• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran eksperimen terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPI al-Azhar 14 Semarang pada materi pembelajaran reaksi kimia diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran materi pembelajaran reaksi kimia berupa post test. Nilai post test siswa diporeleh dari masing-masing siklus (2 pertemuan). Ringkasan nilai

post test siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1 (Lampiran 11) sebagai berikut.

Tabel 4.1. Pembagian Persentase Nilai Post Test Siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang pada Materi Pembelajaran Reaksi Kimia

Siklus Nilai Rata-rata ∑ Siswa yang Tuntas Kelulusan Klasikal Kriteria I 6,8 19 76% Baik II 7,0 20 80% Baik

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata post test

siswa pada siklus I adalah 6,8 dengan persentase kelulusan siswa yang tuntas sebesar 76%, berarti ada 6 siswa yang belum tuntas. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata post test siswa adalah 7,0 dengan persentase kelulusan siswa 80%, berarti ada 5 siswa yang belum tuntas. Sesuai dengan KKM yang ditentukan oleh SMPI al-Azhar 14 Semarang yaitu 7,0, maka ketuntasan siswa secara klasikal pada siklus I dan II termasuk dalam kriteria baik (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11).

2. Hasil Angket Tanggapan Siswa

Untuk mengetahui seberapa besar tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran eksperimen, maka siswa diberikan angket tanggapan siswa sesudah melakukan pembelajaran. Ringkasan dari hasil analisis angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 (Lampiran 15).

Tabel 4.2. Hasil Analisis Data Angket Tanggapan Siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang pada Materi Pembelajaran Reaksi Kimia

No Pertanyaan Siswa yang Menjawab Persentase

“Ya” “Tidak” 1 24 1 96% 2 23 2 92% 3 0 `100 0% 4 4 21 16% 5 23 2 92% 6 15 10 60% 7 3 22 12% 8 2 23 8% 9 23 2 92% 10 5 20 20% 11 10 15 40% 12 25 0 100%

Ket. Jumlah responden 25 siswa

Dalam angket yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa, adapun pertanyaan-pertanyaan yang digunakan menyangkut mulai hal-hal yang berkenaan dengan gambaran siswa mengenai metode pembelajaran eksperimen sampai dengan motivasi belajar siswa. Dari tabel dapat diketahui bahwa:

a. ada 24 siswa yang mengatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran eksperimen sesuai dengan materi pembelajaran yang dipelajari;

b. ada 23 siswa mengatakan bahwa mereka tertarik dengan menggunakan metode eksperimen. Karena mereka berpendapat metode eksperimen menarik;

c. tidak ada siswa yang menjadi malas belajar setelah penerapan metode pembelajaran eksperimen dalam pembelajaran;

d. ada 4 siswa yang mengatakan bahwa mereka tidak senang menggunakan metode eksperimen dikarenakan metode eksperimen sulit dan membosankan;

e. 23 siswa mengatakan bahwa mereka terbantu dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen, karena dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen materi akan lebih mudah dipahami;

f. ada 15 siswa menyukai suasana kelas saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen.;

g. ada 3 siswa yang mengatakan bahwa mereka belum memahami materi yang dipelajari dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen dikarenakan siswa tersebut belum tertarik dengan metode eksperimen;

h. ada 2 siswa yang mengatakan bahwa mereka lebih tertarik dengan menggunakan metode sebelumnya. Karena mereka mengaggap masih kesulitan untuk menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut masih suka jika dalam pembelajaran terus didampingi oleh guru (tanpa adanya timbal balik);

i. ada 23 siswa yang mengatakan senang menggunakan metode pembelajaran eksperimen dalam pembelajaran, karena menarik; j. ada 5 siswa yang mengatakan bahwa penggunaan metode

pembelajaran eksperimen tidak sesuai dengan materi pembelajaran yang dipelajari;

k. ada 10 siswa yang mengatakan bahwa mereka tidak menyukai suasana kelas dikarenakan banyak siswa yang ramai dan itu semua menganggu situasi pembelajaran;

l. semua siswa mengatakan bahwa akan lebih rajin belajar dengan menggunakan metode eksperimen, walaupun ada beberapa siswa yang mengemukakan belum tertarik pada metode pembelajaran eksperimen.

Tabel 4.3. Kriteria Tanggapan Siswa dari Hasil Analisis Data Angket Tanggapan Siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang pada Materi Pembelajaran Reaksi Kimia

No Kriteria Jumlah Persentase

1 Tinggi 12 siswa 48%

2 Sedang 9 siswa 36%

3 Rendah 4 siswa 16%

Total 25 siswa 100%

Dari Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari 25 siswa, 12 siswa mempunyai tanggapan yang tinggi dan 9 siswa mempunyai tanggapan yang sedang terhadap pembelajaran. Dan hanya 4 siswa yang mempunyai tanggapan rendah (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15).

3. Hasil Observasi Aktivitas siswa

Hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan dari tiap pertemuan. Aktivitas siswa merupakan pengamalan aspek afektif dan psikomotor. Aktivitas siswa pada aspek afektif yang dapat diamati dalam penelitian ini meliputi; kemauan (keberanian) untuk bertanya dengan inisiatif sendiri/ ditunjuk, kemauan (keberanian) untuk menjawab pertanyaan dengan inisiatif sendiri/ ditunjuk, dan perhatian yang dilakukan siswa saat kegiatan penjelasan guru. Sedangkan aktivitas siswa pada aspek psikomotor meliputi; kecermatan siswa melakukan percobaan/ praktikum, antusias siswa

dalam mengikuti percobaan/ praktikum, dan keaktifan siswa untuk berinteraksi dengan guru dan teman kelompok. Ringkasan hasil analisis obesrvasi siswa tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 (Lampiran 13).

Tabel 4.4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang pada Materi Pembelajaran Reaksi Kimia

Siklus Rendah Sedang Tinggi Persentase

I 12 Siswa 11 Siswa 2 Siswa 53,3%

II 0 Siswa 3 Siswa 22 Siswa 96,0%

Ket. Hasil observasi aktivitas siswa diambil dari pengamatan yang dilakukan oleh observer 1 dan observer II (nilai rata-rata keduanya).

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa aktivitas siswa pada siklus I dan II mengalami peningkatan dari 53,3% menjadi 96,0%. Pada siklus I dan II, keaktifan siswa masing-masing termasuk dalam kriteria kurang dan sangat tinggi (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13).

4. Hasil Observasi Kinerja Guru

Kinerja guru yang diamati dalam penelitian ini meliputi semua kegiatan yang dilakukan guru setiap pertemuan mulai dari kegiatan pendahuluan , inti, dan penutup. Ringkasan hasil observasi kinerja guru dapat dilihat pada Tabel 4.5 (Lampiran 14).

Tabel 4.5. Hasil Analisis Observasi Kinerja Guru SMPI al-Azhar 14 Semarang pada Materi Pembelajaran Reaksi Kimia

No Keterangan Siklus I Siklus II

1. Jumlah skor 9 10

2. Persentase 90% 100%

3. Kriteria Baik Baik

Ket. Hasil observasi kinerja guru diambil dari pengamatan yang dilakukan oleh observer 1 dan observer II (nilai rata-rata keduanya).

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kinerja guru pada siklus I mempunyai persentase 90% dengan kriteria baik. Pada siklus I guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Sedangkan kinerja guru pada siklus II meningkat menjadi 100% dengan kriteria baik (data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14). Perbedaan kinerja guru pada siklus I dengan II adalah aktivitas guru yang belum

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan gagasannya. Kinerja guru yang baik ini dikarenakan guru sudah mengenal metode pembelajaran eksperimen, jadi tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyesuaikan metode tersebut.

5. Hasil Tanggapan Guru

Berdasarkan hasil tanggapan dan masukan guru terhadap metode pembelajaran eksperimen dalam pembelajaran yang diperoleh dari hasil jurnal guru bahwa penerapan metode pembelajaran eksperimen pada materi pembelajaran reaksi kimia sangat baik dikarenakan dengan penerapan metode pembelajaran eksperimen siswa dapat membuktikan obyek yang dipelajari secara langsung sehingga siswa menjadi tertarik, antusias, termotivasi, dan menjadikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa optimal. Bahkan beliau (guru) tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran eksperimen pada pembelajaran berikutnya. (Lampiran 16).

B. Pembahasan

Berdasarkan kajian awal nilai mid semester pelajaran sains kimia di kelas VII semester gasal tahun pelajaran 2008/2009 menunjukkan hasil yang masih rendah (lihat pada Tabel 1.1), pembelajaran masih berlangsung satu arah, siswa kurang aktif, masih sedikit siswa yang bertanya meskipun guru telah memberikan kesempatan untuk bertanya, kadang siswa lebih suka bermain sendiri, mengganggu teman lain saat pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terjadi karena siswa kurang tertarik dengan penyampaian materi yang kurang bervariasi dan sarana prasarana pembelajaran yang kurang dimanfaatkan secara optimal, sehingga hasil belajar belum tercapai secara maksimal. Oleh karena itu dalam penelitian ini diterapkan suatu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan kompetensi siswa, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, meningkatkan motivasi siswa, serta siswa memperoleh pengalaman belajar yang berarti.

Metode pembelajaran eksperimen dalam penelitian ini diterapkan pada materi pembelajaran reaksi kimia. Dimana siswa diharapkan bisa mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan fisika maupun kimia, serta mempu mengetahui ciri-ciri yang terjadi pada reaksi kimia. Kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran ini antara lain siswa melakukan pengamatan, penyelidikan, tanya jawab, diskusi, dan melaporkan hasil kegiatan, melalui kegiatan tersebut diarahkan untuk berpikir konstruktivisme. Dengan demikian diharapkan siswa dapat

mengetahui dan memahami konsep atau prinsip melalui

pengalaman/percobaan sendiri, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta melainkan hasil percobaan/percobaan mereka sendiri. Siswa mendapatkan kebenaran suatu konsep melalui pengalaman yang konkrit sesuai objek yang telah dilihatnya dalam pengamatan. Pengalaman tersebut memberikan wawasan, pemahaman, dan teknik-teknik yang sulit untuk dipaparkan melalui pembelajaran ceramah (ekspositori) saja. Sedangkan melalui kegiatan percobaan dan diskusi, siswa dapat membahas dan membuktikan hasil pengamatan. Dalam hal ini, guru dalam pembelajaran berfungsi sebagai fasilitator (pemberi kemudahan dalam belajar) sehingga guru harus dapat mengubah pola tindakan peran siswa dalam pembelajaran dari konsumen gagasan (seperti menyalin, mendengar, menghafal) menjadi peran produsen gagasan (seperti bertanya, menjawab, meneliti, mengemukakan pendapat).54 Selain itu guru juga menjadi motivator yang memotivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan guru selama pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen berlangsung dikelompokkan menjadi tiga kegiatan yaitu awal (apersepsi), inti, dan akhir (penutup). Kegiatan awal meliputi memberikan motivasi dengan mengajak siswa untuk mengekplorasi aktivitas siswa selama sehari-hari yang berkaitan dengan

54

Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 36.

pembelajaran, terutama tentang reaksi-reaksi kimia serta menjelaskan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai pembelajaran pada materi pembelajaran reaksi kimia.

Kegiatan inti dilakukan sesuai langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen yaitu pembentukan kelompok sesuai dengan hasil nilai mid semester, mengorientasikan siswa untuk belajar dengan menyampaikan permasalahan kepada siswa berkenaan dengan materi reaksi kimia, memberikan pengarahan kepada siswa tentang kegiatan praktikum yang dilakukan, membimbing siswa melakukan pengamatan tentang reaksi kimia, diskusi kelompok sesuai dengan hasil pengamatan masing-masing tiap kelompok, dan menyimpulkan hasil pengamatan yang dilakukan dalam melakukan praktikum reaksi-reaksi kimia dalam kelompoknya masing-masing.

Kegiatan ini diakhiri dengan mengajak siswa untuk berdiskusi dan menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Siswa menyampaikan hasil pengamatan dengan berbagai macam karakter sesuai dengan kelompoknya. Guru mencoba untuk membimbing dan mengarahkan untuk menyimpulkan dengan menampung dan menyamakan persepsi dari masing-masing siswa. Sehingga siswa mengetahui benda-benda yang termasuk perubahan kimia adalah ketika kertas dibakar, besi yang berkarat, serta ketika sumbu pada lilin dibakar. Sedangkan air yang menguap, proses es mencair, beras yang ditumbuk, serta gula yang dilarutkan dalam air merupakan perubahan fisika karena masih terdapat zat penyusunya dengan mengidetifikasi lewat penglihatan, sentuhan, dan rasa. Pada praktikum yang kedua didapatkan kesimpulan bahwa ciri-ciri yang terjadi pada reaksi kimia antara lain terjadi perubahan warna, timbulnya endapan, timbul gas, dan ada perubahan suhu (endotermis dan eksotermis).

Sedangkan pelaksanaan evaluasi dilaksanakan di setiap akhir siklus, yaitu tiap siklus terdapat 1 pertemuan. Hasil kinerja guru diperoleh dari pengamatan dalam setiap pertemuan (siklus) karena tiap kegiatan merupakan kegiatan inti dari penelitian ini. Kinerja guru yang diamati

merupakan tugas-tugas guru yang meliputi; kemampuan mengajara, kemampuan, dan penguasaan materi pelajaran.55 Kegiatan ini dimulai dari kegiatan pendahuluan (mengabsen siswa, menyampaikan apersepsi dan memotivasi siswa, menyampaikan indikator), kegiatan inti (mengorganisasikan siswa ke dalam kegiatan pembelajaran, membimbing siswa dalam melakukan percobaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan berpendapat, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan), dan kegiatan penutup (membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran, melaksanakan evaluasi). Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus I dan II yaitu sebesar 90%(baik) dan 100% (baik) (Lampiran 14). Hasil kinerja guru pada siklus I dan II terlihat baik (optimal), karena guru sudah mengetahui metode pembelajaran eksperimen jadi guru tidak membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen. Dari siklus I dan II didapatkan hasil yang baik, tetapi hal yang paling disoroti adalah sikap guru dalam memberikan kesempatan kepda siswa untuk bertanya kepada guru hal yang belum mereka pahami. Sehingga siswa tidak dapat menyampaikan gagasan maupun keganjalan yang ada pada mereka. Hal ini dikhawatirkan siswa lebih cenderung untuk menerima apa adanya sesuai dengan yang disampaikan guru. Namun meskipun banyak guru yang sudah memahami metode pembelajaran eksperimen, tetapi mereka banyak juga yang masih enggan menggunakan metode pembelajaran eksperimen karena mereka tidak mau terlalu direpotkan dengan persiapan pembelajaran. Karena dalam metode pembelajaran eksperimen membutuhkan persiapan yang cukup. Faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran adalah guru, karena guru dapat mengelola komponen-komponen pembelajaran yang lain sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu

55

Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M.Pd., Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Wacana Prima, 2008), hlm. 114.

hanya guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat pencapaian belajar siswa yang diajarnya.56

Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen yang dilaksanakan melalui percobaan dan pengamatan di bawah kondisi yang telah diatur. Dengan pembelajaran ini siswa mempunyai kesempatan untuk mengalami, melakukan, mengamati, membuktikan, menganalisa, dan menarik kesimpulan dari hasil kegiatan. Karakteristik dari penggunaan metode pembelajaran eksperimen ini adalah sebagian perencanaan dibuat oleh guru sedangkan siswa ditugaskan untuk menemukan konsep dan prinsip dari konsep yang dipelajari. Pada penggunaan metode pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator, motivator, pendorong kreativitas, dan pembimbing.57 Sedangkan para siswa didorong untuk mencari pengetahuannya sendiri bukan dijejali dengan pengetahuan.

Tanggapan siswa dalam proses pembelajaran diketahui dari hasil angket yang dibagikan kepada siswa setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Dari hasil angket tersebut diperoleh data siswa bahwa semua siswa sudah mengetahui dan pernah menggunakan metode pembelajaran eksperimen pada pelajaran lainnya, meskipun masih sederhana. Ada beberapa siswa (2 siswa) yang kurang tertarik terhadap penerapan metode pembelajaran eksperimen, hal ini dikarenakan mereka menganggap metode pembelajaran eksperimen terlalu sulit untuk menguasai pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Mereka masih senang ketika pembelajaran dilakukan oleh guru saja, sehingga siswa pada status konsumen pembelajaran. Sehingga siswa tersebut masih enggan untuk melakukan praktikum/eksperimen, dan mereka kurang menguasai konsep dari materi yang dipelajari. Meskipun dari hasil angket terjadi kurang singkron antara jawaban siswa antara penyataan satu dengan yang lain, tetapi secara keseluruhan mereka memberikan tanggapan yang positif

56

Masnur Muslich, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 91.

57

terhadap metode pembelajaran eksperimen dan mereka tetap termotivasi untuk belajar mandiri sehingga dapat mengetahui konsep secara menyeleruh yang dilakukan dengan cara pengamatan sendiri(hasil rekapitulasi angket tanggapan siswa dapat dilihat pada Lampiran 15). Pembelajaran akan berhasil apabila didasarkan pada motivasi yang ada pada diri siswa, adanya motivasi belajar yang tinggi diharapkan dapat berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang optimal. Fungsi motivasi itu sendiri adalah mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan, sebagai pengaruh, dan sebagai penggerak.

Perubahan suatu motivasi akan merubah pula wujud, bentuk, dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas siswa itu sendiri. Beberapa kajian telah menemukan bahwa ketika para siswa bekerja bersama-sama untuk meraih sebuah tujuan kelompok, membuat mereka mengekpresikan norma-norma yang baik dalam melakukan apa pun yang diperlukan untuk keberhasilan pribadi maupun kelompok.58 Aktivitas siswa yang menjadi penilaian dalam penelitian ini meliputi memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, antusias mengikuti percobaan/ praktikum, cermat melakukan percobaan/ praktikum, bertanya (inisiatif sendiri/ ditunjuk), menjawab pertanyaan (inisiatif sendiri/ ditunjuk), dan aktif berinteraksi dengan guru dan teman kelompok (diskusi). Pada hal ini ranah afektif dan psikomotor dapat terpenuhi, sehingga siswa tidak hanya dihadapkan pada ranah kognitif saja. Ranah afektif dan psikomotor dapat kita ketahui dari kegiatan praktikum yang siswa lakukan. Pada praktikum, siswa dituntut untuk berinteraksi dengan lingkungan- dalam hal ini di dalam laboratorium- dengan menggunakan alat dan bahan dalam merancang peralatan praktikum dan melakukan percobaan secara cermat. Berdasarkan hasil analisis diperoleh data aktivitas siswa pada siklus I dan II yaitu sebesar 53,3% (kurang) dan 96,0% (sangat tinggi) (Lampiran 13). Peningkatan aktivitas belajar siswa ini dipengaruhi oleh motivasi dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran.

58

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.59 Hal ini sesuai dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen, dimana dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk mencari dan membuktikan sendiri konsep melalui pengamatan dan pengalamannya sendiri. Keaktifan siswa pada siklus I kurang sehingga perlu adanya perubahan rencana pembelajaran yang dilakukan oleh observer dan guru pada saat evaluasi guna diterapkan pada siklus II, dikarenakan jumlah siswa tiap kelompok terlalu banyak (5 siswa). Sehingga tiap kelompok lebih didominasi siswa-siswa yang aktif, dan siswa yang kurangb aktif belum mendapatkankan kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompoknya selama praktikum.

Proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen juga berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan evaluasi (post test) yang dilakukan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen, terlihat bahwa terjadi peningkatan yang sangat siginifikan terhadap hasil belajar pada mid semester. Hasil nilai rata-rata post test pada siklus I sebesar 6,8 dengan kelulusan klasikal sebesar 76%, sedangkan pada siklus II sebesar 7,0 dengan kelulusan klasikal sebesar 80%. Pada siklus I dan II, hasil belajar siswa termasuk kriteria baik (Lampiran 11). Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawar Setyorini (43014010028) pada materi pembelajaran koloid. Dari penelitian ini didapatkan nilai post-test siswa pada siklus I dengan rata-rata 55,9 (tingkat ketuntasan 5%) dan pada siklus II dengan rata-rata 85,9 (dengan tingkat ketuntasan 97,5%).60

Hasil belajar siswa yang diperoleh pada pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran ekspositori (dapat dilihat

59

Masnur Muslich, Op.Cit., hlm. 75. 60

Mawar Setyorini, 4301401038, Skripsi, Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kimia Materi Koloid pada Kelas XI Semester II dengan Penggunaan Metode Eksperimen dan Diskusi, (Semarang: FMIPA UNNES, 2006), hlm. 50.

perbandingan pada tabel 1.1 dengan tabel 4.1). Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen dimana siswa diberi kesempatan untuk mengetahui dan membuktikan sendiri hal-hal yang berhubungan (integrated) melalui kerangka pengamatan dan pengalamannya sendiri sendiri sehingga akan meningkatkan potensi intelektual siswa. Selain itu dengan metode pembelajaran eksperimen dapat menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.61 Pembelajaran menggunakan metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa, hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran ini dapat dipergunakan dengan baik pada materi pembelajaran reaksi kimia sehingga dapat diterapkan oleh guru dalam materi pembelajaran yang lain.

Metode pembelajaran eksperimen dapat diterapkan dengan baik dalam materi pembelajaran reaksi kimia dapat dilihat dari hasil angket siswa (angket tanggapan siswa) dan guru tentang penggunaan metode pembelajaran eksperimen melalui angket siswa dan jurnal guru (Lampiran 15 dan 16). Hasil tanggapan siswa dan guru menyatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran eksperimen yang telah berlangsung selama pembelajaran menunjukkan ketertarikan siswa dan guru terhadap pembelajaran. Dari tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diambil dari angket siswa terlihat jelas bahwa sebagian besar siswa mempunyai tanggapan yang cukup tinggi. Hanya ada 4 siswa (16%) yang mempunyai tanggapan rendah (Tabel 4.3). Siswa yang mempunyai tanggapan rendah masih beranggapan bahwa pembelajaran semestinya harus sesuai dengan bahan ajar yang ditentukan dari sebuah teks saja. Siswa hanya mengehui kesimpulan saja tanpa mengetahui proses pengetahuan itu. Dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen ini memungkinkan siswa bertambah pengetahuannya tentang praktikum yang dilakukan, karena dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa yang belum paham akan

61

berusaha untuk menjadi paham sehingga menjadi lebih terampil dari sebelumnya dan tentunya akan mempermudah penguasaan materi sehingga prestasinya akan meningkat. Gambaran sikap siswa terhadap penggunaan metode pembelajaran eksperimen juga diteliti oleh Catur Ekawati (4314000028), yaitu dengan menggunakan instrument angket. Angket yang digunakan berisi bagaimana tanggapan siswa terhadap praktikum, respon evaluatif (sikap senang/ tidak senang) siswa, kesiapan seiswa dengan memahami petunjuk praktikum, keaktifan siswa dan perasaan mendukung/ tidak mendukung terhadap keterampilan praktikum tersebut.62

Dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen siswa dapat melihat objek pembelajaran secara konkrit sehingga siswa tertarik dan antusias. Siswa yang sebelumnya suka bermain sendiri dan mengganggu teman lain saat pembelajaran berlangsung setelah diterapkan metode pembelajaran eksperimen dalam pembelajaran kegemarannya bermain dapat tersalurkan dengan melakukan percobaan, pengamatan, diskusi, presentasi dan tanya jawab.

Selama observasi pada siklus I yang dilakukan oleh observer I dan II didapatkan permasalahan yang menyebabkan keaktifan siswa kurang sehingga harus dilakukan penyempurnaan pada siklus II. Hal ini terlihat pada siklus I bahwa nilai post-test (ranah kognitif) siswa termasuk kategori baik, akan tetapi aktivitas (ranah afektif dan psikomotor) siswa masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa masih enggan melakukan percobaan secara bersama. Siswa lebih senang menunggu hasil dari kelompoknya dan

Dokumen terkait