II TINJAUAN PUSTAKA
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kota Bogor merupakan salah satu kota besar di Indonesia dengan karakteristik penduduk yang sibuk dan memiliki aktivitas yang padat. Kesibukan masyarakat di kota-kota besar dengan pekerjaan sehari-hari yang banyak menyita waktu, serta jam kantor yang semakin meningkat, menyebabkan mereka tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyiapkan makanan. Hal ini menimbulkan kebiasaan baru di kalangan pekerja yaitu mengkonsumsi makanan siap saji, baik makanan untuk konsumsi sehari-hari maupun makanan untuk keperluan-keperluan tetentu. Makanan tersebut biasanya berupa roti ataupun kue. Hal ini menyebabkan berkembangnya perusahaan bakery di Kota Bogor. Salah satu jenis bakery yang digemari oleh masyarakat Kota Bogor adalah brownies. Brownies
41 mampu memberi asupan gizi yang baik dalam bentuk yang praktis, cepat saji, sekaligus penjawab kebutuhan zaman akan makanan yang bergengsi.
“Elsari Browies & Bakery (EBB)” merupakan salah satu pelaku bisnis brownies di Kota Bogor. Perusahaan ini berdiri pada Tahun 2003. Pada awal berdirinya, EBB merupakan satu-satunya produsen brownies di Kota Bogor (Disperindagkop, 2010). Namun dengan bertambahnya waktu, jumlah produsen brownies di Kota Bogor pun mengalami peningkatan, yaitu dari dua produsen pada tahun 2005 menjadi 10 produsen pada tahun 2010. Hal tersebut menunjukkan adanya permintaan konsumen yang tinggi untuk produk brownies. Peluang tersebut seharusnya dapat digunakan dengan baik oleh EBB dengan memproduksi brownies lebih banyak lagi agar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk brownies tersebut. Namun dikarenakan adanya permasalahan internal perusahaan, seperti lepasnya bagian pemasaran dan personalia perusahaan, menyebabkan perusahaan kegiatan pemasaran perusahaan terhambat, sehingga perusahaan harus mengurangi jumlah produksi yang sebelumnya sempat mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan kendala perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, untuk dapat mengembangkan usahanya, perusahaan harus dapat mengadopsi teknologi baru dan membuka cabang baru di tempat yang lebih strategis, namun hal ini dihadapkan dengan keterampilan karyawan yang masih rendah serta sumber permodalan yang masih terbatas. Kondisi ini menyebabkan perusahaan membutuhkan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya serta agar dapat berkembang menjadi lebih besar.
Proses manajemen strategi diawali dengan visi dan misi yang dibangun oleh EBB. Selanjutnya diidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan EBB. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor internal dan eksternal untuk menetapkan strategi pengambangan EBB agar dapat meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Analisis lingkungan internal EBB bermanfaat untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk melihat peluang dan ancaman yang dihadapi oleh EBB.
42 Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Dari identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah pada saat ini usaha EBB mempunyai potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang. Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi EBB dalam bentuk matriks IFE dan EFE yang bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya dan apakah usaha yang dimiliki oleh EBB mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang ada. Lalu dengan hasil dari matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan grand strategy yang dapat diterapkan oleh perusahaan melalui matriks IE kemudian disusun alternatif strateginya berdasarkan faktor-faktor internal maupun eksternal melalui matriks SWOT. Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman. Keempat strategi yang dihasilkan dari matriks SWOT tersebut akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan di dalam manajemen EBB untuk pengembangan usaha perusahaan dengan analisis yang lebih objektif dengan intuisi yang baik dalam matriks QSP. Dengan alat anilisis ini nantinya akan diketahui prioritas strategi yang akan diusahakan oleh EBB dilihat dari nilai/skor daya tarik total yang muncul (Total Actractiveness Score/TAS).
Hasil matriks QSP akan memperlihatkan perolehan skor dari masing-masing alternatif strategi. Semakin tinggi skor yang didapat menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut semakin menjadi prioritas untuk diterapkan dalam manajemen EBB. Alternatif strategi yang memiliki skor terendah akan menjadi prioritas terakhir yang akan dipilih untuk dilaksanakan manajemen EBB. Kerangka operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.
43 Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional
Perlu strategi pengembangan usaha yang tepat
Brownies mampu memberi asupan gizi yang baik dalam bentuk yang praktis, cepat saji, sekaligus
penjawab kebutuhan zaman akan makanan yang bergengsi.
Kota Bogor merupakan salah satu kota besar dengan karakteristik penduduk yang memiliki aktivitas yang padat sehingga membutuhkan makanan siap saji.
UMKM “Elsari Brownies & Bakery” Permasalahan:
1. Penurunan penjualan
2. Belum optimalnya jumlah produksi 3. Manajemen perusahaan
4. Persaingan dalam industri yang tinggi
Identifikasi Visi, Misi dan Tujuan
Faktor Internal
1. Manajemen 2. Pemasaran
3. Keuangan/akuntansi 4. Produksi/operasi
5. Pelatihan dan pengembangan 6. Sistem informasi manajemen
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan (Analisis Matriks IFE)
Tahap Pencocokan melalui Matriks IE dan Matriks SWOT
Tahap Keputusan melaui Matriks QSP (QSPM)
Strategi Pengembangan Usaha Perusahaan Lingkungan Perusahaan
Identifikasi Peluang dan Ancaman (Analisis Matriks EFE)
Faktor Eksternal
1. Kekuatan ekonomi
2. Kekuatan sosial, budaya, demografis dan lingkungan
3. Kekuatan politik, pemerintahan dan hukum 4. Kekuatan teknologi
5. Kekuatan kompetitif:
a. Persaingan sesama perusahaan dalam industri
b. Ancaman masuk pendatang baru c. Ancaman dari produk
pengganti/substitusi
d. Kekuatan tawar-menawar pemasok e. Kekuatan tawar-menawar pembeli f. Pengaruh kekuatan stakeholder lainnya
44