• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII FORMULASI STRATEGI

7.6. Analisis Matriks SWOT

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang diperoleh melalui analisis internal dan eskternal, maka dapat diformulasikan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh EBB antara lain adalah:

1) Strategi S-O (Strengths - Opportunities)

Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal EBB untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat diterapkan pada perusahaan yakni sebagai berikut :

TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 - 4,0 Rata-rata 2,0 – 2,99 Lemah 1,0 – 1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 3,0 2,0 1,0 I II III IV V VI VII IIII i VII IX Tinggi 3,0 - 4,0 Menengah 2,0 – 2,99 Rendah 1,0 – 1,99 T O T A L RA T A -RAT A T E R T IM B A NG E F E 2,420 hold & maintain 2,657

110 a) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada untuk meningkatkan

penjualan (Strategi 1/S1)

Kekuatan perusahaan seperti layanan purna jual yang baik kepada konsumen, adanya aktivitas penelitian dan pengembangan, kerjasama pemasaran yang efektif, dan pembukuan yang baik dapat dimanfaatkan perusahaan untuk menangkap peluang-peluang seperti perkembangan teknologi yang cepat, harga BBM khususnya premium yang stabil, tingginya daya beli masyarakat dan jumlah permintaan brownies, serta adanya dukungan pihak dinas terhadap pengembangan UMKM. Dari peluang-peluang tersebut sebaiknya perusahaan dapat memelihara kerja sama yang baik dengan saluran distribusi yang telah dimiliki saat ini agar tidak goyah akibat hadirnya produk pesaing atau bahkan pendatang baru pada saluran distribusi yang sama. Oleh karena itu, perusahaan hendaknya meningkatkan pelayanannya kepada ritel yang dapat dilakukan melalui pemberian garansi terhadap kualitas produk, prosedur pembayaran yang tidak merepotkan, ketepatan waktu dalam hal pengiriman, maupun menjaga stabilitas harga produk. Aktivitas litbang yang dilakukan oleh perusahaan dapat digunakan untuk mencari formulasi produk yang tepat yang sesuai dengan keinginan para retailer. Selain itu, perusahaan juga dapat belajar untuk mengorganisasikan saluran pemasaran yang baik melalui dinas terkait. Strategi ini merupakan spesifikasi dari strategi penetrasi pasar yakni strategi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan melalui aktivitas pemasaran yang intensif pada pasar yang ada.

b) Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk meningkatkan penjualan (Strategi 2/S2)

Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan meningkatkan diferensiasi produk serta memperbanyak variasi produk meliputi harga, jenis, rasa maupun ukuran. Kualitas produk juga mencakup penampilan fisik yang baik, warna yang menarik, aroma dan rasa yang enak, sehingga perusahaan perlu melakukan sortasi terhadap produk-produknya. Selain itu, perusahaan juga harus meningkatkan

111 pelayanannya kepada para konsumennya. Pelayanan tersebut meliputi jaminan kualitas produk (garansi), keramahtamahan penjual dalam melayani konsumen dan penyajian produk setiap waktu sesuai tuntutan konsumen. Pelayanan juga termasuk bagaimana perusahaan mengetahui kebutuhan konsumen. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, sebagian besar konsumen EBB adalah rombongan keluarga dan relasi kerja. Apabila EBB dapat menjual beragam variasi produk, maka memungkinkan konsumen yang datang akan semakin banyak, karena konsumen dapat memilih variasi beraneka ragam variasi rasa yang disediakan. Sebanyak 28,57 persen konsumen menyarankan EBB menambah variasi produk. Hal ini juga dilakukan untuk memanjakan konsumen dengan suguhan yang lebih beragam sehingga mencegah konsumen dari rasa bosan serta dapat meraih pangsa pasar yang lebih banyak. Strategi meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen dapat dilakukan dengan menggunakan hampir semua kekuatan yang dimiliki perusahaan, seperti layanan purna jual yang baik kepada konsumen, memiliki sertifikasi yang lengkap, harga produk relatif murah, kerja sama pemasaran yang efektif, menggunakan bahan baku berkualitas, serta aktivitas penelitian dan pengembangan, untuk memanfaatkan peluang yang ada, seperti tingginya daya beli masyarakat dan tingginya jumlah permintaan terhadap brownies. Strategi ini merupakan spesifikasi dari strategi pengembangan produk yakni strategi yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau mengembangkan produk atau jasa baru.

2) Strategi W-O (Weaknesses - Opportunities)

Strategi W-O adalah strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi W-O yang dapat diterapkan oleh EBB adalah sebagai berikut:

a) Pemanfaatan skim kredit untuk pengembangan usaha (Strategi 3/S3) Peluang-peluang seperti tingginya daya beli masyarakat dan jumlah permintaan brownies, kebijakan pemerintah tentang skim kredit, dan adanya dukungan pihak dinas terhadap pengembangan UMKM dapat

112 dimanfaatkan perusahaan untuk mengatasi kelemahan perusahaan seperti permodalan yang terbatas, lokasi usaha kurang strategis, kurangnya aktivitas promosi, dan terbatasnya jumlah peralatan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah melalui pemanfaatan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah terhadap pengembangan UMKM untuk mengatasi permodalan yang ada. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan skim kredit tersebut maka perusahaan dapat membuka outlet penjualan yang baru, memperbaiki aktivitas promosi, atau membeli peralatan-peralatan baru untuk mendukung aktivitas produksi. Skim kredit yang dapat diambil oleh perusahaan dapat berupa kredit usaha rakyat (KUR) maupun kredit usaha lainnya yang dapat difasilitasi oleh Disperindagkop.

b) Optimalisasi sistem produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi (Strategi 4/S4)

Saat ini perusahaan dinilai belum memiliki perencanaan produksi yang jelas, sehingga sering kali penjualan perusahaan tidak sesuai dengan produksi yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini tercermin dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan seperti belum memiliki perencanaan usaha secara jelas, terbatasnya jumlah peralatan, sistem pengadaan bahan baku yang kurang baik, serta belum memiliki job description yang jelas. Perusahaan seharusnya dapat memperbaiki perencanaan produksinya agar dapat menangkap semua peluang yang ada. Perbaikan tersebut dapat dengan melakukan penjadwalan produksi sesuai dengan peramalan jumlah permintaan brownies, perbaikan pengadaan bahan baku produksi, dan penambahan jumlah peralatan pendukung kegiatan produksi sehingga perusahaan dapat berproduksi secara optimal dan kapasitas produksi pun dapat ditingkatkan untuk memanfaatkan tingginya permintaan ketika akan melakukan pengembangan usaha. Selain itu, kebijakan pemerintah tentang skim kredit juga mendukung apabila perusahaan hendak menambah jumlah peralatan maupun pergudangan perusahaan.

113 c) Melakukan penetrasi pasar untuk meningkatkan penjualan (Strategi 5/S5)

Saat ini perusahaan memiliki kelemahan di bidang perencanaan usaha, promosi dan lokasi outlet penjualan langsung. Dengan peluang yang ada perusahaan dapat melakukan berbagai macam strategi penetrasi pasar untuk meningkatkan angka penjualan produknya. Strategi penetrasi pasar yang dapat dilakukan pada strategi W-O antara lain adalah dengan meningkatkan aktivitas promosi ataupun dengan membuka outlet penjualan langsung di tempat yang lebih strategis dengan target pasar yang sama. Sebesar 21,43 persen responden konsumen menginginkan perusahaan memperbaiki lokasi penjualan karena dianggap kurang strategis. Aktivitas promosi harus ditingkatkan untuk memperkuat merek dan posisi produk di mata konsumen. Penguatan tersebut dapat melalui penyebaran pamflet di kalangan pasar yang menjadi sasaran perusahaan, promosi melalui media massa seperti koran, majalah maupun radio, menjadi sponsor pada suatu acara, atau dengan menambah atribut promosi yang diberikan pada setiap ritel perusahaan seperti plang nama atau stiker EBB, rak khusus berlogo EBB, atau melalui brosur dan katalog produk. Pendirian outlet penjualan langsung perusahaan di tempat strategis juga secara tidak langsung dapat mempromosikan perusahaan kepada masyarakat Kota Bogor yang melewati lokasi penjualan. Hal ini cocok dengan keinginan pribadi pemilik yang memang berencana untuk memiliki outlet penjualan di tempat yang strategis namun belum dirumuskan dalam perencanaan perusahaan. Selain itu perusahaan juga dapat melakukan upaya peramalan permintaan sehingga dapat memprediksi jumlah produk yang harus diproduksi. Hal tersebut dilakukan untuk menangkap peluang perusahaan akan tingginya permintaan masyarakat akan brownies dan tingginya daya beli masyarakat dengan faktor pendukung seperti adanya skim kredit dari pemerintah, perkembangan teknologi yang cepat dan dukungan dari dinas untuk membantu perusahaan mengembangkan usahanya.

114 3) Strategi S-T (Strengths - Treaths)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Beberapa strategi S-T yang dapat dijalankan EBB adalah:

a) Meningkatkan deferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan (Strategi 6/S6)

Tingginya permintaan akan brownies membuat banyak perusahaan yang menjadi pesaing dari EBB. Para pesaing tersebut terus melakukan inovasi untuk memperebutkan pasar yang sama. Selain itu, banyaknya produk subtitusi yang mampu menjadi pengganti brownies membuat konsumen memiliki banyak pilihan untuk menentukan produk mana yang akan mereka konsumsi. Oleh karena itu perusahaan juga harus terus melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas produk maupun layanan yang ditawarkan kepada konsumen. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan meningkatkan diferensiasi atas produk perusahaan serta memperbanyak variasi produk meliputi jenis, rasa maupun ukuran. Kualitas produk juga mencakup penampilan fisik yang baik, warna yang menarik, aroma dan rasa yang enak, sehingga perusahaan perlu melakukan sortasi terhadap produk-produknya. Perusahaan hendaknya menambah variasi produk yang berbeda dengan para pesaingnya sehingga secara tidak langsung perusahaan dapat menjadikan persaingan tidak relevan bagi pesaing. Saat ini perusahaan telah memiliki berbagai macam menu brownies dan bakery, namun untuk produk brownies sendiri perusahaan masih sedikit tertinggal dibanding pesaing-pesaing potensialnya seperti Brownies Kukus Amanda maupun Brownies Bogor. Strategi ini dilakukan karena perusahaan memiliki berbagai macam kekuatan yang dapat mendukung pelaksanaannya, seperti layanan purna jual yang baik kepada konsumen, memiliki sertifikasi yang lengkap, harga produk relatif murah, kerja sama pemasaran yang efektif, menggunakan bahan baku berkualitas, serta aktivitas penelitian dan pengembangan.

115 b) Optimalisasi sistem keuangan perusahaan untuk mengurangi biaya

produksi (Strategi 6/S6)

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, EBB harus mempertimbangkan alokasi anggaran perusahaan. Perusahaan harus melakukan penghematan dalam setiap kegiatannya agar dapat memperkecil biaya total perusahaan. Hal tersebut penting untuk dilakukan untuk mengatasi adanya kenaikan harga gula, telur, gas elpiji dan tarif dasar listrik yang dimulai pada tanggal 1 Juli 2010. Untuk menghindari terjadinya kenaikan harga produk yang dijual maka perusahaan harus meningkatkan efisiensi produksi. Perusahaan juga harus memperbaiki pengelolaan keuangannya yang dapat dimulai dengan membuat pembukuan baik pemasukan maupun pengeluaran secara rinci. Hal ini telah mulai dilakukan oleh EBB untuk membuat catatan harian, bulanan dan tahunan, namun EBB juga perlu menerapkan pembukuan akuntansi agar pencatatan keuangan menjadi lebih rapi dan akurat. EBB dapat melakukannya secara manual maupun dengan menggunakan komputer, agar perusahaan dapat mengetahui kondisi keuangan secara akurat. Selain itu EBB harus disiplin dalam pengelolaan keuangan agar tidak tercampur dengan urusan keluarga.

4) Strategi W-T (Weaknesses - Treaths )

Strategi W-T adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal yang dimiliki dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi W-T yang dapat dijalankan EBB adalah :

a) Restrukturisasi sistem manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan (Strategi 7/S7)

Perencanaan sangat diperlukan untuk menjalankan suatu usaha agar lebih terarah dan dapat mencapai tujuannya dengan tepat. Oleh karena itu, EBB harus menyusun perencanaan usaha dengan jelas, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang yang dapat dimulai dengan merumuskan visi, misi dan tujuan perusahaan. Perumusan rencana usaha juga harus diketahui seluruh SDM perusahaan agar seluruh SDM tersebut mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan untuk

116 bersama-sama mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan perlu membentuk kembali bagian pemasaran untuk menangani aktivitas pemasaran secara lebih terperinci. Perencanaan ini bukan hanya dilakukan dalam hal pemasaran saja, tetapi juga untuk kegiatan operasional perusahaan lainnya. Perusahaan perlu memiliki job description untuk masing-masing bagian di dalam perusahaan yang meliputi pembagian wewenang dan kewajiban bagi setiap karyawan serta kriteria karyawan yang diperlukan pada setiap bagian yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan serta akan memudahkan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya dan ketika akan melakukan proses perekrutan karyawan. Apabila diperlukan, perusahaan dapat melakukan perekrutan manajer profesional untuk membantu perusahaan dalam melakukan pengembangan usaha, karena saat ini perusahaan hanya dikelola oleh pemilik dan karyawan dengan latar belakang pendidikan yang kurang sesuai dengan pekerjaan yang dijalankannya. Selain itu, perusahaan sebaiknya mengatur kembali untuk mengadopsi teknologi seperti penambahan jumlah peralatan yang modern agar dapat berproduksi secara lebih baik.

117 Tabel 29. Matriks SWOT

Kekuatan (Strengths-S)

1. Layanan purna jual yang baik kepada konsumen

2. Memiliki sertifikasi yang lengkap 3. Harga produk relatif murah

4. Kerja sama pemasaran yang efektif 5. Pembukuan yang baik

6. Menggunakan bahan baku berkualitas

7. Adanya aktivitas penelitian dan pengembangan

Kelemahan (Weaknesses-W)

1. Belum memiliki perencanaan usaha secara jelas

2. Lokasi usaha kurang strategis 3. Kurangnya promosi

4. Permodalan yang terbatas 5. Terbatasnya jumlah peralatan

6. Sistem pengadaan bahan baku yang kurang baik

7. Belum memiliki job description yang jelas Peluang (Opportunities-O)

1. Tingginya daya beli masyarakat 2. Harga tepung terigu yang semakin

menurun

3. Harga BBM (premium) yang stabil 4. Masih tingginya jumlah permintaan

brownies

5. Kebijakan pemerintah tentang skim kredit 6. Perkembangan teknologi yang cepat 7. Rendahnya kekuatan penawaran pemasok 8. Adanya dukungan pihak dinas terhadap

pengembangan UMKM

Strategi S-O

S1=Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada untuk meningkatkan penjualan (S1,4,5,7 dan O1,3,4,6,8)

S2=Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk meningkatkan penjualan (S1,2,3,4,6,7 dan O1,4)

Strategi W-O

S3=Pemanfaatan skim kredit untuk mengatasi permodalan (W2,3,4,5 dan O1,4,5,8)

S4=Optimalisasi sistem produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi(W1,5,6,7 dan O1,2,3,4,5,6,7,8)

S5=Melakukan penetrasi pasar untuk meningkatkan penjualan (W1,2,3 dan O1,4,5,6,8)

Ancaman (Threats-T)

1. Harga gula, telur dan gas elpiji yang semakin meningkat

2. Rencana pemerintah menaikkan TDL 3. Tingginya tingkat persaingan

4. Banyaknya produk pengganti

Strategi S-T

S6=Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen untuk mengatasi persaingan (S1,2,3,4,6,7 dan T3,4)

S7=Optimalisasi sistem keuangan perusahaan untuk mengurangi biaya produksi (S3,5,7 dan T1,2)

Strategi W-T

S8=Restruksturisasi sistem manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan (W1,2,3,4,5,6,7 dan T1,2,3)

1

118 7.7. Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap terakhir dari penelitian ini adalah pemilihan prioritas strategi yang akan dijalankan melalui Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM). Berdasarkan hasil analisis QSPM, diperoleh prioritas alternatif strategi yang dapat diterapkan EBB dimulai dari nilai tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30. Hasil Prioritas Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis QSPM

Strategi STAS

S8 Restrukturisasi sistem manajemen perusahaan untuk mengatasi

kelemahan sumberdaya perusahaan 10,450

S6 Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada

konsumen untuk mengatasi persaingan 10,167

S5 Melakukan penetrasi pasar untuk meningkatkan penjualan 9,043 S1 Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada untuk meningkatkan

penjualan 8,693

S4 Optimalisasi sistem produksi untuk meningkatkan kapasitas

produksi 8,644

S7 Optimalisasi sistem keuangan perusahaan untuk mengurangi biaya

produksi 8,633

S2 Meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada

konsumen untuk meningkatkan penjualan 8,567

S3 Pemanfaatan skim kredit untuk mengatasi permodalan 7,955 Berdasarkan kondisi lingkungan serta kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan, maka alternatif strategi yang menjadi prioritas bagi perusahaan untuk dilaksanakan adalah strategi 8 (S8) dan strategi 6 (S6). Strategi 8 perlu dilakukan perusahaan untuk membenahi kinerja perusahaan dari dalam. Saat ini perusahaan belum memiliki tujuan yang spesifik untuk dijadikan target perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, selain itu perusahaan tidak memiliki bagian pemasaran yang seharusnya merupakan divisi terpenting dalam sebuah perusahaan manufaktur ataupun perdagangan. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan merestrukturisasi sistem manajemen perusahaan untuk mengatasi kelemahan sumberdaya perusahaan. Dari sisi eksternal, perusahaan perlu

119 meningkatkan diferensiasi produk serta pelayanan kepada konsumen. Hal ini perlu untuk dilakukan sebagai salah satu cara perusahaan dalam mengatasi persaingan yang ada, karena dengan meningkatkan diferensiasi produk maka akan ikut meningkatkan daya saing produk EBB dibandingkan produk pesaing-pesaingnya. Sedangkan apabila perusahaan hendak mengaplikasi strategi 5 (S5) yang merupakan prioritas ke tiga, yaitu dengan melakukan kegiatan penetrasi pasar, seperti optimalisasi aktivitas promosi, maka akan memerlukan permodalan yang cukup besar sehingga secara tidak langsung perusahaan harus mengaplikasikan strategi 3 (S3) terlebih dahulu yang merupakan prioritas terakhir dalam analisis matriks QSP.

120