PENGETAHUAN IBU TENTANG BAHAYA ZAT PEWARNA MAKANAN PADA KESEHATAN ANAK USIA 3 – 5
TAHUN DI GAMPONG RAWANG ITEK KAB. ACEH UTARA
PROVINSI ACEH
SKRIPSI OLEH
CHAIRUL MUNIR 121121061
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Judul : : Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.
Peneliti : Chairul Munir
NIM : 121121061
Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung padabeberapa faktorseperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifatmikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visualfaktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Hampirsetiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, dan cemilan.Zat Pewarna terbukti mengganggukesehatan, misalnya mempunyai efek racun,berpotensi memicu kanker, alergi,dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) zat pewarna.Usia 3–5tahun, dimana inisiatif anak mulai berkembang dan anak inginmengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal di sekitarnya seperti mulaimencoba makananyang bervariasi.Ibu perlu meningkatkanpengetahuannya terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak sehingga anak terhindar dari bahaya zat pewarna makanan.Penelitian ini bersifat deskriptif dengantujuan menggambarkan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5tahun di gampong rawang itek kab.Aceh Utara pov. Aceh pada populasi 450 ibu, cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem acak (random sampling) dengan jumlah sampel 81 ibu. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian reponden berpengetahuan baik 60 orang(74,07%), berpengetahuan cukup 20 orang(24,7%), sedangkan yang berpengetahuan kurang 1 orang (1,23%).Disarankan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya bahaya zat pewarna pada kesehatan.
Title :MotherKnowledgeabout the Danger ofFoodDyes on the Health ofChildren Aged3-5YearsinGampongRawangItek North Ace Regenc AcehProvince
Researcher : ChairulMunir
StudentNumber : 121121061
Program Study : NursingScience University of North Sumatra
ABSTRACT
The determination offoodqualityin generalis highly dependonseveralfactorssuch astaste, textureandnutritional valueas wellmicrobiologicalproperties. Butbefore theother factorsconsidered, colorappearvisuallyfirstand sometimesverydecisive. Almosteveryprocessed foodhas beenmixedwith thesynthetic, rangingfromkidssnacks, tofu, crackers, shrimp pasteandsnacks. Dyesproveddisruptive, health, for instance it hastoxic effects, allergiesandcancercould potentiallylead todiarrheain childrenandkidneydue toaccumulated(buried) dyes. Aged 3-5 years, in which the children begin to develop initiative andwant to know more about the things around them like start trying foods varies. Mothers need to improve the knowledge of the dangers of food dyes. This study is descriptive and aims at describing the knowledge of mothers about the dangers of food dyes on the health of children aged 3-5 years in Gampong Rawang Itek North Aceh Regency in Aceh Province by using the population of 450 mothers. The sample in this research used a random system (random sampling) with 81 mothers. The results illustrated that the majority of respondents aregoodknowledgeablepeople, 60 people(74.07%), knowledgeableenough20 people(24.7%) whilelessknowledgeable, 1person(1.23%). It is recommendedtohealth professionals tofurther increasethe importance ofeducation aboutthe dangers ofdye on health.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas kasih dan
berkahnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul: ” Pengetahuan Ibu
Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3 -5 Tahun Di
Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh”yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S1- Keperawatan di Universitas
Sumatra Utara Tahun 2013.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa keridhoan ALLAH SWT dan
bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Reni Asmara Ariga S,Kp,. MARS sebagai dosen pembimbing
yang telah banyak membantu dan tak pernal lelah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya
pendidikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
3. Ibu Farida Linda Sari Siregar,S.kep.Ns,. M.KepSelaku penguji I yang telah
banyak memberi masukan dan arahan pada saat ujian sidang skripsi.
4. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,. M.Kep.. Selaku penguji II yang telah
banyak memberi masukan dan arahan pada saat ujian sidang skripsi.
5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf
yang telah membantu selama proses pendidikan.
6. Geuchik Gampong Rawang Itek yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan untuk melakukan penelitian di Gampong Rawang Itek Kab Aceh
7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta ayahanda H. Hasan Ismail dan
ibunda tersayang Hj. Nur safwati. Buat adinda Nisa Chairuni, Putri Noevira
dan Mirza Fahmi yang banyak memberikan dorongan kepada penulis baik
moril, spritual, dan material dalam menyusun proposal ini.
8. Terimakasih buat orang–orang terdekat penulis yang selalu memberi
dukungan, Semangat untuk penulis saat dalam sulit untuk selalu tetap giat
dalam menyusun proposal ini:(ilham, nasir, haris, pendi, asnil, oji, hadi, dewi,
rano, dian, iman, yudi, mula, master, kakdewi, madi, ivan,imam,putra,
muksin,bawi, nuna, bang rahmat, jefri, yanti,daksir,beni,bulan,olo,nuri, eksa,
dan andreas )
9. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan
dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari isinya,
maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta
masukan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan,19 januari 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... i
PRAKATA ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR SKEMA ... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Pertayaan Penelitian ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2. TINJAUAN TEORITIS ... 7
2.1Pengetahuan ... 7
2.1.1 Pengertian ... 7
2.1.2 Tingkat Pengetahuan ... 7
2.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 10
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 11
2.2Konsep Ibu ... 12
2.3Konsep Zat Pewarna Makanan ... 13
2.3.1 Pengertian ... 13
2.3.2 Jenis – Jenis Zat Pewarna Dan Makanan ... 13
2.4 Bahaya Zat Pewarna Bagi Kesehatan ... 22
BAB 3. Kerangka Konsep ... 25
4.5 Instrusmen Penelitian ... 30
4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ... 32
4.6.1 Uji Validitas ... 32
4.6.2 Uji Realibilitas ... 32
4.7 Pengumpulan Data ... 33
4.8 Analisis Data ... 34
BAB 5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 36
5.1 Hasil Penelitian ... 36
5.2 Karakteristik Responden ... 36
5.3 hasil jawaban dari pernyataan responden ... 37
5.4 Pengetahuan Ibu tentang bahaya zat pewarna makanan ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Pewarna Alami ... 15
Tabel 2.2 bahan pewarna yang di izinkan di indonesia ... 19
Table 2.3 perbedaan pewarna alami dan pewarna buatan ... 21
Tabel 3.2 Defenisi Operasional ... 26
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentasi karateristik responden (n=81)31
Tabel 5.2 Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada
DAFTAR SKEMA
Judul : : Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.
Peneliti : Chairul Munir
NIM : 121121061
Program Studi : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung padabeberapa faktorseperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifatmikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visualfaktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Hampirsetiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, dan cemilan.Zat Pewarna terbukti mengganggukesehatan, misalnya mempunyai efek racun,berpotensi memicu kanker, alergi,dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) zat pewarna.Usia 3–5tahun, dimana inisiatif anak mulai berkembang dan anak inginmengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal di sekitarnya seperti mulaimencoba makananyang bervariasi.Ibu perlu meningkatkanpengetahuannya terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak sehingga anak terhindar dari bahaya zat pewarna makanan.Penelitian ini bersifat deskriptif dengantujuan menggambarkan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5tahun di gampong rawang itek kab.Aceh Utara pov. Aceh pada populasi 450 ibu, cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem acak (random sampling) dengan jumlah sampel 81 ibu. Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian reponden berpengetahuan baik 60 orang(74,07%), berpengetahuan cukup 20 orang(24,7%), sedangkan yang berpengetahuan kurang 1 orang (1,23%).Disarankan kepada tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya bahaya zat pewarna pada kesehatan.
Title :MotherKnowledgeabout the Danger ofFoodDyes on the Health ofChildren Aged3-5YearsinGampongRawangItek North Ace Regenc AcehProvince
Researcher : ChairulMunir
StudentNumber : 121121061
Program Study : NursingScience University of North Sumatra
ABSTRACT
The determination offoodqualityin generalis highly dependonseveralfactorssuch astaste, textureandnutritional valueas wellmicrobiologicalproperties. Butbefore theother factorsconsidered, colorappearvisuallyfirstand sometimesverydecisive. Almosteveryprocessed foodhas beenmixedwith thesynthetic, rangingfromkidssnacks, tofu, crackers, shrimp pasteandsnacks. Dyesproveddisruptive, health, for instance it hastoxic effects, allergiesandcancercould potentiallylead todiarrheain childrenandkidneydue toaccumulated(buried) dyes. Aged 3-5 years, in which the children begin to develop initiative andwant to know more about the things around them like start trying foods varies. Mothers need to improve the knowledge of the dangers of food dyes. This study is descriptive and aims at describing the knowledge of mothers about the dangers of food dyes on the health of children aged 3-5 years in Gampong Rawang Itek North Aceh Regency in Aceh Province by using the population of 450 mothers. The sample in this research used a random system (random sampling) with 81 mothers. The results illustrated that the majority of respondents aregoodknowledgeablepeople, 60 people(74.07%), knowledgeableenough20 people(24.7%) whilelessknowledgeable, 1person(1.23%). It is recommendedtohealth professionals tofurther increasethe importance ofeducation aboutthe dangers ofdye on health.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada
beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat
mikrobiologis.Tetapi, sebelum faktor–faktor lain dipertimbangkan, secara visual
faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang–kadang sangat menentukan.Selain
faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator
kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara
pengolahan dapat di tandai dengan adanya warna yang seragam dan merata
(Cahyadi, 2009).
Kita hendaknya berhati–hati dalam menkonsumsi makanan.Tidak semua
pewarna sintesis baik untuk kesehatan walaupun tidak semua pula berbahaya bagi
kesehatan.Tindakan selektif dalam memilih makanan dengan mengenal berbagai
pewarna yang mungkin ditambahkan oleh produsen sangat kita
perlukan.Mendampingi buah hati anda saat membeli makanan adalah hal yang
penting karena jajanan anak – anak seringkali mengandung bahan – bahan
Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan,
terutama berbagai produk jajanan pasar serta berbagai makanan olahan yang
dibuat oleh industri kecil ataupun industri rumah tangga meskipun pewarna
buatan juga di temukan pada berbagai jenis makanan yang dibuat oleh industri
besar.Hampir setiap makanan olahan telah di campur dengan pewarna sintesis
mulai dari jajanan anak, tahu, kerupuk, terasi, cemilan bahkan buah dingin
terutama mangga (Yuliarti, 2007).
Pewarna dicampur dalam makanan untuk menimbulkan warna tertentu
yang diharapkan dapat membangkitkan selera, tetapi tidak banyak zat pewarna
yang diharapkan. Zat pewarna yang tidak di anjurkan antara lain :
(102)tertrazine,(104)quinolinyellow,(110)susetyellow,(122)azorubine,(123)amara
nth,(124)ponceu4R,(127)erythrosine,(129)allura red (132)indigiotine,
(133)brilliant blue,(food green s,(131)brillian black BN (155) brown HT, dan
(160b) annatto extracts (arisman, 2009).
Badan pengawas obat dan makanan di dunia World Health Organization
(WHO) secara kontinyu memantau dan mengatur zat pewarna agar tetap aman
dikonsumsi. Jika ditemukan adanya potensi risiko terhadap kesehatan, badan
pengawas obat dan makanan akan mengevaluasi pewarna tersebut dan
menyebarkan informasinya ke seluruh dunia.Di Indonesia tugas ini diemban oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (Hermayana, 2010).
Bedasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/ Menkes/ Per/ IX/
88, yang di maksud dengan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan
merupakan komposisikhas makanan yang mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi yang dengan segaja ditambahkan ke dalam makanan (cahyadi 2009).
Sedangkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Men.Kes/Per/V/1985,
menetapkan zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan barbahaya dan
dilarang di gunakan dalam obat, makanan, dan komestika (Sartono, 2002).
Zat Pewarna terbukti mengganggu kesehatan, misalnya mempunyai efek
racun,berpotensi memicu kanker, alergi, dan diare pada anak-anak dan ginjal
akibat terakumulasi (tertimbun) dalam tubuh yang akhirnya dapat merusak
jaringan atau organ tertentu, karena tingginya kadar bahan pewarna, maka hati
akan bekerja keras untuk merobek agar dapat dikeluarkan dari hati. Menurut data
WHO penderita kanker karena zat pewarna adalah 80 % dari penderita kanker,dan
angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir.Saat ini 30%
orang di negara berkembang menderita alergi.6 juta menderitadermatitis (alergi
kulit)pada anak dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin
bisa terjadi.Saat ini morbiditas angka kejadian diare akibat zat pewarna makanan
di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang
tertinggi di antara negara-negara di ASEAN (Anonymous, 2006 dalam
hermayanan 2010).
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare
sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis
dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak
rumah sakit menderita diare akibat makanan zat pewarna sedangkan penyakit
ginjal ialah 56,6 % (Depkes RI, 2008 dalam Hermayana, 2010).
Data pukesmas kecamatan tanah jambo aye kab. Aceh utara prov. Aceh
menunjukan 178 kasus diare dan 105 kasus asma di tahun 2011 dan meningkat di
tahun 2012 menjadi 220 kasus diare dan 110 kasus asma ini di perkirakan akan
terus meningkat (Pukesmas Tanjay, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soleh (2003) menunjukkan bahwa
dari 25 sampel makanan dan minuman jajanan yang beredar di wilayah kota
Bandung, terdapat 5 sampel yang positif mengandung zat pewarna yang di larang
pemerintah, yaitu rhodamin B (produk sirup jajanan kerupuk dan terasi merah),
sedangkan untuk methanyl yellow tidak terdapat dalam sampel. Beberapa
pedagang karena ketidaktahuannya telah menggunakan beberapa bahan pewarna
yang dilarang digunakan untuk pangan, seperti rhodhamin B,menthanyl yellow
dan amaranth. Dari 251 jenis minuman yang di ambil sebagai contoh di daerah
Bogor dan rangkasblitung mengandung rhodamin B, dengan persentase di Bogor
14,5% dan Rangkasbitung 17 %, sedangkan di kota – kota kecil dan di desa –
desa sebanyak 24% minuman yang berwarna merah ternyata mengandung
rhodamin B. Tetapi beberapa pedangang ada pula yang menggunakan pewarna
alami, seperti karamel, cokelat, dan daun suji (Cahyadi, 2009).
Usia 3 – 5 tahun, dimana inisiatif anak mulai berkembang dan anak
ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai hal – hal di sekitarnya. Anak - anak
mulai mencoba makanan dan minuman yang bervariasi (Jahja, 2011) anak – anak
sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan di televisi yang mereka
tonton setiap hari(Yuliarti, 2007).
Menurut Moehji (2008), Ibu perlu meningkatkan pengetahuannya
terhadap bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak. Sebaiknya ibu
mengunakan pewarna makanan yang alami misalnya daun pandan atau daun suji
untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning karena tidak mengandung
bahan kimia yang dapat mempunyai efek racun, berpotensi memicu kanker,
alergi, dan diare pada anak-anak dan ginjal akibat terakumulasi (tertimbun) dalam
tubuh yang akhirnya dapat merusak jaringan atau organ tertentu.
Bedasarkan survei awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 24–25
Mei 2013 di Gampong Rawang Itek Kab, Aceh Utara Prov Aceh terdapat 450
ibu–ibu yang memiliki anak usia 3–5 tahun, dari data diatas peneliti merasa perlu
melakuan penelitian dengan judul “Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna
makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalahbagaimana pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna
makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab
Aceh Utara Provinsi Aceh 2013.
Bagaimana Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada
Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun?
1.4Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan
Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun.” Di Gampong Rawang Itek Kec Tanah
Jambo Aye Kab Aceh Utara Provinsi Aceh 2013”.
1.5Manfaat Penelitian
1.5.1 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi tambahan
bagi perawat tentang pengetahuan Ibu dalam bahaya zat pewarna makanan pada
kesehatan anak sehingga perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan
tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak.
1.5.2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam
pengembangan mata kuliah keperawatan anak sehingga institusi pendidikan
dapat mempersiapkan mahasiswa keperawatan untuk memberikan perhatian
tidak hanya pada pasien tetapi juga pada Ibu sehingga Ibu dapat memberikan
pelayanan yang optimal pada keluarga dirumah seperti memilih pewarna
makanan yang sehat untuk keluarga.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan bagi
penelitian berikutnya yang terkait dengan pengetahuan ibu dalam memilih
makanan yang baik.
1.5.4 Ibu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Ibu - ibu
untuk dapat meningkatkan kemampuan Ibu - ibu dalam memilih zat pewarna
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan
ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek
tertentu (Mubarak, 2009).
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra
penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan
memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan
dalam berperilaku (Setiawati, 2008).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah
tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang
Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang
tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa
tanda-tamda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC,
bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan
sebagainya. (Notoadmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam
berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan
menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,
menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air
tersebut.(Notoadmodjo, 2005).
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan
program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah
faham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah
apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty
dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup
cacing kremi, dan sebagainya.(Notoadmodjo, 2005).
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau
kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat
membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.(Notoadmodjo,
2005).
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.Penilaian ini dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat.Misalnya, seorang ibu dapat
menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,
seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya
(Notoadmodjo, 2005).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga yang
berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menutut roger (1974, dikutip dari
Notoadmojo, 2007), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan
seperti: pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman yang bersifat given atau
bawaan. Faktor Eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan dan informasi.
Menurut Suparlan (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat
perilaku. Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya.
b. Usiasangat dipengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami
sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang bertambah
sesuai dengan pertambahan usia.
c. Pengalamanmerupakan sesuatu yang sudah pernah dialami, dilihat atau
didengar seseorang yang dapat menjadi acuan. Semakin banyak
pengalaman seseorang maka semakin banyak usaha seseorang untuk
mengatasi sesuatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman
d. Sumber informasiadalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan
mempunyai nilai yang nyata.
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2005) dari berbagai cara yang telah digunakan untuk
memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan
Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan antara lain:
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam mencegah masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil dicoba kemungkinan yang lain.
2) Cara Kekuasaan (Otoriter)
Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan sebagainya.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan.
Hasil ini dilakukan dengan cara mengulangi kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah
mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pemikirannya.
b. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sintesis, logis dan alamiah.Cara ini disebut metode penelitian
ilmiahatau lebih popular disebut metode penelitian.
2.2Konsep Ibu
Perempuan adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan
dengan segala kekompleksitasan yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas,
khususnya dalam kacamatan berfikir yang disusun oleh kaum feminis. Pembahasan
perempuandalam perspektif feminis sekarang bukan hanya pada tataran kehidupan
yang besar seperti politik, ekonomi, budaya dan pendidikan saja tetapi juga sudah
merambah pada tataran kehidupan kecil. AdapunPeranan ibu Sebagai istri dan ibu
dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
2.3Konsep zat pewarna makanan 2.3.1 Pengertian
Bahan pewarna merupakan bahan alami ataupun bahan kimia yang
ditambahkan ke dalam makanan. Penambahan bahan pewarna pada makanan
bertujuan sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan
sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Secara garis besar,berdasarkan
sumbernya di kenal dua jenis zat pewarna yang termasuk ke dalam golongan bahan
tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis (Cahyadi, 2009).
2.3.2 Jenis- jenis makanan zat pewarna dan makanan
a. Pewarna alami
Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman,
buah-buahan, hewan, gula dan bacteria lumut. Umumnya pewarna alami aman
untuk digunakan dalam jumlah yang besar sekalipun, berbeda dengan
pewarna sintesis yang keamanan penggunaannya harus dibatasi(Yuliarti,
2007).
Konsumen dewasa ini banyak menginginkan bahan alami yang masuk
dalam daftar diet mereka. Banyak pewarna olahan yang tadinya menggunakan
pewarna sintesis berpindah kepewarna alami. Sebagai contohnya serbuk beet
mengaitkan pewarna merah sintesis FD dan C No. 2. Namun, penggantian
dengan pewarna alami secara keseluruhan masih harus menunggu para ahli
untuk dapat menghilangkan kendala, seperti bagai mana menghilangkan rasa
tanaman dan hewan, di antaranya klorofi, mioglobin dan hemoglobin,
anthosianin, flavonoid, tannin, betalain, quinon, dan xanthon serta karotenoid
(Cahyadi, 2009).
TABEL 2.1 contoh – contoh pewarna alami
Kelompok Warna Sumer
Karamel Coklat Gula dipanaskan
Anthosianin Jingga Merah Biru
Tanaman
Flavonoid Tampa kuning Tanaman
Batalain Kuning, Merah Tanaman
Quinon Kuning, Hitam Tanaman /bacteria lumut
Xanthon Kuning Tanaman
Karotenoid Tanpa kuning – merah Tanaman/hewan
Hame Merah , coklat Hewan
Klorofil Hijau, coklat Tanaman
(sumber tranggono dkk 1989 dalam yuliarti 2007)
Menurut Putri (2010) dan Dedi (2013) Pewarna alami merupakan bahan
pewarna yang bahan-bahannya banyak diambil dari tumbuh-tumbuhan. Bahan
pewarna alami yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut:
1. Daun suji mengandung zat warna klorofil untuk memberi warna hijau
menawan, misalnya pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
Karena keindahan bentuk daunnya, tanaman ini seringkali digunakan
sebagai tanaman hias. Agar lebih sempurna, daun suji seringkali
dicampur dengan daun pandan sehingga selain memberi warna
minuman Anda. Cara membuatnya: iris halus daun suji dan daun
pandan, haluskan dengan cara ditumbuk atau diblender, peras, dan
saring, lalu tambahkan air kapur sirih sebagai pengawetnya. Masukkan
ke dalam botol tertutup, lalu simpan di lemari es.
2. Buah kakao merupakan penghasil cokelat dan memberikan warna
cokelat pada makanan, misalnya es krim, susu cokelat, atau kue
kering.
3. Kunyit (Curcuma domestica) mengandung zat warna kurkumin untuk
memberi warna kuning pada makanan, misalnya tahu, bumbu Bali,
atau nasi kuning. Selain itu, kunyit dapat mengawetkan makanan.
4. Cabai merah, selain memberi rasa pedas, juga menghasilkan zat warna
kapxantin yang menjadikan warna merah pada makanan, misalnya
rendang daging atau sambal goreng.
5. Wortel, beta-karoten (provitamin-A) pada wortel menghasilkan warna
kuning.
6. Karamel, warna cokelat karamel pada kembang gula karena proses
karamelisasi, yaitu pemanasan gula tebu sampai pada suhu sekitar 170
°C.
7. Gula merah, selain sebagai pemanis juga memberikan warna cokelat
pada makanan, misalnya pada bubur dan dodol.
8. Kayu Secang
Secang (Caesalpinia sappan L.) adalah tanaman berkayu yang biasa
diserut dan dikeringkan. Serutan batang kayu secang kering direbus
dengan air dan disaring, baru dicampurkan ke dalam adonan atau
bahan yang akan diwarnai. Secang memberikan warna merah. Kayu
secang dapat diperoleh di toko yang menjual jamu tradisional.
9. Angkak
Warna merah angkak sangat potensial sebagai pengganti warna merah
sintetis. Saat ini angkak digunakan pada berbagai produk makanan
seperti pada pembuatan anggur, keju, sayuran, pasta ikan, kecap ikan,
minuman beralkohol, aneka kue, serta produk olahan daging seperti
sosis. Angkak digunakan dengan cara diseduh air panas, air seduhan
pertama dibuang karena rasanya pahit. Baru pada seduhan ketiga
disaring, lalu haluskan. Pewarna merah juga dapat diperoleh dari kulit
bunga rosella (Hibiscus Sabdariffa L) dengan cara diseduh air panas
terlebih dahulu sebelum digunakan, atau diperoleh dari bit yang
direbus lalu diambil airnya, atau diblender bitnya.
10. Bunga Telang
Bunga telang berwarna biru keunguan yang banyak tumbuh di
Asia.Warna biru keunguannya dapat digunakan sebagai pewarna alami
biru pada penganan.
Cara menggunakan: cuci bersih bunga telang, remas-remas atau
tumbuk dengan sedikit air matang, lalu saring. Bisa juga dengan
merebus bunga talang hingga bunga layu dan airnya berwarna biru,
cara merendam bunga telang dengan air panas hingga airnya berwarna
biru, remas-remas, saring, dan ambil airnya. Untuk menyimpan dalam
waktu lama, bunga telang bisa dikeringkan dengan cara dijemur di
sinar matahari, lalu masukkan ke dalam kemasan yang kering dan
tertutup.
11. Kluwak, Abu Merang dan tinta cumi.
Untuk hidangan atau kue yang berwarna hitam dapat digunakan abu
merang yang dibuat dari merang yang dibakar, lalu diayak. Atau bisa
juga kluwak kwalitas baik dipecahkan, lalu diambil daging buahnya
untuk kemudian dihaluskan dan dicampur dengan bumbu lainnya, atau
dari tinta cumi yang dilarutkan dengan air.
b. Pewarna sintetis
Zat pewarna / zat pewarna buatan harus melalui berbagai prosedur
pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Zat pewarna yang
diizinkan penggunaannya dalam pangan disebut sebagai primitted color atau
certified color. Zat warna yang akan digunakan harus menjalani pengujian dan
prosedur penggunaannya, yang disebut proses sertifikasi. Proses sertifikasi ini
meliputi pengujian kimia, biokimia, toksikologi, dan analisis media terhadap zat
warna tersebut (yuliarti, 2007).
Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
kadang – kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau
terbentuk senyawa – senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang di
anggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,0004 %
dan timbal balik boleh lebih 0,0001 % sedangkan logam berat lainnya tidak boleh
ada. (Cahyadi, 2009).
Tabel 2.2 bahan pewarna yang diizinkan di indonesia
Sumber : Peraturan Menkes RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak
daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama.
PEWARNA No indeks
Warna (C.I.No.)
Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan
aroma makanan.Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang
lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis.Oleh
karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (yuliarti,
2007).
Menurut Joint FAC/WHO Expert Committee on Food Aditives
(JECFA) zat pewarna buatan digolongkan dalm beberapa kelas bedasarkan
kelarutannya, yaitu dyes dan lakes.
1. Dyes
Dyes adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air,
sehingga larutannya menjadi berwarna dan dapat digunakan untuk
mewarnai bahan. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propelin
glikol, gliserin, atau alkohol; sedanagkan dalam semua jenis pelarut
organik, dyestidak dapat larut. Dyes terdapat dalam bentuk bubuk,
granula, cairan, campuran warna, pasta, dan dispersi(Winarno, 1995 dalam
Sihombing, 2008).
2. Lakes
Zat pewarna ini di buat dari proses pengendapan dan absorpsi days
pada radikal (Al atau Ca) yang dilapaisi dengan aluminium hidrat
(alumina). Lapisan alaumina ini tidak larut dalam air, sehingga lakes ini
tidak larut hampir semua pelarut. Pada pH 3,5 – 9,5 stabil, dan di luar
terlepas. Ini terdapat pada tablet yang diberi pelapisan (coating), icing,
pelapis pondan, pelapis berminyak, campuran adonan kue dan donat,
permen dan permen karet dan lain – lain (Winarno, 1995 dalam
Sihombing, 2008).
Akan tetapi, seringkali terjadi penyalahgunaan zat pewarna pemakaaian
zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk
teksil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hai ini jelas sangat
berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat
pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk
pangan, dan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih
murah dibandingkan dengan zat pewarna untuk pangan. Hai ini
disebabkan bea masuk zat pewarna untuk pangan jauh lebih tinggi
daripada zat pewarna bahan nonpangan. Lagi pula, warna zat pewarna
teksil atau kulit biasanya lebih menarik (cahyadi, 2009).
Tabel.2.3 Perbedaan pewarna alami dan buatan Pewarna alami Pewarna buatan
Lebih aman dikonsumsi. Kadang-kadang memiliki efek negatif tertentu. Warna yang dihasilkan
kurang stabil, mudah berubah oleh pengaruh tingkat
keasaman tertentu.
Dapat mengembalikan warna asli, kestabilan warna lebih tinggi, tahan lama, dan dapat melindungi vitamin atau zat-zat makanan lain yang peka terhadap cahaya selama penyimpanan.
Untuk mendapatkan warna yang bagus diperlukan bahan pewarna dalam jumlah banyak.
Keanekaragaman warnanya terbatas
Warna yang dihasilkan lebih beraneka ragam.
Tingkat keseragaman warna kurang baik
Keseragaman warna lebih baik.
Kadang-kadang memberi rasa dan aroma yang agak mengganggu.
Biasanya tidak menghasilkan rasa dan aroma yang mengganggu.
(Dedi 2013)
c. Makanan
Makanan merupakan aset budaya yang keberadaannya perlu
dikembangkan dan dilestarikan. Oleh karena itu, aset budaya ini perlu
disebarluaskan agar tidak hilang ditelan waktu (Mawarti, 2000).
Jenis makanan yang digunakan untuk makanan anak usia tiga sampai lima
tahun sudah berubah dari hanya dua atau tiga jenis bahan (tepung, susu, gula)
beransur – ansur menjadi campuran beragam bahan makan, yaitu makanan pokok,
bahan makanan sumber protein nabati dan hewani, sayuran dan buah – buahan.
bukan saja untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi pemberian beragam campuran
bahan makanan akan melatih anak untuk makan makanan yang bervariasi,
terutama makanan berupa sayuran yang biasanya kurang di sukai anak. Sudah
tentu keberasilan menanamkan keberasilan makanan yang baik akan banyak
tergantung kepada pengetahuan dan pengertian ibu akan cara dan faedah
menyusun makanan yang mememnuhi syarat gizi.(Moehji, 2008).
Anak – anak memang sangat menyukai makanan dengan warna yang
menarik dan aroma yang sangat menyegat, terlebih bila makanan itu di iklankan
di televisi yang mereka tonton setiap hari. Sayangnya, mereka tidak tau bahwa
berlebihan, sekalipun sudah diizinkan penggunaanya, akan berakibat buruk bagi
mereka( Yuliarti, 2007).
2.4BAHAYA ZAT PEWARNA BAGI KESEHATAN
Pemakaian bahan pewarna pangan sintesis dalam pangan walaupun
mempunyai dampak positif bagi produsen dan konsumen, diantaranya dapat
mendapat membuat suatu pangan lebih menarik, meratakan warna pangan dan
mengembalikan warna dari bahan dasar yang hilang atau berubah selama
pengolahan,teryata dapat juga menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan
bahkan memberidampak negative terhadap kesehatan manusia. Beberapa hal yang
mungkin memberi dampak negative tersebut terjadi bila:
a.Bahan pewarna sintesis ini di makan dalam jumlah kecil, namun berulang
b.Bahan pewarna sintesis dimakan dalam jangka waktu lama
c.Kelompok masyarakat luas dengan daya tahan yang berbeda-beda, yaitu
tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, mutu pangan sehari- hari,
dan keadaan fisik.
d.Berbagi lapisan masyarakat yang mungkin mengunakan bahan pewarna
sintesis yang berlebihan.
e.Penyimpanan bahan pewarna sintesis oleh pedagang bahan kimia yang tidak
memenuhi persyaratan
(Cahyadi, 2009).
Amaranth dalam jamlah yang besar dapat menimbulkan tumor,reaksi alergi
Merah bisa memacu kangker limpa, sedangkan Karamel dapat menimbulkan efek
pada sistem syaraf dan dapat menyebabkan gangguan kekebalan. Penggunaan
Tartrazine ataupun Sunset Yellow yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi,
khususnya bagi orang yang sensitif pada asamasetilsiklik dan asam benzonat, selain
akan mengakibatkan asma dapat pula menyebabkan hiperaktif pada anak. Fast Green
FCFyang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergi dan produksi tumor, sedang
kan Sunset Yellow dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan radang selaput lendir
pada hidung, sakit pinggang, muntah – muntah dan gangguan pencernaan.
Indigotinedalam dosis tertentu akan dapat meningkatkan sensitivitas pada penyakit
yang disebabkan oleh virus serta mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak.
Pemakaian Teritrosinakan mengakibatkan reaksi alergi pada pernafasan, diare
hiperaktif pada anak – anak dan efek yang kurang baik pada otak dan prilaku,
sedangkan Ponciu SX dapat menyebabkan kerusakan sistem urin, kemudian karbon
hitam dapat memicu terjadinya tumor Rhodhamin B dapat mengakiabatkan gangguan
fungsi hati maupu kangker Methanyl Yellow dapat menimbulkan tumor dalam
berbagai jaringan hati, kandung kemih,saluran pencernaan atau jaringan kulit
(Yuliarti, 2007).
Sejumlah makanan mengandung bahan berbahaya pewarna tekstil/rhodamin B
terdapat pada berbagai jenis makanan yang banyak dikonsumsi anak-anak karena
dijual di oleh pedangang seperti saos, sirup, krupuk, arum manis, kornet, roti, cendol,
dan permen, minuman ringan seperti limun,kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal.
Penggunaan bahan pewarna tekstil sangat berbahaya karena bisa memicu kanker;
dan hati.
2.4.1 Ciri Makanan Menggunakan Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow:
Terdapat pada saos, kerupuk, agar-agar (jelly), minuman ringan, sirup, es puter dan
jajanan basah dll.
a. Warnanya mencolok
b. Cerah mengilap
c. Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal)
d. Ada sedikit rasa pahit
e. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsi
Anak – anak tidak bisa memilih yang terbaik bagi diri mereka maka ada baiknya
kita yang mengarahkan mereka tidak terlalau banyak mengonsumsi jajanan anak –
anak, baik jajanan tradisional maupun makanan kemasan. Yang paling baik adalah
memberikan bekal berupa makanan dan minuman yang telah kita pilih dengan baik
dan menjamin kesehatan mereka. Mengingat terkadang pabrik pembuatan makanan
dalam mencantumkan lebelpun tidak sesuai dengan isinya, misalnya tidak terkandung
MSG atau pewarna buatan, tetapi nyatanya terkandung MSG atau pewarna buatan.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana
seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor
yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2007).
Skema : 3.1 Kerangka konsep penelitian
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Pengetahuan Suatu pemahaman ibu tentang bahaya Pengetahuan ibu tentang bahaya
meliputi
pengertian, jenis – jenis zat pewarna dan makanan dan bahaya yang timbul akibat zat pewarna makanan.
1. Salah 2. Benar Dengan peryataan positif 1. Salah = 0 2. Benar = 1 dengan peryataan negative 1. Salah = 1 2. Benar = 0
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada
kesehatan anak usia 3-5 tahun di Gampong Rawang Itek Kab Aceh Utara Prov Aceh.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu (Hidayat, 2011). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki anak usia 3 – 5 tahun yang bertempat
tinggal di Gampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh. Berdasarkan data yang
di dapat dari Gampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh, ibu – ibu yang
memiliki anak usia 3 - 5 tahun yaitu 450 ibu pada tahun 2012 (Geuchik Gampong
,2013).
4.2.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan carasimple radom
sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dengan cara mengundi semua
anggota populsi (Notoatmodjo, 2010).
Adapun kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
b.Tinggal satu rumah
c.ibu yang memiliki pendidikan SD s/d SMA
Dengan jumlah populasi yang di peroleh maka ditentukan sampel dengan
menggunakan rumus:
N
1 + N (d)2
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan (0,1)
(Notoatmodjo, 2010).
jumlah sampel Ibu yang memiliki anak usia 3 – 5 tahun :
450
1 + 450 (0,1)2
450
1 + 4,5
450
5,5
n = 81 responden n =
n =
n =
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diGampong Rawang itek Kab Aceh Utara Prov
Aceh.Adapun alasan memilih lokasi tersebut karena menurut GeuchikGampong
Rawang itek Kab Aceh Utara Prov Aceh terdapat keluarga yang memiliki anak 3 -5
tahun. Hasil survei terdapat 4 dusun dengan jumlah 733 KK (Kepela Keluarga) dan
ibu –ibu yang memiliki anak usia 3 – 5 tahun 450 ibudan waktu dimana lokasi
penelitian ini dekat dengan tempat tinggal peneliti, serta belum pernah dilakukan
penelitian tentang pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada
kesehatan anak usia 3 – 5 tahun. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 11
Oktober – 11 November 2013.
4.4 Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini permohonan izin diajukan dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.Selanjutnya izin penelitian disampaikan
kepada Geucik Gampong Rawang Itek Kab.Aceh Utara Prov. Aceh agar penelitian
dapat dilaksanakan. Pada pelaksanaan penelitian, calon responden diberikan
penjelasan tentang informasi esensial dari penelitian yang akan dilakukan, antara lain
tujuan, manfaat, kegiatan dalam penelitian serta hak-hak responden dalam penelitian
ini.
Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka
peneliti akan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasian responden,
diberi nomor kode tertentu. Kerasiaan informasi yang diberikan oleh responden
dijamin oleh peneliti (Setiadi, 2007).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
dimodifikasi oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan
pustaka.Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu data demografi
responden dan kuesioner pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada
kesehatan anak.
Data demografi mencakup, umur responden, usia balita, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pengasilan per bulan, dan dari mana responden mendapatkan informasi.
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 30 pertanyaan yaitu defenisi zat pewarna
ada 2 pernyataan (nomor 1 dan 2), jenis – jenis zat pewarna makanan 18 pernyataan
(nomor 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29 dan 30), makanan 3
pernyataan (nomor 13, 16,dan 25 ) bahaya zat pewarna makanan 7 pernyataan (nomor
12, 14, 15, 18, 19, 20,dan 21). Dalam kuesioner ini terdapat 24 pernyataan positif
yaitu nomor 1, 4, 5, 7, 8 ,9,10, 11,12, 14, 15, 16, 18 , 19 , 20, 21, 22 , 23, 24, 25, 26,
27, 28 dan 30. Sedangkan pernyataan negatif terdiri dari 6 pernyataan yaitu nomor
2,3 6, 13,17 dan 29,).
Penilaian menggunakan skala Gutman dengan pilihan jawaban “Benar” dan
“Salah”. Penilaian dengan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap item
pernyataan negatif adalah benar (skor 0) dan salah (skor 1). Total skor diperoleh
terendah yaitu 0 yang tertinggi 30. Semakin tinggi skor maka semakin baik
pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna pada kesehatan anak.
Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) adalah:
P
=
���������
Keterangan:
P = panjang kelas/interval
R = Rentang
Sementara kategori adalah 3 yaitu baik, cukup, dan kurang.
Maka:
P = 30
3
P =10
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
Baik : apabila mendapat nilai 21 – 30
Cukup : apabila mendapat nilai 11 – 20
Kurang : apabila mendapat nilai 0 – 10
4.6 Validitas dan Reliabilitas
4.6.1Uji Validitas
Sebuah instrumen diakatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang
Dengan kata lain secara sederhana dapat dikatakan bahwa sebuah instrument
dianggap valid jika instrument itu benar-benar dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk
mengukur apa yang akan diukur (Setiadi, 2007). Uji validitas dilakuakan secara
konten validity kepada ahlinya yaitu dosen keperawatan anak yaitu ibu Nur Asnah
Sitohang, S.Kep., Ns,.M.Kep Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Conten
validity sehingga diperoleh nilai indeks (CVI). Dikatakan valid jika CVI > 0,75
(Notoatmodjo,2010).Hasil validitas pada intrumen ini dengan CVI 0,9
4.6.2 Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen akan dilakukan uji
reabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar
derajat atau kemampuan alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang
akan diukur (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian dilakukan uji reliabilitas pada 10 orang dengan 30 item
pertanyaaan yang dilakukan pada bulan Oktober di Gampong Rawang Itek. Uji
reliabilitas ini menggunakan KR-21 karena memiliki instrumen dengan jumlah
pertanyaan genap. Adapun hasil uji reliabelitas yang didapatkan dari hasil pengetesan
pada 10 responden dengan menggunakan KR-21 yaitu menunjukkan hasil 0,74
dinyatakan reliabel.
Menurut Arikunto (2010) suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai
4.7 Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian deskriptif ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
b. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (Gampong
Rawang Itek kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh .
c. Setelah mendapat izin dariGampong Rawang Itek kecamatan Tanah Jambo Aye
Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh peneliti melakukan survey awal terlebih
dahulu dengan di damping Geuchik Gampong. Kemudian peneliti terlebih dahulu
menentukan sampel dari jumlah populasi yang telah didapatkan dari Geuchik
Gampong Rawang Itek.
d. Setelah itu peneliti melakukan penelitian di Gampong Rawang Itek dengan
mendatangi responden dari rumah ke rumah.
e. Di saat menemui responden peneliti memberikan kuesioner kepada responden
yang telah bersedia mengisi lembar persetujuan.
f. Menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian dan
cara pengisian kuesionar.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data pada kuesioner terkumpul, makapeneliti melakukan
pengolahan data. Analisa data yang diterapkan peneliti adalah analisa dekriptif yaitu
sebuah prosedur pengolahan data yang menggambarkan atau meringkas data dengan
cara ilmiah dalam bentuk tabel. Analisa ini dimulai dengan tahap editing untuk
memeriksa kelengkapan data kemudian memberikan kode (coding) untuk
mempermudah dalam tabulasi. Selanjutnya memasukan data kedalam komputer dan
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan. Penelitian yang
telah dilakukan dari tanggal 110ktober sampai dengan 11November 2013 pada
ibu-ibu yang mempunyai anak usia 3-5 tahun tentangbahaya zat pewarna makanan di
Gampong Rawang Itek Kab. Aceh Utara. Prov, Aceh dengan jumlah responden 81
orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi deskriptif
karakteristik responden, dan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makan
pada kesehatan anak usia 3-5 tahun.
5.2Karakteristik Responden
Hasil penelitian terkait karakteristik responden dengan jumlah responden 81
orang didapat mayoritas usia ibu 34-36 tahun sebanyak 22 orang (27,2%),mayoritas
usia balita 3 tahun sebanyak 40 orang (49,4%), dengan mayoritas pendidikan terakhir
SMA sebanyak 42 orang (451,8%), mayoritas pekerjaan ibu Swasta sebanyak 46
orang (56,8%) yang mayoritas memiliki penghasilan perbulannya
1.700.000-2.550.000 sebanyak 24 orang (29,6%), pernah mendapatkan informasi tentang bahaya
zat pewarna makanan (100%) dan mayoritas responden mendapatkan informasi dari
TV/ Radio sebanyak 56 orang (69,1%). Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada
tabel 5.1
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentasi karakteristik responden (n=81)
Pernah mendapatkan sumber informasi tentang bahaya zat pewarna makanan
Pernah 81 100
Jika pernah dari mana informasi didapatkan
TV/Radio 56 69,1
Internet 8 9,8
Koran 7 8,6
Petugas Kesehatan 10 12,3
DLL 0 0
5.3 Hasil jawaban dari peryataan reponden
Dari hasil penelitian ini menemukan bahwa mayoritas responden (37-96,3) mengetahui jenis-jenis pewarna makanan, hanya 4 dari 18 pertanyaan dari jenis-jenis pewarna makanan yang kurang di ketahui oleh responden yaitu pada pernyataan tentang pemahaman zat pewarna (pernyataan no 3), pembagian zat pewarna (pernyataan no 6) dan pewarna yang boleh di konsumsi (pernyataan no17 dan 29) pada keempat pernyataan ini tidak sampai 45% responden mampu manjawab dengan benar. Dan menemukan mayoritas responden (22-66%) mengetahui tentang makanan, hanya 1 dari 3 pernyataan tentang makanan yang kurang diketahui oleh responden yaitu pada pernyataan kandungan zat pewarna makanan dalam makanan (pernyataan no 25)
Peneliti juga menemukan bahwa lebih dari 60% responden mengetahui defenisi dari zat pewarna makanan .untuk lebih jelas hasil pernyataan responden mengetahui bahaya zat pewarna makanan, untuk lebih jelas hasil pernyataan responden bedasarkan pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak dapat dilihat tabel 5.3
Tabel 5.2 pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3-5 tahun (n=81) di Gampong Rawang Itek Kab. Aceh Utara Provinsi Aceh
No Berdasarkan Pengetahuan Ibu Benar
N (%)
Salah N (%) Nilai Nilai 1 Pewarna makanan adalah suatu zat yang
ditambahkan kedalam makanan untuk meningkatkan kesegaran dan kematangan makanan.
57 (70,4)
1
24 (29,6)
0
2 Pewarna makanan bertujuan untuk menambah aroma dan rasa makanan.
20 (24,7)
0
61 (75,3)
3 Zat pewarna buatan baik untuk kesehatan. 51 (63)
0
30 (37)
1 4 Pewarna alami adalah pewarna yang dihasilkan
dari tumbuhan dan hewan seperti kunyit untuk warna kuning dan daun suji untuk warna hijau.
79 (97,5)
1
2 (2,5)
0 5 Umumnya pewarna alami aman untuk digunakan
walaupun dalam jumlah yang sangat kecil.
78 (96,5)
1
3 (3,7)
0 6 Jenis–jenis zat pewarna ada 3 yaitu alami, buatan
dan pewarna pakaian.
39 (48,1)
0
42 (51,9)
1 7 Zat pewarna buatan harus melalui berbagai
prosedur pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan.
71 (87,6)
1
10 (12,4)
0 8 Karamel dihasilkan dari pemanasan gula tebu
sampai pada suhu sekitar 170 °C.
72 (88,9)
1
9 (11,1)
0 9 Daun suji menghasilkan warna hijau, misalnya
pada dadar gulung, kue bika, atau kue pisang.
77 (95)
1
4 (5)
0 10 Karamel cairdan karamel kering sering
digunakan untuk roti dan biscuit.
80 (98,8)
1
1 (1,2)
0 11 Gula kelapa selain berfungsi sebagai pemanis,
juga memberikan warna merah kecoklatan pada minuman es kelapa ataupun es cendol .
65 (80,2)
1
16 (19,8)
0 12 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
pewarna buatan secara berlebihan akan membuat anak lebih aktif.
37 (45,7)
1
44 (54,3)
0 13 Bahan makanan dengan warna yang menarik dan
aroma yang menyengat baik dikonsumsi untuk anak–anak.
51 (63)
1
30 (37)
0 14 Jenis pewarna makanan seperti karamel dapat
menimbulkan gangguan pada sistem saraf.
30 (37)
0
51 (63)
1 15 Zat pewarna makanan buatan dapat menimbulkan
reaksi alergi pada pernafasan.
72 (88,9)
1
9 (11,1)
0 16 Cara yang paling baik untuk menghindari
makanan dan minuman yang terpapar zat pewarna buatan di sekolah dengan memberikan bekal makanan dan minuman dari rumah.
66 (81,4)
1
32 (39,6)
17 Zat pewarna pakaian boleh digunakan sebagai zat 18 Diare adalah gejala awal dari kelebihan
mengkonsumsi zat pewarna buatan dan pakaian.
51 (63)
1
30 (37)
0 19 Makanan yang mengandung zat pewarna pakaian
dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati dan kanker
67 (82,7)
1
14 (17,3)
0 20 Ciri-ciri makanan yang mengandung zat pewarna
pakaian yaitu warnanya mencolok, adanya gumpalan warna pada makanan dan adanya rasa pahit.
70 (86,4)
1
11 (13,6)
0
21 Saos,sirup,kerupuk dan permen adalah makanan yang paling sering mengandung zat pewarna pakaian.
69 (85,2)
1
12 (14,8)
0 22 Kelemahan pewarna alami yaitu menghasilkan
karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil.
71 (87,6)
1
10 (12,4)
0 23 Secara kualitas dibutuhkan zat pewarna alami
yang lebih banyak dari pada pewarna sintesis untuk menghasilkan tingkat warna yang sama.
75 (92,6)
1
6 (7,4)
0 24 Wortel dan pepayamenghasilkan warna jingga
sampai merah.
71 (87,6)
1
10 (12,4)
0 25 Setiap makanan yang mengandung zat pewarna
buatan akan bermanfaat oleh tubuh.
58 (71,6)
0
23 (28,4)
1 26 Kunyit memberi warnakuning pada makanan
misalnya tahu, bumbu Bali atau nasi kuning.
78 (96,3)
1
3 (3,7)
0 27 Cabai merah juga menghasilkan zat warna merah
pada makanan, misalnya sambal goreng.
73 (90,1)
1
8 (9,9)
0 28 Pewarna buatan tidak menghasilkan rasa dan
aroma yang mengganggu.
57 (70,4)
1
24 (29,6)
0 29 Zat pewarna makanan yang di perbolehkan oleh
pemerintah yaitu pewarna buatan dan pakaian.
44 (54,3)
0
37 (45,7)
1 30 Buah kakao (coklat) memberikan warna coklat
5.4Pengetahuan Ibu Tentang Bahaya Zat Pewarna Makanan Pada Kesehatan Anak Usia 3–5 Tahun
Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan ibu tentangbahaya zat pewarna
makananpada kesehatan anakusia 3-5 tahun. sebagian besar dari ibu 60 orang dengan
kategori baik (74,07%), 20 orang dengan kategori cukup (24,7%), 1 orang dengan
kategori kurang (1,23%). Hasil penelitian mengenai pengetahuan ibu tetang bahaya
zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun dapat dilihat pada table 5.2
Tabel 5.3.Pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan pada kesehatan anak usia 3–5 tahun(n=81)
NO Kategori Pengetahuan Ibu Jumlah Persentase%
1 Baik 60 74,07
2 Cukup 20 24,7
3 Kurang 1 1,23
TOTAL 81 100
5.5Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang
bahaya zat pewarna makanan dengan katagori baik (74,07%). hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yanag dilakukakan oleh Hermayana (2010), pada 133 responden di
Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah Aceh Tengah, didapat bahwa (66,92%), Ibu
memiliki pengetahuan baik tentang bahaya zat pewarna bagi kesehatan, hal ini
dimungkinkan karena (100%) responden pernah mendapatkan informasi dari media
elektronik seperti TV/Radio (69,1%).penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
responden di dapat mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai Wiraswasta
(73,17%), pekerjaan adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna mempengaruhi kebutuhan hidupanya
sehari-hari. Bila ditunjukan dari faktor pekerjaan seseorang yang bekerja dengan lebih
berinteraksi dengan orang lain akan lebih banyak menerima informasi yang berisikan
pengetahuan dan pengalaman bila dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja dan
berinteraksi dengan orang lain. Hasil penelitian bahwa mayoritas responden memiliki
pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu (56,8%), hal ini di sebabkan karena ibu-ibu yang
bekerja lebih banyak berinteraksi dengan orang lain, sehingga mendapat informasi
lebih banyak dari teman-teman dilingkungan tempat bekerja dengan wawasan yang
lebih luas tentang bahaya zat pewarna makanan.
Suparlan (2005), mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah usia dimana usia sangat dipengaruhi perkembangan seseorang
dalam memahami sesuatu. Menurut beberapa peneliti bahwa pengetahuan seseorang
bertambah sesuai dengan pertambahan usia, hal ini sesuai dengan hasil penelitain
yang dilakukan pada responden yang mayoritas berumur 34-36 tahun (27,2%),
dimana biasanya ibu-ibu dengan berumur 34-36 tahun sudah mendapatkan informasi
dan banyak memiliki pengalaman dari lingkungannya seperti mendapatkan informasi
dari teman, mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya zat pewarna makanan.
Tingginya pengetahuan juga dipengaruhi oleh ekonomi dimana mayoritas yang
memiliki pengasilan 1.700.000-2.550.000 (29,6%) dari responden ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh roger(1974 dikutip dari Natoadmojho, 2007) bahwa ekonomi
penghasilan seseorang cenderung semakin panjang rentang kehidupannya dan
semakin mudah mengaskes sumber informasi dari berbagai media seperti TV/Radio ,
internet dan Koran,
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswar
(2011), terhadap 91 responden, dengan tujuan menggambarkan pengetahuan ibu
tentang zat pewarna yang baik digunakan untuk pengolahan makanan di desa air
balam kecamatan koto balingka didapatkan mayoritas responden yang memiliki
pengetahuan kurang (76,92%) ini dikarenakan bahwa (87,91%) masih berpendidikan
SLTP, sedangkan pada penelitian ini mayoritas responden memiliki pendidikan
SLTA (51,9%), hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suparlan (2005),
bahwa pendidikanadalah proses penyampaian bahan atau materi pendidikan oleh
pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingakat perilaku.
Pada umumnya pendidikan meningkatkan tingkat intelegensinya.Jadi jelaslah bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya, hal ini disebabkan karena intitusi pendidikan merupakan media
untuk membina pengetahuan ibu sehingga makin tinggi pendidikan ibu maka semakin
banyak pula informasi yang diperoleh.
Tetapi dalam penelitian ini masih ada responden yang memiliki pengetahuan
cukup (24,1%) dan kurang (1,23%) artinya tidak semua pernyataan dalam kuesioner
yang di pakai untuk mengukur pengetahuan ibu tentang bahaya zat pewarna makanan
pada kesehatan anak tidak dapat di jawab secara maksimal oleh para responden. Bila
di analisis dari jawaban ibu untuk pernyatiaan tentang jenis-jenis pewarna makanan
80% responden benar dalam menjawab pernyataan no 4,5,7,8,9,10,11,22,23
,24,26,27,28 dan 30. Lebih dari 39 orang responden (48,1%) yang salah dalam
menjawab (pernyataan nomor 3), yaitu peryataaan Zat pewarna buatan baik untuk
kesehatan dalam pernyataan ini 63% reponden menjawab salah, (pernyataan no6)
yaitu pernyataan Jenis–jenis zat pewarna ada 3 yaitu alami, buatan dan pewarna
pakaian dalam peryataan ini 48,1% responden menjawab salah, (pernyataan
nomor17) Zat pewarna pakaian boleh digunakan sebagai zat pewarna makanan dalam
pernyataan ini 59,2% responden menjawab salah dan (pernyataan no 29) yaitu
pernyataan Zat pewarna makanan yang di perbolehkan oleh pemerintah yaitu
pewarna buatan dan pakaian dalam pernyataan ini 54,3% responden menjawab
salah.dengan kata lain 14 dari 18 pernyataan dapat dijawab dengan benar oleh para
ibu. Hal ini menunjukan bahwa manyoritas ibu telah mengetahui jenis-jenis pewarna
makanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap
para ibu di Pondok Gajah Kabupaten Bener Meriah Aceh Tengah yang
memperlihatkan bahwa 76,55% ibu mengetahui jenis-jenis pewarna makanan.
Bila dilihat dari jawaban responden tentang makanan yang diindentifikasi dengan
3 pernyataan dalam kuesioner, lebih dari 70 % reponden benar dalam menjawab
pernyataan nomor 13 dan 16 dan terdapat 58 (71,6%) yang salah dalam menjawab
pernyataan no 25 , dengan kata lain 2 dari 3 pernyataan dapat dijawab dengan benar
oleh para ibu. Dengan kata lain ibu–ibu telah mengetahui tentang makanan.
Hal ini dimungkinkan karena masih ada responden yang mendapatkan sumber
informasi dari internet (9,8%) koran(8,6%). Menurut Vermon A.Magnesen dalam
yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari
yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Oleh karena itu kalau di
lihat dari teori media koran dan internet dari yang dibaca seseorang hanya mampu
menyerap 10% - 30% dari informasi yang disampaikan. Menggunakan media yang
tepat dalam meningkatkan pengatahuan sangat penting sebagai alat merangsang