• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Subbab ini menguraikan proses penelitian dari persiapan sampai dengan pelaksanaan yang meliputi potensi masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas.

4.1.1 Potensi dan Masalah

Pada tahap pertama peneliti melakukan identifikasi potensi dan masalah melalui observasi dan wawancara. Peneliti juga melakukan analisis kebutuhan guru dan siswa melalui kuesioner analisis kebutuhan. Potensi yang dimiliki oleh SD Pangudi Luhur Yogyakarta adalah memiliki bahan-bahan yang ada disekitar lingkungan sekolah yang dapat digunakan dalam membuat berbagai media pembelajaran seperti kertas-kertas yang tertumpuk namun tidak dimanfaatkan, kayu-kayu dan plastik-plastik. Bahan-bahan seperti kertas, kayu-kayu dan plastik dapat digunakan sebagai bahan pembuatan media pembelajaran. Pada kenyataanya, guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode konvensional dan penggunaan media pembelajaran masih sangat terbatas.

Peneliti menemukan permasalahan di lapangan bahwa kurangnya pemahaman siswa terhadap materi siklus air pada pembelajaran IPA. Hal tersebut dikarenakan materi yang dianggap rumit serta guru tidak menggunakan media pembelajaran pada saat menyampaikan materi, sehingga siswa belum begitu paham terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu, peneliti akan

74 memaksimalkan potensi yang ada dengan membuat media pembelajaran yang memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner analisis kebutuhan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa terhadap media pembelajaran. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru dan siswa yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat desain media pembelajaran guna mengatasi masalah yang terjadi. Berikut ini merupakan penjabaran dari subbab identifikasi masalah dan analisis kebutuhan.

4.1.1.1Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini, identifikasi masalah yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Identifikasi masalah yang dilakukan terkait dengan kesulitan belajar yang dialami siswa. Hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan dikaji dengan menggunakan triangulasi data.

a. Observasi

Peneliti melaksanakan observasi pada tanggal 2 September 2016 saat pembelajaran IPA di kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Kegiatan observasi yang dilaksanakan terkait dengan kesulitan yang dialami siswa dan guru pada pembelajaran IPA, ketersediaan media pembelajaran dan penggunaanya serta cara guru mengajar. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1 halaman 53. Sebelum digunakan, kisi-kisi pedoman observasi telah divalidasi oleh para ahli. Validasi yang digunakan untuk memvalidasi instrumen kisi-kisi pedoman

75 observasi adalah validasi konstruk. Hasil validasi kisi-kisi pedoman observasi oleh para ahli disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli

Ahli No. Item Total Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8

Ahli I 3 4 4 4 4 4 4 4 31 3,875 Ahli II 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4,00

Rerata 33 3,93

Berdasarkan hasil validasi yang telah dilakukan oleh para ahli maka diperoleh rerata 3,93. Apabila rerata pada tabel 4.1 dibandingkan dengan tabel 3.17 pada halaman 71, rerata tersebut memiliki nilai diatas 2,50 sehingga masuk ke dalam kategori sangat baik. Oleh karena itu, instrumen kisi-kisi pedoman observasi layak dan valid untuk digunakan pada penelitian ini. Pada saat melakukan validasi kisi-kisi pedoman observasi, para ahli tidak memberikan komentar sehingga peneliti tidak melakukan revisi pada instrumen. Setelah dinyatakan valid, peneliti kemudian menggunakan kisi-kisi pedoman observasi untuk melakukan observasi di kelas V PL 4 SD Pangudi Luhur Yogyakarta pada tanggal 2 September 2016. Observasi yang dilaksanakan terkait dengan pembelajaran IPA dan ketersediaan media pembelajaran

76 Hasil obervasi yang telah dilaksanakan peneliti dapat dilihat pada lampiran 1.2 dan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Tabel 4. 2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA

Objek yang diamati Jawaban Catatan

Ada media pembelajaran yang diletakkandi kelas untuk pembelajaran IPA.

Tidak Tidak terdapat alat peraga. Media pembelajaran

layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

Tidak Tidak terdapat alat peraga. Guru menggunakan

media pembelajaran untuk menjelaskan materi pembelajaran

IPA.

Tidak Guru belum menggunakan media pembelajaran pada pembelajaran IPA. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab pada pembelajaran IPA pada saat peneliti melaksanakan observasi. Guru membagikan lembaran fotocopy mengenai materi yang akan dipelajari pada hari itu. Lalu siswa diminta membaca lembaran materi dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang dipelajari.

Guru menguasai cara menggunakan media

pembelajaran.

Tidak Guru tidak menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran IPA.

Guru menjelaskan cara penggunaan media

pembelajaran IPA kepada siswa.

Tidak Guru tidak menggunakan media pembelajaran pada saat pembelajaran IPA.

Siswa dapat menggunakan media pembelajaran secara

mandiri.

Tidak Siswa tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA. Siswa membaca materi pada lembar materi yang diberikan guru, siswa mendengarkan guru dalam menjelaskan materi dengan metode ceramah, siswa menjawab pertanyaan pada saat tanya jawab pada pembelajaran IPA.

Siswa mengalami kesulitan ketika mengikuti pembelajaran

IPA di kelas.

Ya Beberapa siswa terlihat mengalami kesulitan pada saat pembelajaran IPA. Hal ini terlihat pada saat guru memberi pertanyaan, beberapa siswa tidak mampu menjawab secara lisan atau menjawab kurang tepat.

Siswa mengalami kesulitan ketika

Ya Ada beberapa siswa yang tidak bisa menjawab ketika diberin pertanyaan lisan

77 mengerjakan soal IPA. oleh guru. Dan ada beberapa siswa yang

terlihat tidak bisa mengerjakan soal pada saat dibagi soal tertulis oleh guru. Mereka terlihat binggung dan tidak mengerjakan beberapa nomor. Sampai waktu yang ditentukan telah habis ada beberapa siswa yang belum selesai dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan hasil obesrvasi yang telah dilaksanakan oleh peneliti, dapat dilihat bahwa penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran IPA di kelas V PL 4 SD Pangudi Luhur Yogyakarta masih terbatas. Hal ini nampak selama pembelajaran berlangsung, guru belum menggunakan media pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menjelaskan materi pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung mengacu pada buku cetak dan lembaran materi yang dibagikan oleh siswa untuk menyampaikan materi. Guru membagikan lembar materi kepada siswa, lalu ditempel pada buku pelajaran IPA. Siswa diminta untuk membaca materi yang telah dibagikan, lalu guru melakukan tanya jawab secara lisan. Pada saat melakukan observasi, peneliti juga menemukan beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar IPA seperti tidak mampu menjawab soal yang disampaikan guru secara lisan atau kurang tepat dalam menjawab soal. Begitu juga dalam mengerjakan soal, beberapa siswa terlihat kebingungan dalam menjawab soal dengan tidak mengisi beberapa nomor soal. Beberapa anak juga tidak selesai dalam mengerjakan soal saat waktu mengerjakan telah selesai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran di kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta belum optimal.

78 b. Wawancara

Kegiatan wawancara pada penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah, guru kelas V dan siswa kelas V. Peneliti menggunakan pedoman wawancara dalam melaksanakan wawancara kepada narasumber. Sebelum digunakan, pedoman wawancara divalidasi terlebih dahulu oleh para ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Instrumen pedoman wawancara divalidasi dengan menggunakan validasi konstruk.

Kegiatan wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala sekolah. Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan ketersediaan alat peraga, penggunaan alat peraga pada pembelajaran IPA, penelitian yang pernah dilakukan mengenai media pembelajaran dan informasi yang berkaitan dengan sekolah seperti prestasi pada bidang akademis dan non akademis serta mengenai nilai ujian nasional terutama pada mata pelajaran IPA. Sebelum melaksanakan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara, peneliti telah melakukan validasi instrument pedoman wawancara kepada ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

Ahli No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Ahli I 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64 4

Ahli II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64 4

79 Berdasarkan hasil validasi wawancara kepala sekolah pada tabel 4.2 maka diperoleh skor rerata 4,0. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman 71 maka rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 yang masuk dalam kategori sangat baik, Sehingga instrumen pedoman wawancara yang masuk kategori sangat baik dinyatakan valid dan layak digunakan. Para ahli yang melakukan validasi terhadap instrumen pedoman wawancara kepala sekolah tidak memberikan komentar pada instrumen sehingga peneliti tidak melakukan revisi pada instrumen pedoman wawancara kepala sekolah. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran 1.3 halaman 142. Wawancara dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 2 September 2016. Hasil/transkrip wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Hasil wawancara dengan Wawancara Kepala Sekolah Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara Informasi berkaitan dengan sekolah

1,2,3,4 Prestasi yang diraih SD Pangudi Luhur Yogyakarta cukup banyak, dalam bidang akademis seperti olimpyade matematika, menulis essay, spelling bahasa inggirs. Untuk bidang non-akademis juara 2 JRBl basket, juara 2 paduan suara.

Ketersediaan alat peraga di

sekolah

5,6,7,8,9 Sekolah memiliki beberapa media pembelajaran. Media pembelajaran berasal dari sekolah maupun hibah atau pemberian dari pemerintah dan hasil buatan guru. Media pembelajaran yang dimiliki sekolah masih terbatas. Tidak semua mata pelajaran memiliki media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah disimpan dengan baik Penggunaan alat peraga IPA dalam pembelajaran 10,11,12, 13,14

Pembelajaran di kelas khususnya IPA, guru jarang menggunakan media pembelajaran karena keterbatasan guru maupun sekolah. Keterbatasan sekolah mengenai jumlah media pembelajaran dengan jumlah siswa yang tidak sebanding. Jumlah media pembelajaran yang terbatas sedangkan jumlah siswa yang banyak tidak memungkinkan semua kelas mampu menggunakan media pembelajaran. Sehingga satu media pembelajaran juga digunakan untuk banyak siswa juga. Penggunaan media pembelajaran juga baik karena

80 siswa tidak hanya membayangkan dan melihat secara langsung sehingga siswa lebih paham dan mengerti. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan media pembelajaran

15,16 Belum ada penelitian mengenai media pembelajaran di SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

Wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di kelas, kesulitan yang dialami guru dalam menyampikan materi pada pembelajaran IPA, kesulitan yang dialami pada siswa dalam pembelajaran IPA dan usaha yang lakukan guru dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi guru tersebut dan siswanya. Dalam wawancara dengan guru kelas, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara. Sebelum digunakan pedoman wawancara tersebut divalidasi oleh para ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru

Ahli No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Ahli I 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72 4 Ahli II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72 4 Rerata 72 4

Berdasarkan hasil validasi wawancara guru kelas pada tabel 4.5 maka diperoleh skor rerata 4,0. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman 71 maka rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 yang masuk dalam kategori sangat baik, Sehingga instrumen pedoman wawancara guru kelas yang masuk kategori

81 sangat baik dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi pedoman wawancara guru dapat dilihat lampiran 1.5 halaman 150.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas. Wawancara dengan guru kelas dilaksanakan pada tanggal 2 September Hasil wawancara dengan guru kelas dapat dilihat pada tabel 4.6. Berikut transkrip wawancara dengan guru kelas.

Tabel 4. 6 Hasil Wawancara dengan Guru Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara Ketersediaan media pembelajaran di kelas 1, 2, dan 3

Media pembelajaran yang ada di kelas untuk mata pelajaran IPA belum ada. Secara umum alat peraga yang ada di kelas seperti peta.

Penggunaan media pembelajaran UPA dalam pembelajaran 4, 5, 6, 7, 8, dan 9

Guru pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA rangkaian listrik dan kesimbangan. Dalam penggunaan media pembelajaran, guru memberi petunjuk penggunaan pada awal saja. Penggunaan edia pembelajaran membuat siswa belajar secara mandiri. Ketika anak mengalami secara langsung maka itu akan diingat lama oleh siswa daripada anak hanya mendengarkan. Dengan menggunakan media pembelajaran anak akan menemukan berbagai pengetahuan baru, meghadapi masalah dan menyelesaiikan masalah itu apabila sudah mengetahui konsepnya. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA 10, 11, dan 12

Kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA adalah tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda, keterbatasan media pembelajaran atau memnag materi dirasa sulit dijelaskan seperti siklus air. Anak-anak mengerti tahapannya tetapi kebinggungan proses pada setiap tahapannya. Atau tahapan yang sebutkan terbolak-balik Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA 13, 14, 15 dan 16

Karena tingkat pemahaman siswa yang berbeda-beda maka hasil belajar anak-anak juga bermacam-macam ada yang baik,cukup atau kurang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa seperti penjelasan guru yang kurang jelas, materi yang sulit dan faktor dari diri anak seperti kurang konsentrasi. Materi-materi yang sulit dipahami oleh siswa berupa materi-materi verbal seperti siklus air. Usaha yang 17 dan Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi

82 dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut

18 kesulitan yang dihadapi siswa yaitu dengan tutor teman sebaya, les tambahan. Sedangnkan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi guru dengan menggunakan media pembelajaran walau masih terbatas

Wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan pembelajaran IPA yang diikuti , ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di kelas dan kesulitan pada materi IPA. Dalam wawancara dengan siswa kelas V, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara. Sebelum digunakan pedoman wawancara tersebut divalidasi oleh para ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa

Ahli No. Item Tota

l Rerat a 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ahli I 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 Ahli II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4 Rerata 48 4

Berdasarkan hasil validasi wawancara dengan siswa pada tabel 4.7 maka diperoleh skor rerata 4,0. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman 71 maka rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 yang masuk dalam kategori sangat baik, Sehingga instrumen pedoman wawancara siswa kelas V yang masuk kategori sangat baik dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi pedoman wawancara siswa dapat dilihat pada lampiran 1.7 halaman 159.

83 Para ahli yang melakukan validasi terhadap instrumen pedoman wawancara siswa kelas V tidak memberikan komentar pada instrumen sehingga peneliti tidak melakukan revisi pada instrumen pedoman wawancara siswa kelas V. Wawancara dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 2 September 2016. Hasil/transkrip wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Hasil Wawancara dengan Siswa Topik Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang selama ini terjadi

1 dan 2 siswa cukup senang dengan pembelajaran IPA.

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran IPA 3, 4, 5, 6, 7, dan 8

guru pernah menggunakan media pembelajara. Media yang digunakan berupa permainan. Siswa tertarik dengan media yang digunakan karena membuat materi mudah ditangkap. Guru jarang menggunakan media pembelajaran

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA 9, 10, 11, dan 12

terkadang siswa mengalami kesulitan dalam belajar IPA. Materi yang dianggap sulit seperti siklus air. Siswa merasa binggung dengan urutan siklusnya. Guru membantu siswa yang kesulitan dengan memberi les

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga sumber yaitu kepala sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta, guru kelas V dan siswa kelas V dapat disimpulkan bahwa ketersediaan media pembelajaran dan penggunaannya dalam kegiatan belajar mengajar belum optimal dan masih terbatas pada mata pelajaran IPA materi siklus air. Hal tersebut terlihat pada jawaban yang dapat dilihat pada bagan 4.1.

84 #

Bagan 4. 1 Triangulasi Sumber Data Wawancara

Berdasarkan triangulasi pada bagan 4.1 mengenai sumber wawancara yang dilakukan bahwa siswa mengalami kesulitan pada materi siklus air dikarenakan runtutan tahapan siklus air yang cukup rumit. Guru pun juga mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi tersebut. Hal tersebut menjadi permasalahan karena tidak adanya media pembelajaran pada materi siklus air pada pembelajaran IPA.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa siswa menglalami kesulitan pada mata Guru :

Kelas V tidak memiliki media pembelajaran IPA yang diletakkan di dalam kelas. Untuk mempelajari materi

siklus air guru menggunakan gambar dalam menjelaskan

materi.

Kepala Sekolah Sekolah memiliki media pembelajaran. Namun tidak

semua mata pelajaran memiliki media pembelajaran. pada mata pembelajaran IPA memiliki

media seperti torso, KIT, rangkaian listrik. Keterbatasan media pembelajaran menyebabkan penggunaan media pembelajaran kurang maksimal. Pembelajaran menggunakan media pembelajaran lebih membuat siswa bersemangat dalam belajar.

Siswa Dalam mempelajari siklus air guru tidak menggunakan media

pembelajaran. materi ini dianggap

sulit karena urutannya sulit untuk diingat. Penggunaan media pembelajaran membuat siswa tertarik dalam belajar karena materi mudah ditangkap.

Sekolah sudah memiliki media pembelajaran tetapi untuk materi siklus air sekolah belum memilki

85 pelajaran IPA materi siklus air. Siswa mengatakan bahwa materi tersebut sulit dikarenakan runtutan pada tahapan siklus air rumit dan sulit untuk diingat serta membinggungkan pada urutannya. Hal ini diperkuat pada saat observasi, banyak siswa yang kurang tepat dalam menjawab pertanyaan guru. Siswa juga kurang tepat dalam menjawab soal yang dibagikan oleh guru. Dalam wawancara dengan guru, materi-materi non verbal memang cukup sulit dipahami oleh siswa terlebih dalam menjelaskan guru belum menggunakan media pembelajaran.

Permasalahan lain yang ditemukan oleh peneliti adalah kurangnya media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Di kelas belum ada media pembelajaran IPA yang terlihat. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru belum menggunakan media pembelajaran dalam menjelaskan materi. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menjelaskan materi.

4.1.1.2 Analisis Kebutuhan a. Analisis Karakteristik Siswa

Karakteristis siswa dianalisis berdasarkan observasi yang dilaksanakan di SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang dilakukan pada pembelajaran IPA. Observasi dilaksanakan pada tanggal 2 September 2016. Hasil observasi yang diperoleh yaitu dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru membagikan hand out berupa ringkasan materi yang dirasa penting kepada siswa. Lalu handout yang diberikan ditempelkan pada buku catatan dan dipelajari oleh siswa. Guru memberi waktu kepada siswa untuk membaca materi yang dibagikan. Setelah itu guru menjelaskan materi pada hari itu dengan membaca ringkasan materi yang dibagi dan terpaku pada buku paket.

86 Selain metode ceramah dalam menjelaskan, guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa secara lisan.

Pada saat melakukan tanya jawab suasana pembelajarn terlihat lengang, semua siswa diam seolah-olah takut mendapat giliran menjawab soal. Siswa terlihat kurang bersemangat dalam belajar, mereka terlihat lesu dengan meletakkan kepala meraka diatas meja dan melakukan hal lain yang mengganggu proses pembelajaran seperti asyik bermain dengan kertas, mengganggu teman pada saat guru sedang menjelaskan atau sedang bertanya. Ketika guru memberi pertanyaan kepada siswa banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan kurang tepat. Uraian mengenai karakteristik siswa tersebut digunakan oleh peneliti sebagai pertimbangan dalam membuat kuesioner analisis kebutuhan.

b. Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Montessori

Karakteristik media pembelajaran Montessori dianalisis berdasarkan empat ciri media pmebelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Peneliti juga menambahkan satu ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori dalam pengembangan media pembelajaran tersebut yaitu kontekstual. Ciri kontekstual ditambahkan oleh peneliti karena dalam pembuatan media pembelajaran peneliti menggunakan benda-benda di sekitar lingkungan dan memanfaatkan potensi lokal. Selanjutnya, peneliti menggunakan kelima ciri tersebut sebagai acuan dalam pembuatan pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan.

87 b. Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan

Instrumen yang digunakan dalam analisis kebutuhan adalah kuesioner. Penyusunan kuesioner berdasarkan pada analisis kebutuhan karakteristik siswa dan lima ciri media pembelajaran Montessori. Selanjutnya, kuesioner kemudian dikembangkan menjadi 10 pertanyaan pada analisis kebutuhan siswa dan 10 pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan guru.

Sebelum digunakan, kuesioner terlebih dahulu divalidasi oleh para ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori. Validasi dilakukan agar instrumen kuesioner layak untuk digunakan. Validasi yang digunakan pada instrumen kuesioner analisis kebutuhan baik untuk guru maupun siswa menggunakan validasi konstruk. Berikut adalah hasil validasi analisis kebutuhan guru oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4. 9 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli

Ahli No. Item Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ahli I 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,0

Ahli II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,0

Rerata 80 4,0

Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru oleh ahli maka diperoleh skor rerata 4.0. Jika dibandingkan dengan tabel 3.17 halaman 71, skor rerata hasil validasi memiliki skor lebih tinggi dari 2,50. Sehingga instrumen kuesioner analisis kebutuhan untuk guru masuk dalam kategori sangat tinggi. Lembar validasi instrumen kuesioner analsisi kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 2.1 halaman 163. Selain kuesioner analisis kebutuhan guru yang divalidasi, peneliti juga melakukan validasi terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa. Instrumen tersebut divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan

88 media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada table 4.10.

Dokumen terkait