• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehamilan normotensi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan sampel kasus kehamilan dengan preeklamsi berat/eklamsia sebanyak 25 orang dan sampel untuk kontrol kehamilan dengan normotensi sebanyak 25 orang.Dari uji Kappa diperoleh nilai 85,3% (tabel lampiran) sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan antara observer 1 dan observer 2, dalam hal ini peneliti memakai data dari observer 1. Berdasarkan tabel di atas dijumpai bahwa rerata intensitas ekspresi Bax pada kelompok preeklamsia berat/eklamsia lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok normotensi. Secara statistik

dengan menggunakan Uji t-independent berbeda secara bermakna

dengan nilai p<0,05. Hal ini menjelaskan bahwa pada preeklampsia terjadi peningkatan proses apoptosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang normotensi.

Gambaran karakteristik responden ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Sampel Penelitian

Variabel Kelompok Penelitian Preeklampsia/ Eklampsia Normotensi N % n % Usia pasien (thn) < 20 0 0% 3 12,0% 20-35 21 84,0% 21 84,0% >35 4 16,0% 1 4,0% Paritas Primipara 12 48,0% 8 32,0% Multipara 13 52,0% 17 68,0% Usia kehamilan 32 - 34 minggu 2 8,0% 0 ,0% 34 - 36 minggu 10 40,0% 0 ,0% 36 - 38 minggu 9 36,0% 4 16,0% 38 - 40 minggu 4 16,0% 21 84,0% Total 25 100% 25 100%

Berdasarkan karakteristik usia responden, pada kelompok preeklamsia berat/eklamsia umumnya dengan usia reproduksi yaitu 20- 35 tahun (84%) dan lainnya dengan usia >35 tahun (16%). Sedangkan pada kelompok normotensijuga umumnya berusia 20 - 35 tahun (84%) dan terendah pada usia >35 tahun (4%).

Berdasarkan penelitian Spencer J, dkk (2009), preeklampsia sering terjadi pada wanita muda, dimana wanitayang lebih tua beresiko lebih besar untuk menderita hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia. 24Sedangkan Conde dkk (2000) dalam penelitiannya

menyebutkan faktor resiko lain yang berhubungan dengan preeklampsia termasuk obesitas, kehamilan ganda, umur ibu > 35 tahun.20

Berdasarkan karakteristik paritas, pada kelompok preeklamsia berat/eklamsia terbanyak dengan paritas multipara (52%) dan pada kelompok normotensi juga terbanyak dengan paritas multipara (68%).

Ananth dan Basso (2010) menyebutkan insiden preeklampsia pada multipara bervariasi tapi lebih sedikit dari nulipara (3-10%). 23

Berdasarkan karakteristik usia kehamilan, pada kelompok preeklamsia berat/eklamsia terbanyak dengan usia kehamilan 34 – 36

mingg (40%) dan usia 36 – 38 minggu (36%), sedangkan pada kelompok

normotensi umumnya dengan usia kehamilan 38 – 40 minggu (84%).

Ada beberapa variasi yang diajukan oleh beberapa asosiasi dan organisasi yang berbeda (ACOG, Australian college) seperti early onset (< 34 minggu) dan late onset (> 34 minggu). 4

Beberapa perbedaan dasar di antara dua kelompok ini adalah: c. Tipe late onset preeklamsia terjadi pada lebih dari 80% dari

seluruh kasus preeklamsia di seluruh dunia dan kebanyakan kasus ini berhubungan dengan:

- Normal atau sedikit perubahan pada arteri spiralis pada uterus (tanpa perubahan gelombang Doppler atau terjadi sedikit peningkataan Pulsatility Index/PI)

- Tanpa perubahan aliran darah arteri umbilikal.

- Terjadi peningkatan resiko pada kehamilan dengan plasenta yang besar (diabetes, kehamilan ganda dan anemia)

d. Tipe early onset preeklamsia terjadi pada beberapa kasus preeklamsia (5%-20%, tergantung statistik). Karakteristik tipe preeklamsia ini sebagai berikut:

- Inadekuat atau invasi trofoblas yang inkomplit dari arteri spiralis maternal.

- Perubahan peredaran darah pada placental bed arteri spiralis dan kemudian terjadi pada arteri uterina (terjadi perubahan pada gelombang Doppler seperti peningkatan PI).

- Peningkatan resistensi perifer dari pembuluh darah plasenta kemungkinan disebabkan oleh aliran darah arteri umbilikalis yang abnormal (peningkatan rasio sistolik/diastolik (S/D)

Tabel 2.Rerata Ekspresi Bax berdasarkan kelompok subyek penelitian Kelompok penelitian Ekspresi Bax p* Mean SD Preeklampsia/ Eklampsia (n=25) 3,56 0,51 0,0001 Normotensi (n=25) 2,84 0,55 *Uji t-independent

Berdasarkan tabel di atas dijumpai bahwa rerata ekspresi protein bax pada kelompok preeklamsia/eklamsi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok normotensi. Secara statistik dengan menggunakan Uji Mann-Whitney berbeda secara bermakna dengan nilai p<0,05. Hal ini menjelaskan bahwa pada preeklamsia terjadi proses apoptosis, berbeda dengan yang normotensi.

Protein bax (Bcl-2 associated x protein), anggota Bcl-2 family, diperlukan untuk induksi mitokondria-tergantung jalur apoptosis dalam berbagai tipe jaringan dan sel. Protein bax diperlukan untuk pelepasan sitokrom C dari mitokondria sebagai respon terhadap rangsangan apoptosis.15

Pada preeklamsia, terjadi kegagalan invasi trofoblas, vaskulitis, trombosis, dan iskemia dari plasenta. Menurut teori iskemia plasenta, disfungsi sel endotel terjadi akibat proses hipoksia. Hipoksia pada plasenta ini juga menimbulkan apoptosis, terutama melalui jalur intrinsik. Hipoksia menyebabkan aktivitas antiapoptosis Bcl-2 family terhambat

permeabilitas membran mitokondria terhadap sitokrom C yang selanjutnya berikatan denagn apoptosis protease activating factor-1 (APAF-1) dan membentuk apoptosome yang akan mengaktifkan caspase 9. Caspase 9 selanjutnya akan mengaktifkan caspase 3 sehingga terjadilah proses kematian sel.3,14

Adanya stres pada sel seperti hipoksia, kerusakan DNA dan kurangnya growth factor akan mengaktifkan protein p53, protein ini kemudian akan mentrnsaktivasi kelompok proapoptosis family Bcl-2, salah satunya adalah protein Bax. Protein Bax yang teraktivasi akan meningkatkan permeabilitas membran mitokondria terhadap sitokrom C (APAF-1) dan membentuk apoptosome yang akan mengaktifkan caspase 9. Caspase 9 selanjutnya akan mengaktifkan caspase 3, caspase 6 dan caspase 7 sehingga terjadilah proses kematian sel.12

Menurut Levi and Nelson (2000) ekspresi protein bax secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.14 Insiden

apoptosis lebih besar pada kehamilan dengan komplikasi preeklamsia dan IUGR.14,19 Peningkatan apoptosis pada preeklamsia berhubungan dengan

patogenesenya, dimana apoptosis distimulasi dengan berkurangnya oksigenasi plasenta.3

Berdasarkan penelitian Keman dkk di RSU Dr. Saiful Anwar, Malang, rerata hasil perhitungan apoptosis pada kelompok normal dan preeklampsia, menunjukkan perbedaan rerata jumlah sel-sel trofoblas yang mengalami apoptosis yang signifikan pada kelompok kontrol

terhadap kelompok preeklampsia. Perbedaan notasi menunjukkan

perbedaan yang signifikan, dengan nilai p≤0,000.8

Penelitian Sari dkk menunjukkan rerata ekspresi protein bax pada plasenta kelompok preeklampsia berat (1,7±0,2) lebih tinggi dibandingkan kelompok normotensi (1,4±0,3) dan bermakna secara statistik (p=0,00).25

Tabel 3. Rerata Ekspresi Bax pasien preklampsia/eklampsia berdasarkan usia kehamilan

Usia Kehamilan (minggu) Ekspresi BAX p n Mean SD 32-34 2 3,00 0,00 0,127 34-36 10 3,50 0,53 36-38 9 3,56 0,53 38-40 4 4,00 0,00

Berdasarkan tabel di atas dijumpai bahwa rerata ekspresi protein bax yang paling tinggi pada kelompok preeklampsia/eklampsia adalah pada usia kehamilan 38 – 40 minggu yaitu 4± 0,00 dan terendah pada usia kehamilan 32 – 34 minggu yaitu 3± 0,00.

Insiden apoptosis lebih besar pada kehamilan dengan komplikasi preeklampsia dan IUGR.14,19 Peningkatan apoptosis pada preeklampsia

berhubugan dengan patogenesanya, dimana apoptosis distimulasi dengan berkurangnya oksigenasi plasenta. 3

Tabel 4. Rerata Ekspresi Bax pasien normotensi berdasarkan usia kehamilan Usia Kehamilan (minggu) Ekspresi BAX p n Mean SD 36-38 4 2,00 0,00 0,001 38-40 21 3,00 0,45

Pada kelompok normotensi, rerata ekspresi protein bax yang paling tinggi adalah pada usia kehamilan 38 – 40 minggu yaitu 3± 0,45 dan terendah pada usia kehamilan 36 – 38 minggu yaitu 2± 0,00.

Menurut Levi and Nelson (2000), ekspresi protein bax meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.14

Tabel 5. Rerata Ekspresi Bax pasien preeklampsia/eklampsia berdasarkan usia ibu

Usia Ibu (tahun) Ekspresi BAX p n Mean SD 20-35 21 3,57 0,51 0,802 >35 4 3,50 0,58

Berdasarkan tabel di atas dijumpai bahwa rerata ekspresi protein bax yang paling tinggi pada kelompok usia 20 – 35 tahun yaitu 3,57± 0,51 dan terendah pada usia >35 tahun yaitu 3,5± 0,58.

Tabel 6. Rerata Ekspresi Bax pasien normotensi berdasarkan usia ibu Usia Ibu (tahun) Ekspresi BAX p n Mean SD <20 3 3,00 0,00 0,074 20-35 21 2,76 0,54 >35 1 4,00 -

Pada kelompok normotensi rerata ekspresi protein bax yang paling tinggi adalah pada usia >35 tahun yaitu 4,0 dan terendah pada usia 20-35 tahun yaitu 2,76± 0,54.

Pada penelitian Sari dkk (2012) disebutkan bahwa umur ibu dan paritas tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik dengan ekspresi protein bax. 25

Berdasarkan penelitian diatas maka hipotesa yang menyatakan ada perbedaan ekspresi protein bax jaringan plasenta pada kehamilan preeklampsia berat/eklampsia dan kehamilan normotensi diterima.

BAB V

Dokumen terkait