• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa data gaya belajar siswa kelas VIII hasil angket, hasil observasi, dan hasil penilaian sejawat; hasil belajar kognitif biologi siswa kelas VIII materi IPA Biologi; koefisien korelasi antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa; koefisien regresi; dan perbandingan gaya belajar siswa putra dengan siswa putri.

1. Gaya Belajar Siswa Kelas VIII

Gaya belajar siswa berdasarkan tiga modalitas sensori terdiri atas gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar siswa diukur melalui metode angket, observasi, dan penilaian sejawat.

Data hasil angket, hasil observasi dan hasil penilaian sejawat dibandingkan menggunakan teknik triangulasi sumber. Setelah mendapatkan data dari ketiga sumber, yaitu siswa pribadi, observer, dan teman sejawat maka diperoleh rekapitulasi hasil pembandingan yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Pembandingan hasil angket, observasi, dan penilaian sejawat terhadap gaya belajar 70 siswa

Gaya Belajar Angket Observasi

Penilaian Sejawat Persentase (%) Visual (V) 55,71 52,86 55,71 Auditorial (A) 30,00 28,57 21,43 Kinestetik (K) 14,29 14,29 14,29 VA—A - 1,43 5,71 VA—V - 2,86 - AK—A - - 1,43 Jumlah 100 100 100

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 16 Halaman 101

Tabel 6 menunjukkan bahwa antara hasil angket, observasi, dan penilaian sejawat terdapat data yang tidak konsisten, yaitu pada 4 siswa dengan gaya belajar antara visual auditorial atau auditorial, 1 siswa dengan gaya belajar antara visual

auditorial atau visual, dan 1 siswa dengan gaya belajar auditorial kinestetik atau auditorial. Hasil triangulasi yang konsisten terdapat pada 37 siswa dengan kecenderungan gaya belajar visual, 15 siswa dengan kecenderungan gaya belajar auditorial, dan 10 siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik. Dengan demikian jumlah total siswa dengan gaya belajar konsisten sebanyak 62 siswa. Tahap selanjutnya dilakukan analisis deskriptif persentase, korelasi, dan uji Chi-Square terhadap 62 siswa, sedangkan data 8 siswa dengan gaya belajar tidak konsisten direduksi.

a. Hasil angket terhadap gaya belajar siswa kelas VIII

Hasil penelitian diukur melalui metode angket terhadap 62 siswa dengan 42 item skala kecenderungan gaya belajar. Hasil angket dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi frekuensi gaya belajar siswa kelas VIII yang diukur melalui angket

No Gaya Belajar Frekuensi Persentase

(%) Kategori

1 Visual 37 59,68 Sangat Tinggi

2 Auditorial 15 24,19 Tinggi

3 Kinestetik 10 16,13 Rendah

Jumlah 62 100

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 9 Halaman 72

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja mempunyai gaya belajar visual, dan sebagian yang lain auditorial serta kinestetik. Interpretasi dari masing-masing tipe gaya belajar termasuk pada kategori yang berbeda-beda. Hal ini dapat diketahui dari karakteristik yang dimiliki oleh siswa kelas VIII melalui metode angket. Jadi, kecenderungan gaya belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja adalah gaya belajar visual dengan kategori sangat tinggi.

b. Hasil observasi terhadap gaya belajar siswa kelas VIII

Berdasarkan observasi terhadap 62 siswa di tujuh kelas (VIII A-VIIIG) selama 3 kali pertemuan, diperoleh data hasil observasi dan hasil catatan lapangan. Hasil observasi dibandingkan dengan data hasil angket dan hasil penilaian sejawat. Hasil observasi yang diperoleh disajikan dalam Lampiran 11

28

Halaman 77, sedangkan ringkasan catatan lapangan hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 8.

Tabel 8 Ringkasan hasil observasi berdasarkan tipe gaya belajar

Visual Auditorial Kinestetik

a. Siswa lebih mudah menyerap instruksi tugas secara tertulis.

b. Siswa lebih mudah menyerap informasi berupa tulisan dan gambar melalui media

powerpoint.

c. Cenderung mengamati hasil pekerjaan milik sendiri, cenderung membaca catatan, dan menjawab pertanyaan dengan membaca catatan terlebih dahulu. d. Cenderung menyerap

informasi dengan membaca buku pelajaran secara detail.

a.Siswa lebih mudah menyerap instruksi tugas secara lisan. b.Siswa cenderung mendengarkan penjelasan guru. c.Siswa cenderung mendengarkan presentasi atau maju presentasi di depan kelas, dan cenderung ingin menanggapi penjelasan teman. d.Siswa mengikuti/ melanjutkan kalimat guru. e.Cenderung menjawab pertanyaan secara lisan tanpa membaca catatan terlebih dahulu. f. Cenderung menyerap

informasi dengan bertanya pada teman, menggerakkan bibir (melafalkan kata saat membaca).

a. Siswa lebih mudah menyerap instruksi tugas yang diperagakan/ disertai dengan gerakan. b. Siswa cenderung sering

menulis/ mencatat. c. Belajar sambil

menggerakkan kaki/ tangan, mengetuk-ngetuk bolpoin,

menunjuk tulisan dengan jari tangan ketika

membaca, tidak bisa duduk tenang, dan menyentuh teman.

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 13 Halaman 85

c. Hasil penilaian sejawat terhadap gaya belajar siswa kelas VIII

Penilaian sejawat dilakukan oleh siswa yang berperan sebagai penilai yaitu teman sebangku dari siswa yang menjadi sampel penelitian (responden). Hasil penilaian teman sejawat oleh 62 siswa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Rekapitulasi hasil penilaian sejawat

Gaya Belajar Frekuensi Persentase (%)

Visual (V) 37 59,68

Auditorial (A) 15 24,19

Kinestetik (K) 10 16,13

Jumlah 62 100

2. Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPA Biologi

Hasil belajar siswa ini diwujudkan dalam bentuk nilai belajar yang diambil dari rata-rata dua nilai hasil ulangan IPA Biologi kelas VIII pada semester ganjil Tahun Ajaran 2016/ 2017. Data tersebut kemudian diuji korelasinya dengan modalitas gaya belajar siswa. Skor modalitas gaya belajar siswa V (Visual), A (Auditorial), dan K (Kinestetik) serta hasil belajar biologi dari 62 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Skor modalitas gaya belajar dan hasil belajar siswa Kode

Resp.

Modalitas Gaya Belajar

Nilai Kode Resp.

Modalitas Gaya Belajar

Nilai V A K V A K SAI2 10 6 8 87,0 SDA1 9 6 7 78,0 SAI3 8 7 9 80,0 SDA2 8 4 7 71,5 SAI4 8 5 6 75,0 SDA3 8 6 9 88,0 SAI5 13 7 10 96,0 SEI1 6 9 6 79,0 SAA1 9 3 5 67,5 SEI2 5 4 8 74,0 SAA2 9 8 8 76,0 SEI3 5 4 8 73,0 SAA3 8 11 7 87,5 SEI4 11 5 7 78,0 SAA4 6 9 7 75,5 SEI5 11 6 8 83,0 SBI1 8 7 10 91,0 SEI6 12 6 9 84,0 SBI3 11 6 7 86,5 SEA2 8 7 7 70,0 SBI4 12 6 6 87,5 SEA3 7 6 9 80,0 SBI5 10 5 9 85,5 SEA4 9 10 8 80,0 SBI6 10 4 7 78,5 SFI1 8 9 7 81,0 SBA1 8 11 7 80,5 SFI2 12 11 9 90,0 SBA2 9 13 10 90,5 SFI3 4 9 6 80,0 SBA3 9 8 7 71,5 SFI4 7 8 10 89,0 SBA4 12 9 6 89,5 SFI5 2 0 5 70,0 SCI1 9 3 8 81,0 SFI6 3 5 2 74,0 SCI2 6 12 8 86,0 SFA1 11 14 7 90,0 SCI3 11 6 10 93,5 SFA2 11 13 8 88,0 SCI5 7 2 8 70,0 SFA3 9 6 8 79,0 SCI6 11 8 9 82,5 SFA4 9 12 9 83,0 SCA1 10 4 5 73,5 SGI1 13 7 8 93,0 SCA3 7 6 6 70,5 SGI2 10 8 11 94,0 SCA4 9 12 7 80,5 SGI3 9 7 7 80,5 SDI1 11 7 7 80,5 SGI4 10 8 4 83,0 SDI2 10 8 7 82,5 SGI5 10 7 9 78,0 SDI3 10 6 9 68,0 SGI6 8 7 7 75,5 SDI4 10 5 8 76,5 SGA1 10 8 9 86,0 SDI5 11 9 8 81,0 SGA3 8 11 9 80,0 SDI6 11 8 9 82,0 SGA4 11 8 3 89,0

30

Tabel 10 menunjukkan nilai minimal adalah 67,5; nilai maksimal adalah 96; dan rata-rata nilai sebesar 81,2. Skor minimal modalitas gaya belajar visual = 2, auditorial = 0, dan kinestetik = 2. Skor maksimal modalitas gaya belajar visual = 13, auditorial = 14, dan kinestetik = 11.

3. Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Siswa

Sebelum pengujian korelasi, data hasil penelitian dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas. Hasil uji normalitas data hasil belajar adalah data berdistribusi normal (data selengkapnya disajikan pada Lampiran 17 Halaman 103). Hasil uji homogenitas adalah data hasil belajar mempunyai varian sama atau homogen (data selengkapnya disajikan pada Lampiran 18 Halaman 104). Hasil uji linieritas dengan menggunakan scatter plot, menunjukkan plot data berada pada garis lurus. Korelasi antara ketiga tipe modalitas gaya belajar dengan hasil belajar menunjukkan kemiringan garis plot positif, maka korelasinya positif dapat dilihat pada Lampiran 19 Halaman 105. Hasil uji linieritas dengan Anova dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil uji linieritas masing-masing modalitas gaya belajar dengan hasil belajar biologi Variasi Mean Square F Sig. V >< HB Between Groups Linearity 793,833 20,949 0,000 A >< HB 694,228 16,702 0,000 K >< HB 485,422 14,724 0,000

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 19 Halaman 106 V: Visual, A: Auditorial, K: Kinestetik, HB: Hasil Belajar

Tabel 11 menunjukkan ketiga tipe modalitas gaya belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik) mempunyai plot data pada garis lurus terhadap hasil belajar biologi dengan nilai signifikansi < 5%. Jadi, ketiga tipe gaya belajar linier terhadap hasil belajar biologi.

Hasil uji korelasi diperoleh koefisien korelasi ketiga tipe modalitas gaya belajar dengan hasil belajar. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan koefisien korelasi ketiga modalitas gaya belajar termasuk pada kategori cukup kuat dan nilai signifikansi < 5%. Karena nilai signifikansi (sig) <

5%, maka terdapat hubungan yang signifikan antara modalitas gaya belajar dengan hasil belajar siswa. Jadi, berdasarkan besarnya koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan hubungan yang sama kuatnya terhadap hasil belajar biologi.

Tabel 12 Hasil uji korelasi modalitas gaya belajar siswa dengan hasil belajar biologi

Korelasi Hasil Belajar

Modalitas Visual Korelasi Pearson (r) 0,519 Signifikansi (sig) 0,000

N 62

Modalitas Auditorial Korelasi Pearson (r) 0,481 Signifikansi (sig) 0,000

N 62

Modalitas Kinestetik Korelasi Pearson (r) 0,409 Signifikansi (sig) 0,001

N 62

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 21 Halaman 116 4. Analisis Regresi Linier

Setelah mengetahui koefisien korelasi, dilakukan uji regresi linier untuk mengetahui modalitas gaya belajar mana yang memberikan kontribusi dominan terhadap hasil belajar siswa. Hasil persamaan regresi berdasar sampel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Persamaan regresi

Model Unstandardized Coefficients Standardiszed Coefficients Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 57,036 3,721 0,000 Modalitas_Visual 1,164 0,312 0,380 0,000 Modalitas_Auditorial 0,887 0,249 0,355 0,001 Modalitas_Kinestetik 0,958 0,420 0,231 0,026

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 22 Halaman117

Tabel 13 dapat diketahui nilai a = 57,036; b = 1,164; c = 0,887; dan d = 0,958 sehingga diperoleh persamaan regresi ŷ = 57,036+ 1,164x1 + 0,887x2 + 0,958x3. Diterimanya persamaan regresi ŷ = 57,036+ 1,164x1 + 0,887x2 + 0,958x3, maka dengan persamaan tersebut dapat dijadikan sebagai dasar memprediksi hasil belajar siswa (y) jika diketahui modalitas visual (x1), modalitas auditorial (x2), dan

32

modalitas kinestetik (x3). Misalkan siswa memperoleh skor modalitas visual = 13, auditorial = 10, dan kinestetik = 7, maka hasil belajar siswa tersebut dapat ditaksirkan memiliki skor hasil belajar sebesar 57,036+ 1,164 (13) + 0,887 (10)+ 0,958 (7) = 87,744.

Nilai a, b, c, dan d diuji menggunakan perhitungan distribusi F dengan tabel Anova untuk mengetahui persamaan adalah linier atau tidak antara x1, x2, x3 secara bersama terhadap y. Hasil perhitungan distribusi F dengan Anova dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Hasil perhitungan distribusi F dengan Anova

Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1388,447 3 462,816 16,638 0,000a

Residual 1613,327 58 27,816

Total 3001,774 61

Tabel 14 menunjukkan nilai signifikansi (sig) = 0% < 5%. Jadi, persamaan adalah linier atau x1, x2, dan x3 signifikan.

Penyelidikan faktor dominan dilakukan dengan analisis regresi linier untuk masing-masing modalitas gaya belajar secara sendiri dan secara bersama-sama dalam memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa. Hasil regresi secara sendiri dan secara bersama-sama dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil regresi modalitas gaya belajar terhadap hasil belajar

Modalitas R R Square Std. Error of

the Estimate Secara sendiri Visual 0,519a 0,270 6,04440 Auditorial 0,481a 0,231 6,20154 Kinestetik 0,409a 0,167 6,45441 Secara bersama-sama 0,680a 0,463 5,27409 Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 22 Halaman 117

Tabel 15 menunjukkan besarnya kontribusi modalitas gaya belajar terhadap hasil belajar. Besar kontribusi dapat dilihat nilai R square atau R2 (koefisien determinasi). Modalitas visual memberikan kontribusi hasil belajar sebesar 0,270 = 27%, dan 73% hasil belajar dapat ditentukan oleh variabel lain. Modalitas auditorial memberikan kontribusi hasil belajar sebesar 0,231 = 23,1%,

dan 76,9% hasil belajar dapat ditentukan oleh variabel lain. Modalitas kinestetik memberikan kontribusi hasil belajar sebesar 0,167 = 16,7%, dan 83,3% hasil belajar dapat ditentukan oleh variabel lain. Jadi, modalitas visual memberikan kontribusi hasil belajar lebih dominan daripada modalitas auditorial dan kinestetik. Hasil regresi secara bersama-sama diperoleh nilai R square atau R2 = 0,463 = 46,3%, menunjukkan bahwa variasi hasil belajar dapat dijelaskan oleh modalitas visual, auditorial, dan kinestetik secara bersama-sama sebesar 46,3%. Artinya modalitas visual, auditorial, dan kinestetik secara bersama-sama memberikan kontribusi hasil belajar sebesar 46,3%, dan 53,7% hasil belajar dapat ditentukan oleh variabel lain selain ketiga tipe modalitas gaya belajar tersebut. 5. Perbandingan Gaya Belajar Siswa Putra dan Siswa Putri

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 24 siswa putra dan 38 siswa putri, dapat dilihat perbandingan dari masing-masing tipe gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Perbandingan gaya belajar siswa putra dan siswa putri dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Perbandingan gaya belajar siswa putra dan siswa putri

No Gaya Belajar Jumlah Siswa Persentase(%)

Putra Putri Putra Putri

1 Visual 12 25 19,35 40,32

2 Auditorial 10 5 16,13 8,07

3 Kinestetik 2 8 3,23 12,90

Jumlah 24 38 38,71 61,29

Tabel 16 menunjukkan gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik siswa putri lebih banyak dibandingkan dengan siswa putra, sedangkan gaya belajar auditorial siswa putra lebih banyak dibandingkan dengan siswa putri.

Setelah menghitung persentase, dilakukan uji Chi-Square untuk menguji signifikansi perbandingan antara gaya belajar siswa putra dan siswa putri. Hasil uji Chi-Square ketiga tipe gaya belajar pada siswa putra dan siswa putri dapat dilihat pada Tabel 17.

34

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 7,031a 2 0,030 Likelihood Ratio 7,032 2 0,030 Linear-by-Linear Association 0,024 1 0,877 N of Valid Cases 62

Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 23 Halaman 119

Berdasarkan Tabel 17 hasil uji Chi-Square dengan menggunakan program SPSS 18 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara gaya belajar siswa putra dan siswa putri. Nilai Chi-Square ( ) = 7,031 > 5,991 dan nilai signifikansi 0,030 = 3% < 5%.

B. Pembahasan

Hasil analisis data penelitian gaya belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja pada Mata Pelajaran IPA Biologi dikaji sesuai dengan fokus penelitian. Pembahasan difokuskan pada deskripsi gaya belajar siswa kelas VIII, korelasi antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa, dan perbandingan gaya belajar siswa putra dengan siswa putri.

1. Deskripsi Gaya Belajar Siswa

Berdasarkan cara siswa menyerap informasi, maka kategori gaya belajar yang relevan bagi siswa adalah gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik (VAK). Hal ini disebabkan karena esensi gaya belajar VAK didasarkan atas modalitas (cara termudah dari siswa untuk menyerap informasi) (Djatmika & Murwani 2008). Siswa menyerap informasi melalui tiga sensori yang terdiri dari visual, auditorial, dan kinestetik.

Kecenderungan gaya belajar ditentukan berdasarkan jumlah skor tertinggi dari angket skala gaya belajar yang diisi oleh sampel. Jika terdapat dua jumlah skor tertinggi yang sama dari dua tipe modalitas atau diperoleh jumlah skor yang sama dari ketiga tipe modalitas, maka sampel direduksi atau tidak diikutkan dalam analisis selanjutnya. Pengambilan keputusan mengenai kecenderungan gaya belajar didasarkan pada penelitian Peng (2002) bahwa dari ketiga ekstrim gaya belajar (modalitas visual, auditori, dan kinestetik), siswa mempunyai kecenderungan pada salah satu ekstrim saja.

Berdasarkan hasil observasi, beberapa siswa visual (seperti siswa SDI1 dan SDI2) teramati cenderung menyerap informasi dari gambar dan tulisan pada media powerpoint, penjelasan tertulis di papan tulis, dan suka membaca buku atau catatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Gunawan (2012) bahwa siswa visual sangat mudah memahami suatu informasi yang tertulis atau dalam bentuk gambar. Hasil penelitian Mahajani (2013) juga menunjukkan bahwa gaya belajar visual mengacu pada cara yang disukai siswa untuk menyerap dan mengolah materi pelajaran dengan mudah melalui belajar dengan gambar. Ketika pembelajaran, siswa visual akan cenderung membaca catatan atau buku (seperti siswa SAI2 dan SBI3). Siswa dengan kecenderungan visual cenderung lebih suka membaca daripada dibacakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori DePorter et al. (2014) bahwa seseorang yang sangat visual memiliki ciri lebih suka membaca daripada dibacakan.

Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja, pada saat pembelajaran IPA Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup didominasi oleh gaya belajar visual. Dalam hal ini, siswa lebih menggunakan modalitas sensori visual (penglihatan) daripada modalitas sensori auditori (pendengaran) maupun sensori kinestetik (gerakan). Hal ini relevan dengan hasil penelitian Iriani & Leni (2013) bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kerinci cenderung memiliki gaya belajar visual sebanyak 10 siswa (43,48%), dan 9 siswa (39,13%) memiliki gaya belajar auditorial, serta 4 siswa (17,39%) memiliki gaya belajar kinestetik.

Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja sebagian besar memiliki gaya belajar visual. Hal ini disebabkan oleh materi pembelajaran yang disajikan, yaitu dalam bentuk tulisan, gambar, atau diagram. Selama pembelajaran, guru merangsang modalitas sensori siswa dengan menampilkan tulisan, gambar, dan warna, sehingga aspek visual siswa lebih banyak dilibatkan dibanding aspek auditori dan kinestetik. Oleh karena itu, sensori visual siswa lebih mendapatkan rangsangan daripada modalitas sensori yang lain. Organ penglihatan juga lebih cepat menerima informasi dibandingkan organ pendengaran dan gerak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rijal & Bachtiar (2015) bahwa nilai persentase 42% pada tipe visual menunjukkan kecenderungan siswa

36

menitikberatkan ketajaman penglihatan dalam proses pembelajaran biologi. Pelajaran biologi meliputi materi berupa gambar seperti struktur sel, jaringan dan organ tubuh tumbuhan, hewan maupun manusia. Sesuai dengan hasil penelitian Khmakhien (2012) bahwa bidang studi adalah faktor yang paling signifikan mempengaruhi pilihan gaya belajar.

Berdasarkan hasil angket, karakteristik tipe visual yang paling menonjol adalah lebih mudah memproses informasi dalam bentuk tampilan visual seperti instruksi tertulis, catatan, diagram, dan gambar, terbukti sebanyak 61 siswa menjawab ―Ya‖ (item nomor 2). Semakin siswa intensif memahami materi melalui media gambar, maka semakin kuat kecenderungan siswa untuk menyerap informasi yang disajikan dalam media gambar. Sesuai dengan teori DePorter et al.

(2014) bahwa modalitas visual mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. Seseorang yang sangat visual memiliki ciri-ciri mengingat informasi dengan gambar.

Berdasarkan hasil observasi, beberapa siswa auditorial (seperti siswa SDA6 dan SGA1) teramati mendengarkan dengan seksama apa yang dijelaskan guru, memperhatikan presentasi teman, menggerakkan bibir dan bersuara saat membaca. Hal ini disebabkan siswa auditorial lebih tertarik menggunakan indera pendengaran daripada indera penglihatan maupun sentuhan. Sesuai dengan teori DePorter et al. (2014) bahwa seseorang dengan gaya belajar auditorial cenderung belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir dan bersuara saat membaca.

Siswa bergaya belajar auditorial cenderung menyerap informasi dengan mendengarkan materi yang disampaikan guru, penjelasan lisan dari guru maupun teman sebangku, dan mengingat materi melalui presentasi di depan kelas dengan bahasa yang mudah dipahami siswa. Karakteristik gaya belajar auditorial menurut penelitian Mahajani (2013) adalah cara yang dipilih siswa untuk menyerap dan mengolah materi melalui mendengarkan penjelasan guru. Selain mendengarkan penjelasan guru dan teman dengan seksama, siswa auditorial juga membaca dengan keras ketika mempelajari materi. Hasil penelitian ini relevan dengan Gunawan (2012) bahwa pelajar auditorial mengekspresikan diri melalui suara,

baik melalui komunikasi internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain.

Ketika siswa auditorial mendapatkan rangsangan berupa pertanyaan, siswa yang aktif akan cenderung langsung menjawab secara lisan tetapi tidak mencari jawaban di buku maupun membaca catatan terlebih dahulu (seperti siswa SBA1). Hal ini menunjukkan siswa auditorial lebih cenderung menggunakan modalitas sensori auditorinya daripada kinestetik maupun visual. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bradway & Hill (2003) bahwa siswa auditorial lebih mengutamakan suara dan kata atas informasi yang diberikan dibandingkan pandangan maupun sentuhan.

Siswa dengan tipe auditorial sebanyak 24,19% dari total 62 siswa, karena selain gambar materi biologi juga meliputi konsep yang berkaitan dengan definisi-definisi seperti pengertian pertumbuhan dan perkembangan, perkecambahan, metamorfosis dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk menyerap materi biologi, siswa harus melibatkan telinga untuk mendengarkan penjelasan guru secara lisan. Berdasarkan hasil angket, karakteristik tipe auditorial yang paling menonjol adalah lebih mudah memproses informasi bentuk nonvisual seperti penjelasan lisan, diskusi, dan menyimak apa yang orang lain katakan, terbukti sebanyak 60 siswa menjawab ―Ya‖ (item nomor 5). Semakin siswa intensif mendengarkan dengan seksama apa yang dijelaskan guru, maka semakin kuat kecenderungan siswa untuk menyerap informasi yang disampaikan secara lisan. Sesuai dengan teori Mahajani (2013) gaya belajar auditorial adalah cara yang dipilih siswa untuk menyerap dan mengolah materi melalui mendengarkan penjelasan guru.

Siswa kinestetik lebih menyukai tugas berupa proyek terapan (Sari 2014). Berdasarkan hasil angket, siswa bergaya belajar kinestetik cenderung menyukai tugas percobaan atau praktikum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik paling rendah (16,13%) dibandingkan visual dan auditorial. Hal ini dikarenakan guru kurang memberikan pengalaman langsung praktikum atau demonstrasi pada pembelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 1 Boja. Berdasarkan hasil penelitian Rijal & Bachtiar (2015) siswa kinestesik di SMA Negeri 1 Ajangale sebesar 17%, hal ini disebabkan biologi

38

juga meliputi materi praktikum yang dalam prosesnya melibatkan organ gerak (motorik) siswa.

Berdasarkan hasil observasi, siswa kinestetik sering berdiri dan berpindah tempat duduk ketika mengikuti pembelajaran IPA Biologi (seperti siswa SEA4). Hal ini disebabkan karena siswa merasa bosan ketika belajar dengan duduk tenang sehingga ingin menggerakkan anggota tubuhnya agar lebih nyaman. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mahajani (2013) bahwa konsentrasi siswa dengan gaya belajar kinestetik dipengaruhi oleh posisi duduk di kelas. Sebagian besar siswa sering tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar apabila duduk diam terlalu lama.

Siswa kinestetik (seperti siswa SCI4) teramati sering menyentuh teman satu bangkunya ketika mengikuti pembelajaran IPA Biologi. Siswa kinestetik (seperti siswa SGI1) teramati cenderung mencoba menunjuk tulisan dengan jari ketika membaca tulisan di buku. Merujuk pada ciri-ciri yang diuraikan DePorter

et al. (2014), seseorang yang sangat kinestetik sering menyentuh orang dan menunjuk tulisan saat membaca.

Jumlah siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih rendah (16,13%) dibandingkan dengan gaya belajar visual (59,68%) dan auditorial (24,19%). Hal ini dikarenakan pada saat dilakukan observasi di kelas dan berdasarkan catatan lapangan diketahui guru cenderung menampilkan tulisan dan gambar melalui media powerpoint serta ceramah. Siswa tidak dibimbing untuk melakukan praktik secara langsung pada pembelajaran IPA Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup, namun hanya diberikan sebagai tugas rumah secara individu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ibad (2011) bahwa gaya belajar visual dan auditorial memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya belajar kinestetik.

Berdasarkan hasil angket, karakteristik tipe kinestetik yang paling menonjol adalah lebih mudah menyaring intisari materi pembelajaran sebelum membacanya secara detail, terbukti dengan 64 siswa menjawab ―Ya‖ (item nomor 37). Semakin siswa intensif mencatat poin-poin materi yang disampaikan, maka semakin kuat kecenderungan siswa untuk menyerap informasi melalui kegiatan

mencatat/ menulis. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Peng (2002) bahwa gaya belajar kinestetikmenikmati bekerja menggunakan tangan.

Berdasarkan hasil penelitian, siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja mempunyai gaya belajar visual sebanyak 59,68%, siswa auditorial 24,19%, dan siswa kinestetik 16,13%. Pola ini dapat disebabkan karena berbagai faktor seperti

Dokumen terkait