• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Potret RAD GRK Bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Potret RAD GRK Bahasa"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS

POTRET RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

(RAD-GRK)

(3)

DAFTAR ISI

GAMBARAN UMUM ... 5

BAGIAN I ... 7

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA ... 8

1. SEKTOR BERBASIS LAHAN ... 8

Definisi dan Ruang Lingkup ... 8

Keterbatasan dalam penyusunan BAU Baseline Sektor Berbasis Lahan... 9

Tindak Lanjut ... 9

2. SEKTOR BERBASIS ENERGI ... 12

Definisi dan Ruang Lingkup ... 12

BAU Baseline ... 12

BAU Baseline Propinsi ... 12

Keterbatasan ... 13

Rekomendasi ... 13

3. SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH ... 15

BAGIAN 2 ... 19

(4)

1. PROVINSI ACEH ... 21

2. PROVINSI SUMATERA UTARA ... 25

3. PROVINSI SUMATERA BARAT ... 30

4. PROVINSI RIAU ... 34

5. PROVINSI KEPULAUAN RIAU ... 38

6. PROVINSI JAMBI ... 42

7. PROVINSI SUMATERA SELATAN ... 45

8. PROVINSI BANGKA BELITUNG ... 50

9. PROVINSI BENGKULU ... 56

10. PROVINSI LAMPUNG ... 61

11. PROVINSI BANTEN ... 66

12. PROVINSI JAWA BARAT ... 73

13. PROVINSI DKI JAKARTA ... 78

14. PROVINSI JAWA TENGAH ... 82

15. PROVINSI DI YOGYAKARTA ... 86

16. PROVINSI JAWA TIMUR ... 89

17. PROVINSI BALI ... 94

(5)

19. PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR ... 110

20. PROVINSI KALIMANTAN BARAT ... 114

21. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ... 118

22. PROVINSI KALIMANTAN TIMUR ... 123

23. PROVINSI SULAWESI UTARA ... 128

24. PROVINSI SULAWESI TENGAH ... 131

25. PROVINSI SULAWESI TENGGARA ... 136

26. PROVINSI GORONTALO ... 142

27. PROVINSI SULAWESI BARAT ... 147

28. PROVINSI MALUKU UTARA ... 153

29. PROVINSI SULAWESI SELATAN ... 155

30. PROVINSI PAPUA... 159

31. PROVINSI MALUKU ... 163

32. KALIMANTAN SELATAN ... 167

33. PAPUA BARAT ... 171

TIM TEKNIS FASILITASI PENYUSUNAN RAD-GRK ... 174

(6)

GAMBARAN UMUM

Potret Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) ini menampilkan BAU (Bussines as Usual) Baseline dan Rencana Aksi Penurunan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) dari bidang berbasis lahan (kehutanan dan lahan gambut serta pertanian), energi (energi, transportasi dan industri) serta pengelolaan limbah. Dalam dokumen RAD-GRK tersebut, tidak semua daerah mencantumkan BAU Baseline untuk sektor berbasis lahan dan energi, namun hal ini berbeda dengan sektor pengelolaan limbah. Secara umum GRK, sumber permasalahan emisi di provinsi yang berada di luar Pulau Jawa berasal dari bidang berbasis lahan, sedangkan untuk provinsi di Pulau Jawa berasal dari bidang berbasis energi.

Demikian pula halnya dengan rencana aksi penurunan emisi, beberapa provinsi yang memiliki rencana aksi penurunan emisi yang sesuai dengan panduan penyusunan RAD-GRK adalah Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Namun, ada pula provinsi yang hanya memiliki rencana aksi penurunan emisi pada beberapa bidang saja, sebagai contoh Provinsi DKI Jakarta yang hanya mencantumkan rencana aksi mitigasi di bidang energi dan pengelolaan limbah saja, karena tidak melakukan perhitungan BAU di bidang berbasis lahan.

Secara umum, rencana aksi penurunan emisi GRK yang dicantumkan oleh daerah dalam RAD-GRK mengikuti rencana aksi yang tercantum

dalam RAN-GRK, terutama untuk bidang transportasi, tetapi pemisahaan antara kegiatan utama dan kegiatan pendukung belum dilakukan.

Terkait rencana aksi penurunan emisi, ada beberapa hal yang menjadi catatan; (1) hanya 5 (lima) provinsi yang mencantumkan rencana aksi mitigasi pada bidang industri, (2) bidang pengelolaan limbah merupakan penguatan kegiatan untuk mencapai penurunan emisi dari RAN-GRK. Beberapa rencana aksi penurunan emisi menunjukkan hubungan yang erat dengan program kegiatan yang menjadi fokus pengembangan daerah dan kearifan lokal, seperti rencana aksi pengembangan area kakao, mete dan sawit di lahan tidak berhutan dan terdagrasi dengan APL pada Provinsi Sulawesi Tenggara serta perluasan pengelolaan sumber daya alam berbasis nagari (PELANA) pada Provinsi Sumatera Barat.

Penamaan program atau kegiatan (nomenklature) dalam RAD-GRK belum seragam jika dibandingkan dengan RAN-GRK. Namun, secara umum penamaan kegiatan di bidangpengelolaan limbah lebih seragam sehingga baik dalam implementasi maupun pemantauan akan lebih mudah untuk dilakukan.

(7)

pengelolaan limbah (dengan kegiatan pendukung inventarisasi GRK), DKI Jakarta di sektor energi bidang tranportasi.

Lebih lanjut lagi, dari segi pendanaan sebanyak 18 provinsi telah menyajikan besaran pendanaan untuk setiap kegiatan dimana sumber dananya terdiri dari APBN, sharing APBN dan APBD serta dari APBD. Rencana aksi mitigasi yang menggunakan dana APBD seperti sektor energi di Provinsi Banten, sektor pengelolaan limbah di Daerah Istimewa Yogyakarta, sektor berbasis lahan di Provinsi Kalimantan Barat, sektor energi dan pengelolaan limbah di Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara umum, kegiatan yang dicantumkan dalam RAD-GRK merupakan kegiatan rutin daerah terutama yang sumber dananya dari APBN, sehingga dalam pelaksanannya merupakan kegiatan yang berkelanjutan. Meski demikian terdapat kegiatan yang sifatnya memperkuat dan memerlukan pendanaan tambahan.

(8)

7

BAGIAN I

(9)

8

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

Pada tingkat nasional distribusi penghasil emisi berasal dari Sektor Berbasis Lahan, Energi dan Pengelolaan Limbah. Sektor berbasis lahan memberikan sumbangan sebesar 15% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional (BPS, 2010). Namun, kegiatan berbasis lahan (perubahan tata guna lahan dan kehutanan - LUCF, termasuk kegiatan pertanian dan kebakaran lahan gambut) ini juga meyumbangan emisi sekitar 67% dari emisi total nasional dan merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sektor lain (SNC, 2010).

Sektor energi merupakan sumber emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar kedua setelah sektor berbasis lahan (pertanian, kehutanan dan lahan gambut) (SNC, 2009). Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) telah membagi kelompok bidang energi ke dalam tiga sektor utama yakni sektor energi (produksi dan konsumsi energi), transportasi dan industri.

Berdasarkan dokumen Second National Communication (2010), estimasi potensi emisi GRK dari sektor limbah secara total pada tahun 2005 adalah sebesar 166.831,32 Gg CO₂. Potensi emisi GRK tersebut diperkirakan meningkat pada tahun 2010 menjadi sebesar 194.367 Gg CO₂ dan diprediksi akan meningkat menjadi 250.231 Gg

CO₂ pada tahun 2020.

1. SEKTOR BERBASIS LAHAN

Penyebab utama dari emisi berbasis lahan di Indonesia adalah pemanenan kayu dan perluasan lahan pertanian; kebakaran hutan khususnya di lahan gambut juga merupakan isu yang sangat penting

dalam pengelolaan sumberdaya lahan di Indonesia. Perumusan kebijakan yang konsisten dari semua level pemerintahan dan juga bagi semua pemangku kepentingan terkait dengan sektor-sektor berbasis lahan sangat penting bagi keberhasilan penyusunan strategi mitigasi dan pelaksanaan aksi-aksi pengurangan emisi GRK di sektor berbasis lahan.

Definisi dan Ruang Lingkup

Rencana aksi penurunan emisi GRK untuk sektor berbasis lahan mengacu pada satu set kebijakan dan tindakan-tindakan mitigasi untuk mengurangi emisi GRK dari

semua tipe penggunaan lahan, yang berpengaruh terhadap penutupan lahan dan cadangan karbon.

BAU Baseline

Proses dalam pembentukan BAU Baseline ini merupakan pendekatan campuran antara bottom-up dan top-down. Untuk menganalisa data historis perubahan lahan, data disediakan oleh Pemerintah Pusat (Kementerian Kehutanan). Data ini berdasarkan pada peta tutupan lahan yang merupakan hasil intepretasi visual dari Landsat 7 ETM+, Landsat 5 TM dan SPOT 4 images yang diprojeksikan ke dalam peta dengan skala 1:250,000. Data ini kemudian diolah lebih lanjut oleh provinsi untuk menentukan tingkat emisi daerah di masa lalu dan di masa depan. Penentuan emisi masa lalu dilakukan dengan menggunakan metode stock

(10)

9 menggunakan metode prospektif yang menggabungkan informasi

tren perubahan lahan di masa lalu dan antisipasi tentang perilaku masa depan mengenai perubahan penggunaan lahan. Alat yang digunakan untuk melakukan analisa ini adalah dengan ABACUS atau dengan Software Spreadsheetseperti MS excel.

Keterbatasan dalam penyusunan BAU Baseline Sektor Berbasis Lahan

 Data aktifitas yang saat ini digunakan sebagai data dasar untuk perhitungan BAU Baseline berdasarkan peta penutupan lahan

(land cover) dan seharusnya mempertimbangkan juga kelas

penggunaan lahan (land use).

 Penggunaan peta penutupan lahan dengan klasifikasi 23 kelas penutupan lahan, kemungkinan akan berubah tergantung kesepakatan terakhir.

 Untuk memproyeksi emisi masa depan yang lebih baik sebaiknya mempertimbangkan juga rencana pembangunan dan tata ruang daerah, namun dengan keterbatasan data, penyusunan BAU Baseline hanya berdasarkan pada tren masa lalu.

 Kesepakatan yang sering berubah menyebabkan belum

se aga ya ase yea ya g digu aka oleh P ovi si, sehi gga

menyulitkan pada penggabungan BAU Provinsi menjadi BAU nasional. Namun, untuk BAU Baseline nasional, digunakan kesepakatan terkahir dalam pokja (Bandung, September 2012) yaitu tahun perhitungan 2006-2010, sedangkan baseyear untuk aksi mitigasi adalah 2010.

 POKJA nasional sudah mengeluarkan angka faktor emisi nasional yang dapat digunakan untuk perhitungan BAU Baseline (www.sekretariat-rangrk.org) namun ke depan perlu dilengkapi dengan data dari tingkat tapak.

Tindak Lanjut

Untuk meningkatkan reliabilitas angka BAU sektor berbasis lahan, berikut beberapa rekomendasi:

1. Klasifikasi Lahan, faktor emisi, base year, data dll akan di-update secara berkala berdasarkan hasil kesepakatan dalam pokja dan informasi terkini yang dapat dikumpulkan. Adapun, data terakhir yang digunakan dapat di-akses di www.sekretariat-rangrk/

2. Verifikasi data faktor emisi yang digunakan oleh daerah dan hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh Provinsi.

(11)

10 (100,000,000.000)

-100,000,000.000 200,000,000.000 300,000,000.000 400,000,000.000 500,000,000.000 600,000,000.000 700,000,000.000

Periode 2006-2011 Periode 2011-2016 Periode 2016-2020

BALI BANTEN BENGKULU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI

JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NANGGROE ACEH DARUSSALAM NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA

E

m

is

i

G

R

K

(

tC

O

2

e

q

)

REKAPITULASI BAU BASELINE EMISI GRK

KELOMPOK BIDANG KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT

(12)

11

E

mi

si G

R

K (

tCO

2 e

q

)

(13)

12 2. SEKTOR BERBASIS ENERGI

Emisi total sektor energi di tahun 2000 adalah sekitar 333,540.98 Gg

CO₂e, atau % da i e isi total I do esia. % da i total e isi e e gi

di Indonesia berasal dari pembakaran minyak bumi. Sebesar 51,5% emisi ini bersumber dari bahan bakar dan kilang minyak, 18,2% dari transportasi, 12,2% dari listrik dan heat production, 7,4% dari rumah tangga dan 5,9% dari industri, pabrik dan konstruksi.

Dalam kurun waktu 2000-2005, emisi GRK di sektor energi menunjukkan peningkatan dari 333,540.98 Gg pada tahun 2000

e jadi 5, . Gg CO₂e di tahu 005. A gka i i e u jukka

kenaikan 25% atau 3,74% per tahun . Definisi dan Ruang Lingkup

Rencana Aksi Nasional di bidang energi dan transportasi disusun berdasarkan RPJMN 2010-2014, RPJPN 2005-2025 dan usulan dari K/L terkait serta perhitungan target penurunan emisi GRK bidang energi

se esa 0.0 giga to CO₂e pada tahu 0 0. ‘e a a aksi

penurunan emisi di bidang energi dan transportasi difokuskan pada upaya-upaya:

(i) Pengembangan energi baru dan terbarukan seperti panas bumi,surya, air dll

(ii) Efisiensi energi dan fuel switching,

(iii) Penurunan konsumsi BBM melalui pembangunan sarana transportasi darat, terutama di daerah perkotaan, yang memfasilitasi pemanfaatan sarana transportasi yang ada secara lebih efisien,

(iv) Penggunaan sarana transportasi massal rendah energi, seperti bus, kereta api, serta pengalihan pengunaan bahan bakar dari BBM ke BBG.

BAU Baseline

Perhitungan emisi sektor energi menggunakan pendekatan kombinasi top-down dan bottom-up untuk menunjukkan perbedaan kebijakan nasional dan daerah, Untuk melakukan perhitungan, proyeksi BAU dan proyeksi seknario aksi mitigasi di sektor energi, software yang digunakan adalah Long Range Energy Alternatives Planning (LEAP). BAU Baseline Propinsi

BAU Baseline sektor energi RAD-GRK menggunakan tahun dasar 2010 yang diproyeksikan hingga tahun 2020. Data-data dasar yang digunakan untuk perhitungan menggunakan LEAP adalah jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, presentase pembagian keluarga miskin, menengah, dan kaya, data aktivitas dan intenstitas energi keluarga miskin, menengah dan kaya, produk domestik regional bruto (PDRB) provinsi, data pembangkit listrik, data panjang jalan, data konsumsi BBM serta panjang perjalanan kendaraan.

Adapun asumsi yang dibutuhkan untuk memproyeksikan BAU antara lain pertumbuhan penduduk, pertumbuhan PDRB, proyeksi pembagian keluarga miskin, menengah, dan kaya, penambahan pembangkit listrik, pertumbuhan jumlah kendaraan dan pertumbuhan konsumsi BBM.

Hasil rekapitulasi RAD-GRK kelompok bidang energi menunjukkan bahwa angka BAU baseline sektor energi tahun 2010 menunjukkan

(14)

13

Gambar 3 Contoh tampilan BAU kelompok bidang energi dalam RAD-GRK. Contoh ini diambil dari Prov. Sumatera Utara

Keterbatasan

Dalam penyusunan BAU baseline sektor energi, terdapat beberapa batasan antara lain:

Beberapa provinsi belum memiliki data jumlah keluarga miskin, menengah dan kaya, sehingga data yang dimasukkan masih berupa perkiraan proporsi keluarga miskin, menengah dan kaya di provinsi masing-masing.

Data aktivitas dan intensitas energi keluarga miskin, menengah dan kaya umumnya masih menggunakan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) karena tidak tersedianya data tersebut di tingkat provinsi (Survei Sosial Ekonomi Daerah).

Data panjang perjalanan dan original destination (OD) untuk sektor transportasi masih menggunakan data panjang

perjalanan nasional karena data panjang perjalanan daerah belum banyak tersedia.

Perhitungan BAU baseline sektor industri (proses industri) dalam RAD-GRK belum banyak dihitung oleh provinsi dikarenakan belum tersedianya petunjuk teknis baku perhitungan emisi industri dalam RAD-GRK oleh pokja sektor industri.

Rekomendasi

Untuk meningkatkan reliabilitas angka BAU sektor energi ke depan, berikut beberapa rekomendasi:

1 Konsultasi lanjutan dengan provinsi terkait jumlah keluarga miskin, menengah dan kaya sehingga diperoleh proporsi keluarga miskin, menengah dan kaya yang lebih representatif. 2 Koordinasi dengan BPS provinsi untuk memasukkan kuesioner-kuesioner terkait aktivitas dan intensitas energi rumah tangga di masing-masing provinsi.

3 Dukungan kebijakan dan dana untuk studi studi terkait penyusunan data panjang perjalanan dan original destination (OD) provinsi.

4 Koordinasi dengan Pokja Industri untuk penyelesaian petunjuk teknis baku perhitungan emisi industri RAD-GRK dan sosialiasi petunjuk teknis tersebut ke daerah.

5 Pelatihan penggunaan LEAP lanjutan untuk Pokja Energi di daerah untuk peningkatan kapasitas Pokja energi.

-

(15)

14

Gambar 4 Rekapitulasi Kelompok Bidang Energi RAD GRK (Pokja, 2012)

0 100,000,000 200,000,000 300,000,000 400,000,000 500,000,000 600,000,000 700,000,000 800,000,000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Papua Barat

Papua

Malut

Maluku

Gorontalo

Sulbar

Sulsel

Sultra

Sulteng

Kalsel

Sulut

Kalteng

Kaltim

Kalbar

NTT

(16)

15

3. SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH

Sektor limbah, dalam hal ini limbah padat maupun limbah cair, merupakan salah satu sektor yang berkontribusi penting dalam emisi gas rumah kaca. Potensi limbah muncul dari berbagai aktivitas kehidupan antara lain aktivitas rumah tangga (domestik), industri, komersial, kesehatan dll. Pertumbuhan populasi dan perkembangan ekonomi akan berkorelasi dengan peningkatan jumlah timbulan limbah. Sebagai konsekuensinya, potensi emisi gas rumah kaca (GRK) juga akan mengalami peningkatan. Berdasarkan IPCC (2006), potensi utama GRK dari sektor limbah dapat dilihat pada Gambar 1.

Guna mendapatkan informasi mengenai potensi emisi gas rumah kaca serta mengevaluasi tingkat penurunan emisi GRK yang dihasilkan oleh berbagai aksi mitigasi maka perlu dibuat acuan yang disebut

baseline. Dengan kata lain, baselineadalah perkiraan tingkat emisi dan

proyeksi GRK dengan skenario tanpa intervensi kebijakan dan teknologi mitigasi dari bidang-bidang yang telah diidentifikasi dalam kurun waktu yang disepakati atau disebut juga bussiness as usual

baseline (BAU baseline). Baseline pada sektor limbah disusun dengan

menetapkan tahun 2010 sebagai tahun dasar dan tahun 2020 sebagai akhir tahun proyeksi.

Untuk mengurangi emisi GRK dari sektor limbah diperlukan berbagai upaya mitigasi yang dilakukan secara terintegrasi terutama di tingkat kabupaten/kota. Berkaitan dengan hal itu maka pada tahun 2012 Pemerintah Provinsi seluruh Indonesia menyusun dokumen Rencana Aksi Daerah Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca. Pada dokumen tersebut perhitungan estimasi emisi GRK dilakukan pada 3 kategori

besar yaitu sektor berbasis lahan, sektor berbasis energi dan sektor limbah.

Dalam perhitungan baseline emisi gas rumah kaca sektor limbah pada RAD-GRK tahun 2012, aspek yang dihitung meliputi limbah padat dan limbah cair domestik. Potensi limbah padat dan limbah cair domestik sangat berkaitan erat dengan populasi penduduk. Berdasarkan Roadmap Sektor Limbah Perubahan Iklim Indonesia (2010), tingkat timbulan limbah padat domestik rata-rata adalah 0,6 kg/orang/hari di wilayah perkotaan dan 0,3 kg/orang/hari di wilayah perdesaan pada tahun 2005.

Emisi GRK Sektor Limbah

Pengolahan Limbah Padat Secara Biologis

Proses Pembakaran Limbah Padat (Insinerator dan Pembakaran Langsung)

Pembuangan dan Pengolahan Limbah Cair (Air Limbah Domestik dan Industri)

Aktivitas Lainnya

Pembuangan Limbah Padat (Terkelola dan Tidak Terkelola)

(17)

16 Sementara itu berdasarkan Standar Nasional Indonesia yang

diterbitkan Kementerian Pekerjaan Umum, tingkat timbulan limbah padat domestik dibagi berdasarkan ukuran kota, yaitu 0,6 kg/orang/hari untuk kota metropolitan; 0,5 kg/orang/hari untuk kota besar dan kota sedang; dan 0,4 kg/orang/hari untuk kota kecil. Sementara itu potensi timbulan limbah cair domestik rata-rata di Indonesia adalah 100 liter/orang/hari. Limbah cair tersebut terdiri dari black water (contoh: air limbah yang berasal dari toilet) dan grey

water (contoh: air limbah yang berasal dari air cucian piring, mandi,

dsb).

Perhitungan baseline emisi GRK sektor limbah pada RAD-GRK dilakukan dengan berpedoman pada panduan yang diterbitkan oleh IPCC (2006). Dengan mempertimbangkan kualitas ketersediaan data pada setiap provinsi, perhitungan emisi GRK masih menggunakan banyak parameter default sehingga perhitungannya dikategorikan pada Tier 1. Untuk mempermudah Pemerintah Provinsi melakukan perhitungan emisi GRK di wilayah masing-masing, telah dibuat tabel perhitungan sederhana dengan menggunakan software excel. Beberapa data esensial yang menjadi dasar perhitungan emisi GRK dari sektor limbah di setiap provinsi adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk tahun 2010 pada setiap Kabupaten/Kota (Berdasarkan data BPS setempat);

2. Perkiraan tingkat pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2010 yang dapat digunakan untuk melakukan proyeksi; 3. Komposisi limbah padat;

4. Timbulan limbah padat per kapita;

5. Kondisi pengumpulan dan pengangkutan sampah pada setiap kabupaten/kota;

6. Aktivitas pengelolaan sampah yang telah dilakukan di setiap kabupaten/kota (pengomposan, aktivitas 3 R, pembakaran sampah, penimbunan, tempat pembuangan akhir);

7. Proporsi limbah yang dikelola berdasarkan aktivitas pengelolaan yang berbeda di setiap kabupaten/kota;

8. Timbulan limbah cair per kapita di masing-masing kabupaten kota; dan

9. Aktivitas pengolahan limbah cair di masing-masing kabupaten/kota.

Berdasarkan perhitungan tersebut, emisi baseline GRK di masing-masing provinsi dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Penghitungan emisi GRK pada sektor limbah dalam RAD-GRK tersebut masih memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Hanya memperhitungkan limbah padat domestik dan air limbah domestik saja;

2. Tingkat pertumbuhan penduduk yang menjadi dasar proyeksi untuk sebagian kabupaten/kota masih harus disempurnakan; 3. Timbulan limbah padat masing-masing kabupaten/kota masih

menggunakan standar nasional;

4. Komposisi sampah di kabupaten/kota masih menggunakan data default IPCC atau menggunakan data dari kota tertentu yang mungkin memiliki karakteristik berbeda;

(18)

17 Namun demikian emisi GRK dari sektor limbah yang telah dihitung

dalam RAD-GRK merupakan suatu awal yang baik untuk melakukan upaya mitigasi pengurangan emisi GRK. Beberapa perbaikan yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan perhitungan emisi GRK dari sektor limbah antara lain :

1. Membangun sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dari tingkat kabupate/kota, provinsi dan nasional;

2. Mengintegrasikan pengumpulan data yang terkait dengan emisi GRK sektor limbah dengan pengumpulan data yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik;

(19)

18

Gambar 7. Grafik BAU Baseline emisi GRK Sektor Pengelolaan Limbah

0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

ton

C

O2

E

q

PAPUA BARAT PAPUA

MALUT MALUKU

SULSEL SULUT

GORONTALO SULTRA

SULBAR SULTENG

KALTENG KALSEL

KALTIM KALBAR

NTT NTB

BALI DIY

DKI JATENG

JATIM JABAR

BANTEN LAMPUNG

BENGKULU BABEL

SUMSEL JAMBI

KEPRI RIAU

SUMBAR SUMUT

(20)

19

BAGIAN 2

RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

(RAD-GRK)

(21)

20

No Provinsi Peraturan gubernur

Nomor Keterangan

1 Jambi 36/2012 10 Agustus 2012

2 D.I. Yogyakarta 51/2012 5 September 2012 3 Jawa Tengah 43/2012 10 September 2012 4 DKI Jakarta 131/2012 19 September 2012 5 Sulawesi Tengah 30/2012 21 September 2012 6 Sumatera Utara 36/2012 26 September 2012 7 Kalimantan Barat 27/2012 1 Oktober 2012 8 Kalimantan Timur 54/2012 4 Oktober 2012 9 Sumatera Selatan 34/2012 5 Oktober 2012 10 Sumatera Barat 80/2012 10 Oktober 2012 11 Kepulauan Riau 44/2012 10 Oktober 2012

12 JawaTimur 67/2012 12 Oktober 2012

13 Gorontalo 36/2012 25 Oktober 2012

14 Jawa Barat 56/2012 2 November 2012

15 Sulawesi Tenggara 30/2012 5 November 2012

16 Maluku 18/2012 8 November 2012

17 Sulawesi Barat 28/2012 20 November 2012 18 Bangka Belitung 26/2012 23 November 2012

19 Bali 49/2012 5 Desember 2012

20 Aceh 85/2012 10 Desember 2012

21 Sulawesi Selatan 59/2012 10 Desember 2012

22 Bengkulu 30/2012 14 Desember 2012

23 Nusa Tenggara Timur 39/2012 14 Desember 2012 24 Sulawesi Utara 323/2012 14 Desember 2012 25 Maluku Utara 14/2012 14 Desember 2012

26 NTB 51/2012 14 Desember 2012

27 Kalimantan Tengah 36/2012 14 Desember 2012

28 Lampung 32 A/2012 5 Desember 2012

29 Banten 39/2012 3 Desember 2012

30 Riau 77/2012 28 Desember 2012

No Provinsi Peraturan gubernur

Nomor Keterangan

31 Papua 9/2013 7 februari 2013

32 Kalimantan Selatan 14/2013 8 Maret 2013

(22)

21

1.

PROVINSI ACEH

Emisi RAD-GRK Provinsi Aceh berasal dari 4 (empat) Bidang yaitu 1) Pertanian, 2) Kehutanan dan Lahan Gambut, 3) Energi danTransportasi, 4)Industri dan Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 79,8 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini mengambarkan kontribusi sektoral untuk tahun 2010 di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Aceh tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 95,58%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 5,95% dan 0,54% dari total BAU 2020 di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

93% 6% 1%

Profil Emisi GRK Aceh 2010

(23)

22 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari

Sektor Lahan

Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

0

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Bidang Limbah

BAU-Baseline

Mitigasi

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor

Total 3 bidang

BAU

(24)

23

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (Ton CO₂ eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Pengembangan Hutan Tanaman 8 2013 Dishutbun

2 Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu 8 2013 Dishutbun

3 Pembinaan , Pengelolaan dan Pengawasan Gerakan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan 8 2013 Dishutbun

4 Pengembangan Taman Hutan Raya Pocut Meurah

Intan 8 2013 Dishutbun

5 Pemantapan dan Pengendalian Kawasan Hutan 8 2013 Dishutbun

6 Identifikasi Penambahan Kawasan dan Potensi

Pengembangan Hutan 8 2013 Dishutbun

7 Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem 8 2013 Dishutbun

8 Perencanaan dan Penyusunan Program Pembangunan

Pengendalian Sumberdaya Alam dan lingkungan Hidup 8 2013 Bapedal

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (Ton CO₂ eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Pengembangan Energi Terbarukan 8 2013 Distamben Aceh

2 Pengembangan Panas Bumi 8 2013 Distamben Aceh

3 Pengembangan Ketenagalistrikan 8 2013 Distamben Aceh

4 Koordinasi Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi 8 2013 Distamben Aceh

(25)

24

Rencana Aksi Mitigasi Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (Ton CO₂ eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Pembangunan / Peningkatan TPA 8 2013 BMCK

2 Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu /

3R 8 2013 BMCK

3 Pengembangan Pengelolaan Sanitasi Sistem On

Site 8 2013 BMCK

4 Peningkatan Peran serta masyarakat dalam

(26)

25

2.

PROVINSI SUMATERA UTARA

Emisi RAD-GRK Provinsi Sumatera Utara berasal dari 3 (tiga) Bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 289 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Sumatera Utara tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 94,88%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 4,5% dan 0,6% dari total BAU 2020 di Provinsi Sumatera Utara.

94% 5% 1%

Profil Emisi GRK Sumut 2010

(27)

26 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan

0.00

Bidang Limbah

BAU-Baseline

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Bidang Berbasis Lahan

BAU Baseline

Mitigasi

Total 3 Bidang Sumut

BAU

Mitigasi Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

(28)

27

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Pembangunan Reaktor Anaerobik

Unggun Tetap (RANUT) di setiap Pabrik Kelapa Sawit

-

7 2013 Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, BUMN/PTPN, PDPSU PTPN, PBSN dan PDPSU

2 Sosialiasasi proses pembuatan Kompos dari TKS dan LCPKS dengan sistem BUNKER

-

1 2013

PPKS Medan, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, BLH Sumut, Bah Lias RS GAPKI Sumut, PTPN 2,3,4 dan PBS Nas/Asing

APBD, APBN

3 Pengurangan penggunaan Urea di kebun kelapa sawit dengan aplikasi kompos TKS

-

1 2013

PPKS Medan, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, BLH Sumut, Bah Lias RS GAPKI Sumut, PTPN 2,3,4 dan PBS Nas/Asing

APBD dan APBN

4 Penerapan sistem SRI - 7 2013 Dinas Pertanian, BPTP Sumut, Bakorluh

USU, UISU, UMA, UMSU, BK Pangan

APBD dan APBN 5 Rehabilitasi mangrove 50,000 ha di

Langkat dan Karang Gading

411.819 5 2013 Dinas Kehutanan, BLH, Dinas PSDA, Swast, LSM

APBN dan APBD

6 Pemantapan kawasan hutan 1.976.730 5 2013 Dinas Kehutanan APBN dan APBD

7 Pembangunan hutan dan usaha hutan tanaman

(29)

28

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan

Jumlah Penurunan Emisi

(tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana Sumber Pendanaan

1 Peningkatan efisiensi peralatan rumah

tangga 6.316.000 7 2013 Distamben

APBD, Bantuan Luar Negeri dan Swadaya 2 Penyediaan dan pengelolaan energi

terbarukan dan konservasi energi 2.866.000 7 2013

PLN, ESDM, LSM, Bappeda dan Pertamina

Bantuan Luar Negeri, LSM dan

APBD

3 Pemanfaatan biogas untuk rumah tangga 560 7 2013 Distamben, Disnak APBD, APBN

4 Pembangunan ITS (Inteligent Transport

System) 883.880 1 2014

Kem. Perhub, Kem. Kominfo, Kepolisian, Pemda, Swasta

APBN, APBD, Swasta, Asing 5 Pengembangan Pengendalian Analisis

Dampak Lalu-Lintas 20.000 2 2012

Kem. Perhub., Kem. PU, Polri, Dishub, Dinas PU, Konsultan,

Pengembang, Swasta

APBN, APBD, Swasta

6 Penerapan manajemen parkir 179.000 1 2015 Kem. Perhub, Pemda, Pengelola

Parkir

APBN, APBD, Swasta, Masyarakat

7 Pengadaan sistem BRT/semi-BRT 85.560 1 2015 Kem. Perhub., Pemda APBN, APBD

8 Peremajaan angkot 30.000 8 2013 Kem. Perhub., Pemda

APBN, APBD, BUMN, Swasta,

Masyarakat

9

Penghapusan bahan perusak lapisan ozon (BPO) secara berkala dan implementasinya di industri refrigerasi, foam, dan pemadam api

150.000 8 2013

Kem. Perindustrian, Dinas Perindustrian, ESDM, Swasta, Pusat Riset Sustainable Energy

USU

APBN, APBD, Swasta

10 Mengganti bahan bakar ke biomassa dan

biogas 3.250.000 8 2013

Kem. Perindustrian, Dinas Perindustrian, Dinas Pertanian,

Dinas Perkebunan, ESDM, Swasta, BUMN, Pusat Riset

Sustainable Energy USU

(30)

29

No Kegiatan

Jumlah Penurunan Emisi

(tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana Sumber Pendanaan

11 Meningkatkan efisiensi semua peralatan

listrik di Industri dan sektor Komersial 627.200 8 2013

Kem. Perindustrian, Dinas Perindustrian, AKLI, Pusat Riset

Sustainable Energy USU

APBN, APBD, Swasta

Rencana Aksi Mitigasi Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan

Jumlah Penurunan Emisi

(tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Rehabilitasi/Pembangunan dan Operasional TPA un managed deep

menjadi semi aerob (di 7 TPA regional sesuai UU No 18, 2008) 537.686 - -

Dinas PU Cipta Karya, Dinas Kebersihan

2

Peningkatan prasarana dan sarana komposting sampah organik yang tidak terangkut di perkotaan, komposting sampah organik di

pedesaan dengan sistem gali timbun dan komposting di TPST (3R) 443.224

- - Dinas PU Cipta Karya

3 Recovery gas metana di TPA Aek Nabobar 35.46 - - Dinas Kebersihan

4

Intensifikasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Pemukiman (PPSP) di 33 kabupaten kota, termasuk pembangunan off-site sistem, on site sistem dan Migrasi sistem pit latrin eksisting menjadi septic sistem/tangki septik /SANIMAS

73.701 - - Dinas PU Cipta Karya

5 Pengelolaan Prokasih/Superkasih(10% BOD removed) 93.860 - - Dinas PU Cipta Karya

6 Bimbingan Non Teknis Dokumen Program Percepatan

Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) di 33 kabupaten kota - - - BLHD

7

Program Non Teknis Mitigasi GRK termasuk di dalamnya Pembangunan sistem informasi daerah untuk RAD-GRK dan

Penyusunan PERDA -

(31)

30

3.

PROVINSI SUMATERA BARAT

Emisi RAD-GRK Provinsi Sumatera Barat berasal dari 3 (tiga) Bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 106 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini mengambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Sumatera Barat.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 96,44%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 3,41% dan 0,16% dari total BAU 2020 di Provinsi Sumatera Barat.

96% 4% 0%

Profil Emisi GRK Sumbar 2010

(32)

31 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor 0.00

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Total 3 Bidang Sumbar

BAU

Bidang Berbasis Lahan

BAU Baseline

Mitigasi

Bidang Limbah

BAU-Baseline

(33)

32

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (Ton CO₂ eq) Perkiraan waktu Mulai Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Perluasan pengelolaan sumber daya

alam berbasis nagari (PELANA)

60,472,522.00 8 2013 APBN, APBD

2 Pengembangan Ekonomi Hijau (BANGAU)

2 Rehabilitasi hutan dan lahan dalam mitigasi bencana (RELAMINA)

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (Ton CO₂ eq)

Perkiraan waktu Mulai Pelaksanaan Pelaksana Sumber Pendanaan 1 konservasi energi disektor Rumah

Tangga 640.800 8 2013

2 konservasi energi disektor Industri dengan kegiatan Audit Energi dan Program Hemat Energi

151.200 8 2013

3 pemanfaatan sumber energi baru

terbarukan untuk pembangkit listrik 13.907.000 8 2013

4 Smart Driving 687.400 8 2013

5 Operasi Langit Biru 358.700 8 2013

6 BRT 84.900 8 2013

7 Peremajaan Angkutan Umum 67.200 8 2013

(34)

33

Rencana Aksi Mitigasi Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (Ton CO₂ eq) Perkiraan waktu Mulai Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Program penyusunan perencanaan

pengelolaan persampahan

Total: 275.212 2 Program minimasi sampah dengan

proram 3R

3 Program peningkatan sarana-prasarana persampahan

4 Program penyusunan perencanaan pengelolaan air limbah

5 Program pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman 6 Program pengendalian banjir

7 Program pemberdayaan kesehatan lingkungan dan masyarakat

(35)

34

4.

PROVINSI RIAU

Emisi RAD-GRK Provinsi Riau berasal dari 3 (tiga) Bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 260 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini mengambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Riau.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Riau tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 92,04%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 7,71% dan 0,25% dari total BAU 2020 di Provinsi Riau.

96% 4% 0%

Profil Emisi Riau 2010

(36)

35 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Bidang 0.00

Bidang Berbasis Lahan

BAU-Baseline

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Bidang Limbah

BAU-Baseline

Total 3 Bidang Prov Riau

BAU-Baseline

(37)

36

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Rehabilitasi lahan terdegradasi/kritis (bibit

tanaman)

2 Rehabilitasi hutan mangrove/bakau 3 Rehabilitasi lahan gambut

4 Restorasi ekosistem pada areal bekas tebangan 5 Pengendalian kebakaran hutan dan lahan 6 Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan

(teknologi ekohidro)

7 Pengurangan penggunaan urea

8 Pengembangan inseminasi buatan (IB) pada ternak 9 Pengembangan sistem integrasi ternak tanaman

(SITT)

10 Peningkatan indek penanaman (IP) 11 Peremajaan kebun karet rakyat 12 Peremajaan kebun kelapa rakyat

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Sosialisasi kebijakan hemat energi

2 Penerapan manajemen energi

(38)

37

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 5 Penyediaan dan pengelolaan energi baru

terbarukan dan konservasi energi 6 Pemanfaatan biogas

7 ITS 8 NMT

9 Manajemen parkir 10 Semi BRT

11 Smart driving

12 Peremajaan angkutan umum 13 TIC

14 Manajemen energi di perusahaan industri lahap energi

15 Konversi bahan bakar rendah emisi 16 Konversi ke biomassa dan biogas 17 Teknologi heat recovery

18 Penggunaan mesin dan teknologi yang lebih canggih rendah emisi

Rencana Aksi Mitigasi Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Minimalisasi sampah

2 Rehabilitasi TPA

(39)

38

5.

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Emisi RAD-GRK Provinsi Kepulauan Riau berasal dari 3 (tiga) Bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 9,2 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Kepulauan Riau tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 94,06%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 4,71% dan 1,23% dari total BAU 2020 di Provinsi Riau.

90% 8% 2%

Profil Emisi GRK Kepulauan

Riau 2010

(40)

39 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor

Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor 0

Total 3 Bidang Kep Riau

BAU

Bidang Limbah

BAU

Bidang Berbasis Lahan

BAU Baseline

Mitigasi

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

(41)

40

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂ eq)

Perkiraan waktu

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Rehabilitasi Hutan dan lahan pada unit

perencanaan hutan produksi konversi

255,040.00 5 tahun 2012-2016 Dinas Kehutanan APBN 2 Penghijauan lingkungan pada unit perencanaan

Areal Penggunaan lain eluas 1.902,67 Ha yang dilakukan pada penutupan lahan semak belukar menjadi hutan lahan kering sekunder

219,755.79 5 tahun 2012-2016 Dinas Kehutanan APBN

3 Penghijauan lingkungan pada unit perencanaan Areal Penggunaan lain seluas 1.902,67 Ha yang dilakukan pada penutupan lahan Pertanian Lahan Kering menjadi hutan lahan kering sekunder dengan cara pendekatan pada masyarakat agar dapat menanan tanaman kayu-kayuan jenis multipurpose tree spesies seperti kemiri, karet, durian, dan lain-lain.

143,524.95 5 tahun 2012-2016 Dinas Kehutanan APBN

4 Mengubah kotoran ternak menjadi biogas 1,028,021.00 2012-2020 Dinas Peternakan 5 Mensubstitusi penggunaan urea dengan pupuk

organik yang berasal dari kotoran ternak sebanyak 50%.

2,460.08

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ribu ton CO₂ eq)

Perkiraan waktu

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Pengadaan Bus Pelajar Dan Karyawan 1.826

2 Peremajaan Angkutan Umum 425

3 Uji Emisi Kendaraan 23.895 7 2014

4 Pelatihan Smart Eco Driving 258

(42)

41 6 Penerapan Pengendalian Dampak Lalu Lintas 319.200

8 Car Free Day 531

9 Pemasangan Converter Kit 1.290 7 2014

10 Pembangunan ITS 10.620 7 2014

11 Manajemen Rekayasa Lalu Lintas 21.240

12 Membangun Non Motorized Transport 1.062 7 2014

(43)

42

6.

PROVINSI JAMBI

Emisi RAD-GRK Provinsi Jambi berasal dari 2 (tiga) Bidang yaitu 1) Berbasis energi dan 2) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 1,8 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Jambi.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Jambi tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis energi masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 84%. Sedangkan bidang pengelolaan limbah menyumbang 16% dari total BAU 2020 di Provinsi Jambi.

83% 17%

Profil Emisi Jambi 2010

(44)

43 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang

Lahan

Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 2 Bidang PROVINSI

TIDAK MELAKUKAN PERHITUNGAN

0

Bidang Limbah

BAU-Baseline

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Total 2 bidang

(45)

44

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂)

Perkiraan waktu

(tahun) Mulai pelaksanaan Pelaksana

1. Pembangunan KPHP/KPHL 0.79

2. Restrukturisasi industri hutan

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Limbah

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂)

Perkiraan waktu

(tahun) Mulai pelaksanaan Pelaksana

(46)

45

7.

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Emisi RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan berasal dari 3 (tiga) Bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 127 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini mengambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Sumatera Selatan.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 98,05%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 1,84% dan 0,11% dari total BAU 2020 di Provinsi Sumatera Selatan.

90% 9%

1%

Profil Emisi GRK Sumsel 2010

(47)

46 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengelolaan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor 0.00

Bidang Berbasis Lahan

BAU

Total 3 Bidang Sumsel

BAU

Bidang Limbah

BAU

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

(48)

47

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂)

Perkiraan waktu

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Program Minimasi Emisi CO₂ dari Sawah 9,223,324.17 8 2013 Ditjen PSP, Satker Dinas

Pertanian Prov/Kab/Kota, Satker Dinas PU Pengairan Prov/Kab/Kota

APBN, APBD

2

Program Pengelolaan Jerami Tanpa Bakar 168,197.87 10 2011 Satker Dinas Pertanian Prov/Kab/Kota

APBN, APBD 3

Program Mitigasi Emisi GRK Asal Ternak 4,191,174.46 9 2012 Satker Dinas Peternakan Prov/Kab/Kota

APBN. APBD 4 Peningkatan, Rehabilitasi, Operasi, dan

Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa 400,863.99

8 2013

Dinas PU Pengairan APBDP, APBN 5 Pengelolaan Lahan Gambut untuk

pertanian berkelanjutan 24,982.84

8 2013 Dinas Pertanian Tanaman

Pangan dan Hortikultura APBDP 6 Pengembangan Pengelolaan lahan

pertanian di lahan gambut terlantar dan terdegradasi untuk mendukung sub sektor perkebunan, peternakan dan hortikultura

4,891,985.62

8 2013

Dinas Pertanian Tanaman

(49)

48

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂) Perkiraan waktu

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Peningkatkan pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 16,20

2 2012 Dinas Pertambangan

dan Energi Sumsel

APBD 2 Pembangunan Pembangkit Listrik

Tanaga Panas Bumi (PLTP) 54.000.000

3 2014 Dinas Pertambangan

dan Energi Sumsel

APBN, Swasta 3 Peningkatkan pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

301.6 9 2012

Dinas Pertambangan dan Energi Sumsel

4 Park and Ride, 4 lokasi 20283.05 5 2010 Dinas Perhubungan APBD

5 Mengembangkan Jaringan

BRT/monorail

5 2010

Dinas Perhubungan APBD 6 Program Peningkatan Kapasitas IPTEK

dan sistem produksi

28.705 8 2013

Dinas Perindustrian APBN, APBD

(50)

49

Rencana Aksi Mitigasi Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan

Jumlah Penurunan

Emisi

Perkiraan waktu Mulai Pelaksanaan Pelaksana Sumber Pendanaan

1 Program Minimasi Sampah dengan

prinsip 3R 27.203 8 2013

Satker PLP, PU CK K/K BLH Prov.(pilot

project)

APBD K/K; APBD Prov.; APBN

2

Program Peningkatan Sarana-Prasarana

Persampahan 68.682 8 2013

Satker PLP, PU CK K/K, DKP K/K

APBD K/K; APBN

3 Recovery gas metan di TPA I

Sukawinatan (CDM-Project) 97.579 8 2013 DKP Plbg, swasta APBD K/K; APBN

4 Pembangunan prasarana Waste Water

Treatment Pemukiman 30.229 8 2013

(51)

50

8.

PROVINSI BANGKA BELITUNG

Emisi RAD-GRK Provinsi Sumatera Selatan berasal dari 3 (tiga) Bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 24 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Bangka Belitung.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Bangka Belitung tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 90,51%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 9,30% dan 0,19% dari total BAU 2020 di Provinsi Bangka Belitung.

85% 14%

1%

Profil Emisi GRK Babel 2010

(52)

51 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor 0.00

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Bidang Berbasis Lahan

BAU Baseline

Mitigasi

Bidang Limbah

BAU

Total 3 Bidang Babel

BAU

(53)

52

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1. Pembangunan dan operasionalisasi 11

unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan 2 unit KPHL serta penyelesaian batas kawasan hutan (tata batas, rekonstruksi & pemeliharaan batas)

2.7 juta ton Dinas Kehutanan (Provinsi & Kab/Kota), BPKH Wilayah XIII, Bappeda Prov & Kab/Kota, Bagian Hukum & Orgnss, Setda, Panitia Tata Batas (Ketua : Bupati), Akademisi / Perguruan Tinggi, Kemenhut

APBN, baik dana Satuan Kerja (UPT Kemenhut) maupun dekonsentrasi, APBD Provinsi maupun Kabupaten serta Dana Alokasi Khusus (DAK) Kehutanan 2. Pemanfaatan Hutan Lestari melalui

Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) serta HTI untuk meningkatkan produktivitas lahan tidak produktif, dan peningkatan industri kehutanan hilir termasuk pengembangan Hutan Rakyat dan Hutan Adat

35 juta ton Bupati / Walikota selaku pembina Hutan Adat, Dishut (Prov/Kab/Kota), BP2HP, BPKH Wil. XIII, BPDAS Baturusa Cerucuk, Dinas Pertanian/Perkebunan (Prov/Kab/Kota), Disperindag, Penyuluh & Perguruan Tinggi selaku pendamping, Company / pemegang izin, KPH (bila telah ada), Kemenhut, LSM. 3 Perlindungan & pengamanan hutan,

kawasan lindung dan konservasi keanekaragaman hayati

2,93 Dishut (Prov/Kab/Kota), BKSDA Sumatera

Selatan, Kepolisian Daerah & Resort, aparat penegak hukum lainnya (kejaksaan,

pengadilan), Bagian Umum & Perlengkapan Setda, BLHD (Prov / Kab / Kota), Dinas Pariwisata (Prov/Kab), LSM Lingkungan, Penyuluh, Akademisi, Kemenhut. 4 Rehabilitasi DAS dan lahan kritis melalui

berbagai program penanaman dan pemulihan lahan utamanya pada kawasan HP & HL

9,02 Dishut (Prov/Kab/Kota), BPDAS Baturusa

Cerucuk, BPTH Sumatera, Lembaga

(54)

53

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan Organisasi Pemuda, Kemasyarakatan &

Keagamaan, Perguruan Tinggi & Sekolah-sekolah, Kemenhut.

5 Peningkatan kegiatan dan pengawasan reklamasi hutan dan lahan dari bekas penambangan

2,68 Dishut (Prov/Kab/Kota), BPDAS Baturusa

Cerucuk, BPKH XIII, Dinas Pertambangan, LSM, Perusahaan2 pertambangan, Kemenhut, Tim Pengendalian Rehabilitasi & Reklamasi Tingkat Provinsi, Akademisi, Penyuluh dan aparat penegak hukum

6 Pelatihan dan penerapan Metode PTT dan PHT Tanaman Pangan

38.040 ton

CO₂ eq

2014-2020

Distan APBN, APBD,

BUMN

7 Pengendalian penggunaan pupuk kimia 76.080 2014-2020 Distan APBN, APBD,

8 Peningkatan penggunaan pupuk organik dan biomasa

28.530 2014-2020

Distan APBN, APBD

9 Pengaturan pola dan teknik pengairan 47.550 2014-2020 Distan APBN, APBD

10 Pengembangan varitas padi rendah emisi

680.000 2014-2020

Distan APBN, APBD,

11 Pembangunan Biogas limbah ternak sapi

20 2014-2020

Distan APBN, APBD,

12 Pengembangan Pengolahan Limbah Ternak menjadi Pupuk Organik

40.000 -

13 Pembukaan dan pengolahan lahan tanpa bakar

4.020.000 2014-2020

(55)

54

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan

Jumlah Penurunan Emisi

(TON CO₂)

Perkiraan waktu Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Energi rating pada gedung industri

komersial/ program gedung hijau 55.000

2013-2020 Disperindag APBN, APBD, Swasta

2

Audit energy untuk gedung industri komersial seperti hotel, restoran dan lain-lain

55.000

2013-2020 Disperindag APBN, APBD, swasta

3 Sosialisasi Gedung Hemat Energi 55.000 2013-2020 Disperindag APBN, APBD

4 SLO untuk PLTD di bangunan industri

Komersial 55.000

2013-2020 Disperindag APBN, APBD

5 Standarisasi peralatan industri / Utilisasi

Industri 607.500

2013-2020 Disperindag APBN, APBD, Swasta

6 Audit Energi pada industri gabungan 607.500 2013-2020 Disperindag APBN, APBD,

swasta 7

Meningkatkan ketersediaan listrik sehingga mengurangi penggunaan solar di

pembangkit sendiri

607.500

2013-2020 Disperindag APBN, APBD, swasta

8 SLO untuk PLTD di Industri Gabungan 607.500 2013-2020 Disperindag APBN, APBD,

swasta

9 Smart Driving 146.700

2013-2020 Dishub

Prov/Bandiklat Kemenhub

APBD dan APBN

10 Campaign Education at Schools 84.800 2013-2020 Dishub

Prov/Kota/ Kab

(56)

55

Rencana Aksi Mitigasi Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂ eq) Perkiraan waktu

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Minimisasi sampah 2010-2020

BLHD, Bappeda, dan Dinas PU serta dengan bantuan satker

lainnya

2 Rehabilitasi Dan Optimalisasi

TPA 940 2010-2020

dinas PU, Dinas kebersihan kota/kabupaten, BLH kota/kabupaten, serta

Bappeda provinsi dan kota/kabupaten.

3 Pelarangan Open Burning 40 2010-2020

Dinas kebersihan kabupaten/kota, BLH kabupaten/kota, polisi

(57)

56

9.

PROVINSI BENGKULU

Emisi RAD-GRK Provinsi Bengkulu berasal dari 3 (tiga) bidang yaitu 1) Pertanian dan Kehutanan, 2)Energi, Transportasi, dan Industri dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 19,2 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Bengkulu.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Bengkulu tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 95,34%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 4,27% dan 0,29% dari total BAU 2020 di Provinsi Bengkulu.

94% 5% 1%

Profil Emisi GRK Bengkulu 2010

(58)

57 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor 0.00

2010 2015 2020

to

Bidang Berbasis Lahan

BAU Baseline

Mitigasi

Bidang Limbah

BAU

Total 3 Bidang Bengkulu

BAU

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

(59)

58

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan (Kehutanan)

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂)

Perkiraan waktu

(tahun) Mulai Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Kegiatan Penyidikan dan

Perlindungan Hutan

4.166.075.,5

5 2011 DISHUT APBD

2

Kegiatan Pemeliharaan Batas

Kawasan Hutan 5 2011 DISHUT

APBD

3 Kegiatan Reboisasi dan

Penghijauan 1,525,792,32 5 2011

DISHUT APBD

4 Pembuatan Bibit Tanaman

Hutan 5 2011 DISHUT

APBD

5 Pemberdayaan Masyarakat

sekitar Hutan 5 2011 DISHUT

APBN

6 Bantuan Bibit Tanaman Hutan

dan MPTS 5 2011 BPDAS

APBD

7 Penyidikan dan Perlindungan

Hutan DISHUT

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan (Pertanian)

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1 Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya 5 2011 PU APBN

APBD 2 Pengambangan Pemanfaatan Pupuk

Organik 5 2011

Pertanian

APBD

3

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Rendah Emisi, Metodologi Measurable, Reportable, Verifiable (MRV) sektor Pertanian (Non gambut)

(60)

59 4 Peremajaan/Replanting Tanaman

Perkebunan 5 2011 Pertanian APBD

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi

Perkiraan waktu

(tahun) Mulai Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan 1

Sosialisasi Penghematan Energi dan Air sesuai dengan Inpres no 2 Tahun 2008

4 2013 Dinas ESDM APBD

2

Terlaksananya pembangunan :

• Pe a gkit List ik Te aga

Surya (PLTS)

• Pe a gkit List ik Te aga

Mikro Hidro (PLTMH)

10 2010 Dinas ESDM APBD / APBN

3 Pelatihan pembuatan biogas

dari kotoran ternak 8 2013 Dinas ESDM APBD

4 Pembagian reaktor dan instalasi

biogas kepada peternak 7 2014 Dinas ESDM APBD

5 Perbaikan sistem transportasi

angkutan umum 8 2013 Dinas Perhubungan APBN/APBD

6 Smart Driving 8 2013 Dinas Perhubungan APBN/APBD

7 Penertipan emisi gas buang

(61)

60

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan Jumlah Penurunan

Emisi (ton CO₂)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Sampah 5 2011 BLH APBN

2 Infrastruktur tempat pemrosesan akhir

sampah (antar stasiun dan TPA sampah) 5 2011 PU APBN

3

Pengaturan, pembinaan, pengawasan dan pelaksanaan pengembangan sanitasi dan persampahan

5 2011 PU APBN

4 Infrastruktur tempat pengolahan sampah

(62)

61

10. PROVINSI LAMPUNG

Emisi RAD-GRK Provinsi Lampung berasal dari 3 (tiga) bidang yaitu 1) Berbasis Lahan, 2)Berbasis Energi dan 3) Pengelolaan Limbah, dimana pada tahun 2010 emisi Gas Rumah Kaca (GRK) mencapai sekitar 18 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Lampung.

Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010

Hasil proyeksi Business as Usual (BAU) Provinsi Lampung tahun 2020 tanpa intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi GRK terbesar sebanyak 83,50%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara berturut-turut menyumbang 12,28% dan 4,22% dari total BAU 2020 di Provinsi Lampung.

84% 12%

4%

Profil Emisi Lampung 2010

(63)

62 Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Pengolahan Limbah

Gambar 5. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari 3 Sektor 0

Bidang Limbah

BAU-Baseline

Bidang Berbasis Energi

BAU-Baseline

Berbasis Lahan

BAU-Baseline

Total 3 Bidang Prov

Lampung

(64)

63

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Berbasis Lahan

No Kegiatan Jumlah Penurunan Emisi

(tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana Sumber Pendanaan 1 Pelatihan dan penerapan Metode

System of Rice Intensification (SRI)

0,1 juta/tonCO₂e/tahun 9 2012 Tidak tercantum APBD/APBN 2 Peningkatan penggunaan pupuk

organik dan biomasa

0,1 juta/tonCO₂e/tahun 9 2012 Tidak tercantum APBD/APBN 3 Pengaturan pola dan teknik pengairan 0,1 juta/tonCO₂e/tahun 9 2012 Tidak tercantum APBD/APBN 4 Pembangunan biogas limbah ternak

sapi

9 2012 Tidak tercantum APBD/APBN

5 Gerakan Lampung Menghijau (GELAM) 32.813 11 2010 Tidak tercantum APBD/BantuanSwasta

6 Pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR)

671.874 11 2010 Tidak tercantum APBD/APBN

7 Penyelenggaraan Rehabilitasi hutan dan lahan

3.237.679 11 2010 Tidak tercantum APBD/APBN

8 Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm)

2.697.273 11 2010 Tidak tercantum APBD/APBN

9 Pembangunan HutanTanaman Rakyat (HTR)

594.568 11 2010 Tidak tercantum APBD/APBN

10 Pengamanan hutan/penurunan perambah

1.781.976 11 2010 Tidak tercantum APBN

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Energi

No Kegiatan

Jumlah Penurunan Emisi

(tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

1 Bantuan PLTS 21.795.382 (a) 11 2010 Distamben APBD

2 Bantuan PLTMH Termasuk (a) 11 2010 Distamben APBD

(65)

64

No Kegiatan

Jumlah Penurunan Emisi

(tCO₂eq)

Perkiraan waktu (tahun)

Mulai

Pelaksanaan Pelaksana

Sumber Pendanaan

4 Bantuan biogas Termasuk (a) 11 2010 Distamben APBD

5 Sosialisasi koordinasi hemat

energi dan konservasi energi 41,117 11 2010 Distamben APBD

6 BRT 8.336.406 10 2011 Swasta APBD/Swasta

7 Manajemen Parkir 271.529 10 2011 Dinas Tata Kota

Kota/Kab/Prov dan Swasta APBD/Swasta

8 Peremajaan Bus 415.571 10 2011 SWASTA (PO.BUS) Swasta

9 Smart Driving 490.457 10 2011 - -

10

Kegiatan sistem monitoring &manajemen energi di sektorindustri.

- 8 2013 Dinas Koperindag,

Pertambangan APBN, APBD 11 Pengunaan teknologi hemat

energi dan ramah lingkungan. - 8 2013 Dinas Koperindag,BPLHD

APBN, APBD

12

Penggunaan bahan bakar alternatif (biomasa) pada proses produksi di sektor

industri.

- 8 2013 Dinas Koperindag,

Pertambangan

APBN, APBD

13 Proses daur ulang hasil produk

dan limbah. - 8 2013

Dinas Koperindag, Pertambangan

APBN, APBD

Rencana Aksi Mitigasi Kelompok Bidang Pengelolaan Limbah

No Kegiatan Jumlah

Penurunan Emisi (tCO₂eq)

Perkiraan waktu Mulai pelaksanaan

Pelaksana Sumber

Pendanaan 1 Penyusunan : Buku Putih, SSK,

MPSS,SPPIP, Feasibility Study, Review Master Plan

Persampahan, Amdal /UKL / UPL,

- 8 2013 Dinas kab/kotadan

BPLHD

APBN

Gambar

Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor  Pengolahan Limbah
Gambar 2. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Lahan  Gambar 3. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor Energi
Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Bidang  Pengolahan Limbah
Gambar 4. Emisi BAU-Baseline dan Mitigasi dari Sektor  Pengolahan Limbah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu

Bank Permata Tbk, terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan dan merupakan peserta penjaminan Lembaga Penjamin

Untuk dapat menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, digunakan teori rational choice , agar dapat mengetahui kebijakan yang diambil oleh sebuah negara berdasarkan

Setiap kata dalam keterangan tabel menggunakan huruf kapital, kecuali untuk kata-kata pendek seperti yang tercantum pada bagian III-B.. Keterangan angka

Nasution (2010) dalam penelitiannya “Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien penderita Diabetes Melitus di RSUD Haji Adam Malik”

Aku yakin, mereka pasti akan tertegun melihat keindahan pulau Lombok, karena pulau ini tak ubahnya percikan surga yang jatuh ke bumi.. Namun, sejam berlalu, gadis kecil

selaku dosen wali, dosen pembimbing II dan Sekretaris Program Studi S1 Teknik Geodesi Universitas Diponegoro yang telah sangat banyak membantu, membimbing, memberi

selain itu mereka tak lupa untuk menggosok gigi menggunakan sikat gigi yang diberi pasta gigi sehingga gigi mereka menjadi putih dan kuat bobi dan nita juga terhindar dari