktivitas masyarakat modern yang semakin sibuk dengan jam kerja yang panjang dan lebih padat yang mendorong mereka untuk memilih makanan yang praktis untuk dikonsumsi.

Selain mengandung karbohidrat sebagai sumber tenaga, tepung terigu juga memiliki kandungan protein tinggi. Tepung terigu merupakan makanan alternatif

1

BPS. 2010. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang, Indonesia. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=05& notab =7 (Diakses tanggal 25 Mei 2010)

(19)

3 pengganti beras, hal ini didukung dengan adanya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 Tahun 1974 dan disempurnakan pada Inpres Nomor 20 Tahun 1979.2 Seiring dengan dicanangkannya program pemerintah tersebut, jumlah produksi dan konsumsi tepung terigu terus bertambah, seperti yang terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Tepung Terigu di Indonesia pada

Tahun 2000-2008

Sumber: BPS (2010)

Bisnis pengolahan makanan berbahan baku tepung terigu dapat diusahakan dari skala kecil setingkat UMKM hingga skala besar. Pada tahun 2006, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) mampu menyerap 64,8 persen produk tepung terigu untuk industri bahan baku roti, mie, kue kering, gorengan dan lain-lain.3 Salah satu jenis industri makanan jadi yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan baku produksinya adalah industri bakery. Produk bakery merupakan produk yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Produk bakery sebagian besar digunakan sebagai snack, camilan, makanan ringan, pengisi waktu senggang, atau pun sekadar diperlukan untuk acara-acara tertentu.

Produk bakery dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, antara lain: roti (bread), pie, bagel, pastry, cake dan cup cake, biskuit, kue kering (cookies), crackers, muffin, rolls, pretzel, donat, dan lain-lain.4 Salah satu produk bakery

2Suprima A. 24 Mei 2010. Diversivikasi Pangan di Indonesia.

http://aldinosuprima.blog.uns.ac.id/2010/05/24/diversifikasi-pangan-di-indonesia/ (Diakses tanggal 31 Mei 2010)

3

Sinar Tani. 20 Juni 2006. Prospek Gandum Menggiurkan. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr255036.pdf (Diakses tanggal 24 Mei 2010)

4Halal Guide. 2009. Titik Kritis Kehalalan Bahan Pembuat Produk Bakery dan Kue.

http://www.halalguide.info/?s=titik+kritis+bakery (Diakses tanggal 24 Mei 2010)

Tahun Besar Produksi (juta ton) Besar Konsumsi (juta ton)

2000 3,1 3,6 2001 2,9 3,2 2002 1,1 1,5 2003 1,5 1,8 2004 2,8 3,0 2005 2,9 3,3 2006 3,3 3,7 2007 3,3 3,9 2008 2,7 3,3 2009 3,9 4,6

(20)

4 yang banyak digemari dan dijual di berbagai toko kue adalah berbagai jenis cake, dan termasuk di dalamnya adalah brownies.

Brownies memiliki perbedaan dengan cake lainnya. Selain memiliki kandungan cokelat yang lebih banyak, tesktur dari brownies juga dianggap sebagai persilangan antara cake dan cookies. Ditinjau dari kandungan gizinya, apabila dibandingkan dengan 100 gram nasi putih, mie basah, maupun roti, brownies memiliki kandungan karbohidrat dan energi yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi makanan selingan yang cukup bergizi dan memberikan energi yang cukup untuk beraktivitas (Tabel 4). Brownies mampu memberi asupan gizi yang baik dalam bentuk yang praktis, cepat saji, sekaligus penjawab kebutuhan zaman akan makanan yang bergengsi. Keunggulan tersebut menyebabkan brownies sering kali digunakan sebagai sajian ketika menerima tamu, ketika pertemuan atau rapat, maupun sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke suatu daerah.

Tabel 4. Komposisi Gizi Brownies Dibanding Nasi, Mie Basah dan Roti per 100 gram Bahan5

Komponen Gizi Brownies Roti Putih Roti Cokelat Nasi Mie Basah Energi (kkal) 434,00 248,00 249,00 178,00 86,00 Protein (g) 4,00 8,00 7,90 2,10 0,60 Lemak (g) 14,00 1,20 1,50 0,10 3,30 Karbohidrat (g) 76,60 50,00 49,70 40,60 14,00 Kalsium (mg) 19,00 10,00 20,00 5,00 14,00 Fosfor (mg) 82,00 95,00 140,00 22,00 13,00 Besi (mg) 1,99 1,50 2,50 0,50 0,80 Vitamin A (IU) 11,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Vitamin C (mg) 0,30 0,00 0,00 0,00 0,00 Air (g) 2,80 40,00 40,00 57,00 80,00

Sumber: Direktorat Gizi, Depkes RI (1992)

Brownies bukanlah merupakan makanan yang sulit untuk ditemui karena produsen brownies tersebar di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Kota Bogor. Di Kota Bogor brownies diusahakan oleh perusahaan-perusahaan dengan skala usaha kecil, menengah dan besar. Hal ini dikarenakan modal yang digunakan untuk memulai usaha ini tidaklah begitu besar dan dapat menggunakan

5 Senior. 2007. Pulihkan Stamina dengan Brownies. http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/

(21)

5 teknologi yang sederhana sehingga banyak pelaku usaha yang dapat masuk ke dalam industri ini. Salah satu industri kecil produsen brownies di Kota Bogor yang memanfaatkan peluang ini adalah “Elsari Brownies & Bakery (EBB)”.

Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, EBB merupakan produsen brownies pertama di Kota Bogor. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2003. Seiring dengan berjalannya waktu,jumlah produsen brownies di Kota Bogor mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah produsen brownies di Kota Bogor berjumlah dua perusahaan, sedangkan pada tahun 2010 jumlah tersebut meningkat menjadi 10 perusahaan. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa permintaan konsumen terhadap brownies yang tinggi. Tingginya tingkat permintaan brownies tersebut merupakan peluang bagi produsen-produsen brownies yang ada di Kota Bogor untuk mengembangkan usahanya. Namun, dalam mengembangkan usahanya, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen akan produk yang dihasilkannya tersebut. 1.2. Perumusan Masalah

Perubahan pola konsumsi masyarakat yang beralih ke jenis makanan siap sari membawa peluang bagi pengembangan usaha industri makanan jadi, salah satunya industri bakery. Contoh produk bakery yang digemari masyarakat saat ini adalah brownies. Di Indonesia, produsen brownies tersebar di seluruh wilayah, termasuk di Kota Bogor. “Elsari Brownies & Bakery” adalah salah satu produsen brownies di Kota Bogor. Perusahaan ini berdiri pada 1 Oktober 2003. Pada awal berdirinya, EBB merupakan satu-satunya produsen brownies di Kota Bogor (Disperindagkop, 2010). Namun dengan bertambahnya waktu, jumlah produsen brownies di Kota Bogor pun mengalami peningkatan, yaitu dari dua produsen pada tahun 2005 menjadi 10 produsen pada tahun 2010. Hal tersebut menunjukkan adanya permintaan konsumen yang tinggi untuk brownies, sehingga usaha brownies sangat prospektif untuk dikembangkan. Selama beberapa tahun EBB terus mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah produk EBB yang terjual selama beberapa tahun, seperti yang tercantum pada Gambar 1. Penjualan EBB terus mengalami kenaikan bahkan

(22)

6 hingga lebih dari 6.000 kota per bulan pada akhir tahun 2006. Namun, sejak akhir tahun 2007 jumlah penjualan produk EBB secara berangsur-angsur terus turun bahkan saat ini pemilik mengakui bahwa perusahaan hanya dapat menjual produknya sekitar 3.000 kotak sebulan, sama seperti penjualan perusahaan ketika masih berumur satu tahun. Hal ini menyebabkan kegiatan produksi EBB tidak berjalan optimal karena berproduksi di bawah kapasitas produksi seharusnya.

Gambar 1. Grafik Penjualan Produk Elsari Brownies & Bakery Tahun 2003-2008

Sumber: Elsari Brownies & Bakery

Penurunan jumlah penjualan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik di lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Di lingkungan internal perusahaan mengalami perampingan usaha karena berkurangnya jumlah karyawan yang menyebabkan hilangnya bagian marketing dan personalia. Kondisi ini menyebabkan aktivitas pemasaran tidak berjalan secara optimal, sehingga secara berangsur-angsur jumlah penjualan perusahaan menurun karena dikelola oleh karyawan yang kurang mengerti pemasaran. Hal tersebut juga menyebabkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan antar bagian sehingga pekerjaan yang dikerjakan oleh karyawan sering kali tidak sesuai dengan bidang kemapuannya. Dalam melakukan pengembangan usaha, perusahaan juga memiliki kesulitan karena keterbatasan modal baik untuk menambah peralatan produksi maupun untuk pengambangan aktivitas pemasaran. Kondisi ini memang sering kali dihadapi oleh industri kecil yang biasanya didirikan dengan modal swadaya dan tidak memiliki agunan untuk melakukan pinjaman dalam jumlah besar.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 J u m la h Pen ju a la n (k o ta k ) Tahun

(23)

7 Apabila dilihat dari sisi lingkungan eksternal, perusahaan menghadapi persaingan industri yang cukup ketat. Banyaknya jumlah produsen brownies skala kecil maupun menengah baik dari dalam Kota Bogor maupun dari luar, menyebabkan konsumen memiliki banyak pilihan ketika hendak membeli brownies sehingga mudah bagi konsumen untuk berpindah ke produk lain yang lebih murah, lebih berkualitas atau lebih mudah untuk diperoleh. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada tahun 2010 terdapat 10 industri kecil yang memproduksi brownies dan telah memiliki sertifikat pangan industri rumah tangga, belum termasuk industri skala mikro yang belum terdaftar baik di Dinkes Kota Bogor maupun Disperindagkop Kota Bogor. Selain itu, beberapa produsen brownies yang berasal dari kota lain juga ikut memasarkan produknya di Kota Bogor seperti Brownies Kukus Amanda dan Brownies Atika. Daftar produsen brownies yang terdaftar oleh Dinkes Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Daftar Produsen Brownies di Kota Bogor Tahun 2010

No. Nama Perusahaan Alamat Tahun

Daftar 1 Elsari Brownies &

Bakery Jalan Pondok Rumput Raya No. 18 2003 2 Annisa Cookies Komplek Griya Melati B1 No. 6 Cifor 2005 3 Brownies Kukus

“Bie-Bie” Batu tulis Gg. Lurah No. 13A 2006 4 Phie Brownies Jalan Bratasena II No. 4 Indraprasta II 2006 5 Brownies “Mitra

Rasa”

Bantar Kemang RT04/RW07

Baranangsiang 2007

6 Brownies Bogor Jalan Dokter Semeru Blk No. 102 2007 7 Honey Brownies Gg. Kelor RT01/RW10 Kelurahan

Menteng 2008

8 Brownies “Dania” Flamboyan Ujung No. 10 Taman

Cimanggu 2008

9 Brownies “Anton” Jalan kebon Pedes RT02/RW10 2008 10 Brownies “Keisha” Jalan Sukasari III No. 35 RT07/RW01

Kelurahan Sukasari 2010

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bogor (2010)

Adanya peluang pasar yang baik namun belum diimbangi dengan produktivitas perusahaan yang maksimal, keterbatasan keterampilan karyawan, keterbatasan permodalan, dan tingginya tingkat persaingan menuntut EBB untuk

(24)

8 memiliki strategi pengembangan usaha yang tepat agar usaha yang dijalankan dapat terus beroperasi dan berkembang, memiliki keunggulan yang berkelanjutan dan dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Dalam menyusun suatu strategi pengembangan usaha yang tepat, perusahaan harus mampu menyesuaikan dengan faktor-faktor lingkungan perusahaan saat ini. Analisis lingkungan perusahaan tersebut meliputi lingkungan internal dan eksternal, yang bertujuan untuk mengetahui apa saja kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk meminimumkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta memanfaatkan peluang-peluang yang dimiliki perusahaan untuk mengantisipasi ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan EBB? 2) Strategi pengembangan usaha apa yang tepat untuk diterapkan oleh EBB? 1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diutarakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan EBB, yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan. 2) Merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi EBB.

1.4. Manfaat Penelitian 1) Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam merumuskan dan menerapkan strategi pengembangan usaha yang tepat.

2) Bagi Penulis

Penelitian ini dapat dijadikan ajang untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

3)

Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian in diharapkan dapat dijadikan literatur untuk memperoleh informasi tambahan pada penelitian selanjutnya.

(25)

9

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bakery

2.1.1. Definisi Bakery

Banyak orang menyebut bakery adalah roti. Roti adalah salah satu produk bakery yang sudah sangat dikenal masyarakat. Produk bakery adalah produk makanan yang bahan utamanya adalah tepung (kebanyakan tepung terigu) dan dalam pengolahannya melibatkan proses pemanggangan. Kue sendiri ada yang dibuat melalui proses pemanggangan, ada yang tidak. Produk bakery contohnya adalah roti (bread), pie, bagel, pastry, cake dan cup cake, biskuit, kue kering (cookies), crackers, muffin, rolls, pretzel, donat, dan produk lain yang dibuat oleh tukang roti.6

2.1.2. Sejarah dan Perkembangan Roti

Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lainnya, kemudiaan dipanggang. Sejak beberapa ratus tahun yang lalu, roti banyak dikonsumsi di berbagai negara, seperti Cina, India, Pakistan, Mesir dan berbagai negara Eropa. Ada perbedaan jenis, ukuran, bentuk dan susunan roti yang disebabkan oleh kebiasaan makan di masing-masing negara.

Roti merupakan salah satu makanan yang paling tua usianya. Sejarah perkembangan roti diawali semenjak zaman neolitikum dimana biji-bijian dicampur dengan air, kemudian menjadi adonan lalu dimasak. Pada zaman mesopotamia tepatnya di Mesir, masyarakat membuat roti terbuat dari biji gandum. Gandum dihancurkan terlebih dahulu, setelah itu dicampur dengan air. Pencampuran antara bubuk gandum dengan air tersebut, kemudian menjadi bahan yang lengket. Setelah itu dilakukan proses pematangan dengan cara dipanggang.7

Perkembangan teknologi mendukung terciptanya roti yang lebih bervariasi baik dari segi ukuran, penapilan, bentuk, rasa dan bahan pengisiannya karena adanya pengaruh terhadap perkembangan pembuatan roti yang meliputi aspek bahan baku, proses percampuran dan metode pengembangan adonan. Variasi ini

6

Op.cit

7 Bread Info. 2010. Hystory of Bread. http://www.breadinfo.com/history.shtml (Diakses

(26)

10 membantu konsumen dalam memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

2.1.3. Jenis-Jenis Roti

Delfani dalam Miranti (2008), memaparkan bahwa variasi roti terbagi menjadi lima jenis, yaitu:

1) Roti Manis

Jenis roti manis yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, telur, susu, dan ragi. Jenis roti ini biasa diisi dengan cokelat, keju, srikaya, selai buah, kelapa, pisang, fla, daging sapi atau ayam, dan sosis. Bentuknya beragam seperti bulat, lonjong, keong, gulung, sampai dengan bentuk-bentuk hewan.

2) Roti Tawar

Jenis roti yang berbahan dasar tepung terigu, mentega, telur, susu, dan air. Roti ini biasanya tanpa diisi dengan bahan tambahan lain. Bentuknya kotak, panjang dan tabung.

3) Cake

Jenis roti yang berasa manis dengan tambahan rasa (essense) rhum, jeruk atau cokelat. Bahan dasarnya antara lain tepung terigu, telur, susu, mentega, tanpa menggunakan isi. Jenis roti ini dibagi menjadi: spikuk, roll tart, zebra cake, fruit cake, brownies, muffin, tart cake, cake siram, dan caramel.

4) Pastry

Jenis roti kering yang bisa berupa kue sus, grem, dan croisant. Roti ini dapat diisi dengan kacang, keju, cokelat, daging ayam dan sapi, sosis, fla, atau tidak diisi apapun.

5) Donat

Jenis roti tawar atau manis yang pematangannya dengan cara digoreng atau dipanggang. Roti ini dikenal dengan bentuknya yang khas yaitu terdapat lubang pada bagian tengahnya. Ada beberapa jenis donat yang sudah dikenal secara umum antara lain: donat siram, donat keju, donat meses, donat kacang dan donat isi.

(27)

11 2.2. Brownies

2.2.1. Sejarah Brownies

Brownies merupakan kue khas Amerika yang pertama kali dikenal pada tahun 1897. Seorang koki di Amerika yang sedang membuat cake cokelat lupa memasukkan baking powder sehingga terciptalah cake bantat yang tidak mengembang namun lezat rasanya, kegagalan membuat cake cokelat ini justru menciptakan jenis cake baru yang menjadi terkenal hingga sekarang. Tekstur brownies dianggap unik karena seperti persilangan antara cake dengan cookies yang renyah. Pada tahun 1907, Maria Willet Howard dalam Lowney’s Cook Book memunculkan resep brownies dengan ekstra telur dan cokelat batangan. Menurut situs The Amazing of Brownies, resep brownies pertama diterbitkan tahun 1897 dalam Sears, Roebuck catalogue. Pertama kali resep ini dibukukan di The Boston Cooking School Cook Book oleh Fannie Merritt Farmer pada edisi 1906.8

Nama brownies sendiri diambil karena cake tersebut dominan berwarna cokelat pekat (brown), ditambah lagi karena bahan bakunya juga terdiri dari aneka cokelat seperti dark chocolate, cokelat pasta dan cokelat bubuk. Dalam perkembangannya banyak sekali brownies dengan aneka kreasi dan rasa yang variatif, penampilannya pun lebih cantik dan mengundang selera walaupun tidak meninggalkan ciri khas asli brownies yang kaya akan rasa cokelatnya. Variasi tersebut biasanya dengan menambah topping di atasnya seperti krim keju, chocolate ganache, marshmallow, chocolate chip atau taburan aneka jenis kacang-kacangan.

Brownies tergolong jenis kue yang mempunyai indeks glikemik tinggi, artinya dengan mengkonsumsi brownies, gula darah dapat cepat naik sehingga sesaat setelah mengkonsumsi brownies badan akan lebih segar. Brownies juga mengandung vitamin yang cukup lengkap seperti vitamin C, thiamin, riboflavin, niasin, asam, asam pantotenat, vitamin B6, dan vitamin B12. Kandungan mineralnya juga cukup lengkap seperti kalsium, besi, magnesium, natrium, kalium, seng, tembaga, mangan, dan selenium. Komposisi angka kecukupan gizi untuk setiap 100 gram brownies dapat dilihat pada Tabel 6.

8 Medan Brownies. 2010. Stories Brownies. http://www.medanbrownies.com/

(28)

12 Tabel 6. Komposisi Angka Kecukupan Gizi per 100 gram Brownies9

Komponen Gizi Kadar

Air (g) 2,80 Energi (kkal) 434,00 Protein (g) 4,00 Lemak (g) 14,00 Karbohidrat (g) 76,60 Kalsium (mg) 19,00 Besi (mg) 1,99 Magnesium (mg) 40,00 Fosfor (mg) 82,00 Kalium (mg) 219,00 Natrium (mg) 303,00 Seng (mg) 0,64 Tembaga (mg) 0,27 Mangan (mg) 0,35 Selenium (mcg) 2,60 Vitamin C (mg) 0,30 Thiamin (mg) 0,16 Riboflavin (mg) 0,16 Niasin (mg) 1,88 Asam pantotenat (mg) 0,13 Vitamin B6 (mg) 0,01 Asam folat (mcg) 35,00 Vitamin A (IU) 11,00

Sumber: www.asiamaya.com [Diakses pada tanggal 10 Januari 2010]

2.2.2. Brownies Kukus

Jenis brownies yang pertama kali populer di Indonesia adalah brownies panggang yang dimasak dengan oven sesuai resep aslinya, namun beberapa tahun terakhir muncul jenis brownies baru yang sangat popular yaitu brownies kukus dengan tekstur yang lebih lembut. Brownies kukus dikelompokkan menjadi salah satu jenis kue basah. Kue ini merupakan hasil modifikasi dari seorang ibu rumah tangga bernama Ny. Sumiwiludjeng yang berdomisili di Kota Bandung terhadap resep bolu kukus. Beliau memiliki keahlian di bidang tata boga yang merupakan latar belakang pendidikannya. Berbekal keahliannya ini, beliau berhasil menciptakan produk yang inovatif yaitu brownies kukus.

Pada awal tahun 1999, Ny. Sumiwiludjeng mendapatkan resep kue basah dari saudaranya. Resep itu memiliki kemiripan dengan kue brownies, tetapi tidak

9

Asia Maya. 2010. Brownies. http://www.asiamaya.com/nutrients/brownies.htm (Diakses tanggal 10 Januari 2010)

(29)

13 dipanggang melainkan dengan cara dikukus. Bersama dengan putra pertamanya, resep itu kemudian diolah, diuji coba, dan dikembangkan untuk menjadi produk andalan usaha kulinernya.

Kue hasil kreasi ibu dan anak ini akhirnya diberi nama brownies kukus. Disebut brownies, karena bentuk fisiknya memang hampir sama dengan brownies. Warnanya cokelat pekat dan bahan bakunya juga terbuat dari cokelat. Sedangkan kata kukus ditambahkan karena proses pematangannya dengan cara dikukus, selain untuk membedakan dengan brownies yang lebih dulu dikenal pematangannya dengan cara dipanggang.

Brownies kukus memiliki karakteristik tersendiri antara lain tekstur yang lebih lembut, lembab, dan menghasilkan rasa yang khas. Dilihat dari segi kesehatan, brownies kukus dianggap lebih aman karena dengan cara mengukus dapat mencegah peluang terbentuknya radikal bebas. Kandungan air yang lebih tinggi menyebabkan kue ini memiliki daya simpan yang cenderung lebih singkat dibanding dengan brownies biasa. Sekarang ini brownies kukus telah berkembang mulai dari warnanya yang tidak hanya cokelat tetapi hijau dan kekuning-kuningan maupun bentuk yang tidak hanya kotak tetapi seperti cake roll. Keanekaragaman bentuk dan rasa dari brownies dapat menarik konsumen untuk mencoba dan menikmati kue manis yang kaya akan cokelat ini.

2.3. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

2.3.1. Pengertian dan Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki beberapa pengertian dan kriteria yang berbeda satu dengan yang lainnya. Beberapa lembaga ataupun undang-undang memiliki perbedaan dalam mendefinisikan dan memberikan kriteria tentang UMKM. Berdasarkan undang-undang terbaru, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah menyatakan bahwa kriteria dari masing-masing usaha tersebut adalah sebagi berikut:

1) Usaha Mikro

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

(30)

14 b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah). 2) Usaha Kecil

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3) Usaha Menengah

a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berbeda dengan pernyataan pemerintah di dalam undang-undang tentang UMKM tersebut, Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan UMKM berdasarkan pada jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Jumlah tenaga kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing usaha adalah sebagai berikut:

1) Usaha mikro sebanyak dari empat orang 2) Usaha kecil sebanyak lima sampai 19 orang 3) Usaha menengah sebanyak 20-99 orang 4) Usaha besar sebanyak lebih dari 100 orang 2.4. Penelitian Terdahulu

2.4.1. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Usaha

Ningtias (2009) dalam penelitiannya menganalisis tentang strategi pengembangan usaha kecil “Waroeng Coklat”, sebuah kasus usaha kecil dan menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki “Waroeng Cokelat”, kemudian merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diaplikasikan

(31)

15 oleh perusahaan tersebut. Penelitian lain tentang strategi pengembangan usaha di Kota Bogor dilakukan oleh Apriande (2009) yang meneliti tentang strategi pengembangan usaha minuman kopi herbal instan “Oriental Coffee” pada CV Agrifamili Renanthera. Nusawanti (2009) juga melakukan penelitian tentang strategi pengembangan usaha roti yang juga merupakan salah satu produk bakery pada industri kecil Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Ketiga penelitian tersebut menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan QSPM sebagai alat bantu dalam menganalisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan serta digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi perusahaan.

Menurut Ningtias (2009), berdasarkan hasil perhitungan matriks EFE, faktor strategis eksternal yang paling berpengaruh yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor dengan nilai rata-rata yaitu 0,376. Faktor Strategis eksternal yang menjadi ancaman yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah dengan nilai rata-rata sebesar 0,120. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan bagi “Waroeng Cokelat” yaitu kekuatan pemilik dalam mengelola perusahaan dengan nilai rata-rata sebesar 0,342. Faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar adalah promosi yang belum optimal dengan nilai rata-rata sebesar 0,106. Hasil perpaduan IFE dan EFE menempatkan perusahaan di posisi sel V pada matriks IE dengan startegi pertahankan dan pelihara (hold and maintain) berupa strategi penetrasi pasar (market penetration) dan pengembangan produk (poduct development). Terdapat delapan alternatif strategi yang dipilih melalui matriks SWOT. Kemudian dengan menggunakan QSPM diperoleh prioritas strategi yang dapat diterapkan “Waroeng Cokelat” yaitu (1) mengoptimalkan promosi, (2) memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3) pengembangan produk, (4) meningkatkan modal usaha, (5) mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, (6) menambah tenaga kerja penyalur/distributor, (7) melakukan produksi secara kontinyu, dan (8) memilih lokasi usaha yang strategis.

Menurut Apriande (2009), hasil identifikasi faktor eksternal menghasilkan bahwa dukungan pemerintah terhadap perkembangan industri yang ada

(32)

16 merupakan peluang utama bagi perusahaan dengan nilai rata-rata tertimbang sebesar 0,513 sedangkan faktor yang menjadi ancaman utama adalah tingkat inflasi yang fluktuatif dengan nilai rata-rata tertimbang sebesar 0,257. Total skor dari matriks EFE sebesar 3,108. Sedangkan untuk analisis internal perusahaan menghasilkan kelemahan utama perusahaan adalah kapasitas produksi yang masih terbatas dengan nilai skor sebesar 0,078 dan mutu produk yang cukup baik sebagai kekuatan utama perusahaan dengan nilai skor 0,309. Total skor untuk matrik IFE yaitu sebesar 2,6095 yang membuat perusahaan berada pada sel II yang berarti pada posisi grow and build sehingga perusahaaan harus menerapkan strategi intensif dan integrasi. Dengan menggunakan matriks SWOT maka diperoleh tujuh alternatif strategi yang kemudian diurutkan berdasarkan prioritas QSPM adalah (1) Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan purna jual terhadap distributor, (2) Melakukan kerjasama dalam lembaga keuangan dalam peminjaan modal untuk pengembangan usaha, (3) Meningkatkan promosi yang lebih intensif, (4) Mengoptimalkan bagian riset dan pengembangan produk, (5) Meningkatkan brand image bahwa oriental coffee merupakan produk minuman kesegaran yang berbahan dasar kopi, (6) Mengembangkan produk baru berupa inovasi dari produk yang sudah ada, dan (7) Memperbaiki manaemen perusahaan.

Dari penelitian Nusawanti (2009) diketahui bahwa kekuatan utama yang dimiliki oleh industri kecil Bagas Bakery adalah hubungan baik yang terjalin antara pemilik dan pelanggan sedangkan kelemahan utama perusahaan adalah pengelolaan manajemen perusahaan yang belum terorganisir dengan baik. Sedangkan menurut analisis lingkungan ekternal perusahaan, yang menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah turunnya harga BBM dan banyaknya produk substitusi seperti mie instan, biskuit dan makanan jadi lainnya menjadi ancaman utama bagi perusahaan. Berdasarkan hasil analisis matriks IE, perusahaan berada pada sel V yang menunjukkan pada posisi hold and maintain (pertahankan dan pelihara) sehingga strategi yang dipilih perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil analisis QSPM maka diperoleh urutan prioritas strategi berdasarkan nilai STAS terbesar yaitu (1) meningkatkan kualitas SDM, (2) meningkatkan mutu produk dan pelayanan, (3) melakukan pengaturan dalam pengalokasian, (3) melakukan

(33)

17 pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan, (4) memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi, (5) mengembangkan produk baru pada pasar yang sudah ada, (6) memperbaiki label kemasan produk, (7) mengoptimalkan saluran distribusi yang adadalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, serta (8) membuka outlet khusus untuk direct selling.

2.4.2. Penelitian tentang Brownies

Sartika (2008) menganalisis strategi pemasaran “Brownies Kukus Amanda” dengan pendekatan proses hirarki analitik pada CV Amanda di Bandung. Tujuan penelitian tersebut adalah mengkaji strategi bauran pemasaran produk “Brownies Kukus Amanda” yang telah diterapkan pada CV Amanda, menganlisis sikap konsumen terhadap strategi bauran pemasaran produk “Brownies Kukus Amanda”, dan menyusun alternatif strategi pemasaran produk “Brownies Kukus Amanda”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sikap konsumen dan Proses Hirarki Analitik (PHA). Hasil identifikasi strategi pemasaran “Brownies Kukus Amanda” yang telah dilakukan meliputi strategi produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi produk yang dilakukan adalah variasi rasa, ketersediaan, pelayanan, kemasan, dan tampilan. Penetapan harga yang digunakan adalah berdasarkan geografis. Perusahaan juga memberlakukan diskon kuantitas bagi konsumen. Strategi promosi yang dilakukan antara lain melalui billboard, brosur, iklan di radio lokal dan surat kabar setempat. Sedangkan untuk strategi distribusi, perusahaan menerapkan strategi penyebaran produk yaitu distribusi secara langsung. Berdasarkan hasil pengolahan metode pengambilan keputusan proses hirarki analisis (PHA) menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang menjadi prioritas utama adalah strategi produk dengan bobot nilai 0,127. Strategi pemasaran yang menjadi prioritas kedua hingga keempat secara berurutan adalah strategi distribusi dengan bobot nilai sebesar 0,085, strategi harga dengan bobot nilai sebesar 0,081 dan strategi promosi dengan bobot nilai 0,041. Berdasarkan hasil analisis pengambilan keputusan tersebut, maka strategi pemasaran yang tepat dilakukan CV Amanda adalah mempertahankan kualitas rasa, melakukan variasi rasa, memperbaiki dan

(34)

18 meningkatkan kualitas pelayanan konsumen, menjaga ketersediaan produk di pasaran serta memanfaatkan saluran distribusi yang optimal.

2.4.3. Penelitian tentang “Elsari Brownies & Bakery”

Miranti (2008) meneliti tentang pengembangan usaha “Elsari Brownies & Bakery” melalui analisis pasar dan keuangan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, menilai efisiensi saluran distribusi brownies di Kota Bogor, menilai kinerja keuangan “Elsari Brownies & Bakery”, menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha “Elsari Brownies & Bakery”, menentukan kelayakan rencana pengembangan usaha “Elsari Brownies & Bakery” dan analisis sensitivitasnya. Analisis data yang digunakan adalah analisis saluran distribusi dan lembaga pemasaran, analisis margin pemasaran, analisis struktur pasar, analisis peluang dan potensi pasar, analisis kinerja keuangan dan analisis kelayakan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar pada “Elsari Brownies & Bakery” terdiri dari dua jenis, yaitu pasar persaingan monopolistis untuk pasar tradisional dan oligopoli diferensiasi pada pasar modern dan instansi. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan produsen, agen perorangan, toko kue di pasar tradisional, pasar modern dan instansi. Margin terbesar diperoleh dari penjualan langsung produsen ke konsumen. Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha “Elsari Brownies & Bakery” nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170, IRR sebesar 18,66 persen, payback period yang dibutuhkan adalah delapan tahun empat bulan dan nilai PI yang dihasilkan adalah sebesar 1,55.

2.5. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belum ada penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha pada UMKN “Elsari Brownies & Bakery”. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan beberapa penelitian sebelumnya, baik dari alat bantu analisis maupun lokasi penelitian. Ningtias (2009) melakukan penelitian tentang analisis strategi pengembangan usaha kecil “Waroeng Coklat”. Meskipun topiknya sama, penelitian ini dilakukan di “Elsari Brownies & Bakery”. Miranti (2008) meneliti tentang pengembangan usaha “Elsari Brownies & Bakery” melalui analisis pasar dan keuangan. Meskipun

(35)

19 tempat penelitiannya dan mengkaji tentang pengembangan usaha, namun Miranti (2008) lebih menganalisis tentang kelayakan perusahaan apabila ingin mengembangkan usahanya dengan membuka cabang baru di Kota Bogor. Aspek yang dikaji adalah aspek financial dan aspek pemasaran. Penelitian lain yang membahas tentang bisnis brownies adalah penelitian Sartika (2008) yang mencoba untuk menganalisis strategi pemasaran “Brownies Kukus Amanda” dengan pendekatan proses hirarki analitik pada CV Amanda di Bandung. Baik dari topik maupun tempat, penelitian tersebut berbeda dengan penulis. Selain itu, semua penelitian di atas sama-sama membahas tentang industri pengolahan makanan skala UMKM, namun hanya tiga penelitian yang mengambil topik strategi pengembangan usaha yaitu penelitian Ningtias (2008) tentang strategi pengembangan usaha “Waroeng Coklat”, Apriande (2009) yang meneliti strategi pengembangan produk minuman kopi “Oriental Coffee” pada CV. Agrifamili Renanthera dan Nusawanti (2009) yang meneliti tentang strategi pengembangan usaha roti pada perusahaan Bagar Bakery. Ketiga penelitian tersebut menggunakan alat bantu analisis yang sama dengan penelitian ini, yaitu matriks IFE, matriks EFE, matriks faktor internal-eksternal (matriks IE), matriks SWOT, dan matriks QSP.

(36)

20

III KERANGKA

PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Manajemen Strategis

Strategi adalah rencana yang mengandung cara komprehensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk jangka panjang guna memenangkan kompetisi. Strategi sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk menghadapi kompetisi. Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”. Strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis.

Menurut David (2009) manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengiplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektifnya. Secara garis besar, manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Manajemen strategis sangat penting bagi suksesnya suatu perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar maka konsep analisis strategi sering kali digunakan sebagai alat bantu utama dalam proses pengambilan keputusan manajerial. Sebagian manajer, baik di tingkat korporasi, unit bisnis, maupun fungsional meyakini bahwa penggunaan konsep manajemen strategis dapat mengurangi ketidakpastian dan kompleksnya permasalahan di dunia bisnis. Manfaat utama manajemen strategis adalah membantu organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional untuk menentukan pilihan strategis.

3.1.2 Klasifikasi Strategi

Strategi dapat diklasifikasikan berdasarkan hirarki organisasi dan tingkatan tugas. Strategi berdasarkan hirarki organisasi terdiri dari strategi

(37)

21 korporasi (corporate strategy), strategi unit bisnis (unit business) dan strategi fungsional (functional strategy). Sedangkan strategi berdasarkan tingkatan tugas yaitu strategi generik (generic strategy), strategi utama atau strategi induk (grand strategy), dan strategi fungsional. Istilah strategi generik pertama kali dikemukakan oleh Michael E. Porter. Menurut Porter (1991), strategi generik dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh (cost leadership)

Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh secara umum adalah strategi dimana perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa dengan biaya lebih rendah dibanding pesaingnya sehingga mampu memenangkan persaingan. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan overhead yang ketat, penghindaran pelanggan marginal dan minimisasi biaya dalam bidang-bidang seperti litbang, pelayanan, armada penjualan, periklanan, dan lain-lain. Dengan memiliki posisi biaya rendah memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasarnya yang tinggi memungkinkan memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri dan hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin.

2) Strategi diferensiasi (differentiation)

Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik. Pendekatan untuk melakukan diferensiasi dapat bermacam-macam bentuknya, yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan atau ciri khas, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika penerapan strategi diferensiasi tercapai maka strategi ini merupakan strategi aktif untuk mendapatkan laba di atas rata-rata dalam suatu bisnis karena adanya loyalitas merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berfungsi sebagai penghalang masuk industri karena perusahaan-perusahaan

(38)

22 baru harus mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan produk mereka melalui cara-cara tertentu.

3) Strategi fokus (focus)

Strategi fokus dibangun untuk melayani target tertentu secara spesifik. Strategi fokus dibagi dua, yaitu strategi fokus biaya dan strategi fokus diferensiasi. Strategi fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya dan didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani target strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing yang bersaing lebih luas. Sedangkan strategi fokus diferensiasi berkonsentrasi pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar geografis tertentu dimana segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya.

Menurut David (2009), strategi generik dibagi empat, yaitu strategi integrasi, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi defensif.

1) Strategi Integrasi

Strategi integrasi merupakan suatu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok dan atau pesaing. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Integrasi ke Depan (forward integration)

Strategi ini melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. Biasanya cara yang efektif untuk mengimplementasikan integrasi ke depan adalah waralaba (franchising). b) Integrasi ke Belakang (backward integration)

Strategi ini merupakan strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Integrasi ke belakang sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

c) Integrasi Horisontal (horizontal integration)

Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Strategi yang dapat dilakukan adalah merger, akuisisi, dan pengambilalihan antarpesaing.

(39)

23 2) Strategi Intensif

Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Penetrasi Pasar (market penetration)

Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas. b) Pengembangan Pasar (market development)

Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru.

c) Pengembangan Produk (product development)

Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa saat ini. Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar. 3) Strategi Diversifikasi

Terdapat dua tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu: a) Diversifikasi Terkait

Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru yang masih berhubungan.

b) Diversifikasi Tak Terkait

Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama. Tujuan strategi ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda.

4) Strategi Defensif

Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi penciutan, divestasi, dan likuidasi.

a) Penciutan

Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan

Gambar

Tabel  2.  Persentase  Pengeluaran  Rata-Rata  Penduduk  Indonesia  untuk  Makanan  Jadi Tahun 1999-2009 1 Tahun  Persentase  1999  9,48  2002  9,70  2003  9,81  2004  10,28  2005  11,44  2006  10,29  2007  10,48  2008  11,44  2009  12,63
Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Tepung Terigu di Indonesia pada  Tahun 2000-2008
Tabel 4. Komposisi Gizi Brownies Dibanding Nasi, Mie Basah dan Roti per 100  gram Bahan 5
Gambar 1. Grafik Penjualan Produk Elsari Brownies & Bakery Tahun 2003-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemasaran merupakan bidang yang sangat penting dalam sebuah perusahaan, karena bidang pemasaranlah yang bersentuhan langsung dengan konsumen. Aspek pemasaran sebagai

Strategi yang dimiliki Diana Bakery adalah A fokus or market niche strategy based on lower cost Strategi ini memfokuskan pada penyediaan procluk clan jasa untuk

AGRINESIA RAYA sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pangan dan untuk menilai tingkat kepentingan masing-masing kriteria yang akan digunakan

8.1. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan empat kelemahan yang dimiliki perusahaan. Faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam

 Diduga tingkat pendidikan anak jalanan hanya sampai Sekolah Dasar (SD).  Diduga sebagian besar anak jalanan adalah pengamen.  Diduga alasan anak turun ke jalan karena

Dengan adanya kekuatan di KPS Bogor, yaitu struktur organisasi sudah berjalan dengan efektif, hubungan yang baik antara pengurus, dengan peluang adanya impor yang banyak di dalam

produk dan pengembangan produk, 6) Mengubah image masyarakat, dengan meminum teh dapat membuat tubuh menjadi lebih segar, 7) Melakukan perbaikan manajemen, pengawasan

• Melakukan Perencanaan Pemasaran dan Riset Pasar Secara Kontinyu Perusahaan Inkopas Sejahtera dalam melakukan pemasarannya belum terencana dengan baik, karena perencanaan