• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan

Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih

Binjai

Skripsi Oriza Sativa

051101034

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan pemenuhan gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Nama mahasiswa : OrizaSativa NIM : 051101034

Jurusan : Ilmu Keperawatan (S1) Tahun : 2010

Tanggal lulus (...)

Pembimbing Penguji 1

(Ismayadi S,Kep, Ns )

NIP: 19750629 200212 1 002 (Iwan Rusdi.SKp, MNS) NIP: 19770726 200212 2 001 Penguji II

(Sukri Tanjung S.Kep, Ns)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan sarjana keperawatan (S.Kep)

Medan, 26 Juli 2010 Pembantu Dekan I

Erniyati, S.Kp, MNS

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah_Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelasaikan skripsi penelitian ini dengan judul “Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih

Binjai.

Skripsi penelitian ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Bapak Iwan Rusdi, S.Kep M.Kep selaku penguji II dan yang telah memvalidasi intrumen penelitian ini, dan Bapak Sukri M. Tanjung, S.Kep, Ns selaku penguji III.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

6. Papa saya Bahtiar dan Mama saya Risnah: selaku orang tua penulis, terimakasih yang tak terhingga untuk Papa dan Mama yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang besar kepada Ori selama ini. Terima kasih atas doa papa dan mama, kekuatan doa kalian adalah semangat untuk Ori. Semoga Allah senantiasa memberikan keimanan dan berkah umur untuk papa dan mama. Allahumma Amiin.

7. Adik-adik saya : Feni, Kiat, Celly dan Iqbal, terimakasih atas motivasi dan kasih sayang yang sudah diberikan pada kakak.

(5)

khair ya ukhti fillah, semoga Allah senantiasa mengumpulkan kita di atas jalan kebenaran dan senantiasa dalam dakwah. Allahumma Amiin.

9. Ibu Asma selaku Pimpinan Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai. 10. Para Penghuni Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai yang telah

berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.

Akhir kata penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Medan, Juli 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan ... i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Abstrak...ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat penelitian ... 6

(7)

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 34

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional ... 35

3.2.1 Definisi Konseptual ... 35

3.2.2 Definisi Operasional ... 35

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 37

4.2 Populasi dan sampel Penelitian ... 37

4.2.1 Populasi ... 37

4.2.2 Sampel ... 37

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

4.4 Pertimbangan Etik ... 38

4.5 Instrumen Penelitian ... 39

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 40

4.7 Pengumpulan Data ... 41

4.8 Analisa Data ... 42

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil...44

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia………9

Tabel 2 Asupan gizi yang dianjurkan...25

Tabel 3 Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari (Usia 60 tahun keatas)...25

Tabel 4 Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan...28

Tabel 5 Kontaminasi Logam Berat dan Efek Keracunan yang Ditimbulkan...28

Tabel 6 Kategori Ambang Batas IMT...33

Tabel 7 Definisi Operasional Variabel Penelitian………..35

Tabel 8 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia di panti werdha.44 Tabel 9 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap makanan yang bergizi dan seimbang...46

Tabel 10 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap olah raga teratur dan seimbang………..48

Tabel 11 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur………50

Tabel 12 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur………52

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Judul : Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Lanjut usia atau usia tua merupakan suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan). Desain penelitian ini yaitu deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini yaitu 160 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini yakni 48 responden. Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Sumatera Utara, pada tanggal 05 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel ialah purvosif sampling. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan menggunakan skala likert. Nilai Reliabilitas yang didapat dari penelitian ini yaitu 0.877. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 48 responden, mayoritas lansia memiliki karakteristik baik dengan jumlah 27 orang (56,3%), karakteristik cukup berjumlah 18 orang (37,5%), dan yang memilikai karakteristik tidak baik berjumlah 3 orang (6,3%). Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya bagi pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan peneliti berikutnya.

(11)

Judul : Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Lanjut usia atau usia tua merupakan suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat. Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan). Desain penelitian ini yaitu deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini yaitu 160 orang dan jumlah sampel dalam penelitian ini yakni 48 responden. Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Sumatera Utara, pada tanggal 05 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010. Teknik yang dipakai dalam pengambilan sampel ialah purvosif sampling. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan menggunakan skala likert. Nilai Reliabilitas yang didapat dari penelitian ini yaitu 0.877. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 48 responden, mayoritas lansia memiliki karakteristik baik dengan jumlah 27 orang (56,3%), karakteristik cukup berjumlah 18 orang (37,5%), dan yang memilikai karakteristik tidak baik berjumlah 3 orang (6,3%). Penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan khususnya bagi pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan peneliti berikutnya.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara, 2008).

Kemajuan di bidang kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat berdampak pada semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Dengan peningkatan ini maka usia harapan hidup juga akan bertambah, sehingga menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Indonesia merupakan negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia/aging structured (UNICEF, 2007). Selanjutnya hasil survey United Nation International Children Found (UNICEF), mengemukakan bahwa

(13)

Bersamaan dengan bertambahnya usia lansia terjadi pula penurunan fungsi organ tubuh dan berbagai perubahan fisiologis tubuh.

Menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2000 dilaporkan bahwa jumlah penduduk Kota Madya Medan sebesar 2.064.900 jiwa dan 13,5% (278.895 jiwa penduduk) adalah lanjut usia ( Suryadi dan Nugroho, (1999) didalam Darmojo, 2004)

Pada tahap perkembangan lansia, terjadi proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya cadangan pada sebagian besar sistem fisiologis dan disertai dengan meningkatnya kerentangan terhadap penyakit dan kematian. Proses penuaan ini juga mengubah metabolisme tubuh yang diikuti oleh perubahan komposisi tubuh dan perubahan pola makan. Perubahan fisiologis di atas dapat juga menghalangi asupan diet, diantaranya : akuitas rasa dapat menurun sesuai usia, gigi palsu dapat meningkatkan rasa pahit dan asam, penurunan normal pada sekresi lambung menyebabkan kurang efisiensi pencernaan. Oleh karena itu lansia memilki resiko cukup besar terhadap masalah nutrisi (Potter & Perry, 2005).

Semakin meningkatnya umur harapan hidup sebagai akibat dari keberhasilan pembangunan nasional sekarang ini, maka akan meningkatnya jumlah lansia. Pada saat sekarang ini lansia kurang sekali mendapat perhatian yang kurang serius di tengah masyarakat terutama mengenai kecukupan gizi pada mereka. Padahal kalau hal ini dibiarkan terus menerus, lansia itu dapat menjadi beban bagi keluarganya, masyarakat, bahkan bagi negara (Riyadi, 2001).

(14)

mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon (2008), panti jompa adalah tempat dimana tempat berkumpulnya orang – orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya, dimana tempat ini ada yang dikelola oleh pemerintah maupun pihak swasta.

Peningkatan dalam tingkat harapan hidup manusia memang patut untuk disyukuri, namun disisilain kondisi ini menimbulkan polemik baru dalam kehidupan bermasyarakat maupun berkeluarga. Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit

degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya.

Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis. Perlu diingat bahwa kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia (kepikunan), juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi mereka. Hal ini masih ditambah dengan manifestasi yang kompleks dari depresi.

(15)

keluarganya atau dapat juga dirawat di tempat yang kita kenal sebagai rumah jompo.

Nilai kekeluargaan yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin menjadi salah satu alasan mengapa rumah jompo bukan menjadi suatu pilihan dalam perawatan lansia. Mengirim keluarga yang sudah berumur dan memerlukan perawatan ekstra ke rumah jompo dianggap sebagai perbuatan yang tidak terpuji. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ekstra lansia tersebut mereka mempekerjakan seorang perawat untuk merawat orangtuanya di rumah.

Melalui cara ini memang terdapat keuntungan maupun kerugiannya. Lansia dapat tetap tinggal di rumah sehingga ia mendapatkan rasa nyaman dan aman. Namun juga banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama. Perlu diingat bahwa lansia memerlukan berbagai hal lain untuk dapat mempertahankan kualitas hidupnya seperti latihan-latihan yang dapat melatih kekuatan tubuhnya agar tidak terus menurun, ataupun bagaimana untuk mempertahankan fungsi kognitifnya. Tak lupa bahwa lansia juga membutuhkan sosialisasi. Hal ini menuntut perhatian khusus dari keluarga yang menjaga lansia tersebut. Jangan sampai lansia merasa sendirian yang akan berdampak pada depresi walaupun berada di rumahnya sendiri.

(16)

tertata rapih juga menyediakan perawatan serta fasilitas yang baik dan lengkap untuk merawat lansia.

Di rumah jompo para lansia akan menemukan banyak teman, dimana selain mereka mendapatkan perawatan yang maksimal, juga telah diadakan berbagai kegiatan dan aktifitas yang dapat membantu mereka dalam mempertahankan fungsi motorik dan kognitifnya, seperti permainan, olahraga, keterampilan, juga terdapat hiburan. Makanannya pun telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan baik. Pengukuran tanda-tanda vital seperti pengukuran tekanan darah, pengecekan gula darah, dll menjadi salah satu rutinitas di rumah jompo.

Namun patut diperhitungkan bahwa lansia kadang sukar beradaptasi terhadap lingkungan maupun suasana baru dan kadang lebih menyukai tinggal di rumahnya sendiri. Menjadi tua dan lemah adalah proses yang tidak terelakkan. Perawatan lansia harus dilakukan dengan teliti, sabar, dan penuh cinta. Perawatan lansia diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya dengan lebih baik. (Versayanti, 2008).

(17)

1.2 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti Werdha Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk praktek keperawatan, pendidikan keperawatan, dan penelitian keperawatan yang akan datang. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara, sehingga diharapkan akan dapat membantu perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah gizi lansia khususnya di Panti Werdha Dharma Asih Binjai.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

(18)

pemenuhan gizi di Panti Werdha Sumatera Utara, dalam meningkatkan dan memperbaiki pendidikan keperawatan komunitas.

1.4.3 Penelitian Keperawatan yang akan datang

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usia Lanjut

2.1.1. Definisi Usia Lanjut

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Muhilal,et.al, 1998). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara, 2008). Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas . penggolongan lansia menurut Depkes (2000), menjadi tiga kelompok yaitu : kelompok lansia dini (55-64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

Sedangkan menurut Hurlock (1999), usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.

2.1.2. Teori Proses Penuaan

(20)

berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, dkk. 2008).

Menurut Donald and Stanley (2007) & Maryam (2008), ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

a. Teori Biologis

Teori biologi mencakup untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

Teori biologis terdiri dari teori radikal bebas, teori cros-link, teori imunologis. Teori radikal bebas menyatakan bahwa proses penuaan disebabkan

(21)

b. Teori Psikososial

Teori psikososial terdiri dari teori disengagement, teori aktivitas, teori Kontinuitas. Teori disengagement menyatakan bahwa orang yang menua menarik

diri dari peran yang biasanya dan terikat pada aktivitas yang lebih introspektif dan berfokus pada diri sendiri. Teori aktivitas tidak menyetujui teori disengament dan menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Teori kontinuitas menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan perilaku menjadi lebih mudah diperdiksi seiring penuaan. Berdasarkan teori ini kepribadian merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan antara aktivitas peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini menunjukkan kompleksitas proses penuaan dan kemampuan adaptif seseorang.

2.1.3. Perubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut

Perubahan yang terjadi pada usia lanjut, yaitu: perubahan fisiologis, perubahan kognitif, dan perubahan psikososial.

2.1.3.1 Perubahan Fisiologi Pada Lansia

Berikut ini, disajikan perubahan fisiologi pada lansia dalam bentuk tabel yang terdiri dari sistem tubuh dan temuan normal;

Tabel 1. Perubahan Fisiologi Pada Lansia

NO Sistem Tubuh Temuan Normal

(22)

2. Kardiovaskular Penurunan kekuatan kontraktil miiokardium menyebabkan penurunan curah jantung. Penurunan inni siknifikan jika lansia mengalami stress karena ansietas, kegembiraan, penyakit atau aktifitas berat. 3. Gastrointestinal

dan abdomen

Penuaan mnyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak pada tubuh dan abdomen akibatnya terjadi peningkatan ukuran abdomen.

4. Reproduksi Perubahan pada struktur dan fungsi reproduktif terjadi sebagai akibat perubahan hormonal.

5. Perkemihan Hipertropi kelenjar prostate dapat terjadi pada pria lansia. Hipertropi ini memperbesar kelenjar dan tekanannya terletak pada leher kandung kemih akibatnya infeksi traktus urinarius , seriong berkemih inkontinensia, dan terjadi retensi urin. 6. Muskuloskeletal Lansia yang berolah raga secsra teratur tidak

kehilangan masa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang tidak aktif, serat otot berkurang ukurannya, dan kekuatan otot berkurang sebanding penurunan masa otot.

7. Neurologis Jumlah neuron pada system nerfus mulai nberkurang pada pertengahan dekade kedua. Neuron ini tidak bergenerasi, dan penurunan atau kerusakan dapat menyebabkan perubahan fungsi.

2.1.3.2 Perubahan Kognitif

(23)

2.1.3.3. Perubahan Psikososial

Lansia akan beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi selama proses penuaan. Perubahan psikososial tersebut adalah, seperti: Pensiun, Isolasi social, seksualitas, tempat tinggal, perubahan lingkungan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

Sedangkan menurut Nugroho, (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah mencakup perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan spiritual.

2.2 Perawatan Lanjut Usia

2.2.1. Definisi Perawatan Lanjut Usia

Perawatan lansia adalah satu dari sekian banyak area keperawatan yang bersifat eksklusif karena perawatnya terspesialisasi (Watson, 2003).

Menurut Versayanti (2008), perawatan lansia merupakan penerapan cara hidup sehat. Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang dalam usia lanjut, salah satunya yaitu pemenuhan kebutuhan gizi. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1. Makanan yang bergizi dan seimbang

(24)

fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):

a) Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. b) Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang

yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji – bijian).

c) Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. d) Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang

bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.

e) Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.

f) Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.

g) Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.

h) Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.

i) Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan mudah dicerna.

(25)

k) Makan disesuaikan dengan kebutuhan 2. Minum air putih 1.5 – 2 liter

Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai

(26)

kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

4. Istirahat, tidur yang cukup

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan

(27)

telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan

Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur

(28)

menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

8. Menjaga Keseimbangan Mental dan batin

Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang.

b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

(29)

9. Rekreasi

Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Membina Hubungan yang sehat antar sesama

Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

2.2.2. Masalah dalam Perawatan Lanjut Usia

(30)

diderita. Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), inkontinensia, gangguan intelektual/dementia, infeksi, gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit, sulit buang air besar, depresi, kurang gizi, menderita penyakit akibat obat-obatan, insomnia, daya tahan tubuh menurun, impotensi (WHO/UNU, 1989). 2.3. Kebutuhan Gizi Lansia

Pangan sebagai sumber energi pada makhluk hidup pada umumnya dan khususnya kebiasaan pola makan yang kurang teratur bisa membuat golongan 17 lansia yang sudah berumur lebih setengah abad tidak bisa menikmati kehidupan yang penuh aktivitas dan merasa sehat, karena hanya dengan olahraga yang teratur dan asupan gizi yang baik maka lansia mampu mempertahankan daya tahan tubuhnya secara optimal. Adalah sebuah persepsi yang salah bahwa kaum lansia tidak perlu memperhatikan asupan zat gizinya. Dengan alasan mereka sudah tidak lagi terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya. Memang benar lansia tidak membutuhkannya justru mereka sangat membutuhkan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya (Arcole, 1996).

(31)

Kalori dasar ini adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiataan tubuh dalam keadaan istirahat (Muhilal, et.al., 1998).

2.3.1. Gizi Pada Lansia

Belloc dan Breslow di tahun 1972 mengatakan bahwa “strong modifiers” untuk proses menua adalah berat badan, keteraturan makan, konsumsi

alkohol yang rendah, tidak merokok dan keteraturan aktivitas fisik. Pengamatan pada manusia menunjukkan bahwa gizi yang tidak benar, aktivitas fisik berkurang, obesitas, stres, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan berkontribusi terhadap penurunan berbagai fungsi organ di usia lanjut. Apabila seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan tetap baik. Perubahan status gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun faali dan status kesehatan mereka. Faktor kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif maupun non degeneratif yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan

dalam absorpsi dan utilasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan pada beberapa kasus dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminum para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya (Darmojo, 2004).

2.3.2. Jumlah Kebutuhan Minimal Sehari (MDR/Minimal Daily Requrement)

(32)

Pada pendekatan terapeutik, subyek penelitian dibuat sakit dahulu dan kemudian diberi zat gizi yang sedang diteliti, untuk menentukan dosis terkecil yang dapat menyembuhkan gejala-gejala kekurangan zat gizi tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Pada pendekatan preventif subyek penelitian sehat diberi makanan yang mengandung zat gizi sedang diteliti itu dikurangi secara bertingkat, dan dicari dosis terkecil yang sanggup menjaga subyekpenelitian dari gejala-gejala defisiensi zat gizi tersebut.

a. Pendekatan Terapeutik

(33)

makanan tersebut dapat ditentukan, bila zat gizinya telah diketahui dan dipisahkan secara murni.

b. Pendekatan Preventif

(34)

atas MDR menurut pendekatan preventif, dan batas bawah MDR menurut pendekatan kuratif.

2.3.3.Anjuran Kebutuhan Sehari (RDA/Recommended Daily Allowence) MDR adalah kebutuhan minimal sehari agar seseorang rata-rata tidak menjadi sakit, pada kondisi yang umum dianggap normal. Pada keadaan-keadaan khusus, dosis MDR ini mungkin tidak akan mencukupi, misalnya pada saat orang itu bekerja lebih berat dari biasa, atau pada saat ada stress fisik lain yang tidak terdapat sehari-hari. Karena itu MDR harusdinaikkan dengan suatu tambahan, agar sanggup menjamin kebutuhan yang meningkat karena keadaan khusus itu. Jumlah (dosis) MDR zat gizi setelah diberi tambahanini, kemudian dianjurkan untuk dikomsumsi setiap harinya dan disebut Anjuran Kecukupan Sehari atau RDA (Recommended Daily Allowance). Tambahan pada MDR untuk menjadikan RDA ini disebut Batas Keamanan (Safety Margin), sehingga dapat diberikan rumus:

Dimana : RDA = Anjuran Kecukupan Sehari MDR = Kebutuhan Minimal sehari A = Batas Keamanan

Nilai MDR tidak banyak berbeda bagi berbagai bangsa, tetapi RDA berbeda-beda bagi masing-masing negara atau bangsa, hal ini karena nilai batas keamanan yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya batas

(35)

keamanan tersebut ialah tingat kesehatan gizi masyarakat yang di capai, tingkat ekonomi masyarakat/negara yang menetukan tingkat daya beli, umur kelompok, jenis kelamin, dan kondisi fisik. Nilai RDA ini berlaku bagi rata-rata masyarakat, jadi bila hendak diterapkan bagi perorangan, harus diadakan lagi adaptasi kondisi orang tersebut, misalnya yang lebih gemuk mungkin memerlukan zat gizi yang lebih banyak, dan sebaliknya yang lebih kurus akan memerlukan zat gizi yang kurang dibandingkan dengan RDA. Tingakat kegiatan kerja juga berpengaruh terhadap RDA bagi perorangan. Nilai RDA untuk suatu negara tertentupun harus ditinjau secara periodik, karena berbagai faktor yang mempengaruhi nilai batas keamanan itu berubah pula menurut kondisi dan waktu. Sebaiknya nilai RDA ditinjau dan disesuaikan secara periodik, misalnya setiap 5-10 tahun sekali. Demikan pula daftar RDA bagi Indonesia ditinjau dan disesuaikan secara berkala, umumnya estiap 10 tahun sekali, tetapi penyesuaian terakhir dilakukan setelah 5 tahun karena kemajuan ekonomi.

2.3.4. Kecukupan Gizi

(36)

Tabel 2.Asupan gizi yang dianjurkan

Asupan Gizi

Laki-Laki Perempuan

Inggris Indonesia Inggris Indonesia

75+ 60+ 75+ 60+

Tabel 3. Kecukupan Bahan Makanan Satu Hari (Usia 60 tahun keatas)

Dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi masyarakat dunia, tentunya dibutuhkan pembangunan dan perbaikan sistem ketahanan pangan dalam sebuah negara, yang terdiri dari 5 elemen dasar, yaitu;

1) Food Availability and stability (Ketersediaan dan stabilitas pangan).

Jenis Bahan

Makanan Laki-Laki Perempuan

Nasi 2 sendok makan (sdm)

(37)

2) Food Accessibility (Kemudahan akses dalam memperoleh atau mencukupi pangan).

3) Production and consumtion of food security (keamanan dalam produksi

dan konsumsi bahan pangan).

4) Food utilization (pemanfaatan pangan).

5) Continuitas and accessibility of food (keberlanjutan akses ketersediaan

pangan dengan usaha tani) (Lathan, 1997).

2.3.5 Masalah Gizi Lansia

(38)

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000), bahwa tujuan khusus aksi untuk penurunan dan pencegahan masalah pangan dan gizi adalah sebagai berikut;

1) Mengembangkan wawasan penentu kebijakan masalah pangan dan gizi serta prioritas penanganannya.

2) Meningkatkan kemampuan merumuskan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program pangan dan gizi.

3) Menjaga kesinambungan program pangan dan gizi.

4) Memantapkan keterpaduan program melalui sistem pemantauan secara terus-menerus terhadap berbagai bentuk masalah pangan dan gizi.

(Pusat Studi Kebijakan Pangan dan gizi IPB dan Deptan RI, 2002).

Di usia lansia, banyak dari kalangan masyarakat dunia yang mengidap penyakit mematikan, seperti; kanker, jantung, dan diabetes. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penanganan dan konsumsi makanan. Berbagai macam toxin ditemukan secara alami dalam bahan pangan yang bersumber dari tanaman, peternakan, maupun perikanan. Pangan juga dapat terkontaminasi logam berat dan mikroba patogen, karena terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran bahan pangan dapat ditinjau dari 2 segi utama, yaitu:

(39)

2) Kontaminasi, bahan pangan tidak aman dikonsumsi karena telah terkontaminasi oleh mikroorganisme dan bahan kimia, seperti; logam berat dan racun kimia.

(FAO, 1997).

Pada tabel-tabel berikut ini, disajikan berbagai jenis logam berat, dan bahan-bahan kimia yang membahayakan terhadap kesehatan jika tercemar kedalam bahan pangan, yaitu:

Tabel 4. Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan

NO Bahan Kimia Jenis

1. Bahan pangan tambahan

Bahan Pengawet (nitrit, senyawa sulfitasi), penambah aroma (MSG) dan pewarna. 2. Bahan kimia dari

bahan pengemas Monomer, plasticizer, bahan pencetak (tinta) 3. Bahan kimia

pertanian Insektisida, herbisida, fungisida dan fertilizer

4.

Hidrokarbon, produk oksida lipid, nitrosamine, polisiklik aromatik, dan mutagen dari proses pemanasan daging.

5. Kontaminan

Peralatan dalam pasca panen (Cu, Zn, Fe203), Polusi lingkungan dan industri (Hg, poly-chlorinated biphenyl atau polybrominated biphenyl).

Sumber: Winarno, (1999).

Tabel 5. Kontaminasi Logam Berat dan Efek Keracunan yang Ditimbulkan

NO Logam Berat Efek Keracunan

1. Merkuri

Merusak sistem saraf, depresi, kelelahan, lesu, sakit kepala, gangguan lambung dan usus.

2. Cadmium

(40)

3. Timah

Merusak sistem saraf, kemunduran mental, sistem pembentukan darah, ginjal, sistem reproduksi, dan sistem endokrin.

4. Alumunium Kerusakan urat saraf dan otak

5. Kobalt

Nausea, mual, anoreksia, telinga berdenging, kerusakan saraf, dan penyakit pernapasan. 6. Kromium Kerusakan ginjal dan kanker paru-paru Sumber: Winarno, (1999).

Adinugraha (2009), menjelaskan masalah gizi lansia terdiri dari: 1. Gizi Berlebih

Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaa n makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.

2. Gizi Kurang

(41)

3. Kekurangan Vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

2.3.7. Penentuan Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik bila pola makan kita seimbang. Artinya, banyak dan jenis makanan yang kita asup harus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila yang dimakan melebihi kebutuhan, tubuh akan menjadi gemuk. Sebaliknya, bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan, tubuh bakal kurus dan sakit-sakitan. Kegemukan juga tidak berarti sehat karena dapat memacu timbulnya berbagai penyakit. Status gizi kurang atau status gizi lebih akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan tubuh. Kedua keadaan yang ekstrem tersebut dinamakan status gizi salah. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain tingkat pendapatan, pengetahuan gizi yang dimiliki, serta budaya setempat (Kompas, 2008).

Departemen Kesehatan republik Indonesia mempromosikan pedoman umum gizi seimbang (PUGS), yang lebih dikenal dengan 13 pesan dasar gizi seimbang, yaitu;

1. Mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam

(42)

3. Mengkonsumsi karbohidrat sebagai sumber setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi mengkonsumsi lemak dan minyak sampai seperampat dari kecukupan energi

5. Gunakan garam yang beryodium

6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan (ASI Eksklusif) 8. Biasakan Makan Pagi

9. Minum air bersih, aman, dan cukup jumlahnya 10. Lakukan olah raga dan kegiatan fisik secara teratur 11. Hindari minuman beralkohol

12. Mengkonsumsi makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada bahan pangan yang dikemas. (Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 1995).

Demi pemenuhan status gizi masyarakat, maka perlu diketahui penyebab kerusakan pangan dan resikonya untuk kesehatan. Berikut ini beberapa penyebab kerusakan bahan pangan;

a) Serangga perusak bahan pangan. Makanan yang telah terkontaminasi serangga akan tercemar oleh zat kimia dan mengalami kerusakan. b) Enzim yang ada dalam bahan pangan yang bersumber dari mikroba atau

(43)

c) Suhu pemanasan/memasak bahan pangan akan menyebabkan rusaknya struktur gizi, terutama kandungan protein (denaturasi dan koagulasi). (Herper, deaton, and Drisked, 1985).

Berdasarkan dari laporan Food and Agricultural Organization (FAO)/ (World Healt Organization (WHO)/ United Nation Union (UNU) tahun 1985. Batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai body mass index BMI. Di Indonesia istilah BMI diterjemahkan dengan Index Mass Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapaiusia harapan hidup lebih panjang (Supariasa, 2002).

Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Cara menghitung IMT menggunakan rumus berikut ini:

Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia adalah seperti Tabel 6 berikut ini:

Berat Badan (Kg) Berat Badan IMT =

(44)

Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT

Katagori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan < 17,0 17,0 – 18,5

Normal 18,5 - 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 - 27,0 >27,0 Sumber: Supariasa (2002)

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN 1. Kerangka Konsep

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Ket :

: Variabel yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Konsep Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Perawatan

• Makanan yang bergizi dan seimbang

• Olah raga teratur dan sesuai

• Memeriksaan

kesehatan secara teratur

(46)

2. Definisi Konseptual dan Operasional 2.1. Definisi Konseptual

2.1.1 Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia adalah usaha dan cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga dan mempertahaingga dapat menungkatka kesehatan lansia. Adapun cara-cara tersebut adalah: memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, olah raga teratur, pemeriksaan kesehatan yang teratur pada lansia dan rekreasi. (Versayanti, 2008).

2.2. Definisi Operasional

Tabel 7. Definisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Definisi

(47)

3.Pemeriksaan kesehatan yang teratur pada lansia

4.Rekreasi

masing-masing lansia. 3. Pentingnya

pemeriksaan dan

kosultasai kesehatan yang dilakukan oleh lansia yang sudah disediakan oleh panti. 4. Kebiasaan

lansia di panti untuk menghilangk an stres.

(48)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai 4.2 Populasi dan Sampel

4,2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai dengan jumlah populasi 160 kepala keluarga.

4.2.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini (deskriptif) tidak ditentukan. Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah purvosif sampling, yaitu suatu tehnik penetapan sample dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki penelitian. Sehingga sample tersebut dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel yang dikehendaki adalah sebagai berikut, yaitu: 1) Lansia, yang berumur 60 sampai 80 tahun.

2) Lansia bersedia menjadi responden.

(49)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai, dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut banyak terdapat lansia yang memiliki kriteria yang sama. Serta belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai. Selain itu, Panti Werda Tresna Abdi Dharma Asih Binjai merupakan institusi pemerintah, sehingga memudahkan peneliti dalam mengambil data. Waktu penelitian berlangsung 5 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010. 4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu :

1. Self Determination

Peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

2. Informed Consent

Peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden setelah peneliti

memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan, dan manfaat penelitian. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan.

(50)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut.

4. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama yaitu kuisioner data demografi responden yang meliputi usia lansia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, pendidikan, agama, dan suku. Bagian kedua yaitu kuisioner yang berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi. Kuisioner ini terdiri dari 20 pertanyaan yang peneliti kembangkan dari perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi, dimana untuk mengidentifikasi makanan yang bergizi seimbang, olah raga teratur dan sesuai, memeriksa kesehatan secara teratur, dan rekreasi masing-masing terdiri dari 5 pertanyaan.

(51)

karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan gizi lansia cukup, karakteristik perawatan lansia terhadap kebutuhan gizi lansia tidak baik, maka diperoleh panjang kelas sebesar 20.

P = Rentang / Banyak kelas

Dengan P = 20, dengan nilai terendah 0 sebagai batas bawah pertama maka persepsi di kategorikan sebagai berikut :

0-20 : karakteristi tidak baik

21-40: karakteristik cukup

41-60: karakteristik baik

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

(52)

Uji reliabilitas instrumen bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat ukur. Uji reliabilitas digunakan pada item-item yang valid, tinggi rendahnya reliabiltas ditunjukan oleh suatu angka koefisien reliabilitas. Uji reliabilitas instrumen dilakukan terhadap 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel yaitu dengan uji reliabilitas internal konsitensi yaitu instrumen diuji coba sekali kemudian hasil yang diperoleh dianalisa melalui program komputerisasi dengan menggunakan formula cronbach’s alpha. Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner adalah 0,877. Berdasarkan Dempsey & Dempsey (2002), yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil uji lebih besar dari 0,70. Sehingga kuesioner karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi ini dikatakan reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu kelurahan Tanah Merah Kecamatan Binjai Selatan.

(53)

Data yang telah terkumpul diolah dan ditabulasi dengan langkah-langkah yaitu, memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk (Editing). Memberikan kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (Coding). Dan mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan dengan melakukan tabulasi (Tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan data secara komputerisasi dan menggunakan program SPSS dengan crombach alpha. Kemudian dilakukan labelisasi variable, dimana yang akan diukur adalah frekuensi, persen, dan mean. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi ferkuensi untuk melihat karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia.

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, yang secara garis besar meliputi empat langkah yaitu: 1) Persiapan, yaitu mengecek kelengkapan identitas, kelengkapan data macam isian data, 2) Tabulasi data dengan memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item yang tidak di beri skor, 3) Memodifikasi data dan disesuaikan dengan teknik analisa yang digunakan, 4) Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data komputerisasi (Arikunto, 2004).

(54)

alpha. Kemudian dilakukan labelisasi variable, dimana yang akan diukur adalah

(55)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada proses pengumpulan data yang dilakukan dari tanggal 05 Juli 2010 sampai 12 Juli 2010 maka diperoleh informasi tentang karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werdha. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werda yang dibagi dalam dua puluh bagian pernyataan yaitu: lima dari pernyataan mengenai memberikan makanan yang bergizi dan seimbang, lima dari pernyataan mengenai olah raga teratur dan sesuai, lima pernyataan mengenai pemeriksaan kesehatan secara teratur pada lansia dan lima pernyataan mengenai rekreasi.

1.1. Karekterisktis lansia di panti werdha

(56)

(91,7%). Suku bangsa menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini banyak bersuku Jawa 23 orang (47,9%). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table table 8 di bawah ini.

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia di panti werdha.

(57)

Pendidikan

1.2 Karakteristik perawatan lansia terhadap makanan yang bergizi dan seimbang

(58)

menjawab semua dengan selalu ada 48 orang (100%). Pada pernyataan 4 tentang cita rasa makanan yang diberikan pada responden paling banyak menjawab selalu 35 orang (72,9%), dan paling sedikit menjawab jarang 3 orang (6,3%). Dan pernyataan ke 5 mengenai makanan selingan, jawaban yang paling banyak dijawab adalah jarang dengan jumlah 25 orang dan paling sedikit jawaban dalah selalu 4 orang (8,3%) dan tidak pernah 4 orang (8,3%).

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap makanan yang bergizi dan seimbang

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah N % n % n % n % 1. Selama sebulan terakhir,

dalam sehari makanan yang disediakan untuk bapak/ibu terdiri dari karbohidrat vitamin, protein, lemak.

44 91,7 4 8,3 0 0 0 0

2. Selain sayur, bapak/ibu juga mengkonsumsi buah-buahan seperti: pisang, papaya, jeruk, atau yang lainnya.

39 81,3 5 10,4 4 8,3 0 0

3. Dalam sehari bapak/ibu makan 3 sampai 4 kali.

48 100 0 0 0 0 0 0

4. Makanan yang diberikan tidak terlalu manis, tinggi garam dan lemak.

35 72,9 10 20,8 3 6,3 0 0

5. Disamping makanan padat, bapak/ibu juga diberikan makan selingan.

(59)

1.3 Karakteristik perawatan lansia terhadap olah raga teratur dan sesuai

(60)

Tabel 10. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap olah raga teratur dan seimbang

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah n % n % n % N % 1. Bapak/ibu mempunyai

jadwal untuk berolah raga secara rutin dan teratur.

3 6,3 3 6,3 5 10,4 37 77,1

2. Bapak/Ibu berolah raga sebanyak 2 sampai 3 kali dalam seminggu.

10 20,8 16 33,3 16 33,3 6 12,5

3. Olah raga yang Bapak/ibu lakukan sesuai dengan kemampuan Bapak/ibu.

22 45,8 9 18,8 12 25,0 5 10,4

4. Biasanya bapak/ibu mampu melakukan olah raga selama kurang lebih 30 menit.

17 35,4 10 20,8 12 25,0 9 18,8

5. Biasanya bapak/ibu berolah raga secara bersama-sama dengan teman-teman.

0 0 5 10,4 17 35,4 26 54,2

1.4 Karakteristik perawatan lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur

(61)

pemeriksaan kesehatan walaupun dalam keadaan tidak sakit, jawaban yang paling banyak dijawab oleh responden adalah selalu dengan jumlah 29 orang (60,4%) dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 3 orang (6,3%). Untuk pernyataan no 3 yaitu tentang kepatuhan lansia dalam melaksanakan petunjuk/saran dokter/petugas kesehatan terkait dengan kondisi kesehatannya, jawaban yang paling banyak adalah selalu dengan jumlah 34 orang (70,8%), dan yang paling sedikit menjawab tidak pernah dengan jumlah 1 orang (2,1%). Pada pernyataan mengenai keteraturan lansia dalam memeriksa kesehatan, responden paling banyak menjawab selalu dengan jumlah 31 orang (64,6%), dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 1 orang (2,1%). Dan pada pernyataan ke 5 adalah frekuensi yang dilakukan lansia dalam memeriksakan kesehatannya dalam satu bulan, responden banyak menjawab selalu dengan jumlah 30 orang (62,5%) dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (4,2%).

Tabel 11. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah N % n % n % n % 1. Pemeriksaan dan konsultasi

kesehatan dilakukan secara berkala.

31 64,6 6 12,5 8 16,7 3 6,3

2. Walaupun tidak sedang sakit, bapak/ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan.

29 60,4 7 14,6 9 18,8 3 6,3

3. Petunjuk atau saran dokter ataupun petugas kesehatan

(62)

yang berhubungan dengan kondisi kesehatan bapak/ibu akan dilakukan sesuai instruksi.

4. Memeriksa kesehatan secara teratur membuat bapak/ibu merasa sehat.

31 64,6 13 27,1 3 6,3 1 2,1

5. Dalam sebulan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal satu kali.

30 62,5 13 27,1 3 6,3 2 4,2

1.5 Karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan rekreasi lansia

(63)

pernyataan ke 5, yaitu mengenai pilihan lansia dalam berekreasi, responden banyak menjawab sering dan jarang dengan jumlah 18 orang (37,5%) dan paling sedikit menjawab tidak pernah sebanyak 4 orang (8,3%).

Tabel 12. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik lansia terhadap pemeriksaan kesehatan secara teratur

No Pernyataan

Jawaban

Selalu Sering Jarang Tidak Pernah n % n % n % n % 1. Bapak/ibu berekreasi dengan

keluarga atau dengan teman-teman minimal satu kali dalam seminggu.

0 0 1 2,1 13 27,1 34 70,8

2. Setelah berekreasi, pikiran dan perasaan bapak ibu menjadi tenang.

9 18,8 19 39,6 14 29,2 6 12,5

3. Bapak /ibu pergi berekreasi ke tempat yang paling disukai.

1 2,1 4 8,3 31 64,6 12 25,0

4. Bapak/Ibu lebih senang berekreasi di alam terbuka.

1 2,1 4 8,3 38 79,2 5 10,4

5. Meskipun tidak pergi berekreasi di luar panti, Bapak/ibu tetap dapat berekreasi di panti misalnya menonton televisi, makan bersama keluarga yang datang berkunjung.

8 16,7 18 37,5 18 37,5 4 8,3

(64)

1.6 Gambaran Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 48 orang responden terdapat 27 orang (56,3%) memiliki karakreristik pemenuhan gizi yang baik, 18 orang (37,5%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi cukup, dan 3 orang (6,3%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi tidak baik.

Tabel 13. Gambaran Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Lansia Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Karakteristik penilaian Frekuensi Persentase (%)

Baik 27 56,3

Cukup 18 37,5

Tidak baik 3 6,3

2. Pembahasan

Dalama pembahasan akan dijabarkan mengenai karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai.

2.1 Karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai

(65)

yang baik, 18 orang (37,5%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi cukup, dan 3 orang (6,3%) memiliki karakteristik pemenuhan gizi tidak baik. Dari hasil persentase yang didapat di atas menunjukkan bahwa persentase karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia dalam keadaan baik. Hal ini sejalan dengan fungsi sebuah panti jompo, yang merupakan suatu institusi hunian bersama dari pada lanjut usia dari para lanjut usia yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni termasuk juga kebutuhan makanannya telah diatur sedemikian rupa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi lansia.(Darmojo & Martono, 1999).

(66)
(67)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil yang diperoleh dalam penelitian karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werdha tresna abdi dharma asih binjai adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa mayoritas responden/lansia berusia 70-72 tahun (n=14, 29,2%), paling banyak berjenis kelamin perempuan (n=27, 56,3%).

2. Mayoritas responden memiki tinggi badan 160 cm (n=9, 18,8%), dan berat badan 55 kg (n=7, 14,6%).

3. Mayoritas responden beragama islam (n= 44, 91,7%), dan bersuku jawa (n=23, 47,9%).

4. Pada tingkat pendidikan mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan SD (n=36, 75,0%).

(68)

orang (56,3%), karakteristik cukup berjumlah 18 orang (37,5%), dan yang memilikai karakteristik tidak baik berjumlah 3 orang (6,3%).

6. Melihat hasil dari penelitian diatas dapat di simpulkan bahwa sebagian besar lansia yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang baik terhadap pemenuhan kebutuhan gizinya.

2. Saran

2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini mengidentifikasi karakteristik perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi di panti werdha, oleh karena itu diharapkan bagi pelayanan keperawatan khususnya di bidang keperawatan gerontik dan keperawatan komunitas dapat lebih optimal dalam meningkatkan pelayanan keperawatan yang berhubungan dengan masalah gizi lansia khususnya di panti werdha.

2.2 Bagi Penelitian Berikutnya

(69)

2.3. Bagi Pendidikan Keperawatan

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Adventure, J, (2008). Lanjut Usia dan Panti Jompo. Dibuka pada tanggal 06

Oktober 2009, dari

Arcole, M., (2002). Kiat Hidup Sehat Bagi Usia Lanjut. Solo: CV. Aneka Ilmu. Arikunto, S., (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Edisi

RevisiVI, Cetakan ketiga Belas. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya. Arikunto, S. (2004). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baliwati, Y.F., Kosan, A. dan Dwiriani, M.C. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta: Penebar Swadaya.

Brockopp, D.Y. dan Hastings-Tolsma, M.T. (1999). Dasar-dasar Riset Keperawatan, edisi 2. Terjemahan Y. Asih dan Maryunani, A., Jakarta:EGC.

Buckle, K.A., R.A. Adwars, G.Fleet dan Wooton, M. (1987). Ilmu Pangan. Penerjemah H. Purnomo dan Adiono. Jakarta: UI-Press

Darmojo, B. (2004). Tua Tidak Harus Renta.Dibuka pada tanggal 06 Oktober 2009, dari http:www.Suara Merdeka.com/harian/04.06/15 ked 07.htm

Darmojo dan Boedhi, R. (2006). Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FK-UI.

.

Dempsey, P.A. and Dempsey, A.D. (2002). Riset Keperawatan. Buku Ajar dan Latihan, edisi 4. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan, (2000). Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005. Pemerintahan RI bekerjasama dengan WHO.

Ditjen Binkesmas, Depkes RI, (1995). 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta. Donal, C. and Stanley, J.C. (2007). Experimental add Quasi Experimental Design

for Research. Chicago: RaudMC Nally.

Dwiriani, C.M. (2004). Pangan dan Gizi. Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.

Food and Agricultural Organisation (FAO), (1997). Assessment of the Household Food Security Situation, Based on the Agregat. Household Idex and Sixth World Food Survey. Ommitte on World: Food Security.

(71)

Herper, L.J., B.J. Deaton and Drisked, A. (1985). Pangan, gizi, dan Pertanian, Penerjemah Suhardjo. Jakarta: UI-Press.

Hurlock, E. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Latham, M.C. (1997). Human Nutrition in the Developing World. Rome: FAO. Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika.

Maxwell, S. Dan Frankenberger, (1997). Household Food Security: Concept, Indicators, Measurement: UNICEF.

Muhilal, et.al. (1998). Angka Kecukupan Gizi yang Di Anjurkan. Makalah yang disampaikan pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI: Jakarta.. Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, Instrumen Penelitian Ilmu Keperawatan, edisi I. Jakarta: EGC.

Potter, P.A. and Perry, A.G. (2007). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktek. Edisi Empat, Jakarta: EGC.

Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi. IPB-Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan, (2002). Analisa Kebutuhan Bahan Pangan. Jakarta: Deptan.

Riyadi, H. (2001). Metode Penilaian Gizi. Diktat jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian: IPB-Press.

Sediaoetama, A.D. (2006). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi. Jakarta: Dian Rakyat.

Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Soekirman, (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: UI-Press.

Supariasa, I.D.N. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

UNICEF, (2007). The State of World’s Children 2007. New York: Oxford University-Press.

Versayanti, Sarbine. (2008). Merawat lansia: di rumah sendiri atau rumah jompo. Diambil pada tanggal 12 Maret 2010 pada:

(72)
(73)

Lampiran 1

Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai

Saya yang bernama Oriza Sativa/051101034 adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan USU . Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar di Fakultas Keperawatan.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi Karakteristik Perawatan Lansia Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Gizi Di Panti Werdha Tresna Abdi Dharma Asih Binjai.

Dalam penelitian ini, selanjutnya saya memohon kepada bapak/ibu mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesediaan bapak/ibu.

Identitas pribadi bapak/ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya akan di gunakan untuk penelitian ini. Bapak/ibu berhak untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi tanpa ada sanksi dan konsekuensi buruk apapun terhadap ibu di kemudian hari. Jika ada hal yang kurang dipahami ibu dapat langsung bertanya pada peneliti.

Tanda tangan : Peneliti

(74)
(75)

Lampiran 2

KUESIONER

KARAKTERISTIK PERAWATAN LANSIA TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DI PANTI WERDHA

Petunjuk Pengisian :

8. Semua pertanyaan harus diberi jawaban.

9. Isilah pertanyaan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak jawaban yang bapak/ibu pilih.

10.Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut bapak/ibu.

11.Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

A. Data Demografi Hari/ tangga l :

Kode Responden (diisi peneliti) : 1.Usia bapak/Ibu :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 2.Tinggi badan (TB) :…….., Berat badan (BB):……

3. Pendidikan : Tidak sekolah SD SMP

(76)

4. Agama Islam Protestan Hindu

Buddha Katolik 3. Suku Bangsa: Batak Jawa

Melayu Lain-lain

Petunjuk Pengisian:

a. Semua pernyataan harus diberi jawaban.

b. Isilah pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada jawaban yang bapak/ibu pilih.

c. Setiap pernyataan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut bapak/ibu. d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

B. Perawatan lansia terhadap pemenuhan kebutuhan gizi lansia

Keterangan ; SL : Selalu, SR : Sering, J : Jarang, TP : Tidak pernah

No Pernyataan SL SR J TP

(77)

yang disediakan untuk bapak/ibu terdiri dari karbohidrat vitamin, protein, lemak.

2. Selain sayur, bapak/ibu juga mengkonsumsi buah-buahan seperti: pisang, papaya, jeruk, atau yang lainnya.

3. Dalam sehari bapak/ibu makan 3 sampai 4 kali.

4. Makanan yang diberikan tidak terlalu manis, tinggi garam dan lemak.

5. Disamping makanan padat, bapak/ibu juga diberikan makan selingan.

6. Bapak/ibu mempunyai jadwal untuk berolah raga secara rutin dan teratur.

7. Bapak/Ibu berolah raga sebanyak 2 sampai 3 kali dalam seminggu.

8. Olah raga yang Bapak/ibu lakukan sesuai dengan kemampuan Bapak/ibu.

9. Biasanya bapak/ibu mampu melakukan olah raga selama kurang lebih 30 menit.

(78)

bersama-sama dengan teman-teman.

11 Pemeriksaan dan konsultasi kesehatan dilakukan secara berkala.

12 Walaupun tidak sedang sakit, bapak/ibu bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan.

13. Petunjuk atau saran dokter ataupun petugas kesehatan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan bapak/ibu akan dilakukan sesuai instruksi.

14. Memeriksa kesehatan secara teratur membuat bapak/ibu merasa sehat.

15. Dalam sebulan pemeriksaan kesehatan dilakukan minimal satu kali.

16 Bapak/ibu berekreasi dengan keluarga atau dengan teman-teman minimal satu kali dalam seminggu.

17 Setelah berekreasi, pikiran dan perasaan bapak ibu menjadi tenang.

(79)

disukai.

19 Bapak/Ibu lebih senang berekreasi di alam terbuka.

Gambar

Tabel 1. Perubahan Fisiologi Pada Lansia
Tabel 2.Asupan gizi yang dianjurkan
Tabel 4. Bahan Kimia yang Terdapat pada Bahan Pangan
Tabel 6. Kategori Ambang Batas IMT
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program. Studi Matematika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Berhubungan dengan pendidikan, prinsip-prinsip ini akan mempunyai kesan mendasar terhadap kandungan, proses dan pengurusan sistem pendidikan, termasuk tuntutan

Seluruh variabel eksogen yang dimasukkan kedalam persamaan konsumsi minyak biji bunga matahari Mesir mampu menerangkan keragaman konsumsi sebesar 30% dan seluruh

Dalam mengikuti tes masuk perguruan tinggi terdapat 120 soal, ditetapkan bahwa setiap menjawab soal benar diberi skor 4, menjawab soal salah diberi skor –2

Carilah pertanyaan lain yang dapat dijawab dengan benar (lebih baik satu jawaban benar dari pada banyak menjawab tapi salah)... Walaupun peserta A mampu menjawab lebih

pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk tujuan suatu pembelajaran, juga sebagai.. alat atau cara mendampingi guru pada saat pembelajaran berlangsung atau

Khusus untuk pelaksanaan KNS&amp;I2014 di Provinsi Bali oleh STIKOM Bali, yang merupakan institusi pendidikan tinggi TI pertama di Provinsi Bali, konferensi ini diharapkan

Ayam, burung kakatua dan itik diinfeksi oleh ketiga spesies agen penyakit yang lumrah terdapat di Indonesia, yaitu Aspergillus fumigatus, Asper gillus flavus dan Aspergillus