• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai SK MenkesNo.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat rujukan unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Rumah sakit tersebut juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I Aceh, Sumatra Barat dan Riau. Lokasinya dibangundi atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatra Utara.

Penelitian ini dilakukan di unit kateterisasi RSUP Haji Adam Malik Medan di gedung rekam medis yang berada di lantai 1 gedung RSUP Haji Adam Malik Medan.

5.1.2 Deskripsi karakteristik pasien

Tabel 5.1 Profil pasien menurut jenis kelamin

Variabel jenis kelamin n %

Laki-laki Perempuan 250 64 79,6 29,4 Total 314 100

Berdasarkan table 5.1 diperoleh data bahwa profil pasien menurut jenis kelamin paling banyak adalah laki-laki yaitu 250 orang (79,6 %) diikuti perempuan yaitu 64 orang (29,4) .

Tabel 5.2 Profil pasien menurut kelompok umur

Variabel umur n % ≤ 40 9 2.9 41-50 87 27.7 51-60 121 38.5 61-70 86 27.4 >70 11 3.5 Total 314 100.0

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa profil pasien menurut kelompok umur paling banyak pada kelompok 51-60 tahun yaitu 121 orang (38,5%) diikuti kelompok 41-50 tahun yaitu 87 orang (27,7%), kelompok 61-70 tahun yaitu 86 orang (27,4%), kelompok >70 yaitu 11 orang (3,5 %) dan kelompok ≤ 40 tahun yaitu 9 orang (2,9%).

Tabel 5.3 Profil pasien menurut diagnosis penyakit

Variabel diagnosis n %

Penyakit Jantung Koroner 314 100

Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa profil pasien menurut diagnosis penyakit atau indikasi medis dilakukannya tindakan IKP paling banyak adalah Coronary Artery Diseases (CAD) atau Penyakit Jantung Koroner yaitu 314 orang (100%)

Tabel 5.4 Profil pasien menurut lokasi penyempitan per jumlah kasus

Variabel lokasi penyempitan n %

LAD (Left Anterior Descending) 180 53,57%

RCA (Right Coronary Artery) 93 27,67%

LCX (Left Circumflex) 63 18,75%

Total kasus 336 100 %

Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data bahwa profil pasien menurut lokasi penyempitan per jumlah kasus paling banyak di daerah Left Anterior Descending yaitu 180 orang (53,57 %) diikuti dengan Right Coronary Artery yaitu 93 orang (27,67%) dan Left Circumflex yaitu 63 orang (18,75%)

Tabel 5.5 Profil IKP menurut derajat penyempitan di LAD sebelum IKP Variabel Derajat Penyempitan di LAD

Sebelum IKP n % Grade 1 (25-49%) 1 0.6 Grade 2 (50-74%) 44 24.4 Grade 3 (75-94%) 98 54.4 Grade 4 (≥ 95%) 37 20.6 Total 180 100

Berdasarkan tabel 5.5 profil IKP menurut derajat penyempitan di LAD sebelum IKP paling banyak adalah grade 3 yaitu 98 orang (54,4%) diikuti dengan grade 2 yaitu 44 orang (24,4 %), grade 4 yaitu 37 orang (20,6%) dan grade 1 yaitu 1 orang (0,6%).

Table 5.6 Profil IKP menurut derajat penyempitan di RCA sebelum IKP Variabel Derajat Penyempitan di RCA

Sebelum IKP n % Grade 2 (50-74%) 18 19.4 Grade 3 (75-94%) 49 52.6 Grade 4 (≥95%) 26 27.9 Total 93 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 profil IKP menurut derajat penyempitan di RCA sebelum IKP paling banyak pada grade 3 yaitu 49 orang (52,6%) diikuti dengan grade 4 yaitu 26 orang (27,9%), grade 2 yaitu 18 orang (19,4%) dan tidak ada grade 0.

Tabel 5.7 Profil IKP menurut derajat penyempitan di LCX sebelum IKP Variabel Derajat Penyempitan di LCX

Sebelum IKP n % Grade 2 (50-74%) 10 15.9 Grade 3 (75-94%) 45 71.4 Grade 4 (≥95%) 8 12.7 Total 63 100.0

Berdasarkan tabel 5.7 profil IKP menurut derajat penyempitan di LCX sebelum IKP paling banyak pada grade 3 yaitu 45 orang (71,4%) diikuti dengan grade 2 yaitu 10 orang (15,9%), grade 4 yaitu 8 orang (12,7%) dan tidak ada grade 0.

Tabel 5.8 Profil IKP menurut derajat penyempitan di LAD setelah IKP

Variabel Penyempitan di LAD setelah IKP n %

Grade 0 (<25%) 177 98,3

Grade 2 (50-74%) 1 0,6

Grade 3 (75-94%) 1 0,6

Grade 4 (≥95%) 1 0,6

Total 180 100

Berdasarkan tabel 5.8 profil IKP menurut derajat penyempitan di LAD setelah IKP paling banyak pada grade 0 yaitu 177 orang (98,3%) diikuti dengan grade 2,3,4 yang sama-sama terdiri atas 1 orang atau 0,6 %.

Tabel 5.9 Profil IKP menurut derajat penyempitan di RCA setelah IKP Variabel Penyempitan di RCA Setelah

IKP n % Grade 0 (<25%) 85 91.4 Grade 2 (50-74%) 1 1.1 Grade 3 (75-94%) 3 3.2 Grade 4 (≥95%) 4 4.3 Total 93 100.0

Berdasarkan tabel 5.9 profil IKP menurut derajat penyempitan di RCA setelah IKP paling banyak pada grade 0 yaitu 85 orang (91,4%) diikuti dengan grade 4 yaitu 4 orang (4,3%), grade 3 yaitu 3 orang (3,2%) dan grade 2 yaitu 1 orang (1,1%).

Tabel 5.10 Profil IKP menurut penyempitan di LCX setelah IKP Variabel Penyempitan di LCX Setelah

IKP n % Grade 0 (<25%) 61 96.8 Grade 3 (75-94%) 1 1.6 Grade 4 (≥95%) 1 1.6 Total 63 100.0

Berdasarkan tabel 5.10 profil IKP menurut derajat penyempitan di LCX setelah IKP paling banyak pada grade 0 yaitu 61 orang (96,8%) diikuti grade 5 dan 4 yaitu masing-masing 1 orang (1,6%).

Tabel 5.11 gambaran pasien menurut riwayat merokok

Variabel Riwayat Merokok n %

Positif 145 46,2

Negatif 19 6,1

Tidak ada keterangan 150 47,8

Berdasarkan tabel 5.11 profil pasien menurut riwayat merokok ada 145 orang (46,2 %), yang tidak ada riwayat merokok ada 19 orang ( 6,1 %), sedangkan yang tidak ada keterangan ada 150 orang ( 47,8% ).

Tabel 5.12 Gambaran pasien menurut riwayat hipertensi

Variabel Riwayat Hipertensi n %

Positif 119 37,9

Negatif 74 23,6

Tidak ada keterangan 121 38,5

Total 314 100

Berdasarkan tabel 5.12 gambaran pasien menurut adanya riwayat hipertensi ada 119 orang (37,9 %), yang tidak ada riwayat hipertensi ada 74 orang ( 23,6%) sedangkan yang tidak ada keterangan ada 121 orang (38,5 %).

Tabel 5.13 gambaran pasien menurut adanya riwayat diabetes mellitus

Variabel Riwayat Diabetes Mellitus n %

Positif 59 18,8

Negatif 144 45,9

Tidak ada keterangan 111 35,4

Total 314 100

Berdasarkan tabel 5.13 gambaran pasien menurut adanya riwayat diabetes mellitus ada 59 orang (18,8%), yang tidak ada riwayat diabetes mellitus ada 144 orang (45,9 %) sedangkan yang tidak ada keterangan adalah 111 orang (35,4 %).

Tabel 5.14 Gambaran pasien menurut riwayat hiperkolesterolemia.

Variabel Riwayat Hiperkolesterolemia n %

Positif 23 7,3

Negatif 23 7,3

Tidak ada keterangan 268 85,4

Total 314 100

Berdasarkan tabel 5.14 gambaran pasien menurut riwayat hiperkolesterolemia ada 23 orang (7,3 %), yang tidak ada riwayat hiperkolesterolemia 23 orang (7,3 %), dan yang tidak ada keterangan 268 orang (47,8%).

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian ini didapat bahwa profil pasien menurut jenis kelamin lebih banyak dilakukan pada laki-laki (79,6%) dibanding pada wanita (20,4%). Bila faktor lain setara, laki-laki jauh lebih rentan terkena penyempitan pembuluh darah dan akibatnya dibanding dengan perempuan (Robbins, 2007).

Tindakan IKP ini lebih banyak dilakukan pada usia 51–60 tahun yaitu 38,5%. Hal ini juga dapat dilihat dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita penyempitan pembuluh darah (78,6%) terjadi pada kelompok umur ≥55 tahun sedangkan yang dibawah usia 55 tahun sekitar 21,4 %. Usia memiliki pengaruh dominan, angka kematian akibat penyakit jantung iskemik meningkat setiap dekade bahkan sampai lanjut usia. Penyempitan biasanya belum nyata secara klinis sampai usia pertengahan atau lebih, saat lesi di arteri mulai mencederai organ. Antara usia 40 dan 60 tahun, insiden infark miokardium meningkat lima kali lipat (Robbins, 2007). Pasien-pasien yang

memiliki peyempitan pembuluh darah ini akan dilakukan tindakan IKP oleh dokter yang ahli.

Tindakan IKP paling sering dilakukan pada orang dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) yaitu 100 %. Hal ini bisa dilihat bahwa PJK merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Karena jumlahnya yang begitu banyak, di seluruh dunia pria dan wanita meninggal disebabkan oleh penyakit jantung koroner (WHO, 2004)

Penyempitan pembuluh darah paling banyak terletak pada LAD yaitu 53,57%. Hal ini terjadi karena sesuai dengan letak anatomi LAD yang memiliki lumen lebih kecil dan sempit yang panjang dibanding pembuluh darah di lokasi lain. Derajat penyempitan pembuluh darah di LAD, RCA maupun di LCX paling banyak pada grade 3. Artinya penyempitan yang terjadi sudah mencapai 75-94%. Penyempitan ini sudah berada dalam kondisi buruk yang tidak bisa ditunda lagi untuk dilakukan tindakan IKP. Untuk melihat lokasi penyempitan ini pasien terlebih dahulu diangiografi. Dan terbukti pada tahun 2002 dari 120 orang yang diangiografi, 23 orang dilakukan IKP dan pada tahun 2007 dari 370 orang yang diangiografi, 95 orang dilakukan IKP (Hasan, 2007).

Selain itu dari penelitian lain dikatakan bahwa penatalaksanaan secara medis dari penyakit jantung koroner ditujukan untuk stabilisasi plak dan mencegah perkembangannya, begitu juga untuk mencegah rupturnya plak serta sekuel berikutnya. Di pihak lain revaskularisasi baik dengan bedah pintas koroner (coronary artery bypass graft) ataupun percutaneous coronary intervention (PCI) bertujuan untuk mengembalikan aliran darah koroner yang efektif, sehingga mengatasi iskemik miokardial serta gejala-gejala yang terjadi (Nakamura, 2011). Jadi, IKP ini memang dapat mengembalikan vaskularisasi pembuluh darah.

Derajat penyempitan pembuluh darah di LAD telah mencapai perbaikan. Perbaikan yang terjadi tersebut paling banyak menjadi grade 0. Artinya IKP yang dilakukan berhasil mengembalikan anatomi pembuluh darah mendekati diameter normal. Berdasarkan metaanalisis yang dilakukan oleh Huynh tahun 2009

mendapatkan bahwa dibandingkan dengan terapi fibrinolisis, IKP memiliki pengurangan mortalitas jangka pendek, reinfarksi dan stroke yang lebih baik. Selain itu, IKP merupakan kesempatan untuk membuka secara cepat arteri koroner dan ini merupakan referfusi komplit untuk menyelamatkan nyawa penderita (Hasan, 2007)

Faktor risiko memiliki peranan dalam terjadinya penyakit jantung koroner yang akan dilakukan tindakan IKP ini. Dimana hasil penelitian di RSUP Kariadi Semarang mengatakan bahwa orang dengan diabetes mellitus dan obesitas mengalami penyempitan pembuluh darah empat kali lebih besar daripada yang tidak. Peneliti tersebut juga mengatakan bahwa kejadian penyempitan pembuluh darah dengan diabetes mellitus tipe 2 dan kolesterol yang tidak terkontrol mengalami risiko 2,5 kali lebih besar daripada yang tidak. Pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa pasien yang memiliki hipertensi memiliki risiko 3,5 kali lebih tinggi daripada yang tidak hipertensi.(Yanti, 2008). Pada penelitian yang lain juga didapatkan bahwa pasien yang memiliki penyempitan pembuluh darah mempunyai kebiaasaan merokok yang tinggi yaitu 42,5% atau 3,6 kali lebih tinggi daripada yang tidak merokok (Fazidah, 2005).

IKP tersebut sangat bermanfaat bagi pasien yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Di RSUP Haji Adam Malik saja bisa mendapatkan tindakan ini dengan menggunakan Jamkesmas. IKP sangat direkomendasikan dilihat dari tingkat keberhasilannya yang mencapai 95,5%.

Data-data tersebut diperoleh dari data di unit kateterisasi selanjutnya dari rekam medis. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS. Sebagian data ada yang tidak lengkap. Hal ini bisa menjadi menjadi masukan buat petugas kesehatan yang bekerja dalam hal melengkapi data-data rekam medis. Peneliti selanjutnya dapat meneliti IKP ini lebih mendalam dan lengkap dalam hal data demografinya dan biaya atau sistem pembayaran apabila mendapat tindakan IKP.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait