• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Adapun indikator untuk melakukan pemilihan reksadana saham syariah yang menjadi kandidat portofolio dengan Model Indeks Tunggal perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 21. Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB), IHSG dan SBI

Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang timbul selama reksadana diperdagangkan. Aktiva reksadana berasal dari nilai porttofolio reksadana, yang dapat berupa Kas, Deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Saham, Obligasi dan Efek lainnya. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang digunakan adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang tercatat pada BAPEPAM-LK setiap bulan selama periode Januari 2011 – Desember 2015.

Data kedua yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode tahun 2011 – 2015 yang diperoleh dari laporan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data IHSG mewakili data pasar yang diperlukan untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Risiko pasar

81 (σ2

m). Untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) digunakan rumus :

R

m

=

Tabel dibawah ini menunjukkan data IHSG dan return IHSG tahun 2011 - 2015

Tabel 4.1 Data IHSG

Sumber : Laporan BEI Tahun 2011 – 2015, Data diolah Tabel 4.2 Data Return IHSG

82 Data diatas adalah data return IHSG (Rm) dapat dilihat bahwa nilai terendah atau minimum adalah -0,09007. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai terendah untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah 0.0768. dari nilai tersebut dapat dilihat nilai tertinggi untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013.

Data ketiga yang diperlukan adalah data tingkat suku bunga SBI per bulan yang diperoleh dari laporan Bank Indonesia selama periode tahun 2011 – 2015. Data SBI per bulan ini digunakan sebagai proxy return aktiva bebas risiko atau risk free rate of return (Rf) dengan pertimbangan bahwa return dan risiko saham juga dihitung secara bulanan. Seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 DATA SBI

83 Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.3 diatas setelah melakukan pengolahan data melalui SPSS 21 antara tingkat Return Pasar (Rm) dengan Return Sekuritas reksadana saham syariah maka memiliki hasil Expected Return market sebesar 0.0045. Apabila Expected Return positif, dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan return bagi investor. Selanjutnya dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko (Risk free rate) digunakan tingkat suku bunga SBI yang berjangka waktu 1 bulan dengan alasan bahwa suku bunga SBI merupakan sertifikat yang bebas risiko. Untuk perhitungan risk free rate dilakukan secara perbulan yaitu degan cara mencari rata-rata tertimbang dari tingkat suku bunga SBI selama periode 2011 – 2015 tersebut.

Dari tabel data 4.3 diatas didapatkan rata-rata risk free rate pertahun sebesar 6.15% artinya apabila investor menanamkan dananya pada SBI berjangka 1 bulan, maka secara rata-rata pertahun investor akan memperoleh bunga sebesar 6.15% dari dana yang ditanamkannya. Dalam penelitian ini, karena harga saham reksadana saham syariah adalah data saham per bulan. Maka dari itu antara Expected return E(Rm) dan tingkat suku bunga dibandingkan untuk menentukan portofolio optimal dalam 1 bulanan. Jika tingkat E(Rm) > SBI maka dipasar modal lebih memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dari Rf yaitu rata-rata risk free rate pertahun dibagi 12 bulan, dan didapatkan nilai sebasar 0.51% per bulan. Adanya tingkat pengembalian bebas risiko sebesar 0.51% per bulan, serta tingkat

84 pengembalian pasar sebesar 0.0045.

2. Menghitung realized return, expected return standar deviasi dan varian dari masing-masing saham individual, IHSG dan SBI menggunakan program Excel atau SPSS 21.

Realized return diperoleh dari prosentase perubahan harga penutupan saham i pada bulan ke t dikurangi harga penutupan saham i pada bulan ke t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga saham penutupan saham i pada bulan ke t-1. Expected return dihitung dengan rumus Average, Standar deviasi dihitung dengan rumus STDev dan varian dihitung dengan rumus Var. Hasil perhitungan realized return masing-masing diperlihatkan pada lampiran.

Dalam penelitian ini yang menjadi alat investasi adalah reksadana saham syariah pada periode 2011 – 2015 dengan menggunakan Single Index Model dalam menganalisis.

Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian (expected return) dan risiko (standar deviasi) dan varian dari masing-masing saham individual terlihat pada tabel 4.4 berikut ini.

85 Tabel 4.4

E(Ri), STDev dan Varian Reksadana Saham Syariah Individual

Sumber : Hasil Olah Data

Saham yang memiliki tingkat pengembalian E(Ri) yang positif terdapat 5 saham sedangkan saham yang negatif hanya terdapat 2 saham yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri Investa Atraktif Syariah. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Expected return E(Ri) positif menunjukkan bahwa saham itu layak untuk dijadikan alternatif dalam berinvestasi. Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539 3. Menghitung Alpha, Beta dan variance error masing-masing reksadana

saham syariah.

Untuk menghitung alpha, beta dan variance error masing-masing saham menggunakan Excel. Alpha dihitung dengan rumus intercept, merupakan perbandingan return realisasi suatu saham dengan return pasar pada suatu periode tertentu. Beta dihitung dengan rumus slope, mencerminkan volatilitas return suatu saham terhadap return pasar. Variance error merupakan risiko unik atau unsysmetric risk suatu

86 saham. Hasil perhitungan alpha, beta dan variance error masing-masing saham individual terlihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Alpha, Beta Dan Variance Error Reksadana Saham Syariah Individual

Sumber : Hasil Olah Data

Tabel diatas menunjukkan bahwa regresi tersebut akan menghasilkan nilai αi (merupakan ukuran return sekuritas I yang tidak terkait dengan return pasar atau nilai yang menunjukkan pengharapan dari bagian tingkat saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar). Dan β (menunjukkan besarnya slope yang mengindikasikan peningkatan return harapan pada sekuritas i untuk setiap kenaikan return pasar sebesar 1% atau alat pengukur sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar). Variance error merupakan varian dari kesalahan residu sekuritas ke – i. Perusahaan yang memiliki nilai alpha tertinggi dari reksadana saham syariah adalah reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah sebesar 0.006 sedangkan perusahaan yang memiliki nilai beta tertinggi pada reksadana saham syariah adalah reksadan saham syariah Manulife Syariah Sektoral Amanah sebesar 0.13.

87 Dilihat dari tabel diatas secara umum saham yang peka terhadap kondisi pasar ditunjukkan oleh koefisien beta (β). Koefisien beta dapat bernilai posotif dan negatif. Jika beta positif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan kenaikan return saham. Sebaliknya, jika beta negatif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan penurunan return saham. Saham yang memiliki beta (β) secara keseluruhan bernilai positif pada reksadana saham syariah. Besarnya koefisien beta yang normal adalah β = 1. Bila β < 1 disebut sebagai saham yang lemah (defensive stocks), yang berarti jika ada kenaikan return pasar sebesar X%, maka return saham akan naik kurang dari X% dan begitu pula sebaliknya. Β > 1 disebut saham agresif (aggresive stocks), yang berarti jika return pasar naik sebesar X% maka return saham akan mengalami kenaikkan lebih dari X% dan begitu pula sebaliknya saham dalam penelitian ini semuanya bernilai positif.

4. Menghitung nilai Excess Return to Beta (ERB) dan nilai Ci masing-masing saham.

Tabel 4.6

Hasil Perhitungan Excess Return to Beta (ERB) & Peringkat ERB Reksadana Saham Syariah 2011 – 2015

88 Dilihat dari perhitungan pada tabel 4.6 berdasarkan hasil perhitungan diatas kemudian dihitung nilai excess return to beta (ERB) dan nilai Ci masing-masing saham. Nilai ERB yang diperoleh diurutkan atau diranking dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB yang terkecil. Nilai Ci merupakan hasil bagi varian pasar dan return premium terhadap variance residual error saham dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual terhadap variance residual error saham. Nilai ERB yang dipilih untuk masuk kedalam portofolio optimal adalah saham-saham yang memiliki ERB positif. Pada reksadana saham syariah terdapat 5 saham yang memiliki ERB positif. Sedangkan untuk saham yang ERB-nya bernilai negatif hanya 2 saham saja yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri Investa Atraktif Syariah. saham-saham yang memiliki ERB negatif tidak memenuhi syarat untuk membentuk portofolio yang optimal. 5. Menentukan Cut Off Point (C*)

Nilai cut off point (C*) adalah nilai Ci maksimum dari sederetan nilai Ci saham. Nilai cut off point (C*) digunakan sebagai titik pembatas untuk menentukan saham yang masuk kandidat dengan yang tidak masuk kandidat portofolio.

89 Tabel 4.7

Perbandingan Nilai ERB dengan Cut Off Point pada Reksadana Saham Syariah 2011 -2015

Sumber : Hasil Olah Data = C* = 0.239235734

Setelah didapat hasil perhitungan cut off point (Ci) maka nilai ERB yang positif diperbandingkan dengan nilai cut off point (Ci) tersebut. Jika ERB suatu saham lebih besar dari cut off point-nya, maka saham tersebut memenuhi kriteria untuk masuk kedalam portofolio optimal dan jika ERB suatu saham lebih kecil dari cut off point-nya, maka saham tersebut tidak memenuhi kriteria untuk masuk dalam pembentukan portofolio optimal. Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa ada 5 saham pada reksadana saham syariah yang memenuhi kriteria untuk masuk kedalam pembetukan portofolio optimal, karena nilai ERB dari masing-masing saham tersebut lebih besar dari nilai masing-masing cut off point-nya. Reksadana saham syariah yang masuk dalam kandidat yaitu Trim Syariah Saham, Batavia Dana Saham Syariah, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah, Cipta Syariah Equity dan Manulife Syariah Sektoral Amanah. untuk penentuan unique cut off point (C*) yang merupakan nilai Ci tertinggi optimum berada pada angka 0. 239235734 atau pada reksadana saham CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah unique cut off point ini

90 menunjukkan batas pemisah antara penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien.

6. Menentukan saham kandidat portofolio

Saham yang menjadi kandidat portofolio adalah saham yang mempunyai nilai Excess Return to Beta (ERB) lebih besar dari atau sama dengan nilai cut off point. Tabel 4.7 telah memperlihatkan saham-saham yang menjadi kandidat portofolio optimal berdasarkan ERB > C*.

7. Menentukan portofolio optimal dan proporsi dana masing-masing saham pembentuk portofolio.

Setelah mengetahui saham dari reksadana saham syariah yang terpilih untuk masuk ke dalam pembentukkan portofolio yang optimal, maka akan dihitung besarnya proporsi (Xi) yang layak diinvestasikan pada saham-saham terpilih tersebut. Terlebih dahulu akan ditentukan skala tertimbang dari masing-masing saham (Zi) yang akan ditunjukkan oleh tabel 4.8.

Tabel 4.8

Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan Proporsi Dana (Xi) pada Rekasadana Saham Syariah

91 Dilihat dari tabel 4.8 mengenai perhitungan skala tertimbang (Zi) dan proporsi dana (Xi). Proporsi dana pada 5 rekasadana saham syariah yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.

8. Menentukan koefisien korelasi dan covariance antar saham pembentuk portofolio optimal.

Setelah menentukan saham-saham pembentuk portofolio kemudian dihitung koefisien korelasi diperlukan untuk mengetahui hubungan return saham-saham pembentuk portofolio dan hubungan return saham dengan return pasar yang dihitung dengan SPSS 21. Covariance merupakan perbandingan perhitungan realized return saham A dengan realized return saham B. Covariance dihitung dengan program SPSS 21. Hasil perhitungan koefisien korelasi antar saham pembentuk portofolio ditunjukkan pada tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9

Koefisien Korelasi Dan Kovarians Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio

Sumber : Hasil Olah Data

Dilihat dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa korelasi memiliki nilai positif dari masing-masing reksadana saham syariah. Nilai dari koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien

92 korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi -1 menunjukkan korelasi negatif sempurna.

Jika dua buak aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi +1 (positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat di diversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat di diversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika koefisien korelasinya diantara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya. (Jogiyanto, 295:2013).

Tabel 4.10

Koefisien Korelasi Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio

93 Tabel 4.11

Kovarians Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk Portofolio

Sumber : Hasil Olah Data

Kovarian menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai return sekuritas satu dengan sekuritas lainnya. Nilai kovarian yang positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang sama, yaitu jika satu meningkat yang lainnya juga meningkat atau jika satu menurun yang lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif menujukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat yang lainnya menurun atau jika satu menurun yang lainnya meningkat. Nilai kovarian yang nol menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel tidak ada hubungannya dengan pergerakan variabel lainnya. (Jogiyanto, 2013:287)

Reksadana saham syariah yang memiliki korelasi positif yang bernilai tinggi adalah reksadana saham Manulife Syariah Sektoral Amanah sebesar 0.281 sementara korelasi positif rendah yaitu reksdana saham Cipta Syariah Equity sebesar 0.053 sedangkan untuk kovarians yang positif dimana kecenderungan dua sekuritas bergerak dalam arah yang sama. Jika return reksadana saham syariah naik maka return sekuritas IHSG naik, demikian sebaliknya. Saham yang

94 memiliki kovarians positif yang memiliki nilai tinggi adalah CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah sebesar 0.005.

9. Menghitung Tingkat Pengembalian dan Risiko Portofolio

Return harapan dari suatu portofolio dapat diestimasi dengan menhitung rata-rata tertimbang dari return harapan dari masing-masing aset individual yang ada dalam portofolio. Persentase nilai portofolio yang diinvestasikan dalam setiap aset-aset individual dalam portofolio disebut sebagai bobot portofolio, yang dilambangkan dengan W. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah total 100% atau 1,0 artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam portofolio.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perhitungan alpha portofolio, beta portofolio serta return portofolio :

Tabel 4.12

Perhitungan Return PortofolioReksadana Saham Syariah

Sumber : Hasil Olah Data

Dapat dilihat hasil perhitungan pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa return portofolio reksadana saham syariah sebesar 0.096 atau 9.6% per bulan.

95 Tabel 4.13

Perhitungan RisikoPortofolioReksadana Saham Syariah

Sumber : Hasil Olah Data

Dari hasil perhitungan tabel 4.11 tersebut didapatkan risiko portofolio pada reksadana saham syariah sebesar 0.001802057 atau 0.18%. Risiko portofolio tidak dapat dikurangi hanya dengan menjumlahkan risiko masing-masing sekuritas yang ada dalam portofolio. Menghitung risiko portofolio tidak sama dengan menghitung return portofolio, karena risiko portofolio bukan rata-rata tertimbang risiko masing-masing sekuritas individual dalam portofolio. Dengan menggunakan ukuran kovarians seperti yang telah dibahas, kita dapat menghitung besarnya risiko portofolio, baik yang terdiri dari dua buah sekuritas maupun n sekuritas. Dalam menghitung risiko portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan yaitu :

1. Varians setiap sekuritas.

2. Kovarians antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya. 3. Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas.

96 B. Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa dari data return IHSG (Rm) dapat dilihat bahwa nilai terendah atau minimum adalah -0,09007. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai terendah untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah 0.0768. dari nilai tersebut dapat dilihat nilai tertinggi untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013.

Sedangkan Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.3 diatas setelah melakukan pengolahan data melalui SPSS 21 antara tingkat Return Pasar (Rm) dengan Return Sekuritas reksadana saham syariah maka memiliki hasil Expected Return market sebesar 0.0045 atau 0.45%. Apabila Expected Return positif, dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan return bagi investor. Selanjutnya dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko (Risk free rate) digunakan tingkat suku bunga SBI yang berjangka waktu 1 bulan dengan alasan bahwa suku bunga SBI merupakan sertifikat yang bebas risiko. Untuk perhitungan risk free rate dilakukan secara perbulan yaitu degan cara mencari rata-rata tertimbang dari tingkat suku bunga SBI selama periode 2011 – 2015 tersebut. Dari tabel data 4.3 diatas didapatkan rata-rata risk free rate pertahun sebesar 6.15% artinya apabila investor menanamkan dananya pada SBI berjangka 1 bulan, maka secara rata-rata pertahun investor akan memperoleh bunga sebesar 6.15% dari dana yang ditanamkannya.

97 Penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 7 reksadana saham syariah selama periode tahun 2011-2015 dengan menggunakan Single Index Model (SIM) diperoleh kandidat portofolio :

Dari perhitungan Expected return tertinggi reksadana saham syariah : a. E(Ri) CIMB = 0.143274

b. E(Ri) TRIM = 0.038066 c. E(Ri) BATAVIA = 0.030817

Dari perhitungan Expected return terendah reksadana saham syariah : a. E(Ri) MANDIRI = - 0.00457

b. E(Ri) PNM = - 0.019439 c. E(Ri) MANULIFE = 0.012999

Saham yang memiliki tingkat pengembalian E(Ri) yang positif terdapat 5 saham sedangkan saham yang negatif hanya terdapat 2 saham yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri Investa Atraktif Syariah. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Expected return E(Ri) positif menunjukkan bahwa saham itu layak untuk dijadikan alternatif dalam berinvestasi. Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539

Dari perhitungan Standar Deviasi tertinggi reksadana saham syariah : a. SD CIMB = 1.19539

98 c. SD MANDIRI = 0.12911

Dari perhitungan Standar Deviasi terendah reksadana saham syariah : a. SD PNM = 0.08781

b. SD CIPTA = 0.08966 c. SD MANULIFE = 0.09079

Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539 Dari perhitungan Alpha tertinggi reksadana saham syariah :

a. Alpha PNM = 0.006 b. Alpha MANDIRI = 0.005

c. Alpha BATAVIA, CIMB, CIPTA = 0.004

Dari perhitungan Alpha terendah reksadana saham syariah : a. Alpha TRIM = 0.002

b. Alpha MANULIFE = 0.003

c. Alpha BATAVIA, CIMB, CIPTA = 0.004

Dari perhitungan Beta tertinggi reksadana saham syariah : a. BETA MANULIFE = 0.131

b. BETA PNM = 0.0.067 c. BETA TRIM = 0.059

Dari perhitungan Beta terendah reksadana saham syariah : a. BETA CIMB = 0.004

99 c. BETA CIPTA = 0.025

Secara umum saham yang peka terhadap kondisi pasar ditunjukkan oleh koefisien beta (β). Koefisien beta dapat bernilai posotif dan negatif. Jika beta positif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan kenaikan return saham. Sebaliknya, jika beta negatif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan penurunan return saham. Saham yang memiliki beta (β) secara keseluruhan bernilai positif pada reksadana saham syariah.

Dan perhitungan excess return to beta (ERB) dari 5 reksadana saham syariah diperoleh sebagai berikut :

a. ERB CIMB = 35.56225 b. ERB BATAVIA = 1.418667 c. ERB CIPTA = 1.1334 d. ERB TRIM = 0.627813 e. ERB MANULIFE = 0.091404

Nilai excess return to beta (ERB) mencerminkan besarnya return yang dapat dihasilkan oleh suatu saham relatif terhadap suatu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Beta mencerminkan volatilitas return pasar. Mengukur systematic risk dari suatu saham relatif terhadap risiko pasar. Dengan demikian berarti masing-masing saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap perubahan pasar. Semakin besar koefisien beta saham berarti semakin peka terhadap perubahan pasar dan disebut sebagai saham agresif.

100 Sedangkan βi = 1 berarti saham memiliki risiko yang sama dengan risiko rata-rata pasar. Oleh karena systematic risk tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi, maka dalam pembentukan portofolio investor perlu mempertimbangkan nilai ERB tiap saham kandidat.

Diversifikasi yang dilakukan berhasil menurunkan risiko dilihat dari risiko portofolio yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan risiko individual saham. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor penting dalam diversifikasi portofolio adalah adalah korelasi yang rendah antar return asset pembentuk portofolio. Semakin rendah koefisien korelasi maka semakin besar pula potensi manfaat dari diversifikasi tersebut.

Untuk mengetahui bahwa portofolio maka perlu dihitung ERB tiap saham dengan menggunakan basis periode per tahun. Hasil perhitungan ERB yang sudah diurutkan dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil kemudian dibandingkan dengan ranking ERB tiap saham kandidat yang dihitung menggunakan basis periode lima tahun. Hal ini dilakukan untuk melihat konsistensi nilai ERB saham pembentuk portofolio yang dihitung dengan basis periode berbeda.

Hasil perhitungan menunjukkan untuk tiap basis periode waktu nilai ERB tiap saham mengalami perubahan sehingga saham yang menjadi kandidat portofolio juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi harga saham antar waktu yang menyebabkan perubahan return saham antar waktu dan selanjutnya menjadikan

101 perbedaan koefisien beta antar waktu. Beta saham yang tidak stabil tersebut akan mempengaruhi nilai ERB tiap saham yang menjadi faktor penentu kandidat portofolio.

Dari perhitungan Cut Off Point (C*) 5 reksadana saham syariah : a. C* CIMB = 0.239235734

b. C* BATAVIA = 0.07579922 c. C* TRIM = 0.04394102

d. C* MANULIFE = 0.025047421 e. C* CIPTA = 0.024471134

Untuk penentuan Unique Cut Off Point (C*) yang merupakan nilai Ci tertinggi optimum berada pada angka 0.239235734 atau pada reksadana saham CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah Unique Cut Off Point ini menunjukkan batas pemisah antara penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien.

Dari perhitungan untuk menentukan proporsi dana masing-masing saham pembentuk portofolio dari 5 reksadana saham syariah :

a. Xi CIMB = 0.57667626 b. Xi TRIM = 0.15016935 c. Xi BATAVIA = 0.11513191 d. Xi CIPTA = 0.10945259 e. Xi MANULIFE = 0.04856989

Proporsi dana pada 5 reksadana saham syariah yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.

102 Dari perhitungan koefisien korelasi antara return IHSG dengan return NAB reksadana saham syariah :

a. KORELASI TRIM = 0.176 b. KORELASI BATAVIA = 0.085 c. KORELASI CIMB = 0.105 d. KORELASI CIPTA = 0.053 e. KORELASI MANULIFE = 0.281

Dokumen terkait