GAYA BELAJAR SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 BOJA
PADA MATA PELAJARAN IPA BIOLOGI
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Faizatin Qisthi Maula
4401412045
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul ―Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Boja pada Mata Pelajaran IPA Biologi‖ disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan dari karya yang diterbitkan telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam
program sejenis di perguruan tinggi manapun.
Semarang, 13 November 2016
Faizatin Qisthi Maula
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Boja pada Mata Pelajaran IPA
Biologi
disusun oleh
Faizatin Qisthi Maula
4401412045
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Universitas
Negeri Semarang pada tanggal 20 Desember 2016.
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt. Dra. Endah Peniati, M.Si.
NIP 196412231988031001 NIP 196511161991032001
Penguji Utama
Dr. Siti Alimah, S.Pd., M.Pd.
NIP 197411172005012002
Anggota Penguji/ Pembimbing I Anggota Penguji/ Pembimbing II
Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. Dr. drh. R. Susanti, M.P.
iv
ABSTRAK
Maula, Faizatin Qisthi. 2017. Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Boja pada Mata Pelajaran IPA Biologi. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. dan Dr. drh. R. Susanti, M.P.
Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang menentukan hasil belajar dan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gaya belajar siswa, menentukan korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar, serta membandingkan antara gaya belajar siswa putra dan siswa putri kelas VIII pada mata pelajaran IPA Biologi di SMP Negeri 1 Boja.
Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja Tahun Ajaran 2016/ 2017 sebanyak 228 siswa, sedangkan sampel penelitian terdiri atas siswa putra sebanyak 28 siswa dan siswa putri sebanyak 42 siswa, yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Metode penelitian menggunakan pendekatan Mixed Methods, untuk mendeskripsikan gaya belajar siswa dilakukan penelitian kualitatif, sedangkan untuk menentukan koefisien korelasi gaya belajar dan perbandingan gaya belajar siswa putra dengan siswa putri dilakukan penelitian kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode angket, observasi, dan dokumentasi. Analisis data meliputi analisis deskriptif persentase, analisis Pearson, analisis regresi linier, dan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan siswa kelas VIII yang mempunyai gaya belajar tipe visual 59,68% (37 siswa), auditorial 24,19% (15 siswa), dan kinestetik 16,13% (10 siswa). Hasil analisis Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga tipe gaya belajar siswa dengan hasil belajar biologi, dengan koefisien korelasi berturut-turut sebesar 0,519; 0,481; dan 0,409. Hasil regresi linier modalitas visual memberikan kontribusi hasil belajar biologi lebih tinggi (27%) dibandingkan auditorial (23,1%) dan kinestetik (16,7%). Gaya belajar visual dimiliki oleh 19,35% siswa putra dan 40,32% siswa putri. Gaya belajar auditorial dimiliki oleh 16,13% siswa putra dan 8,06% siswa putri. Gaya belajar kinestetik dimiliki oleh 3,23% siswa putra dan 12,90% siswa putri.
Simpulan penelitian ini adalah gaya belajar visual pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja lebih dominan daripada auditorial maupun kinestetik dan terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga tipe gaya belajar dengan hasil belajar. Jumlah siswa putra dengan gaya belajar visual dan kinestetik lebih rendah dibandingkan siswa putri, sedangkan jumlah siswa putra dengan gaya belajar auditorial lebih tinggi dibandingkan siswa putri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gaya belajar sangat penting diperhatikan. Oleh karena itu, guru perlu mengakomodasikan berbagai macam metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam pembelajaran IPA Biologi, sehingga siswa dapat memaksimalkan gaya belajar yang dimiliki.
v
MOTTO
Manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan
dikerjakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian
mereka wajib berusaha.
Bila kita merasa letih berbuat kebaikan, maka ingatlah sesungguhnya letih
itu akan hilang dan kebaikan akan kekal (Umar Bin Khattab).
PERSEMBAHAN
Untuk Bapak dan Ibuku tercinta, Bapak Riyanto Nurfaidlin dan Ibu
Wasnirah, kedua orang tua yang senantiasa memberikan cinta kasih
sayang, mendukung dan mendoakan setiap langkahku.
Untuk Adik-adikku tercinta, Muzhhar Nur Alfy dan Farih Indi Rif’atin.
Untuk guru-guruku.
Untuk almamaterku Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ―Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Boja pada Mata Pelajaran IPA Biologi‖. Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi tidak lepas dari peran berbagai pihak yang
mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
menyelesaikan Studi Strata 1 Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan
kemudahan administrasi kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan administrasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Dr. drh. R.
Susanti, M.P. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, saran, serta bimbingan dengan penuh semangat dan kesabaran.
5. Dr. Siti Alimah, S.Pd., M.Pd. sebagai penguji skripsi yang telah memberikan
saran dan masukan yang sangat berguna kepada penulis untuk penyempurnaan
skripsi ini.
6. Yogi Swaraswati, S.Psi., M.Si. selaku dosen validator yang telah memberikan
pengarahan, saran, serta bimbingan dengan penuh semangat dan kesabaran.
7. Dr. Nur Kusuma Dewi, M.Si. selaku dosen wali penulis yang telah sabar
memberikan saran dan motivasi luar biasa kepada penulis.
8. Drs. Agus Chrismoro, M.Pd. selaku kepala sekolah, Wahyu Raharjanti, S.Pd.
dan Hadi Nur Putra, S.Pd. selaku guru IPA, serta siswa kelas VIII SMP Negeri
1 Boja Tahun Ajaran 2016/ 2017 yang telah berkenan bekerjasama dengan
peneliti dalam melaksanakan penelitian, dan memberikan doa serta motivasi
vii
9. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Wasnirah dan Bapak Riyanto Nurfaidlin, adikku tersayang Muzhhar Nur Alfy dan Farih Indi Rif’atin serta keluarga besar yang senantiasa memberikan doa, inspirasi, semangat, kesabaran, dan
kasih sayang tiada henti kepada penulis.
10.Orang-orang terdekatku Aisyah, Dyah, Erlita, Melisa, Susi Widiyanti,
Farkhana, Zilah, mbak Ziyah, Susi Lestari, Vina, Nadya, Evi W. Keluarga
besar kos Ibu Sutipah, ibu kos, mbak Puput, Dzakira, Aisyah, dek Marlina,
dek Listi, dek Taqi, dek Ariesta, dek Nifa, dek Uul, dek Ratih.
Sahabat-sahabatku, Indah, Lia, Gati, Bambang, Rista, Dodo. Keluarga besar Pramuka
SMA Negeri 2 Brebes Patdhien Angkatan 2010/ 2011.
11.Pihak-pihak lain yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Tiada satupun balasan yang mampu penulis berikan, hanya doa setulus hati ―Semoga Allah senantiasa memberikan karunia dan rahmat-Nya‖.
Kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi peneliti lain.
Semarang, 13 Desember 2016
viii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Penegasan Istilah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Gaya Belajar ... 6
B. Jenis Kelamin ... 12
C. Hasil Belajar IPA Biologi ... 13
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 15
B. Populasi dan Sampel ... 15
C. Fokus Penelitian ... 15
D. Jenis Penelitian ... 16
E. Prosedur Penelitian ... 16
F. Data, Metode, dan Instrumen Penelitian ... 17
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 19
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 26
B. Pembahasan ... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbedaan gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik ... 10
2 Data penyebaran anggota sampel siswa kelas VIII ... 15
3 Data, metode pengumpulan data, dan instrumen ... 17
4 Hasil analisis validitas instrumen uji coba ... 20
5 Kategori nilai persentase tingkat kecenderungan gaya belajar siswa kelas VIII ... 22
6 Pembandingan hasil angket, observasi, dan penilaian sejawat terhadap gaya belajar 70 siswa ... 26
7 Distribusi frekuensi gaya belajar siswa kelas VIII yang diukur melalui angket ... 27
8 Ringkasan hasil observasi berdasarkan tipe gaya belajar ... 28
9 Rekapitulasi hasil penilaian sejawat ... 28
10 Skor modalitas gaya belajar dan hasil belajar siswa ... 29
11 Hasil uji linieritas masing-masing modalitas gaya belajar dengan hasil belajar biologi ... 30
12 Hasil uji korelasi modalitas gaya belajar siswa dengan hasil belajar biologi ... 31
13 Persamaan regresi ... 31
14 Hasil perhitungan distribusi F dengan Anova ... 32
15 Hasil regresi modalitas gaya belajar terhadap hasil belajar ... 32
16 Perbandingan gaya belajar siswa putra dan siswa putri ... 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Kisi-kisi instrumen angket, observasi, dan penilaian sejawat .... 52
2 Angket kecenderungan gaya belajar penilaian Visual-Auditorial-Kinestetik ... 53
3 Penilaian sejawat kecenderungan gaya belajar Visual-Auditorial-Kinestetik ... 59
4 Lembar observasi gaya belajar siswa kelas VIII ... 62
5 Tabulasi hasil uji coba instrumen ... 63
6 Hasil perhitungan validitas instrumen gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ... 65
7 Hasil perhitungan reliabilitas instrumen gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ... 67
8 Lembar hasil gaya belajar siswa ... 68
9 Tabulasi hasil angket kecenderungan gaya belajar siswa ... 72
10 Lembar observasi gaya belajar siswa ... 74
11 Tabulasi hasil observasi gaya belajar siswa ... 77
12 Rekapitulasi hasil observasi kecenderungan gaya belajar siswa kelas VIII ... 83
13 Catatan lapangan ... 85
14 Lembar hasil penilaian sejawat ... 97
15 Tabulasi hasil penilaian sejawat ... 99
16 Rekapitulasi pembandingan data kecenderungan gaya belajar siswa kelas VIII ... 101
17 Hasil uji normalitas data hasil belajar siswa ... 103
18 Hasil uji homogenitas data hasil belajar siswa ... 104
19 Hasil uji linieritas ... 105
20 Data korelasi gaya belajar dengan hasil belajar siswa ... 107
21 Hasil perhitungan korelasi gaya belajar dengan hasil belajar siswa ... 116
xii
23 Hasil uji Chi-Square ... 119
24 Dokumentasi ... 120
25 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 122
26 Surat penetapan dosen pembimbing ... 123
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran IPA di sekolah dapat memberikan pengalaman yang
bermakna melalui kegiatan pengamatan terhadap fenomena atau kejadian dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Rahayu et al. (2012) proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran IPA tidak sebatas teori-teori yang dituliskan, karena hakikat dari
pembelajaran IPA adalah penemuan, bukan penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja.
Pembelajaran IPA mengembangkan kompetensi melalui keterampilan
proses penyelidikan yang dapat menjawab pertanyaan berbagai masalah nyata
yang memerlukan pembuktian secara ilmiah. Menurut Supriatun (2014) keterampilan proses penyelidikan adalah proses ―mencari tahu‖ dan ―berbuat‖ yang meliputi kegiatan mengamati, mengukur, mengajukan pertanyaan, membuat
hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, menggunakan
alat sederhana, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis data, serta
mengkomunikasikan hasil melalui berbagai cara, yaitu dengan gambar, tulisan,
lisan, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang tepat agar dapat memenuhi kriteria pembelajaran IPA yang
seharusnya serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil observasi selama Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
pada bulan Agustus-Oktober 2015 dan hasil wawancara dengan guru IPA,
pembelajaran di SMP Negeri 1 Boja lebih sering menggunakan metode ceramah,
sedangkan pembelajaran praktikum di laboratorium dan pembelajaran dengan
menggunakan media seperti video di ruang multimedia sangat jarang dilakukan.
Penggunaan metode ceramah tentu hanya cenderung merangsang auditori siswa,
2
pada bulan Maret 2016 dengan siswa SMP Negeri 16 Semarang, guru hanya
memberikan tugas berupa soal-soal dan laporan praktikum yang tidak
dipresentasikan di depan kelas. Demikian pula dengan siswa SMP Negeri 13
Semarang memberikan informasi bahwa pemberian tugas oleh salah satu guru
kelas VIII hanya berbentuk mengerjakan soal dan merangkum materi pelajaran,
serta pembelajarannya hanya menggunakan metode ceramah. Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 1 Boja, sedangkan wawancara sebagai data awal
dilaksanakan pada siswa SMP Negeri 16 Semarang dan SMP Negeri 13 Semarang
dengan pertimbangan memiliki kesamaan dalam hal kurikulum, metode
pembelajaran, dan fasilitas belajar.
Seberapa besar pesan pembelajaran yang terserap oleh siswa bergantung
pada metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Jika guru
menerapkan metode dan media yang hanya merangsang auditori siswa, maka
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan melalui metode dan media
tersebut belum optimal. Semakin guru berusaha merangsang sistem sensori siswa
yang meliputi aspek auditori (pendengaran), visual (penglihatan), dan kinestetik
(sentuhan atau gerakan), maka pemahaman siswa terhadap materi pelajaran akan
semakin optimal. Hasil penelitian Rufiana (2013) menunjukkan bahwa pesan
pembelajaran yang terserap oleh siswa sekitar 27,5 % dengan metode dan media
yang hanya menyentuh aspek auditorial seperti metode ceramah dan media radio,
serta sekitar 81,25 % dengan metode dan media yang menyentuh aspek visual dan
auditorial, seperti metode ceramah dan media Liquid Cristal Display (LCD). Hasil belajar berhubungan dengan interaksi antara model atau strategi
pembelajaran dan kondisi pengajaran yang di dalamnya termasuk karakteristik
siswa. Menurut Windiatmojo (2012) pemilihan model atau strategi pembelajaran
tidak hanya disesuaikan dengan materi yang diajarkan, tetapi harus
mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik siswa. Salah satu karakteristik
siswa yang sangat mendukung pencapaian hasil belajar adalah gaya belajar.
Gaya belajar merupakan kemampuan seseorang untuk menyerap, dan
kemudian mengelola pengetahuan atau informasi dalam rangka mencapai prestasi
belajar visual melalui apa yang dilihat, auditori melalui apa yang didengar, dan
kinestetik melalui gerak dan sentuhan (Gunawan 2012). Ada siswa yang memilih
belajar dengan melihat, ada siswa yang memilih belajar dengan mendengarkan,
dan ada siswa yang lebih memilih belajar dengan gerakan. Hal ini menunjukkan
bahwa cara siswa dalam memilih gaya belajar berbeda-beda.
Gaya belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah
jenis kelamin. Berdasarkan penelitian Sarry (2011) terdapat hubungan yang
signifikan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar dan antara gaya belajar
dengan prestasi belajar. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin
dan gaya belajar terhadap prestasi belajar.
Hasil penelitian Rijal & Bachtiar (2015) menunjukkan bahwa tipe gaya
belajar siswa di SMA Negeri 1 Ajangale didominasi oleh tipe visual sebanyak 90
siswa atau 42%. Nilai persentase 42% pada tipe visual menunjukkan
kecenderungan siswa menitikberatkan ketajaman penglihatan dalam proses
pembelajaran biologi. Pelajaran biologi meliputi materi berupa bentuk dan
susunan seperti struktur sel, jaringan dan organ tubuh tumbuhan, hewan maupun
manusia. Organ penglihatan juga jauh lebih cepat menerima informasi
dibandingkan organ pendengaran dan gerak.
Hasil observasi dan wawancara di SMP Negeri 1 Boja, SMP Negeri 16
Semarang, dan SMP Negeri 13 Semarang menunjukkan bahwa pemberian tugas
oleh guru belum disesuaikan dengan gaya belajar yang dimiliki setiap siswa,
karena cenderung hanya melibatkan salah satu aspek sensori saja. Hal ini akan
mempersulit siswa untuk mengarahkan gaya belajarnya sehingga pencapaian hasil
belajar kurang maksimal. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi gaya belajar
yang dimiliki siswa ditinjau dari jenis kelamin pada siswa SMP kelas VIII. Hal ini
akan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode
pembelajaran, teknik pemberian tugas terstruktur atau jenis bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan, gaya belajar, dan jenis kelamin siswa sehingga diharapkan
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimana gaya belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPA Biologi di
SMP Negeri 1 Boja Tahun Ajaran 2016/ 2017?
2. Apakah ada korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPA
Biologi?
3. Bagaimana perbandingan antara gaya belajar siswa putra dan siswa putri?
C. Penegasan Istilah
Penegasan istilah diperlukan untuk menghindari kesalahan penafsiran
istilah berikut ini.
1. Gaya Belajar
Gaya belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah kecenderungan
cara siswa menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang berdasarkan pada
modalitas belajar terdiri dari tiga tipe gaya belajar yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik. Setiap orang mempunyai kecenderungan terhadap salah satu gaya
belajar yang mendominasi (DePorter et al. 2014). 2. Hasil Belajar IPA Biologi
Hasil belajar biologi adalah usaha mencapai ketuntasan belajar sesuai
kompetensi dasar yang telah diuraikan menjadi tujuan-tujuan pembelajaran
biologi dalam hal ini dibatasi pada tujuan pendidikan dalam aspek kognitif (Halim
2012). Hasil belajar dalam penelitian ini adalah dua nilai hasil ulangan IPA
Biologi Kelas VIII pada semester ganjil Tahun Ajaran 2016/ 2017.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan gaya belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPA
Biologi di SMP Negeri 1 Boja Tahun Ajaran 2016/ 2017.
2. Menentukan korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPA
Biologi.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan bimbingan konseling di sekolah dengan memperhatikan gaya belajar
siswa Visual, Auditorial, dan Kinestetik (VAK).
1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengidentifikasi teknik atau cara belajar dalam rangka meningkatkan efektivitas
belajar siswa sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki.
2. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar bagi guru untuk
dapat mendukung proses pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan hasil
belajar siswa.
Selain itu, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
menentukan strategi mengajar dan pemberian tugas yang sesuai dengan gaya
belajar siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengetahuan tentang
gaya belajar siswa ditinjau dari jenis kelamin yang diakomodasikan dengan
pembelajaran di kelas, serta dapat dijadikan sebagai pengalaman dalam penentuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Gaya Belajar
Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari cara seseorang menyerap,
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter & Henarcki 2004).
Gaya dalam proses belajar disebut sebagai gaya belajar. Setiap orang memiliki
gaya belajar yang berbeda dengan gaya belajar orang lain. Menurut Budiardjo
(2008) gaya belajar terbentuk dari bagaimana seseorang mengolah informasi.
Pengolahan informasi ditentukan oleh dua aspek yang sama pentingnya, yaitu
kebiasaan seseorang dalam belajar dan kebiasaan seseorang berinteraksi dengan
informasi dan orang lain.
Menurut Gunawan (2012) gaya belajar adalah cara yang lebih disukai
dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Misalnya untuk mempelajari tanaman, seseorang lebih suka menonton video,
mendengarkan ceramah, membaca buku atau bekerja langsung di perkebunan.
Gaya belajar merupakan modalitas belajar seseorang yang ―built up‖
sejak manusia lahir. Ketiga modalitas belajar VAK apabila dimaksimalkan akan
berharga (Hasrul 2009). Modalitas belajar adalah suatu cara bagaimana otak
menyerap informasi yang masuk melalui panca indera secara optimal (Tanta
2010). Penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak modalitas yang dilibatkan
secara bersamaan, belajar akan semakin hidup, berarti, dan melekat (DePorter et al. 2014).
Gaya belajar dalam penelitian ini diukur dengan memodifikasi
karakteristik dari Peng (2002). Karakteristik gaya belajar visual antara lain: (1)
lebih mudah untuk memproses informasi dalam bentuk tampilan visual seperti
instruksi tertulis, catatan, diagram, dan gambar, dan (2) lebih sering menggunakan
catatan yang lengkap untuk menyerap informasi dan lebih mudah memahami
instruksi tertulis daripada instruksi lisan. Karakteristik gaya belajar auditorial
penjelasan lisan, diskusi, dan menyimak apa yang orang lain katakan, dan (2)
informasi tertulis kurang bermakna, hingga informasi tersebut diucapkan atau
dibaca nyaring. Karakteristik gaya belajar kinestetik antara lain: (1) lebih mudah
memproses informasi dengan melakukan gerakan (moving), mempraktikkan (doing), dan menyentuh (touching), a hands-on approach, dan menikmati bekerja menggunakan tangan, dan (2) siswa menyaring intisari materi pembelajaran
sebelum membacanya secara detail.
1. Tipe Gaya Belajar
Sejak tahun 1997, banyak upaya untuk mengenali dan mengkategorikan
cara manusia belajar dan cara memasukkan informasi ke dalam otak. Ada tujuh
cara pendekatan yang dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda, dan
dikembangkan oleh ahli dengan variasinya masing-masing. Gaya belajar VAK
merupakan pendekatan yang berdasarkan pada modalitas sensori yaitu
menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Bandler & Ginder sebagaimana dikutip oleh Gunawan (2012).
Terdapat tiga tipe gaya belajar sebagai berikut.
a. Gaya Belajar Visual
Pelajar visual bersandar pada indera penglihatan ketika menyerap
informasi. Pelajar ini tertarik kepada pemandangan yang akrab, dan mengingatkan
tanda-tanda visual seperti gerak, warna, bentuk, dan ukuran. Pelajar tipe ini
memiliki kecenderungan bawaan untuk melihat sesuatu yang kemudian tangannya
menunjuk apa yang dilihat (Bradway & Hill 2003).
Modalitas visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun
diingat. Seseorang yang sangat visual memiliki ciri-ciri antara lain: (1) teratur,
memperhatikan segala sesuatu, dan menjaga penampilan, (2) mengingat dengan
gambar dan lebih suka membaca daripada dibacakan, (3) membutuhkan gambaran
dan tujuan menyeluruh, menangkap detail serta mengingat apa yang dilihat
(DePorter et al. 2014).
Pelajar visual sangat mudah melihat atau membayangkan apa yang
dibicarakan, melihat gambar yang berhubungan dengan kata atau perasaan,
8
atau dalam bentuk gambar (Gunawan 2012). Gaya belajar visual mengacu pada
cara yang disukai siswa untuk menyerap dan mengolah materi pelajaran dengan
mudah melalui belajar dengan gambar, belajar dengan kata-kata, dan belajar
sendiri (Mahajani 2013). Pelajar visual memahami dengan baik ketika informasi
yang diterima dalam bentuk alat bantu visual, seperti picture, gambar, diagram, dan demonstrasi (Shuib & Azizan 2015).
Hasil penelitian Gilakjani (2012) menunjukkan bahwa sekitar 50% siswa
lebih suka gaya belajar visual, 35% siswa lebih suka gaya belajar auditori, 15%
siswa lebih suka gaya kinestetik untuk belajar. Hasil penelitian Iriani & Leni
(2013) menunjukkan bahwa siswa kelas VIII cenderung dengan gaya belajar
visual sebanyak 10 siswa (43,48%), 9 siswa (39,13%) memiliki gaya belajar
auditorial, dan 4 siswa (17,39%) memiliki gaya belajar kinestetik. Hasil penelitian
Mulyono et al. (2007) menunjukkan bahwa modalitas visual mendominasi sebesar 54,8%, sedangkan modalitas auditori dan kinestetik memiliki persentase yang
sama yaitu 22,6 %.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif oleh Lutfita (2014)
diperoleh gaya belajar yang paling dominan dimiliki oleh siswa adalah gaya
belajar visual dengan frekuensi 55 siswa (62,5%). Hasil penelitian Mahajani
(2013) menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki gaya belajar visual
adalah sebesar 66%, sebesar 23% memiliki gaya belajar auditori, dan sebesar 11%
memiliki gaya belajar kinestik.
Hasil penelitian Tanta (2010) gaya belajar mahasiswa secara keseluruhan
sebesar 614 (49,92 %) adalah tipe gaya belajar visual dan jumlah mahasiswa tipe
gaya belajar visual sebanyak 22 (73,33 %). Tipe gaya belajar auditori keseluruhan
sebesar 516 (41,95 %), jumlah mahasiswa tipe gaya belajar auditori sebanyak 8
(26,67 %). Tipe gaya belajar kinestetik keseluruhan sebesar 100 (8,13 %) dan
jumlah mahasiswa tipe gaya belajar kinestetik adalah 0 (0 %).
b. Gaya Belajar Auditorial
Pelajar auditorial lebih mengutamakan suara dan kata atas informasi yang
Pelajar auditorial mengekspresikan diri melalui suara, baik itu melalui komunikasi
internal dengan diri sendiri maupun eksternal dengan orang lain (Gunawan 2012).
Modalitas auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata. Seseorang
yang sangat auditorial dapat dicirikan: (1) perhatiannya mudah terpecah, (2)
berbicara dengan pola berirama, (3) belajar dengan cara mendengarkan,
menggerakkan bibir dan bersuara saat membaca, (4) berdialog secara internal dan
eksternal (DePorter et al. 2014). Menurut Mahajani (2013) gaya belajar auditorial adalah cara yang dipilih siswa untuk menyerap dan mengolah materi melalui
belajar kelompok dan mendengarkan penjelasan guru. Menurut Saleh & Faki
(2014) gaya belajar auditorial memiliki preferensi untuk transfer informasi
melalui mendengarkan, mengucapkan kata, dari diri sendiri atau orang lain, suara
dan bunyi.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Modalitas kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi. Gerakan,
koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol pada
modalitas ini. Seseorang yang sangat kinestetik sering: (1) menyentuh orang dan
berdiri berdekatan, banyak bergerak, (2) belajar dengan melakukan, menunjuk
tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik, (3) mengingat sambil berjalan dan
melihat (DePorter et al. 2014). Pelajar kinestetik sangat peka terhadap perasaan atau emosi dan pada sensasi sentuhan dan gerakan (Gunawan 2012).
Menurut penelitian Sari (2014) siswa kinestetik lebih menyukai tugas
berupa proyek terapan. Hasil penelitian Mahajani (2013) gaya belajar kinestetik
dapat dilihat bahwa konsentrasi siswa dipengaruhi oleh posisi duduk di kelas.
Sebagian besar siswa sering tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar apabila
duduk diam terlalu lama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa dapat belajar
dengan baik apabila leluasa bergerak.
Berdasarkan uraian di atas, gaya belajar seseorang dapat dibedakan
menjadi tipe gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik dengan ciri-cirinya
10
Tabel 1 Perbedaan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik
Gaya Belajar Ciri-ciri
Visual Tertarik pada pemandangan, hidupnya cenderung teratur, rapi, dan menjaga penampilan, lebih suka membaca daripada dibacakan, teliti terhadap detail, gambar, warna, bentuk, dan ukuran, mengingat apa yang dilihat (tertulis) daripada yang didengar, belajar dengan kata-kata dan belajar sendiri.
Auditorial Komunikasi internal maupun eksternal, perhatiannya mudah terpecah, berbicara dengan pola berirama, belajar dengan mendengarkan/ melalui suara, menggerakkan bibir/ melafalkan kata saat membaca, belajar melalui belajar kelompok dan mendengarkan penjelasan guru.
Kinestetik Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian, menanggapi perhatian fisik, menggunakan jari untuk menunjuk kalimat yang dibaca, menghafal dengan berjalan dan melihat, peka terhadap perasaan atau emosi, menyukai tugas proyek terapan (praktik), tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
Disarikan dari Bradway & Hill (2003), DePorter et al. (2014), Gunawan (2012), Mahajani (2013), Sari (2014)
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Gaya belajar siswa dipengaruhi berbagai variabel yang telah ditemukan
Rita Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar. Faktor-faktor tersebut menurut
DePorter & Henarcki (2004) adalah faktor fisik, faktor emosional, faktor
sosiologis, dan faktor lingkungan.
Gaya belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan fisik, berperan
dengan baik atau tidaknya fungsi anggota tubuh. Menurut Yusuf (2009)
keterampilan motorik siswa yang normal memungkinkan dapat belajar, bermain
atau bergaul dengan teman sebayanya.
Gaya belajar dapat dipengaruhi oleh keadaan emosional seseorang dalam
menyerap informasi. Apabila orang visual diminta untuk menuliskan suatu kata, orang ini akan ―merasakan‖ dulu kata tersebut baru setelah itu menuliskan kata tersebut (Gunawan 2012).
Gaya belajar juga dipengaruhi kehidupan sosialnya. Cara seseorang
bersosialisasi dan bagaimana memilih gaya hidup dapat memicu seseorang lebih
senang untuk belajar dengan berkelompok atau mandiri di rumah. Teman-teman
di sekitar tempat tinggal juga akan memberikan dampak bagaimana belajar atau
mengerjakan tugas dengan bermain atau bernyanyi dan mendengarkan musik
Pendapat lain mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gaya
belajar seseorang adalah faktor dari dalam (faktor endogen) dan faktor dari luar
(faktor eksogen). Faktor endogen seperti faktor fisik, faktor psikis, faktor
intelegensi atau kemampuan, faktor perhatian dan minat, faktor bakat, faktor
motivasi, faktor kematangan, dan faktor kepribadian. Faktor eksogen seperti
faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor lingkungan lain (Awang 2013).
Gaya belajar dipengaruhi oleh faktor keluarga. Ketika orang tua lebih
berperan mengarahkan anak dengan menyediakan ruang seluas-luasnya untuk
belajar sehingga anak kinestetik akan lebih maksimal menyerap pengetahuan
karena akan leluasa bergerak dan cepat menyelesaikan tugas (DePorter &
Henarcki 2004).
Menurut Prastiti & Pujiningsih (2014) merancang strategi pembelajaran
hendaknya memperhatikan karakteristik input seperti kecenderungan gaya belajar,
motivasi, dan faktor-faktor lain. Penting bagi dosen (guru) untuk menyadari gaya
mengajarnya agar tidak terdapat kesenjangan di antara dosen (guru) dan (maha)
siswa. Hasil penelitian Provitera & Esendal (2008) bahwa gaya belajar dan gaya
mengajar dapat bertentangan satu sama lain. Guru dan siswa akan mencapai
tujuan pembelajaran yang selaras jika guru maupun siswa dapat memahami gaya
belajar sedini mungkin.
Gaya belajar siswa juga akan dipengaruhi oleh cara atau gaya mengajar
guru di sekolah. Gaya mengajar guru akan mengikuti gaya belajar dominan guru
itu sendiri, karena gaya yang digunakan adalah gaya yang paling alamiah bagi
guru. Cara belajar yang mudah menurut guru akan digunakan sebagai parameter
dalam menentukan langkah mengajar yang efektif (Gunawan 2012).
Hasil penelitian Nurochma (2012) menunjukkan interaksi strategi
pembelajaran guided inquiry dengan gaya belajar, bahwa hasil belajar ranah kognitif kelas eksperimen lebih didominasi siswa dengan gaya belajar visual,
sedangkan hasil belajar ranah kognitif pada kelas kontrol lebih didominasi oleh
siswa dengan gaya belajar auditorial.
12
termasuk pelajar visual, maka cenderung menjadi guru yang visual. Itu terjadi
secara alamiah. Sebagian mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan
guru, tetapi mungkin banyak yang tidak.
Hasil penelitian Sari (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 33% visual,
22% auditorial, 8% kinestetik, 14% gabungan visual dan auditorial, 10%
gabungan visual dan kinestetik, dan 14% gabungan auditorial dan kinestetik.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terdapat pula beberapa mahasiswa yang
memiliki kecenderungan gabungan beberapa gaya belajar, maka sebaiknya guru
diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang menggabungkan beberapa
karakteristik gaya belajar tersebut.
B. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara
biologis sejak seseorang lahir (Mufida 2013). Tanda-tanda anatomi jenis kelamin
mulai saat embrio berusia sekitar 2 bulan (Campbell & Reece 2010).
Jenis kelamin (sex) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin tertentu. Misalnya bahwa manusia jenis kelamin laki-laki adalah manusia
yang memiliki penis, memilki jakala (kala menjing), dan memproduksi sperma.
Perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan,
memproduksi telur, memiliki vagina, dan memiliki alat menyusui (Fakih 2012).
Intelegensi antara siswa laki-laki dan perempuan tidak memiliki
perbedaan. Karena perbedaan tradisi yang dialami siswa laki-laki dan siswa
perempuan, mengakibatkan perbedaan gaya berpikir. Perempuan secara umum
benar-benar lebih baik untuk tugas auditori dan laki-laki lebih baik untuk
tugas-tugas visual (Kincher 2006). Antara laki-laki dan perempuan dapat dibedakan
dalam hal peranan dan perhatiannya terhadap sesuatu pekerjaan dan inipun
merupakan akibat dari pengaruh kultural (Ahmadi & Supriyono 2008).
Menurut Wisnuwardhani & Mashoedi (2012) perbedaan jenis kelamin
tampak juga pada komunikasi verbal. Perempuan tidak hanya berbicara dengan
cara yang berbeda dengan laki-laki, tetapi antara laki-laki dan perempuan juga
cenderung membicarakan hal-hal yang berbeda. Berdasarkan penelitian
subjek kinestetik laki-laki dan subjek kinestetik perempuan, menunjukkan
perbedaan yaitu subjek kinestetik laki-laki lebih unggul dalam melakukan visual
spasial dan subjek kinestetik perempuan lebih teliti, lebih cermat dan lebih
seksama.
C. Hasil Belajar IPA Biologi
Belajar adalah suatu proses. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih
luas, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik 2013). Hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat hubungannya dengan rumusan tujuan intruksional yang
direncanakan guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru
sebagai perancang belajar-mengajar (Arifin 2011).
Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Sukmadinata 2005).
Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar
merupakan indikator ada terdapatnya perubahan tingkah laku siswa (Hamalik
2013).
Biologi adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari
tentang makhluk hidup dan lingkungannya. Menurut Halim (2012) hasil belajar
biologi adalah usaha mencapai ketuntasan belajar sesuai kompetensi dasar yang
telah diuraikan menjadi tujuan-tujuan pembelajaran biologi dalam hal ini dibatasi
pada tujuan pendidikan dalam aspek kognitif.
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Syah (2007)
faktor internal (dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa, (2)
faktor eksternal (dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, (3)
faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi pelajaran.
Menurut Sudjana (2002) selain dipengaruhi oleh faktor kemampuan
siswa, hasil belajar juga dipengaruhi oleh motivasi belajar, minat dan perhatian,
14
Faktor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah
dengan mengenal dan memahami bahwa setiap individu adalah unik dengan gaya
belajar yang berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Semua gaya
belajar unik dan berharga (Damayanti et al. 2012). Gaya belajar yang dimiliki setiap individu sama uniknya dan sama berharganya, semua bergantung pada
individu tersebut dapat mengoptimalkan gaya belajar atau tidak.
Gaya belajar dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Penerapan
strategi pembelajaran di sekolah dalam hal ini termasuk teknik pembelajaran akan
mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Hasil penelitian Halim (2012)
menggunakan uji Scheffe diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi
dibandingkan kelompok lainnya.
Hasil penelitian Rijal & Bachtiar (2015) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif
biologi. Hasil penelitian Pujiarti (2013) menunjukkan ada hubungan positif dan
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Boja, Kabupaten Kendal.
Waktu penelitian dilaksanakan pada Tahun Ajaran 2016/ 2017.
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja Tahun
Ajaran 2016/ 2017 sebanyak 228 siswa (7 kelas), dengan jumlah siswa putra
sebanyak 89 siswa dan jumlah siswa putri sebanyak 139 siswa. Penempatan siswa
pada kelas VIII SMP Negeri 1 Boja dilakukan secara acak oleh pihak sekolah
tanpa didasarkan atas peringkat dan nilai. Dengan demikian, diasumsikan bahwa
kelas VIII SMP Negeri 1 Boja merupakan kelas homogen. Oleh karena itu, teknik
pengambilan sampel menggunakan stratified random sampling berdasarkan jenis kelamin dan kuota sampai jumlah yang diinginkan (Sugiyono 2013). Sampel
penelitian diambil sebanyak 30%, sehingga jumlah total sampel 70 siswa terdiri
atas siswa putra sebanyak 28 siswa dan siswa putri sebanyak 42 siswa. Jumlah
anggota sampel dari setiap kelas ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data penyebaran anggota sampel siswa kelas VIII
No. Kelas
Populasi Sampel
Siswa Putra
Siswa Putri
Siswa Putra
Siswa Putri
1 VIII A 14 20 4 6
2 VIII B 14 20 4 6
3 VIII C 14 20 4 6
4 VIII D 12 20 4 6
5 VIII E 12 20 4 6
6 VIII F 12 20 4 6
7 VIII G 11 19 4 6
Jumlah 89 139 28 42
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian diarahkan pada:
16
2. Korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar pada Mata Pelajaran
IPA Biologi di SMP Negeri 1 Boja.
3. Perbandingan tipe gaya belajar pada siswa putra dan siswa putri.
D. Jenis Penelitian
Metode penelitian menggunakan pendekatan Mixed Methods, untuk mendeskripsikan gaya belajar siswa dilakukan penelitian kualitatif, sedangkan
untuk menentukan koefisien korelasi gaya belajar dan perbandingan gaya belajar
siswa putra dengan siswa putri dilakukan penelitian kuantitatif.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan 2 tahap:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah menentukan
kisi-kisi skala gaya belajar dengan indikator/ karakteristik yang mencerminkan
masing-masing gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik yang terlampir pada
Lampiran 1. Gaya belajar dalam penelitian ini diukur dengan memodifikasi
karakteristik dari Peng (2002).
Kemudian, mengembangkan instrumen penelitian yaitu skala
kecenderungan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik berupa pernyataan.
Setelah itu, dilakukan validasi skala gaya belajar melalui validasi ahli (judgment experts) dan dilanjutkan penelitian pendahuluan untuk menguji validitas dan reliabilitas skala kecenderungan gaya belajar.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian ini adalah
pengambilan data dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Melakukan observasi gaya belajar siswa pada pembelajaran IPA Biologi materi ―Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup‖ di masing -masing kelas. Kelas VIII diampu oleh 2 guru yang berbeda, namun
menggunakan metode pembelajaran yang sama, sehingga diasumsikan tidak
b. Membagikan angket gaya belajar ke siswa yang menjadi sampel penelitian
dan menyebarkan angket penilaian teman sejawat ke siswa yang berperan
sebagai observer.
c. Pengisian angket kecenderungan gaya belajar oleh sampel dan pengisian
skala penilaian teman sejawat oleh siswa yang berperan sebagai observer.
d. Mengumpulkan angket kecenderungan gaya belajar dan skala penilaian
sejawat yang sudah dijawab siswa.
e. Tabulasi hasil jawaban angket kecenderungan gaya belajar dari siswa.
f. Skoring angket dari hasil jawaban skala kecenderungan gaya belajar.
g. Penarikan kesimpulan kecenderungan gaya belajar siswa.
h. Mengambil data dua nilai hasil ulangan IPA Biologi kelas VIII pada semester
ganjil Tahun Ajaran 2016/ 2017 dari guru IPA secara dokumenter.
i. Melakukan analisis data gaya belajar dan jenis kelamin secara deskriptif
persentase, untuk menganalisis korelasi antara masing-masing gaya belajar
dengan hasil belajar siswa dilakukan uji korelasi Pearson, serta untuk menguji perbandingan antara gaya belajar siswa putra dan siswa putri
dilakukan uji Chi-Square.
F. Data, Metode, dan Instrumen Penelitian
Data, metode pengumpulan data, dan instrumen, secara rinci dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 Data, Metode Pengumpulan Data, dan Instrumen
No. Jenis Data Skala Data Metode Instrumen Metode
Analisis 1. Nilai Gaya
Belajar
Interval Angket Lembar angket Deskriptif
persentase Observasi Lembar observasi
2. Hasil Belajar Interval Dokumentasi Daftar nilai hasil ulangan IPA Biologi materi pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup
Uji Korelasi
Pearson, Uji Regresi Linier
3. Jenis Kelamin Nominal Dokumentasi Dokumen data siswa SMP Negeri 1 Boja
Deskriptif persentase, Uji
18
Data diambil dari siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja melalui metode
pengambilan data, meliputi:
a. Metode Angket (Kuesioner)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kecenderungan
gaya belajar siswa. Kuesioner pada penelitian ini ditinjau dari segi siapa yang
menjawab merupakan jenis kuesioner langsung dan ditinjau dari segi cara
menjawab merupakan jenis kuesioner tertutup.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu alat ukur tentang gaya belajar siswa
berupa angket yang disebut sebagai Kecenderungan Gaya Belajar Penilaian
Visual-Auditorial-Kinestetik yang secara berturut-turut ditunjukkan pada
Lampiran 2. Selain itu, terdapat instrumen penilaian teman sejawat untuk
mendapatkan data mengenai pernyataan yang tidak bisa diukur atau dinilai oleh
siswa (sampel) itu sendiri, sehingga diperlukan instrumen penilaian yang
dilakukan oleh teman satu kelasnya dan berperan sebagai observer. Angket
penilaian sejawat Kecenderungan Gaya Belajar Penilaian
Visual-Auditorial-Kinestetik secara berturut-turut ditunjukkan pada Lampiran 3. Penelitian ini
menggunakan angket dalam bentuk skala Guttman berupa pernyataan yang jawabannya hanya ada dua alternatif (dikotomi) yaitu ―ya‖ atau ―tidak‖. Skor jawaban ―ya‖ diberi skor 1 dan ―tidak‖ diberi skor 0 (Sugiyono 2013).
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan untuk pengambilan data tentang jenis
kelamin siswa dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA Biologi. Hasil belajar
siswa diperoleh dari dua nilai ulangan IPA Biologi kelas VIII pada semester ganjil
Tahun Ajaran 2016/ 2017.
c. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk pengambilan data tentang gaya belajar
siswa pada pembelajaran IPA Biologi. Metode ini dilaksanakan dengan
mengamati gaya belajar setiap sampel penelitian pada saat pembelajaran biologi
G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum disebarkan pada anggota sampel, angket terlebih dahulu
diujicobakan kepada siswa dengan tujuan untuk validasi instrumen gaya belajar
pada Lampiran 1. Pengujian ini sebagai pemenuhan syarat validitas dan
reliabilitas.
1. Validitas Instrumen
Penentuan validitas konstruk menggunakan pendapat ahli (judgment experts). Setelah pengujian konstruk dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan, maka dilanjutkan dengan uji coba instrumen. Jumlah sampel
uji coba sebanyak 70 siswa. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas
konstruksi dilakukan dengan analisis faktor (Sugiyono 2013).
Uji validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment
dengan bantuan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 18 (Arikunto 2013) sebagai berikut.
= √{ – }
Keterangan:
= Koefisien korelasi skor item dengan skor total N = Jumlah responden
X = Skor setiap item Y = Skor total responden ∑X = Jumlah skor setiap item ∑Y = Jumlah skor total responden ∑X2
= Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 = Jumlah kuadrat skor total responden
Kriteria: Jika rxy > rtabel dengan taraf signifikan 5% atau nilai signifikansi < 5%,
maka item valid.
Hasil analisis validitas instrumen dengan menggunakan korelasi Product Moment sebanyak 55 item yang diujicobakan pada siswa kelas VIII sejumlah 70 siswa, dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
20
Gaya Belajar Kriteria Nomor Soal Jumlah
Visual Valid 1, 4, 13, 14, 15, 16, 26, 27, 38, 40, 41, 42, 47 13 item
Tidak Valid 2, 3, 28, 29, 39 5 item
Auditorial Valid 5, 6, 7, 19, 20, 30, 31, 32, 33, 43, 45, 46, 48, 49, 50, 51
16 item
Tidak Valid 8, 17, 18, 44 4 item
Kinestetik Valid 10, 11, 12, 21, 22, 23, 24, 34, 36, 52, 53, 54, 55
13 item
Tidak Valid 9, 25, 35, 37 4 item
Total Valid 42 item
Tidak Valid 13 item
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 6 Halaman 65
Berdasarkan Tabel 4 sejumlah 42 item valid digunakan sebagai
instrumen, sedangkan 13 item tidak valid tidak digunakan sebagai instrumen.
2. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha dengan bantuan program SPSS 18 (Arikunto 2013) sebagai berikut.
= Keterangan:
= Reliabilitas instrumen n = Banyaknya butir pernyataan
= Jumlah varian skor tiap-tiap item = Varian total
Kriteria: Jika r11 > rtabel, maka instrumen reliabel dan sebaliknya jika r11 < rtabel,
maka instrumen tidak reliabel. Sebagai pedoman interpretasi tentang berapa tinggi
koefisien reliabilitas digunakan klasifikasi sebagai berikut (Arikunto 2013).
0,800 – 1,00 = Sangat tinggi
0,600 – 0,800 = Tinggi
0,400 – 0,600 = Cukup
0,200 – 0,400 = Rendah
0,00 – 0,200 = Sangat Rendah
Setelah memperoleh data hasil uji coba instrumen, maka dilakukan
bantuan program SPSS 18 sebanyak 42 item (setelah drop item tidak valid) yang diujicobakan pada siswa kelas VIII sejumlah 70 siswa. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh koefisien reliabilitas visual sebesar 0,831 sehingga dapat
diinterpretasikan reliabilitas instrumen tipe visual sangat tinggi, sedangkan
koefisien reliabilitas auditorial sebesar 0,718 sehingga dapat diinterpretasikan
reliabilitas instrumen tipe auditorial tinggi, dan koefisien reliabilitas kinestetik
sebesar 0,827 sehingga dapat diinterpretasikan reliabilitas instrumen tipe
kinestetik sangat tinggi (data selengkapnya disajikan pada lampiran 7 halaman
67).
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi,
memanfaatkan metode atau sumber lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data (Moleong 2007). Triangulasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber, yakni siswa, teman sejawat, dan
observer. Pengujian ini dilakukan dengan jalan membandingkan dan mengecek
hasil angket kecenderungan gaya belajar dengan hasil penilaian teman sejawat,
dan hasil observasi terhadap gaya belajar siswa pada saat pembelajaran IPA
Biologi.
I. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif persentase menurut Arikunto (2012), analisis Pearson, analisis regresi linier, dan uji Chi-Square. Berikut ini adalah tahap-tahap analisis data:
1. Analisis Deskriptif Persentase
Analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui gambaran
kecenderungan gaya belajar siswa dan mengetahui perbandingan gaya belajar
pada siswa putra dan siswa putri. Gaya belajar siswa diukur dengan angket
kecenderungan gaya belajar, dianalisis dengan menjumlahkan skor jawaban yang
didapat kemudian dilakukan pengambilan keputusan gaya belajar.
Pengambilan keputusan kecenderungan gaya belajar yaitu dengan cara
membandingkan tiga nilai masing-masing tipe gaya belajar yang diperoleh
22
dari ketiga ekstrim gaya belajar (modalitas visual, auditori, dan kinestetik), siswa
mempunyai kecenderungan pada salah satu ekstrim saja. Langkah pengambilan
keputusan kecenderungan gaya belajar adalah jika terdapat jumlah skor tertinggi
pada suatu tipe modalitas gaya belajar, maka disimpulkan bahwa sampel
cenderung dominan pada gaya belajar tersebut.
Setelah itu, dibuat rekapitulasi berupa persentase kecenderungan gaya
belajar dari kelas VIII. Rumus persentase Sudijono (2010) yang digunakan adalah:
Keterangan:
P = Persentase tipe gaya belajar yang dicari F = Frekuensi kecenderungan tipe gaya belajar N = Jumlah sampel total
Mengukur seberapa besar gaya belajar siswa maka ditetapkan kategori
persentase kecenderungan gaya belajar sesuai dengan rumus Azwar (2015).
[image:34.595.108.373.446.526.2]Kategori persentase kecenderungan gaya belajar dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori nilai persentase tingkat kecenderungan gaya belajar siswa kelas VIII
Persentase (%) Kategori
X ≤10 Sangat rendah
10< X ≤ 17 Rendah
17 < X ≤ 24 Sedang
24< X ≤ 31 Tinggi
X > 31 Sangat Tinggi
Kemudian, untuk mengetahui perbandingan antara gaya belajar siswa
putra dan gaya belajar siswa putri, dianalisis dengan menjumlahkan siswa putra
maupun siswa putri sesuai dengan masing-masing tipe gaya belajar (Visual,
Auditorial, dan Kinestetik), kemudian dihitung ke dalam persentase dengan rumus
Sudijono (2010):
Keterangan:
F = Frekuensi tipe gaya belajar pada siswa putra/ siswa putri N= Jumlah sampel siswa putra/ siswa putri
Mendeskripsikan gaya belajar siswa berdasarkan hasil observasi selama
pembelajaran IPA Biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan pada
makhluk hidup.
2. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk menentukan adanya hubungan antara
gaya belajar dengan hasil belajar siswa.
a. Dilakukan uji normalitas data gaya belajar siswa. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian jika nilai signifikansi > 5%, maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika nilai
signifikansi < 5%, maka data tidak berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas data hasil belajar dan data gaya belajar siswa. Uji
homogenitas yang digunakan adalah uji Levene. Kriteria pengujian jika nilai signifikansi > 5%, maka data homogen dan sebaliknya jika nilai signifikansi <
5%, maka data tidak homogen.
c. Uji linieritas dengan melihat plot data (scatter plot) dan nilai signifikansi
linearity pada Tabel Anova. Kriteria pengujian jika nilai signifikansi < 5%, maka gaya belajar mempunyai hubungan linier terhadap hasil belajar dan
sebaliknya jika nilai signifikansi > 5%, maka gaya belajar tidak mempunyai
hubungan linier terhadap hasil belajar.
d. Analisis korelasi dilakukan dengan mencari besarnya koefisien korelasi.
Rumus korelasi antara gaya belajar dengan hasil belajar siswa (Ary et al.
2007):
rxy =
√
Keterangan:
24
X = Skor gaya belajar siswa Y = Skor hasil belajar siswa ∑X = Jumlah skor dalam sebaran X ∑Y = Jumlah skor dalam sebaran Y ∑XY = Jumlah perkalian X dan Y ∑X2
= Jumlah kuadrat skor dalam sebaran X ∑Y2
= Jumlah kuadrat skor dalam sebaran Y
Sebagai pedoman interpretasi tentang berapa tinggi koefisien korelasi digunakan
klasifikasi sebagai berikut (Arikunto 2013).
0,800 – 1,00 = Sangat tinggi
0,600 – 0,800 = Tinggi
0,400 – 0,600 = Cukup
0,200 – 0,400 = Rendah
0,00 – 0,200 = Sangat Rendah
Gaya belajar dan hasil belajar merupakan data interval, sehingga analisis yang
digunakan adalah uji Pearson dengan bantuan program SPSS 18 (Ruswana 2005). 3. Analisis Regresi Linier
Analisis regresi linier digunakan sebagai uji lanjut dari uji korelasi, untuk
menguji modalitas gaya belajar mana yang memberikan kontribusi dominan
terhadap hasil belajar siswa. Analisis regresi dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Sudjana (2005):
R2 =
Keterangan:
R2 = Koefisien determinasi Yi = Harga Y
= Rata-rata data variabel Y = Persamaan regresi Y atas X X = Skor gaya belajar siswa Y = Skor hasil belajar siswa
Analisis regresi yang digunakan adalah regresi linier dengan bantuan
program SPSS 18. Penaksir model linier ganda adalah ŷ = a+ bx1 + cx2 + dx3,
dengan uji dua pihak, taraf signifikan 5% (Sukestiyarno 2013).
Uji Chi-Square digunakan untuk melakukan uji banding dua sampel yaitu gaya belajar siswa berdasarkan jenis kelamin atau menguji perbandingan antara
gaya belajar siswa putra dan gaya belajar siswa putri. Uji Chi-Square dapat dihitung dengan menggunakan rumus Sudjana (2005):
=
Keterangan:
= Nilai Chi-Square
Oi = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi yang diharapkan
Jenis kelamin merupakan data nominal, sehingga analisis yang digunakan
adalah uji Chi-Square dengan bantuan program SPSS 18 (Ruswana 2005). Kriteria pengujian jika nilai signifikansi < 5%, maka ada perbedaan yang signifikan antara
gaya belajar siswa putra dan siswa putri, sebaliknya jika nilai signifikansi > 5%,
maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara gaya belajar siswa putra dan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa data gaya belajar siswa kelas VIII hasil
angket, hasil observasi, dan hasil penilaian sejawat; hasil belajar kognitif biologi
siswa kelas VIII materi IPA Biologi; koefisien korelasi antara gaya belajar dengan
hasil belajar siswa; koefisien regresi; dan perbandingan gaya belajar siswa putra
dengan siswa putri.
1. Gaya Belajar Siswa Kelas VIII
Gaya belajar siswa berdasarkan tiga modalitas sensori terdiri atas gaya
belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar
siswa diukur melalui metode angket, observasi, dan penilaian sejawat.
Data hasil angket, hasil observasi dan hasil penilaian sejawat
dibandingkan menggunakan teknik triangulasi sumber. Setelah mendapatkan data
dari ketiga sumber, yaitu siswa pribadi, observer, dan teman sejawat maka
diperoleh rekapitulasi hasil pembandingan yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Pembandingan hasil angket, observasi, dan penilaian sejawat terhadap gaya belajar 70 siswa
Gaya Belajar Angket Observasi
Penilaian Sejawat Persentase (%)
Visual (V) 55,71 52,86 55,71
Auditorial (A) 30,00 28,57 21,43
Kinestetik (K) 14,29 14,29 14,29
VA—A - 1,43 5,71
VA—V - 2,86 -
AK—A - - 1,43
Jumlah 100 100 100
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 16 Halaman 101
Tabel 6 menunjukkan bahwa antara hasil angket, observasi, dan penilaian
sejawat terdapat data yang tidak konsisten, yaitu pada 4 siswa dengan gaya belajar
[image:38.595.114.427.514.670.2]auditorial atau visual, dan 1 siswa dengan gaya belajar auditorial kinestetik atau
auditorial. Hasil triangulasi yang konsisten terdapat pada 37 siswa dengan
kecenderungan gaya belajar visual, 15 siswa dengan kecenderungan gaya belajar
auditorial, dan 10 siswa dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik. Dengan
demikian jumlah total siswa dengan gaya belajar konsisten sebanyak 62 siswa.
Tahap selanjutnya dilakukan analisis deskriptif persentase, korelasi, dan uji Chi-Square terhadap 62 siswa, sedangkan data 8 siswa dengan gaya belajar tidak konsisten direduksi.
a. Hasil angket terhadap gaya belajar siswa kelas VIII
Hasil penelitian diukur melalui metode angket terhadap 62 siswa dengan
42 item skala kecenderungan gaya belajar. Hasil angket dapat dilihat pada Tabel
7.
Tabel 7 Distribusi frekuensi gaya belajar siswa kelas VIII yang diukur melalui angket
No Gaya Belajar Frekuensi Persentase
(%) Kategori
1 Visual 37 59,68 Sangat Tinggi
2 Auditorial 15 24,19 Tinggi
3 Kinestetik 10 16,13 Rendah
Jumlah 62 100
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 9 Halaman 72
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Boja mempunyai gaya belajar visual, dan sebagian yang lain auditorial
serta kinestetik. Interpretasi dari masing-masing tipe gaya belajar termasuk pada
kategori yang berbeda-beda. Hal ini dapat diketahui dari karakteristik yang
dimiliki oleh siswa kelas VIII melalui metode angket. Jadi, kecenderungan gaya
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Boja adalah gaya belajar visual dengan
kategori sangat tinggi.
b. Hasil observasi terhadap gaya belajar siswa kelas VIII
Berdasarkan observasi terhadap 62 siswa di tujuh kelas (VIII A-VIIIG)
selama 3 kali pertemuan, diperoleh data hasil observasi dan hasil catatan
lapangan. Hasil observasi dibandingkan dengan data hasil angket dan hasil
[image:39.595.112.477.400.478.2]28
Halaman 77, sedangkan ringkasan catatan lapangan hasil observasi dapat dilihat
dalam Tabel 8.
Tabel 8 Ringkasan hasil observasi berdasarkan tipe gaya belajar
Visual Auditorial Kinestetik
a. Siswa lebih mudah menyerap instruksi tugas secara tertulis.
[image:40.595.118.515.173.521.2]b. Siswa lebih mudah menyerap informasi berupa tulisan dan gambar melalui media
powerpoint.
c. Cenderung mengamati hasil pekerjaan milik sendiri, cenderung membaca catatan, dan menjawab pertanyaan dengan membaca catatan terlebih dahulu. d. Cenderung menyerap
informasi dengan membaca buku pelajaran secara detail.
a.Siswa lebih mudah menyerap instruksi tugas secara lisan.
b.Siswa cenderung
mendengarkan penjelasan guru.
c.Siswa cenderung
mendengarkan presentasi atau maju presentasi di depan kelas, dan cenderung ingin menanggapi penjelasan teman.
d.Siswa mengikuti/ melanjutkan kalimat guru.
e.Cenderung menjawab pertanyaan secara lisan tanpa membaca catatan terlebih dahulu. f. Cenderung menyerap
informasi dengan bertanya pada teman, menggerakkan bibir (melafalkan kata saat membaca).
a. Siswa lebih mudah menyerap instruksi tugas yang diperagakan/ disertai dengan gerakan. b. Siswa cenderung sering
menulis/ mencatat. c. Belajar sambil
menggerakkan kaki/ tangan, mengetuk-ngetuk bolpoin,
menunjuk tulisan dengan jari tangan ketika
membaca, tidak bisa duduk tenang, dan menyentuh teman.
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 13 Halaman 85
c. Hasil penilaian sejawat terhadap gaya belajar siswa kelas VIII
Penilaian sejawat dilakukan oleh siswa yang berperan sebagai penilai
yaitu teman sebangku dari siswa yang menjadi sampel penelitian (responden).
[image:40.595.111.463.642.712.2]Hasil penilaian teman sejawat oleh 62 siswa dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Rekapitulasi hasil penilaian sejawat
Gaya Belajar Frekuensi Persentase (%)
Visual (V) 37 59,68
Auditorial (A) 15 24,19
Kinestetik (K) 10 16,13
Jumlah 62 100
2. Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Mata Pelajaran IPA Biologi
Hasil belajar siswa ini diwujudkan dalam bentuk nilai belajar yang
diambil dari rata-rata dua nilai hasil ulangan IPA Biologi kelas VIII pada semester
ganjil Tahun Ajaran 2016/ 2017. Data tersebut kemudian diuji korelasinya dengan
modalitas gaya belajar siswa. Skor modalitas gaya belajar siswa V (Visual), A
(Auditorial), dan K (Kinestetik) serta hasil belajar biologi dari 62 siswa kelas VIII
[image:41.595.112.514.278.715.2]SMP Negeri 1 Boja dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Skor modalitas gaya belajar dan hasil belajar siswa
Kode Resp.
Modalitas Gaya Belajar
Nilai Kode Resp.
Modalitas Gaya Belajar
Nilai
V A K V A K
SAI2 10 6 8 87,0 SDA1 9 6 7 78,0
SAI3 8 7 9 80,0 SDA2 8 4 7 71,5
SAI4 8 5 6 75,0 SDA3 8 6 9 88,0
SAI5 13 7 10 96,0 SEI1 6 9 6 79,0
SAA1 9 3 5 67,5 SEI2 5 4 8 74,0
SAA2 9 8 8 76,0 SEI3 5 4 8 73,0
SAA3 8 11 7 87,5 SEI4 11 5 7 78,0
SAA4 6 9 7 75,5 SEI5 11 6 8 83,0
SBI1 8 7 10 91,0 SEI6 12 6 9 84,0
SBI3 11 6 7 86,5 SEA2 8 7 7 70,0
SBI4 12 6 6 87,5 SEA3 7 6 9 80,0
SBI5 10 5 9 85,5 SEA4 9 10 8 80,0
SBI6 10 4 7 78,5 SFI1 8 9 7 81,0
SBA1 8 11 7 80,5 SFI2 12 11 9 90,0
SBA2 9 13 10 90,5 SFI3 4 9 6 80,0
SBA3 9 8 7 71,5 SFI4 7 8 10 89,0
SBA4 12 9 6 89,5 SFI5 2 0 5 70,0
SCI1 9 3 8 81,0 SFI6 3 5 2 74,0
SCI2 6 12 8 86,0 SFA1 11 14 7 90,0
SCI3 11 6 10 93,5 SFA2 11 13 8 88,0
SCI5 7 2 8 70,0 SFA3 9 6 8 79,0
SCI6 11 8 9 82,5 SFA4 9 12 9 83,0
SCA1 10 4 5 73,5 SGI1 13 7 8 93,0
SCA3 7 6 6 70,5 SGI2 10 8 11 94,0
SCA4 9 12 7 80,5 SGI3 9 7 7 80,5
SDI1 11 7 7 80,5 SGI4 10 8 4 83,0
SDI2 10 8 7 82,5 SGI5 10 7 9 78,0
SDI3 10 6 9 68,0 SGI6 8 7 7 75,5
SDI4 10 5 8 76,5 SGA1 10 8 9 86,0
SDI5 11 9 8 81,0 SGA3 8 11 9 80,0
SDI6 11 8 9 82,0 SGA4 11 8 3 89,0
30
Tabel 10 menunjukkan nilai minimal adalah 67,5; nilai maksimal adalah
96; dan rata-rata nilai sebesar 81,2. Skor minimal modalitas gaya belajar visual =
2, auditorial = 0, dan kinestetik = 2. Skor maksimal modalitas gaya belajar visual
= 13, auditorial = 14, dan kinestetik = 11.
3. Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Siswa
Sebelum pengujian korelasi, data hasil penelitian dilakukan uji
persyaratan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linieritas. Hasil uji
normalitas data hasil belajar adalah data berdistribusi normal (data selengkapnya
disajikan pada Lampiran 17 Halaman 103). Hasil