• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4 Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan ibu tentangbahaya zat pewarna makananpada kesehatan anakusia 3-5 tahun. sebagian besar dari ibu 60 orang dengan kategori baik (74,07%), 20 orang dengan kategori cukup (24,7%), 1 orang dengan kategori kurang (1,23%). Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tetang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun dapat dilihat pada table 5.2

Tabel 5.3.Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun(n=81)

NO Kategori Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase%

1 Baik 60 74,07

2 Cukup 20 24,7

3 Kurang 1 1,23

TOTAL 81 100

5.5Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan dengan katagori baik (74,07%). hal ini sesuai dengan hasil penelitian yanag dilakukakan oleh Hermayana (2010), pada 133 responden di Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah Aceh Tengah, didapat bahwa (66,92%), Ibu memiliki pengetahuan baik tentang bahaya zat pewarna bagi kesehatan, hal ini dimungkinkan karena (100%) responden pernah mendapatkan informasi dari media elektronik seperti TV/Radio (69,1%).penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nora (2011) di desa Paya Tusam kecamatan Wampu pada 120

responden di dapat mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta (73,17%), pekerjaan adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan guna mempengaruhi kebutuhan hidupanya sehari-hari. Bila ditunjukan dari faktor pekerjaan seseorang yang bekerja dengan lebih berinteraksi dengan orang lain akan lebih banyak menerima informasi yang berisikan pengetahuan dan pengalaman bila dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Hasil penelitian bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu (56,8%), hal ini di sebabkan karena ibu-ibu yang bekerja lebih banyak berinteraksi dengan orang lain, sehingga mendapat informasi lebih banyak dari teman-teman dilingkungan tempat bekerja dengan wawasan yang lebih luas tentang bahaya zat pewarna makanan.

Suparlan (2005), mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia dimana usia sangat dipengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami sesuatu. Menurut beberapa peneliti bahwa pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan pertambahan usia, hal ini sesuai dengan hasil penelitain yang dilakukan pada responden yang mayoritas berumur 34-36 tahun (27,2%), dimana biasanya ibu-ibu dengan berumur 34-36 tahun sudah mendapatkan informasi dan banyak memiliki pengalaman dari lingkungannya seperti mendapatkan informasi dari teman, mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya zat pewarna makanan. Tingginya pengetahuan juga dipengaruhi oleh ekonomi dimana mayoritas yang memiliki pengasilan 1.700.000-2.550.000 (29,6%) dari responden ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh roger(1974 dikutip dari Natoadmojho, 2007) bahwa ekonomi sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dikarenakan semakin tingginya

penghasilan seseorang cenderung semakin panjang rentang kehidupannya dan semakin mudah mengaskes sumber informasi dari berbagai media seperti TV/Radio , internet dan Koran,

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswar (2011), terhadap 91 responden, dengan tujuan menggambarkan pengetahuan ibu tentang zat pewarna yang baik digunakan untuk pengolahan makanan di desa air balam kecamatan koto balingka didapatkan mayoritas responden yang memiliki pengetahuan kurang (76,92%) ini dikarenakan bahwa (87,91%) masih berpendidikan SLTP, sedangkan pada penelitian ini mayoritas responden memiliki pendidikan SLTA (51,9%), hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparlan (2005), bahwa pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat perilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya.Jadi jelaslah bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, hal ini disebabkan karena intitusi pendidikan merupakan media untuk membina pengetahuan ibu sehingga makin tinggi pendidikan ibu maka semakin banyak pula informasi yang diperoleh.

Tetapi dalam penelitian ini masih ada responden yang memiliki pengetahuan cukup (24,1%) dan kurang (1,23%) artinya tidak semua pernyataan dalam kuesioner yang di pakai untuk mengukur pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak tidak dapat di jawab secara maksimal oleh para responden. Bila di analisis dari jawaban ibu untuk pernyatiaan tentang jenis-jenis pewarna makanan diindentifikasi dengan 18 pernyataan dalam kuesioner. Dari 18 pernyataan lebih dari

80% responden benar dalam menjawab pernyataan no 4,5,7,8,9,10,11,22,23 ,24,26,27,28 dan 30. Lebih dari 39 orang responden (48,1%) yang salah dalam menjawab (pernyataan nomor 3), yaitu peryataaan Zat pewarna buatan baik untuk kesehatan dalam pernyataan ini 63% reponden menjawab salah, (pernyataan no6) yaitu pernyataan Jenis–jenis zat pewarna ada 3 yaitu alami, buatan dan pewarna pakaian dalam peryataan ini 48,1% responden menjawab salah, (pernyataan nomor17) Zat pewarna pakaian boleh digunakan sebagai zat pewarna makanan dalam pernyataan ini 59,2% responden menjawab salah dan (pernyataan no 29) yaitu pernyataan Zat pewarna makanan yang di perbolehkan oleh pemerintah yaitu pewarna buatan dan pakaian dalam pernyataan ini 54,3% responden menjawab salah.dengan kata lain 14 dari 18 pernyataan dapat dijawab dengan benar oleh para ibu. Hal ini menunjukan bahwa manyoritas ibu telah mengetahui jenis-jenis pewarna makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap para ibu di Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah Aceh Tengah yang memperlihatkan bahwa 76,55% ibu mengetahui jenis-jenis pewarna makanan.

Bila dilihat dari jawaban responden tentang makanan yang diindentifikasi dengan 3 pernyataan dalam kuesioner, lebih dari 70 % reponden benar dalam menjawab pernyataan nomor 13 dan 16 dan terdapat 58 (71,6%) yang salah dalam menjawab pernyataan no 25 , dengan kata lain 2 dari 3 pernyataan dapat dijawab dengan benar oleh para ibu. Dengan kata lain ibu–ibu telah mengetahui tentang makanan.

Hal ini dimungkinkan karena masih ada responden yang mendapatkan sumber informasi dari internet (9,8%) koran(8,6%). Menurut Vermon A.Magnesen dalam Nurhidayah (2011) seseorang menyerap informasi 10% dari yang dibaca, 20% dari

yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Oleh karena itu kalau di lihat dari teori media koran dan internet dari yang dibaca seseorang hanya mampu menyerap 10% - 30% dari informasi yang disampaikan. Menggunakan media yang tepat dalam meningkatkan pengatahuan sangat penting sebagai alat merangsang proses belajar seperti yang dilakukan mayoritas ibu-ibu dalam penelitian ini.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait