• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The Pinewood Farm Di Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The Pinewood Farm Di Bogor, Jawa Barat"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR

PADA THE PINEWOOD FARM

DI BOGOR,

JAWA BARAT

SKRIPSI

Heri Eko Wira H 34076072

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

3

RINGKASAN

HERI EKO WIRA, Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur pada The Pinewood Farm, Di Bogor – Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO)

Jamur termasuk jenis golongan sayuran yang dapat memberikan kontribusi devisa bagi Indonesia. Selain dapat memberikan keuntungan, jamur juga memberikan manfaat dan gizi yang cukup baik. Dewasa ini jamur telah menjadi kebutuhan manusia. Tanaman jamur sebagai bahan pangan alternatif yang dusukai oleh semua lapisan masyarakat yang berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat. Produksi tanaman jamur mengalami perkembangan terus dalam beberapa tahun terakhir. Dalam tiga tahun terakhir minat masyarakat utunk mengkonsumsi jamur terus meningkat.

Salah satu perusahaan yang memberikan kontribusi jamur yang berada didaerah Cisarua Bogor adalah The Pinewood Organik Farm. The Pinewood Organik Farm membuat dua divisi yaitu divisi sayuran organik dan divisi jamur. Dari hasil wawancara dengan pemilik bahwa perusahaan belum mampu mengembangkan usaha pada divisi jamur. Permasalahan yang dihadapi adalah perusahaan belum mampu memenuhi permintaan yang datang, dikarenakan kurangnya produksi pada jamur.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan Menganalisis peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan The Pinewood Organik Farm dalam menjalankan bisnis jamur, merusmuskan strategi pengembangan usaha dari analisis eksternal dan internal perusahaan The Pinewood Organik Farm. Data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini adalah data yang mengacu pada usaha jamur. Data tersebut berkaitan dengan faktor internal seperti pemasaran, produksi, manajemen, dan keuangan. Selain itu, dibutuhakan juga data faktor eksternal yang langsung mempengaruhi usaha jamur yaitu lingkungan industri, serta faktor tidak langsung yaitu lingkungan makro seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa total skor EFE adalah sebesar 3,095, yang berarti kondisi lingkungan eksternal perusahaan berada pada posisi kuat dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengurangi kelemahan pada perusahaan The Pinewood Organik Farm. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa total skor IFE adalah sebesar 2,818, yang berarti kondisi lingkungan internal perusahaan berada pada posisi rata-rata hasil mengidentifikasikan menunjukkan bahwa perusahaan The Pinewood Organik Farm cukup merespon dengan baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam perusahaannya.

(3)

4 yang dimiliki oleh perusahaan The Pinewood Organik Farm yang dipetakan

dalam matriks IE dan diperoleh posisi perusahaan pada usaha jamur tiram saat ini berada di kuadran II yang merupakan posisi “tumbuh dan kembangkan” (growth and build). Pada kondisi tersebut, strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi integrasi mencakup integrasi ke belakang, integrasi kedepan dan integrasi horizontal.

Analisis matriks SWOT menggunakan hasil analisis yang didapatkan dari matriks EFE dan matriks IFE. Matriks EFE mengidentifikasi faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman, sedangkan matriks IFE identifikasi faktor internal perusahaan yang mencakup kekuatan dan kelemahan. Terdapat tujuh strategi yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan yaitu: menambah area produksi perusahaan melalui penambahan kumbung jamur, perusahaan membuat makanan suplemen dengan bahan dasar jamur, meningkatkan promosi jamur, mencari dana tambahan, peningkatan efisiensi produksi untuk meningkatkan daya saing perusahaan, kerjasama kemitraan dan penghematan melalui efisiensi biaya total dalam menghadapi ancaman.

(4)

2

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAMUR

PADA THE PINEWOOD FARM

DI BOGOR,

JAWA BARAT

HERI EKO WIRA H34076072

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

5 Judul Skripsi : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The

Pinewood FarmDi Bogor, Jawa Barat Nama : Heri Eko Wira

NIM : H34076072

Disetujui, Pembimbing

Ir. Joko Purwono, MS

NIP. 19600606 198601 1 002

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

6

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur pada The Pinewood Organik Farm Di Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

(7)

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Duri pada tanggal 10 Juli 1985. Penulis adalah anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak L.Marpaung dan Ibunda S. Sihotang.

Penulis menyeselaikan pendidikan dasar di SD Judika pada tahun 1998 dan pendidikan menegah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP N 3 Mandau. Pendidikan lanjutan menengah kejuruan di SMK Taruna Persada Dumai diselesaikan pada tahun 2004.

(8)

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Jamur Pada The Pinewood Organik Farm Di Bogor, Jawa Barat”

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal dan internal jamur tiram putih pada perusahaan The Pinewood Organik Farm. Namum demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2011

(9)

9

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan, dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir Anna Farianti atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

3. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dalam siding skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

4. Suprehatin SP.MAg atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbeikan skripsi ini.

5. Ke dua Orang Tua Papa dan Mama tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.

6. Kak Vera, Kak Eka, Kak Sri dan keponakan Ziah, Angel, Marvel yang selalu mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.

7. Bapak Manggara, Bapak Yulianto dan keluarga besar The Pinewood organik Farm yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data.

8. Asbron Tinambunan yang bersedia menjadi pembahas dalam seminar penelitian.

9. Dewi Santi Rahayu yang selalu memberikan dukungan, mendoakan dan banyak membantu selama penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman Erik LS, Kinza LP, Junius S, Felix S, Lustri, Agus S, Wastin H, Cendana T, Gunawan M, Bang Dem dan buat teman-teman Agribisnis terimakasih atas bantuannya.

(10)

10

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... x

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ………. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Jamur ... 7

2.2. Prospek Bisnis Jamur ………. ... 11

2.3. Budidaya Jamur ………. 11

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu ... 14

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoristis ... 18

3.1.1 Konsep Manajemen Strategi ... 18

3.1.2 Analisis Eksternal ... 20

3.1.3 Analisis Internal. ... 21

3.1.4 Merumuskan dan Menentukan Strategi ... 23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV. METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.Data dan Metode Pengumpulan Data ... 27

4.2.1. Jenis Data ……… 27

4.2.2. Metode Pengumpulan Data ……… 27

4.3.Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 29

4.3.1 Analisis Deskriptif ... 29

4.3.2 Analisis Faktor Lingkungan Eksternal dan Analisis Faktor Lingkungan Internal ……….. ... 29

4.3.2.1 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE ... 34

(11)

11

4.3.2.3Matriks Internal External Matrix (IE) ... 37

4.3.2.4 Matriks SWOT ... 38

4.3.2.5 Penentuan Strategi Prioritas ... 40

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Visi dan Misi The Pinewood Orgaik Farm………... 43

5.2. Letak Geografis………. 43

5.3. Pengelolaan Kebun dan Pembagian Tugas……… 44

5.4. Sarana dan Prasarana Fisik……… 46

5.5. Teknologi yang Diterapkan……… 46

5.6. Operasional Kegiatan………. 47

5.6.1. Budidaya……… 49

5.6.2. Panen………. 50

5.6.3. Penanganan Pasca Panen………... 50

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ………. ... 52

6.1.1. Analisis Lingkungan Umum ……… 52

6.1.2. Politik dan Kebijakan ……….. 52

6.1.3. Ekonomi……… 54

6.1.4. Sosial, Budidaya, dan Demografi………. 55

6.1.5. Teknologi………. 56

6.1.6. Analisis Lingkungan Industri ……….. 58

6.1.7. Ancaman Pendatang Baru……… 58

6.1.8. Ancaman Produk Substitusi………... 59

6.1.9. Dayatawar Pemasok……….. 60

6.1.10. Dayatawar Pembeli……… 60

6.1.11. Persaingan Antar Angota Industri……… 61

6.2. Analisis Lingkungan Internal Perusahaan ………. 62

6.2.1. Pemasaran……….. 62

6.2.2. Produksi atau Operasi………. 64

6.2.3. Manajemen dan Sumberdaya Manusia………... 66

6.2.4. Keuangan……… 66

VII. FORMULASI ALTERNATIF STRATEGI 7.1. Peluang dan Ancaman Eksternal ………. ... … 68

7.2. Kekuatan dan Kelemahan Internal ……….. 69

7.3. Matriks IE ……… 71

7.4. Analisis Strategi Menggunakan Matriks SWOT ………. 72

(12)

12

VIII. Kesimpulan dan Saran

8.1. Kesimpulan……… 80

8.2. Saran……….. 81

DAFTAR PUSTAKA ...… 82

(13)

13

DAFTAR TABE

L

Tabel Halaman

1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Pada Tahun 2006-2009(Miliar Rupiah) …………. 1

2. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Tahun 2007 – 2008………... 3

3. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur dari Tahun 2005 – 2008 … 4 4. Kandungan Zat Gizi Beberapa Jenis Jamur Konsumsi (Per100gram) ……… 10

5. Penelitian Terdahulu ………. 16

6. Jenis dan Sumber Data Yang digunakan ………... 28

7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ………... 32

8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan ……… 33

9. Matriks EFE……… 35

10. Matriks IFE……… 36

11. Matriks SWOT……… 39

12. Alat Analisis QSPM……… 42

13. Permintaan Pasar Jamur Di Pasar Domestik ……….. 62

14. Komposisi Bahan Produksi Jamur Tiram ………... 64

15. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur dari Tahun 2005 – 2008 pada The Pinewood Organik Farm ……… 65

16. Faktor-faktor Lingkungan Ekternal perusahaan The Pinewood Organik Farm……….. 67

17. Analisis Matriks EFE……… 68

18. Faktor-faktor Lingkungan Internal perusahaan The Pinewood Organik Farm ………. 69

19. Analisis Matriks IFE ………. 70

(14)

14

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ... 19

2. Kerangka Pemikiran Operasional………. 26

3. Matriks Internal-Eksternal (IE Matriks)……… 38

4. Organisasi The Pinewood Organik Farm……………… 45

5. Alur Proses Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih The Pinewood Organik Farm………. 48

(15)

15

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang luas dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Hal ini menyebabkan pertanian merupakan menjadi tulang punggung dalam pembangunan nasional Indonesia. Pertanian sebagai modal pembangunan nasional memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan bangsa Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi, secara seimbang dan dinamis. Untuk itu pertanian harus diurus dan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, baik generasi sekarang maupun yang akan datang. Selain itu, sektor pertanian memberikan sumbangsih bagi sektor lainnya, yaitu sektor industri dimana sebagian besar bahan baku yang digunakan berasal dari produk pertanian. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja di bidang tanaman bahan makanan dapat dilihat pada Produk Domestik Bruto (Tabel 1).

Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun 2006-2009(Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha

Tahun

2006 2007 2008 2009

Tanaman Bahan Makanan

214,346.3 265,090.9 349,795.0 418,963.9 Tanaman

Perkebunan

63,401.4 81,664.0 105,969.3 112,522.1 Peternakan 51,074.7 61,325.2 82,676.4 104,040.0 Kehutanan 30,065.7 36,154.1 40,375.1 44,952.1 Perikanan 74,335.3 97,697.3 137,249.5 177,773.9 Sumber : Badan Pusat Statistik, (2010)

(16)

16 semakin meningkat dari tahun ketahun, hal ini menunjukkan bahwa tingkat minat

masyarakat semakin tinggi terhadap lapangan usaha pertanian pada tanaman bahan makanan. Hal tersebut mengindikasikan sektor pertanian pada tanaman bahan makanan merupakan sektor yang memiliki prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia.¹

Salah satu sektor pertanian yang mempunyai peranan penting adalah komoditas sayuran. Selain memiliki nilai ekonomi yang cukup besar, ternyata sayuran juga memiliki potensi yang tinggi dalam pemenuhan gizi di dalam tubuh kita. Zat-zat penting seperti air, mineral, vitamin, dan serat terkandung dalam sayuran. Tanaman sayur yang mengandung berbagai zat gizi ini tidak hanya dapat dipergunakan sebagai konsumsi pangan sehari-hari, tetapi juga bagi pengobatan tradisional (herbal healing) dengan bahan-bahan alami.

Komoditas sayuran sedikitnya memiliki tiga peranan strategis dalam pembangunan dan perekonomian Indonesia, yaitu: sebagai salah satu sumber pendatan masyarakat, (b) sebagai bahan makanan masyarakat khususnya sumber vitamin dan mineral, dan (c) salah satu sumber Negara non-migas.²

Kecendrungan minat masyarakat mengkonsumsi sayuran terus meningkat, akibat dari pola hidup sehat yang telah menjadi gaya hidup masyarakat. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis jamur yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran. Data perkembangan produksi sayur di Indonesia tahun 2007-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada Tabel 2 dapat dilihat perkembangan produksi dari sebagian besar tanaman sayur di Indonesia. Sebagian besar tanaman sayur yang ada pada Tabel 2 tersebut menunjukkan penurunan produksi dari tahun 2007 sampai tahun 2008, antara lain jenis sayuran kembang kol dengan penurunan sebesar 221,73 persen. Perkembangan cukup baik ditunjukkan pada jenis tanaman sayuran labu siam dan sayuran jamur, dimana kedua sayuran tersebut menunjukkan perkembangan yang positif pada masing-masing sebesar 42,21 persen dan 27,16 persen.

Departemen Pertanian 2008. Prospek Tanaman Sayuran. http://www.agribisnis.deptan.go.id (Desember 2009)

(17)

17

Tabel 2. Produksi Tanaman Sayuran Indonesia Periode Tahun 2007-2008

No Komoditas Produksi (Ton) Perkembangan

(%)

2007 2008*

1 Jamur 48.247 61.349 27,16

2 Sawi 564.912 544.328 -3,66

3 Kacang Panjang 488.499 438.262 -10,28

4 Terung 390.846 389.534 -0,34

5 Wortel 350.170 350.453 0,08

6 Kangkung 335.086 292.182 -12,80

7 Buncis 266.790 242.455 -9,12

8 Labu Siam 254.056 361.301 42,21

9 Bayam 155.863 152.130 -2,40

10 Kembang Kol 124.252 97.703 -21,73

11 Lobak 42.076 47.968 14,00

12 Kentang 1.003.732 1.044.492 4,06

Keterangan : *) angka sementara

Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian (2009)

Salah satu jenis komoditas sayur yang berpotensi adalah jamur. Dewasa ini jamur telah menjadi kebutuhan masyarakat yaitu sebagai bahan pangan alternatif yang dusukai oleh semua lapisan masyarakat yang berpotensi untuk dikembangkan dan mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat.

Selain itu jamur juga merupakan salah satu produk pertanian yang bernilai gizi tinggi. Kandungan protein pada jamur yang cukup tinggi mampu mensubstitusi protein hewani yang selama ini dinilai berpotensi memnyebabkan penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, kolesterol, dan sebagainya (Dirjen Hortikultura 2009).

(18)

18 diusahakan yaitu divisi usaha jamur yang masih memerlukan penanganan lebih

lanjut, karena disamping memiliki prospek yang cerah dimasa yang akan datang, yakni : harga yang relatif stabil dan teknologi yang mudah terkontrol dan bisa dipanen hingga tiga kali dalam masa tanam.

Masih terdapat permasalahan pada perusahaan yakni : permintaan yang belum terpenuhi, kapasitas produksi yang belum optimal dan adanya persaingan dari perusahaan yang harus dicermati. Oleh karena itu perusahaan memerlukan langkah strategis untuk mengembangkan usaha jamur dalam menghadapi masalah guna meraih peluang agar kontinyuitas dan tujuan perusahaan dapat tercapai.

1.2. Perumusan Masalah

The Pinewood Organik Farm merupakan suatu perusahaan yang memproduksi jamur yang beroperasi sejak tahun 2002 yang terletak didaerah cisarua Bogor. Dalam menjalankan usahanya perusahaan masih menghadapi permasalahan yaitu: kapasitas produksi belum optimal sehingga permintaan yang belum bisa dipenuhi serta persaingan dari perusahaan sejenis yang berada di daerah Cisarua Bogor.

Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan Jamur Pada Tahun 2005-2008

Tahun Produksi (kg) Permintaan (kg)

2005 464 500

2006 717 840

2007 1015 1160

2008 1255 1450

Sumber : The Pinewood Organik Farm (Januari 2010)

(19)

19 diindikasikan bahwa perusahaan harus terus meningkatkan kapasitas produksi

sehingga mampu memanfaatkan peluang yang ada.

Permasalah lain yang dihadapi perusahaan adalah persaingan dengan perusahaan lain yang juga memproduksi jamur yakni (PT Bina sarana Bhakti, PT Amani Mastra, PO Kebunku dan petani-petani kecil). Tantangan-tantangan tersebut harus dapat dihadapi oleh perusahaan untuk dapat bertahan dan mencapai keuntungan. Peluang pasar yang besar terhadap jamur menyebabkan perusahaan harus bias memproduksi secara efektif dan efisien serta meningkatkan daya saing produknya untuk dapat bersaing dipasar dengan produsen sejenis. Indikasi permasalahan yang diuraikan dimuka mengharuskan perusahaan The Pinewood Organic Farm langkah-langkah strategis guna merumuskan strategi yang dapat memanfaatkan kekuatan, mengtasi kelemahan serta menghadapi peluang dan ancaman yang ada.

Dalam merumuskan strategi yang efektif dibutuhkan serangkaian analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal pada perusahaan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci pengembangan divisi jamur kedepan, untuk menghadapi tantangan persaingan dan permintaan dipasar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan serta faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi divisi usaha jamur pada perusahaan The Pinewood Organik Farm?

2. Apa saja alternatif strategi yang sesuai dan dapat dilakukan oleh perusahaan dalam pengembangan usahanya?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

(20)

20 2. Merusmuskan strategi pengembangan usaha dari analisis eksternal dan

internal perusahaan The Pinewood Organik Farm.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi: 1. Sebagai masukan bagi perusahaan, dapat mengetahui strategi apa yang

perlu dilakukan untuk mengembangkan usahanya di masa yang akan datang.

2. Sebagai masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan keterbatasan waktu serta kemampuan dalam melakukan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas pada:

1. Produk yang dikaji adalah jamur.

2. Penelitian ini menggunakan data periode selama produksi berlangsung dari tahun 2005 sampai tahun 2008.

(21)

21

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Jamur

Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai dan banyak terdapat di alam bebas, misalnya dihutan atau di kebun. Jamur dapat tumbuh dimana-mana terutama pada musim hujan. Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri secara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil. Oleh karena itu, jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang dihasilkan oleh organism lain untuk kebutuhan hidupnya.

Menurut Redaksi Agromedia (2009) jamur selain memiliki banyak manfaat, ternyata ada jenis jamur tertentu yang mengandung racun. Racun jamur ini dapat merusak fungsi organ, bahkan memyebabkan kematian. Karenanya, jamur beracun memiliki senyawa berbahaya, seperti amatoxin (dapat merusak sel hati dan ginjal), muskarin (pusing), gyromitrin (menyerang system saraf), dan kholin (menyebabkan kematian dalam waktu singkat). Untuk mencegah terjadinya keracunan jamur, kita perlu mengetahui cirri-cirinya. Berikut kriteria fisik jamur beracun yang harus dihindari.

1. Warna tubuh buah bervariasi, dari merah darah, kuning terang dan oranye, hingga putih atau pucat.

2. Biasanya memiliki cincin atau cawan pada pangkal batangnya. 3. Mengeluarkan bau amoniak, seperti telor busuk.

4. Jika dipotong dengan pisau stainless akan meninggalkan bekas hitam atau biru pada pisau.

5. Jika dimasak, fisik jamur akan berubah menjadi gelap.

Berdasarkan kelasnya, jamur konsumsi dibedakan menjadi Ascomycetes

(22)

22 penisilin dan dalam pembuatan keju. Sementara aspergilus diolah menjadi

pembuat minuman sake, bahan pembuat kecap, dan sebagai penghasil asam sitrat. Sedangkan jamur yang termasuk kedalam kelas Basidiomycetes

merupakan jamur memiliki tubuh buah yang lumayan besar, sehingga mudah diamati secara langsung. Jamur yang termasuk kedalam kelas ini adalah jamur tiram, jamur merang, jamur kancing, jamur kuping dan jamur shiitake.

a. Jamur Kuping (Auricularia sp)

Dinamakan jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya menyerupai telinga manusia. Jamur ini dapat hidup disegala tempat, baik dihutan, di pesisir pantai, maupun dipegunungan. Asalkan tempat tersebut memiliki kelembapan yang cukup. Umumnya, jamur kuping hanya ditemui berwarna coklat muda hingga kemerahan.

Manfaat jamur kuping sebagai jamur konsumsi, jamur kuping banyak digunakan sebagai campuran dalam sup, seperti sup kimlo. Adapun kegunaan jamur kuping bagi kesehatan sebagai berikut : memperbeiki siklus darah, penawar racun dan mengatasi ambient atau wasir.

b. Jamur Shiitake (Lentinula edodes)

Jamur ini berasal dari Jepang. Masyarakat Hongkong dan Singapura lebih mengenal jamur shiitake dengan sebutan Chinese black mushroom. Sementara orang Indonesia mengenal jamur shiitake dengan sebutan jamur payung atau jamur jengkol karena sekilas bentuknya menyerupai payung dan ketika masih segar jamur shiitake mengeluarkan aroma seperti wangi jengkol.

Jamur shiitake sering dimanfaatkan sebagai bahan masakan. Masyarakat jepang sering menggunakan jamur shiitake sebagai tambahan dalam miso, serta aneka olahan masakan seperti tempura dan keripik. Sementara di Rusia, jamur shiitake diolah menjadi acar dan dijual dalam wadah botolan.

Dibalik rasanya yang lezat, jamur shiitake juga mengandung banayak senyawa penting yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan, seperti : mengobati kanker usus, antivirus dan antibakteri, meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi impotensi, memperbeiki system sirkulasi, dan menurunkan kadar gula.

(23)

23 Awalnya, jamur ini hanya dibudidayakan pada media merang atau tangkai

padi. Namun seiring perkembangannya, jamur ini dapat dibudidayakan menggunakan media alternatif, seperti limbah biji kopi, ampas batang aren, limbah kelapa sawit, ampas sagu, sisa kapas, kulit pala, bahakan limbah kardus.

Jamur merang ini dapat memacu kerja jantung, sehingga bermanfaat bagi orang yang menderita gangguan fungsi jantung. Bahkan, jamur merang juga mengandung sejenis antibiotik yang berguna untuk mencegah kurang darah atau anemia, kanker dan menurunkan tekanan darah tinggi. Jamur merang umumnya sering dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada makanan. Biasanya, diolah menjadi tumis jamur, pepes jamur, sup, capcay atau dicampur dengan mie ayam. d. Jamur Kancing (Agaricus bisporos)

Jamur kancing sering disebut dengan jamur champignon, merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Jamur kancing memiliki keistimewaan dibandingkan dengan jamur lain, yakni mampu mengubah selulosa dari media tanam menjadi senyawa protein. Selain itu, jamur ini mengandung asam glutamate dan berbagai jenis enzim yang bermanfaat bagi pertumbuhan tubuh.

Dengan demikian, jamur kancing memiliki manfaat bagi kesehatan, terutama untuk meningkatkan metabolism tubuh, menurunkan kolesterol, menjaga stamina badan dan mencegah penyakit.

e. Jamur Tiram (Pleurotus sp)

Jamur tiram merupakan jenis jamur yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Selain memiliki rasa enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Jamur tiram juga memiliki manfaat dalam pengobatan sebagai berikut. Seperti : meningkatakan sel darah merah, menurunkan kolesterol, dan mengobati kanker.

(24)

24

Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beberapa Jenis Jamur Konsumsi (per 100 gram)

No. Jenis Protein Lemak Karbohidrat

1 Jamur tiram 27 1,6 58

2 Jamur kuping 8,4 0,5 82,8

3 Jamur shiitake 17,5 4,9 78

4 Jamur kacing 23,9 1,7 62,5

5 Jamur merang 25,9 0,3 4

Sumber : Redaksi Agromedia (2009)

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa kandungan zat gizi pada jenis kamur konsumsi beragam. Pada jamur tiram memiliki keunggulan pada protein sebanyak 27 per 100 gram. Selain memiliki rasa yang enak, jamur tiram juga bergizi tinggi. Kandungan protein nabati yang dikandungnya mencapai 10-30 persen. Dalam bentuk kering jamur tiram outih ini mempunyai vitamin C sebanyak 35-58 mg per 100 gram, dan memiliki vitamin B2 sebanyak4,7-4,9 per 100 gram. Selain memiliki beberapa vitamin tersebut, jamur tiram juga memiliki manfaat dalam pengobatan sebagai berikut : meningkatkan sel darah merah (Eritrosit), menurunkan kolesterol, mengobati kanker, tambahan gizi untuk ibu hamil.

Jamur tiram putih memiliki beberapa keunggulan, selain harga yang relatif mahal sehingga tingkat keuntungan yang dihasilkan relatif tinggi, umur singkat dan sangat laku dipasaran. Selain itu, keunggulan yang dimiliki, cara budidaya mudah dapat dilakukan sepanjang tahun dan tidak memerlukan lahan yang luas. Diversifikasi produk jamur tiram putih dapat berbentuk segar, kering, kaleng atau diolah menjadi keripik, pepes, tumis dan nugget.

Syarat tumbuh jamur tiram meliputi beberapa parameter, terutama dalam temperatur, kelembapan relatif, waktu, kandungan CO2 dan cahaya. Parameter tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap setiap stadium atau tingkatan, misalnya :

1. Terhadap pertumbuhan mesilia pada substrat tanaman 2. Terhadap pembentukan primordial (bakal kuncup) jamur 3. Terhadap pembentukan tubuh buah

(25)

25

2.2 Prospek Bisnis Jamur

Prospek pengembangan usaha jamur di Indonesia cukup menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat mengkonsumsi jamur juga semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin memilih gaya hidup sehat secara vegetarian. Dari segi bisnis, budidaya jamur sangat menguntungkan. Hal ini dapat disebabkan waktu panen jamur yang relatif singkat, antara satu sampai tiga bulan dengan panen bisa mencapai tiga atau empat kali panen. Dengan demikian, perputaran modal juga berlangsung sangat cepat. Kelebihan lain dalam budidaya jamur adalah bahan baku yang mudah didapat, lahan pembudidayaan yang tidak luas, teknologi budidaya yang mudah dipelajari, dan resiko kegagalan yang rendah.

Pasaran jamur konsumsi di Indonesia hingga kini masih terfokus di kota-kota besar saja. Permintaan jamur segar biasanya dari rumah makan, hotel berbintang atau restoran khusus yang menyajikan menu olahan jamur. Padahal, peluang jamur tidak terbatas pada jamur segar saja, tetapi meliputi produk olahan seperti jamur kaleng, keripik jamur, abon jamur, dan jamur kering untuk pengobatan. Dengan semakin banyaknya ragam olahan jamur, nilai jual jamur akan semakin bertambah dan peluang pasar juga semakin terbuka lebar.

Selain menjual jamur, seorang pengusaha jamur juga dapat menambah penghasilan dengan menjual sarana budidaya seperti bibit botolan dan media tanam atau baglog. Biasanya, para pengusaha jamur yang baru dari kelas bawah hingga menengah belum memiliki sarana dan prasarana budidaya yang lengkap (Redaksi Agromedia 2009).

2.3 Budidaya Jamur

Untuk membudidayakan jamur, diperlukan beberapa persiapan awal yang meliputi persiapan infrastrukstur dan persiapan teknis sebagai berikut:

1. Pemilihan Lahan/Lokasi Budidaya

(26)

26 Selain kebersihan, faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

lahan adalah jarak tempat usaha dengan pemasarannya. Ada baiknya lahan budidaya dekat dengan pemasaran, hal ini dapat meminimalkan biaya transportasi juga dapat mencegah penurunan kualitas jamur karena perjalanan yang jauh dapat membuat jamur tidak segar lagi.

2. Pembangunan rumah jamur/rumah kumbung

Kelembaban merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Dinding rumah jamur dapat terbuat dari tembok, anyaman bambu, kayu, atau terpal sederhana. Untuk mengatur sirkulasi udara, pemberian ventilasi secukupnya pada dinding bagian atas sangat disarankan yakni dua pada sisi sebelah kanan dan dua sisi pada sebelah kiri.

Untuk menjamin kebersihan rumah kumbung, sebelum digunakan dinding rumah kumbung disemprot dengan desinfektan terlebih dahulu. Rumah kumbung yang bersih akan memperkecil resiko jamur terkontaminasi hama penyakit.

3. Persiapan media budidaya

Media untuk budi daya jamur yang dapat digunakan antara lain substrat kayu, serbuk gergaji, ampas tebu, atau sekam. Saat ini, para pembudidaya banyak menggunakan baglog sebagai tempat pertumbuhan jamur. Pembuatan baglog terdiri dari serbuk kayu, kantong plastik, cincin paralon atau bamboo berdiameter 3 cm, dedak halus, tepung jagung, air dan gips atau kapur (CaCO3).

4. Bibit

Bibit dapat diperoleh melalui pembuatan kultur murni, pembuatan bibit induk, bibit semai, atau membeli bibit yang telah ditanam di dalam baglog. Perolehan bibit melalui pembuatan bibit induk pada dasarnya sama dengan pembuatan bibit semai, hanya saja inokulan dan komposisi media yang digunakan berbeda. Namun, saat ini, telah banyak perusahaan penyedia bibit yang menjual bibit jamur tiram yang sudah dikemas dan siap dipakai.

(27)

27 Faktor-faktor lingkungan yang mempengarungi pertumbuhan jamur antara

lain : keasaman (pH), suhu, intensitas cahaya, dan kelembapan. Jamur biasanya dapat tumbuh pada PH 5-7, dengan suhu 17-23 ºC, intensitas cahaya dibutuhkan pada saat pertumbuhan jamur sehingga paparan cahaya matahari langsung bias menghambat pertumbuhan jamur atau merusak tubuh buah yang sudah terbentuk, dan kelembapan yang dibutuhkan jamur selama pertumbuhan berkisar 90%.

6. Sarana pendukung lain.

Sarana pendukung lain berupa peralatan atau bahan yang digunakan untuk membantu selama proses produksi jamur, mulai dari penanaman hingga pascapanen. Peralatan atau bahan pendukung tersebut antara lain: plastik (PE0,002) berukuran 20 cm x 30 cm, cincin paralon atau potongan bambu, alkohol, pembakaran bunsen, alat sterilisasi berupa drum, thermometer, dan plastik pengemas (Penebar Swadaya 2009).

Untuk media tanamnya dapat berupa serbuk kayu (gergajian), jerami padi, alang-alang, ampas tebu dan lainnya. Sebagai campurannya dapat berupa bekatul (dedak) dan kapur pertanian. Masukkan media kedalam plastik tahan panas (PE0,002) dan dipadatkan dengan memukul-mukulnya dengan botol bekas. Kemudian diseterilisasi selama 10-12 jam. Sterilisasi bertujuan untuk menekan mikroba lain yang bersifat antagonis dan menjadi penghambat pertumbuhan bagi tanaman induk dalam hal ini jamur tiram putih.sterilisasi dapat dilakukan dengan cara memanaskan baglog dengan uap panas selama 8-12 jam pada suhu kurang lebih 95 ºC. setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, dan membiarkan suhunya turun dalam ruangan tertutup selama 24 jam untuk menghindari kontaminasi baglog.

(28)

28 untuk memberikan oksigen pada tubuh buah jamur. Umumnya 7-14 hari

kemudian tubuh buah akan tumbuh. Tubuh buah akan terus membesar hingga mencapai pertumbuhan optimal yang siap dipanen.

Panen dilakukan jika bentuk dan ukuran tubuh buah jamur sudah memenuhi persyaratan. Jamur yang sudah dipanen segera dipasarkan agar kualitas jamur terjaga dengan baik. Untuk menjaga daya tahan jamur setelah panen, bersihkan jamur dari kotoran yang menenpel kemudian masukkan kedalam freezer

agar jamur tahan dalam satu sampai dua minggu (Suriawiria,2002).

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan tentang strategi pengembangan usaha telah banyak dilakukan. Pada umumnya tujuan peneliti-peneliti yang mengkaji penelitian mengenai strategi pengembangan usaha adalah untuk (1) mengidentifikasi factor-faktor internal dan eksternal suatu perusahaan / industri, (2) meformulasikan strategi untuk perusahaan yang diteliti. Terdapat beberapa penelitian terdahulu baik yang terkait secara langsung mengenai penelitian jamur. Beberapa peneliti itu diantaranya adalah Suci Melani (2009), Marsella Sembiring (2009), Yessica Wisandhini (2008), Retno Wijayanti (2009), Lisda Elsera Ginting (2009), Zulrasyida Amalia (2009).

(29)

29 Zulrasyida Amalia (2009) telah membatu penulis dalam aspek budidaya, tataniaga

dan resiko jamur tiram.

(30)

30

Table 5. Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Peneliti Tujuan Metode/Alat

Analisa Hasil Analisis dan kembangkan. Strategi yang tepat digunakan adalah strategi intensif dan strategi integratif.

Strategi utama

(31)

31

Table 5. Lanjutan Penelitian Terdahulu Retno

1. Menganalisis faktor ekstrnal yang menjadi peluang dan

Hasil dari matriks IE diketahui perusahaan berada pada kuadran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat dikembangkan oleh perusahaan adalah integrasi, baik integrasi ke depan maupun kebelakang.

Lisda menggunakan ukuran coefficient variantion diketahui bahwa budidaya jamur tiram putih menghadapi risiko produksi sebesar 0,32 dengan kata lain bahwa untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebanyak 0,32 Kg pada saat terjadi risiko produksi.

2. Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya resiko. layak atau tidak layak untuk dijalankan.

(32)

32

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub bab berikut.

3.1.1. Konsep Manajemen Strategi

Ada beberapa definisi tentang strategi seperi yang dikatan dalam beberapa literatur yang berkaitan dengan manajemen strategi, antara lain strategi adalah merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan kaitan jangka panjang, program tidak lanjut, serta prioritas lokasi sumber daya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2000).

Menurut David (2009) manajemen strategi dapat didefinisiskan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasikan, menginplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut dipengaruhi kondisi eksternal dan internal serta mengankat isu mengenai misi, strategi dan kebijakan perusahaan. Proses manajemen strategi dirancang untuk menentukan sasaran. Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1) Perumusan Strategi

Perumusan strategi termasuk mengembangkan visi dan misi bisnis, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.

2) Implementasi Strategi

(33)

33 tahunan, melengkapi dengan kebijakan, memotivasi karyawan dan

mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan.

3) Evaluasi strategi

Tahap evaluasi strategi berarti mengevaluasi hasil implementasi dan memastikan bahwa strategi yang telah disesuaikan dapat mencapai tujuan perusahaan. Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategi. Tiga aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah (1) meninjau faktor-fator eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang, (2) mengukur strategi , dan (3) mengambil tindakan korektif.

Menurut David (2009), cara belajar dan mengaplikasikan proses manajemen strategi adalah dengan menggunakan suatu model. Model tersebut digunakan untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi strategi yang dapat dilihat pada Gambar 1.

(34)

34 Menurut Umar (2008) mendefinisikan strategi sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan itu dapat dicapai.

3.1.2 Analisis Eksternal

Analisis eksternal yaitu analisis lingkungan luar perusahaan mencakup peluang yang dapat member manfaat dan ancaman yang harus dihindari. Analisis eksternal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analisis lingkungan makro dan analisis industri (David, 2006)

a. Analisis Lingkungan Makro

Menurut Kotler (1997), lingkungan makro perusahaan terdiri dari kekuatan masyarakat lebih luas yang mempengaruhi seluruh lingkungan industri. Analisis lingkungan makro perusahaan mencakup aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Dapat dilihat dari uraian dibawah ini.

1. Aspek Politik

Perkembangan politik akan mempengaruhi industri dan strategi yang akan diambil. Faktor politik dapat memperbesar atau memperkecil peluang atau ancaman utama bagi organisasi atau perusahaan.

2. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola membeli konsumen. Faktor-faktor yang dimaksud adalah tahapan siklus bisnis yang terjadi, gejala deflasi dan inflasi yang terjadi. Kebijakan keuangan, suku bunga, dan devaluasi atau revaluasi dalam hubungannya dengan uang asing, kebijakan fiskal serta neraca perdagangan, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negri.

3. Aspek Sosial Budaya

(35)

35 akan menciptakan tipe konsumen yang berbeda untuk setiap barang dan jasa yang

dihasilkan.

4. Aspek Teknologi

Teknologi meliputi pengembangan teknologi yang ada dan penciptaan teknologi baru. Kemajuan dalam teknologi berdampak pada produk, jasa, pasar, pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, proses produksi, praktek pemasaran dan posisi kompetitif perusahaan.

b. Analisis Lingkungan Industri

Industri dapat dikatakan sebagai kumpulan dari organisasi atau perusahaan yang sejenis, seperti industry otomotif, perhotelan, perbankan, elektronik, dan sebagainya. Karena usahanya sejenis mau tidak mau akan muncul persaingan diantara anggota-anggota di dalam industri tersebut.

Porter (1994), mengatakan penentu keberhasilan suatu perusahaan terdiri dari daya tarik industri (potensi laba dan intensitas persaingan) dan posisi persaingan (daya saing perusahaan). Ada lima kekuatan yang menentukan intensitas persaingan dalam industri yaitu: (1) ancaman pendatang baru, (2) ancaman produk substitusi, (3) daya tawar pemasok, (4) daya tawar pembeli, (5) persaingan antar anggota industri.

3.1.3 Analisis Internal

Analisis internal merupakan proses para perencana strategi mengkaji faktor internal perusahaan untuk menentukan dimana perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan yang berarti sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menghadapi ancaman di dalam lingkungan. Menurut David (2006) faktor-faktor internal yang dianalisis mencakup:

1. Faktor Pemasaran

(36)

36 terdiri dari analisis pelanggan, penjualan produk atau jasa, perencanaan produk ata

jasa, penetapan harga, distribusi, riset, pemasaran dan analisis peluang. 2. Faktor Produksi atau Operasi

Analisis faktor produksi dan operasi yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan dari kegiatan produksi atau operasi. Fungsi produksi atau operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Sedangkan manajemen produksi atau operasi berhubungan dengan input transpormasi dan output yang bervariasi antar industry dan pasar.

3. Faktor Manajemen dan Sumberdaya Manusia

Analisis faktor manajemen yaitu menganalisis kemampuan manajemen suatu perusahaan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas dasar perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf dan pengendalian. Perencanaan adalah aktivitas yang merupakan persiapan masa depan. Pengorganisasian adalah seluruh aktivitas yang menghasilkan struktur pekerja dan hubungan otoritas. Pemberian motivasi terkait dengan pembentukan perilaku sumberdaya manusia, sedangkan aktivitas pengendalian diarahkan agar seluruh aktivitas berjalan sesuai dengan rencana dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Faktor sumberdaya manusia merupakan sumberdaya manusia yang penting dalam perusahaan. Kualitas sumberdaya manusia dalam organisasi akan menentukan keberhasilan dalam orgaisasi tersebut.

4. Faktor Keuangan

(37)

37

3.1.4 Merumuskan dan Menentukan Strategi

Tahap untuk merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk menjawab visi dan misi perusahaan dapat digunakan beberapa macam alternatif pilihan strategi. Strategi tersebut didasarkan pada analisis faktor internal dan faktor eksternal pada lingkungan perusahaan sehingga dapat memberikan hasil dan mengevaluasi strategi yang terbaik untuk perusahaan. Beberapa alat analisi yang digunakan dalam menentukan strategi antara lain yaitu :

1. Internal Factor Evaluation Matrikx (IFE Matriks), Eksternal Factor Evaluation Matrikx (EFE Matriks) dan Internal Eksternal Matrikx (IE Matriks).

Analisis lingkungan internal atau evaluasi faktor internal mencakup pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang kemudian dapat dianalisis melalui identifikasi faktor-faktor internal apa saja yang terkait dengan perusahaan. Data dan informasi aspek internal dapat diperoleh dari beberapa aspek yang ada pada perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, produksi, pemasaran, sistem informasi, penelitian dan pengembangan.

Analisis lingkungan eksternal atau evaluasi faktor eksternal, digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang mencakup faktor peluang dan ancaman dari perusahaan. Data eksternal dikumpulkan melalui hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi, sosial, budaya, lingkungan demografi, teknologi, politik, hukum dan kompetitif perusahaan. Dari masing-masing faktor internal dan eksternal, kemudian diberikan bobot nilai berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut. bobot IFE pada sumbu horizontal dan bobot EFE pada sumbu vertikal.

(38)

38 2. Analisis Matriks SWOT

Analisa SWOT adalah sebuah bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisis ini sangat dikenal sebagai alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi (David 2009). Analisa SWOT sendiri merupakan singkatan dari kepanjangan

Strenght (Kekuatan), Weakness (Kelemahan), Opportunity (Peluang) dan Threat

(Ancaman).

3. Anaisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Langkah selanjutnya setelah diperoleh alternatif strategi melalui tahapan pencocokan dengan menggunakan matriks IFE, EFE, IE dan SWOT, kemudian dipilih strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis QSPM. QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberasilan kunci internal dan eksternal diperbeiki (David 2009).

Strategi memberikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif strategi yang layak. Alternatif strategi yang telah dirumuskan dalam Eksternal Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE) dipilih menggunakan matriks Internal Eksternal (IE) dan Analisis Strenght-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT), kemudian diurutkan dengan Quantitative Strategic Planning Matriks (QSPM) menurut angka prioritas yang paling besar.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Jamur merupakan salah satu tanaman pertanian yang berpotensial untuk dikembangkan, karena dapat menjadi mata pencaharian masyarakat dan mempunyai andil cukup besar sebagai penghasil devisa negara untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Permintaan akan jamur dan adanya manfaat jamur bagi kesehatan mengakibatkan tumbuhnya industri jamur.

(39)

39 kenaikan biaya produksi akibat harga BBM, keterbatasan modal untuk

mengembangkan usaha. Dengan adanya masalah tersebut, dan untuk menghadapi persaingan maka perlu dirumuskan strategi pengembangan usaha divisi jamur yang tepat untuk perusahaan.

Dalam menetapkan strategi untuk mengembangkan usaha divisi jamur, perusahaan terlebih dahulu melakukan identifikasi visi dan misi. Hal ini perlu dilakukan karena penerapan strategi membutuhkan kecocokan visi misi dengan serangkaian tindakan yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Analisis lingkungan internal dan eksternal perlu dilakukan sebagai input untuk merumuskan alternatif strategi. Dalam analisis lingkungan eksternal, yang harus dianalisis mencakup lingkungan politik, ekonomi, kebijakan, hukum, sosial budaya, demografi, lingkungan serta persaingan industri. Analisis lingkungan internal mencakup pemasaran keuangan, produksi dan operasi, serta penelitian dan pengembangan.

Hasil identifikasi kemudian akan masuk pada kerangka kerja perumusan strategi yang terdiri dari tiga tahapan.

1. Tahap pertama yaitu tahap masukan yang terdiri dari matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) dan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE).

2. Tahap kedua yaitu tahap pencocokan yang memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terdiri dari matriks IE (Internal and External Matrix) dan matriks SWOT.

3. Tahap ketiga yaitu tahap pemilihan strategi atau keputusan, pemilihan strategi berdasarkan pada pertimbangan terhadap sejumlah alternatif strategi yang telah ditetapkan sebelumnya pada tahap 2. Pada tahap ini digunakan metode QSPM untuk mengetahui alternatif strategi terbaik. Alur kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

(40)

40 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perusahaan The Pinewood Organik Farm

Permasalahan yang dihadapi :

Kapasitas produksi yang masih rendah sehingga belum mampu memehuhi permintaan, keterbatasan modal dan persaingan dalam industri jamur, kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga BBM

Melakukan identifikasi internal dan eksternal perusahaan

Faktor Eksternal : Analisis lingkungan umum: (PEST)

Analisis lingkungan industri:

• Ancaman pendatang baru • Ancaman produk substitusi • Daya tawar pemasok • Daya tawar pembeli • Persaingan antar anggota

inustri Faktor Internal :

• Aspek pemasaran • Aspek produksi dan

operasi

• Aspek manajemen dan sumberdaya manusia • Aspek keuangan

Matriks EFE Matriks IFE

• Matriks IE • Matriks SWOT

Alternatif Penentuan strategi pengembangan usaha perusahaan jamur tiram

Quantitative Strategic Planning Matrix/ QSPM

(41)

41

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan The pinewood Organik Farm yang berlokasi di Jalan Gandamanah, Desa Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. The Pinewood Organik Farm adalah perusahaan agribisnis yang menghasilkan komoditi jamur. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa kondisi iklim Kecamatan Cisarua baik untuk pertumbuhan jamur, selain itu Kecamatan Cisarua merupakan salah satu daerah penghasil jamur di Bogor. Hal lain yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah ketersediaan data dan kesediaan pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2010 sampai bulan Maret 2011.

4.2 Data dan Metode Pengumpulan Data

4.2.1 Jenis Data

Data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini adalah data yang mengacu pada usaha jamur. Data tersebut berkaitan dengan faktor internal seperti pemasaran, produksi, manajemen, dan keuangan. Selain itu, dibutuhakan juga data faktor eksternal yang langsung mempengaruhi usaha jamur yaitu lingkungan industri dan lingkungan umum, serta faktor tidak langsung yaitu lingkungan makro seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Data yang digunakan dalam penelitian ada dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder.

4.2.2 Metode Pengumpulan Data

(42)

42 Pengambilan data primer lain dengan wawancara menggunakan responden

sebanyak tiga orang yaitu manajer perusahaan, kepala divisi dan mandorlapangan. Pengambilan informasi tentang faktor-faktor internal dipilih dari pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden tersebut adalah dengan anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi perusahaan. Konsep wawancara dalam mengidentifikasi faktor internal dapat disusun berupa kuisioner. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan

No. Jenis Data Sumber Data

1. Data Primer

Observasi Melihat dan mengamati secara langsung

keadaan dan situasi perusahaan

Wawancara Dengan memilih responden yaitu manajer

perusahaan

Kuisioner

Memberikan kuisioner kepada responden (manajer perusahaan,kepala divisi, mandor lapangan)

Penelaahan dokumen perusahaan Diperoleh dari perusahaan

2. Data Sekunder

Buku-buku

- Buku tentang budidaya jamur

- Buku tentang strategi pengembangan bisnis

Data Instansi - Direktur Jendral Pertanian

- Badan Pusat Statistik

Literatur-literatur - Skripsi

- Majalah

Dalam mendapatkan informasi tentang faktor-faktor eksternal maka peneliti menggunakan informan yang terdiri dari masyarakat sekitar, dan pelanggan. Pemilihan informan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi faktor eksternal. Masyarakat sebagai informan dapat memberi pandangan tentang komoditi jamur.

(43)

43 konsumsi jamur. Data skunder berupa pendukung penelitian melalui

penelitian-penelitian sebelumnya dapat diperoleh dari skripsi.

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah didapatkan, kemudian diolah dan dianalisis. Hasil dari pengolahan dan analisis data digunakan untuk merumuskan strategi. Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan data untuk memberikan solusi terhadap permasalahan. Analisis kuantitatif dibagi dua yaitu analisis eksternal dan internal. Alat analisis yang digunakan mengacu pada konsep David (2009) seperti berikut ini.

4.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum, visi dan misi perusahaan. Analisis deskriptif yang digunakan dapat pula digunakan untuk mendapatkan kondisi aktual perusahaan.

4.3.2. Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Analisis Faktor Lingkungan

Internal Eksternal

Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis lingkungan internal adalah: 1. Operasi/Produksi

a) Inovasi Produk b) Produktivitas

c) Pengawasan Produksi d) Tenaga Kerja

e) Bahan Baku f) Bahan Pembantu 2. Manajemen

a) Struktur Organisasi perusahaan

b) Tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan c) Tingkat keterampilan karyawan

d) Jumlah karyawan

(44)

44 3. Keuangan

a) Kondisi ekonomi perusahaan b) Sumber dana perusahaan c) Biaya operasional d) Laba penjualan

4. Penelitian dan pengembangan a) Intensitas pelaksanaan litbang b) Inovasi teknologi

c) Pengembangan produk

Jenis data yang dikumpulkan dalam analisis lingkungan eksternal adalah: 1. Ekonomi

a) Keadaan ekonomi secara umum

b) Perkembangan tingkat harga produk dan harga bahan baku c) Tingkat pendapatan masyarakat

2. Sosial budaya, Demografi, dan lingkungan

a) Program sosial atau tanggung jawab sosial perusahaan b) Manajemen limbah

3. Teknologi

a) Perkembangan teknologi produksi b) Perkembangan teknologi informasi

c) Jumlah tenaga kerja dan biaya dalam aplikasi teknologi 4. Politik, Kebijakan Pemerintah, dan hukum

a) Stabilitas politik dan keamanan

b) Perundang-undangan dan peraturan dalam perdagangan 5. Konsumen

a) Kualitas produk yang dibeli konsumen b) Lokasi pemasok

c) Loyalitas konsumen terhadap merk d) Harga yang diterima konsumen e) Kekuatan tawar-menawar konsumen

(45)

45 b) Keberadaan pemasok lain

c) Kekuatan tawar-menawar pemasok

d) Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku 7. Pesaing

a) Sasaran dan strategi pesaing b) Jumlah pesaing

c) Kekuatan pesaing

d) Keberadaan produk subtitusi 8. Data potensi wilayah

a) Tingkat pendidikan b) Pertumbuhan penduduk c) Demografi wilayah

d) Distribusi pemanfaatan tanah oleh bidang peternakan e) Sumber mata pencaharian

f) Sumberdaya alam yang dimiliki g) Tenaga kerja

h) Hasil dari produk pertanian i) Jumlah penduduk

Faktor kunci sukses dari hasil analisis eksternal dimasukkan ke dalam matriks Eksternal factor evaluation (EFE). Matriks EFE digunakan utnuk menganalisis faktor-faktor eksternal perusahaan (David, 2009). Matrik EFE membuat perencanaan strategi yang dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, politik, pemerintah, hukum, teknologi, persaingan, sosial budaya, demografi, dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal yang telah diperoleh tersebut kemudian diklasifikasikan menjadi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

(46)

46 perusahaan dalam matriks IFE, EFE dapat dikembangkan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan

Langkah awal yang dilakukan dalam hal ini adalah identifikasi faktor eksternal dilakukan dengan cara mendaftarkan peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Pertama mendaftarkan peluang, kemudian ancaman. Sedangkan untuk mengidentifikasikan faktor internal perusahaan yaitu dengan cara mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Kekuatan didaftarkan terlebih dahulu, setelah itu kelemahan perusahaan.

2. Teknik Pembobotan

Faktor internal dan eksternal perusahaan dibuat terlebih dahulu sebelum membuat matriks IFE dan EFE. Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak manajemen dengan menggunakan metode Paired Comparison (David, 2006). Metode ini digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal perusahaan. Untuk matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 7 dan matriks EFE pada Tabel 8. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

Nilai 1: jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2: jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3: jika indikator lebih penting daripada indikator vertikal

Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan

Faktor Strategi Internal A B C ... Total

A

B

C

...

Total

(47)

47

Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan

Faktor Strategi Eksternal

A B C .... Total

A

B

C

....

Total

Sumber: David (2006)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

xi ai =

n xi i=1 Keterangan:

ai : bobot variabel ke-i

xi : Nilai variabel ke-i untuk seluruh faktor horizontal i : 1, 2, 3...., n

n : Jumlah variabel

4.3.2.1 Analisis Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Menurut David (2006), matriks EFE membuat perencanaan strategi yang meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan, yaitu:

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman perusahaan atau disebut lingkungan eksternal perusahaan. Daftar peluang terlebih dahulu kemudian ancaman.

(48)

48 sering mendapat bobot lebih besar dari ancaman. Tetapi ancaman dapat juga

menerima bobot tertinggi jika sangat mengancam. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor diatas harus sama dengan 1,0.

3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 1 sampai 4 berdasarkan pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap kondisi perusahaan. Nilai 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab faktor ini. Skala peringkat yang digunakan yaitu:

Nilai 4 = Jawaban superior Nilai 2 = Jawaban rata-rata Nilai 3 = Jawaban di atas rata-rata Nilai 1 = Jawaban jelek

Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan. Peringkat didasarkan pada keadaaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 didasarkan pada industri.

4. Mengalikan bobot dengan rating, untuk memproleh faktor pembobotan. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi industri yang bersangkutan.

(49)

49

Tabel 9. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x rating

(skor) PELUANG

1 2 - -

ANCAMAN 1

2 - -

Total 1,0

Sumber: David (2006)

4.3.2.2 Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dalam David (2006) dapat dikembangkan dengan lima tahap, yaitu:

1. Menuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. Menggunakan total sepuluh hingga dua puluh faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan.

2. Memberikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa menghiraukan apakah faktor kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja organisasi diberi bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus 1,0.

(50)

50 Nilai 1 = Kelemahan Utama Nilai 3 = Kekuatan Kecil

Nilai 2 = Kelemahan kecil Nilai 4 = Kekuatan Utama

4. Mengalikan bobot faktor dengan rating, untuk memperoleh nilai pembobotan. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menjumlahkan nilai pembobotan untuk setiap variabel untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Total skor untuk matriks IFE berkisar antara 1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi) dan skor rata-rata adalah 2,5. Total skor lebih tinggi dri 2,5 menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi yang cukup baik, sedangkan total skor yang lebih rendah dari 2,5 berarti perusahaan dalam keadaan lemah. Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor Internal Bobot Rating Bobot Rating

(skor) KEKUATAN

1 2 -

-

KELEMAHAN 1

2 - -

Total 1,0

Sumber: David (2006)

4.3.2.3 Analisis Matriks Internal External Matrix (IE)

(51)

51 ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama yang memiliki dampak

strategi yang berbeda, yaitu ;

1. Divisi yang termasuk ke dalam sel I, II, IV dapat menggunakan strategi tumbuh dan bina (growth and build). Strategi yang tepat untuk keadaan ini adalah berupa strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).

2. Divisi yang masuk ke dalam sel III, V, VII, dapat menggunakan strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang dapat dilakukan adalah dapat berupa penetrasi pasar dan pengembangan produk.

3. Divisi yang masuk ke dalam sel VI, VIII, atau IX, strategi yang dapat diterapkan adalah panen atau divestasi (harvest or divestiture).

(52)

52

Total Score IFE

Kuat Rat-rata Lemah

(4,00-3,00) (2,00-2,99) (1,00-1,99)

4,00 3,00 2,00 1,00

Gambar 3. Matriks Internal-Eksternal IE Sumber : David (2006)

4.3.2.4 Analisis Matriks SWOT

Formulasi alternatif strategi dilakukan dengan menganalisis peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang diperoleh melalui identifikasi lingkungan eksternal dan internal. Identifikasi kekuatan dalam analisis keunggulan kompetetif ditunjukkan dengan keadaan suatu atribut yang mendukung, sedangkan kelemahan ditunjukkan dengan keadaan atribut yang kurang mendukung.

(53)

53 Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan internal

perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, WT agar memperoleh situasi mereka dapat menerapkan strategi SO. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO alternatif adalah menerima dan melatih orang untuk memiliki kemampuan teknis yang diperlukan.

Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini tidak berarti bahwa organisasi yang pasti selalu menghadapi ancaman frontal dalam lingkungan eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defenisif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman lingkungan.

Matriks SWOT menampilkan sembilan sel, yaitu empat sel faktor utama yang menetukan, empat sel strategi, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi dengan lebel SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci berlebel S, W, O, dan T. Penyusunan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 11.

Gambar

Table 5. Penelitian Terdahulu
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tabel 6. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

sekunder dilakukan melalui studi dokumentasi. Perumusan strategi alternatif dan strategi prioritas menggunakan analisis matriks SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan

Berdasarkan hasil pengolahan QSPM dapat sembilan alternatif strategi dengan skala prioritas “mengembangkan potensi yang dimiliki perusahaan dan tetap mempertahankan konsep wisata yang

Prioritas strategi tertinggi yang dapat diterapkan dalam strategi pengembangan usaha abon sapi Bu Yati berdasarkan analisis Matriks QSPM adalah strategi II yaitu

peluang, dan 5 faktor ancaman serta terumuskan 8 strategi, kemudian ditentukan prioritas strategi dengan analisis QSPM maka diperoleh strategi berdasarkan prioritas yang paling

Berdasarkan hasil analisis QSPM, strategi terbaik yang harus dilakukan dengan nilai TAS tertinggi ( ) adalah mempertahankan harga jual produk di pasaran dengan

Kemudian melalui pengolahan QSPM diperoleh prioritas alternatif strategi pemasaran berturut-turut sebagai berikut (1) mempertahankan harga jual produk yang lebih murah dari

Prioritas strategi kebijakan pengembangan wisata bahari yang diperoleh dari hasil analisis Matriks SWOT dan Matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi mengembangkan

Hasil analisis dengan matriks SWOT dan QSPM, diperoleh alternatif strategi yang dapat diimplementasikan, yaitu memanfaatkan kemajuan TI, seperti website dan