• Tidak ada hasil yang ditemukan

74112281 Skripsi Penelitian Tindakan Kelas PTK Metode Eksperimen SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "74112281 Skripsi Penelitian Tindakan Kelas PTK Metode Eksperimen SMP"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Pada proses belajar mengajar, khususnya pelajaran kimia diharapkan

tidak hanya memberikan kemampuan supaya siswa dapat memecahkan

soal-soal kimia, tetapi secara konkrit dapat membentuk cara berpikir kritis,

logis dapat memecahkan masalah dengan kreatif dan inovatif. Pelajaran

kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang

pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Kimia merupakan bagian dari

sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis,

sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika

belajar kimia, siswa akan dikenalkan tentang produk kimia berupa materi,

konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum kimia. Siswa juga akan

diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar

laboratorium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai materi

pembelajaran dalam kimia. Hal yang juga dikembangkan selama

berlangsungnya proses belajar mengajar kimia adalah sikap ilmiah seperti

jujur, obyektif, rasional, skeptis1, kritis, dan sebagainya.

Selama ini, antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran kimia di

sekolah tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya. Bagi siswa, konsep dan

prinsip kimia menjadi sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka.

Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa untuk belajar kimia.

Masalah ini merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai

oleh para guru kimia di sekolah. Ditambah pula kebiasaan guru yang lebih

1

Skeptis merupakan sikap keragu-raguan yang dimiliki seseorang. Tetapi skeptis disini bukan sikap yang hanya pasrah pada keraguan tersebut. Skeptis yang dimaksud disini merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk melihat sesuatu secara menyeluruh sampai mendalam sehingga kita dapat berpikir untuk memperoleh pengetahuan dari hal itu. Seperti halnya yang dilakukan oleh Descartes, dia menggunakan paham skeptisme hanya sebagai sebuah metode (skeptisme metodologis). Lihat : Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 1996), hlm. 151.

(2)

sibuk memfokuskan pada siswa dengan rumus-rumus yang tidak mudah

dipahami. Sains yang sebenarnya bisa dieksplorasi dari keseharian

anak-anak, malah menjadi semakin berjarak dan tidak menarik. Dengan hal ini

siswa masih enggan untuk senantiasa mempelajari sains secara konsisten,

sehingga penguasaan sains pada diri siswa di Indonesia masih kurang. Ini

juga senada dengan riset yang dilakukan oleh Programme of International

Students Assessment pada acara Science Competencies for Tommorow’s

World bulan Desember 2007 yang menjelaskan kondisi siswa Indonesia

pada usia 15 tahun (SMP) yang dibedakan menjadi 5 level.2 Siswa di

Indonesia pada level 1 (siswa yang mempunyai pengetahuan sains

terbatas) terdapat 61,1%, level 2 (siswa yang bisa melakukan penelitian

sederhana) 27,5%, level 3 (siswa yang mampu mengidentifikasi

masalah-masalah ilmiah) 9,5%, level 4 (siswa yang dapat memanfaatkan sains

dalam kehidupan) 1,4%. Bahkan siswa Indonesia belum ada sama sekali

yang menembus level tertinggi, dimana siswa mampu mengidentifikasi,

menjelaskan, serta mengaplikasikan pengetahuan dan sains dalam berbagai

situasi kehidupan yang kompleks secara konsisten.

Ketidaksukaan pada pelajaran kimia, dapat berdampak pula pada

sikap siswa terhadap guru kimianya. Tidak sedikit guru kimia yang kurang

mendapat simpati dari para muridnya karena ketidakberhasilan siswa

dalam belajar kimia. Nilai yang jelek dalam tes formatif dan sumatif kimia

menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan orang

tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olah raga

misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa. Untuk

itu, guru perlu menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat

menghasilkan belajar yang efektif, yaitu menyenangkan dan bermakna,

sehingga ketidaksukaan siswa pada pelajaran kimia dapat direduksi

perlahan-lahan.

2

(3)

Tidak ada satu metode pembelajaran yang cocok untuk semua

pembelajaran.3 Hal senada juga dikemukakan oleh Nasution, bahwa tiap jenis belajar menginginkan cara belajar dan metode yang khas.4 Tidak ada satu metode pembelajaran yang serasi bagi semua jenis belajar. Metode

pembelajaran yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada

kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar

secara faktual. Mungkin untuk satu program pembelajaran pada suatu saat

dipandang lebih efektif penyampaiannya dengan metode ceramah, pada

saat lain mungkin diskusi kelompok, dan pada saat lain mungkin tanya

jawab.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat, yang bersifat

mengajak akan memberi kesempatan pada siswa untuk berperan aktif

dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan. Ketepatan penggunaan metode pembelajaran

tersebut sangat bergantung pada tujuan dan isi proses belajar mengajar dan

kegiatan mengajar.5

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas

masih berfokus pada guru sebagai nara sumber utama pengetahuan,

kemudian ekspositori menjadi pilihan utama metode pembelajaran.

Pandangan tersebut harus diubah, untuk itu diperlukan metode

pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa yaitu metode

pembelajaran yang mengharuskan siswa tidak menghafal fakta-fakta,

tetapi sebuah metode pembelajaran yang mendorong siswa

mengkonstrusikan pengetahuan di benak mereka sendiri.6 Melalui

3

Dra. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm, 2. 4

Prof. Dr. S. Nasution, Teknologi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1982), hlm. 64. 5

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1989), hlm. 76.

6

(4)

landasan konstruktivisme,7 metode pembelajaran eksperimen dipromosikan menjadi alternatif dari pemecahan masalah tersebut, siswa

diharapkan belajar melalui mengalami, bukan menghafal.

Metode pembelajaran eksperimen merupakan metode pembelajaran

yang menempatkan peserta didik sebagai subyek yang aktif.8 Metode pembelajaran eksperimen melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, logis,

analitis, kritis melalui eksperimen.

Metode pembelajaran eksperimen memang lebih mudah diterapkan

pada siswa SMP. Pada usia ini siswa lebih condong untuk mencari tahu

apa yang belum mereka ketahui. Karena mempunyai rasa keingintahuan

dan daya fantasi yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh masa transisi

kedewasaan yang melekat pada diri mereka sehingga hal ini terjadi. Tetapi

terkadang, beberapa sekolah kurang memperhatikan hal tersebut. Tak

jarang beberapa sekolah tidak pernah mengadakan kegiatan praktikum

yang terapkan pada kegiatan belajar di sekolah. Di lain pihak, memang

sarana dan prasarana sekolah yang kurang terpenuhi. Tetapi terkadang

guru juga masih enggan menggunakan metode tersebut lantaran malas

untuk mempersiapkan bahan ajar.

Pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap proses belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru-guru kimia di SMPI al-Azhar 14

Semarang menunjukkan kecenderungan masih berorientasinya proses

pembelajaran pada materi yang ada pada buku teks. Apalagi pelajaran

kimia ini baru diterapkan pada kurikulum SMP semenjak kurikulum 2006.

Adanya kecenderungan mempertahankan dan membangkitkan

7

Landasan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan mendapatkan menerapkan pengetahuan, merek aharus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha susah payah dengan menggunakan ide-ide. Lihat : Trianto, M.Pd., Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik; Konsep, Landasan Teoris-Praktis dan Implikasinya, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 13.

8

(5)

keberhasilannya dalam pembelajaran siswa di masa lampau serta enggan

menerima dan melaksanakan sesuatu yang baru secara konsisten bila yang

baru tersebut menuntut pemikiran dan kegiatan yang lebih dibandingkan

dengan cara yang biasa dilakukan.

Berikut ini data nilai siswa kelas VII pada mid semester sebelum

penelitian. Data tersebut sebelum diadakan remidi bagi yang belum tuntas

KKM.

Tabel 1.1. Nilai Mid Semester Mata Pelajaran Sains Kimia Sebelum Penelitian

No Kelas Jumlah siswa

Hasil Prestasi Belajar Tuntas

KKM

Ket . Tuntas KKM yang ditetapkan sekolah 70

Beranjak dari hasil prestasi belajar yang sangat rendah di atas maka

peneliti berusaha mencari inovasi menggunakan metode pembelajaran

yang dapat memotivasi belajar siswa agar dapat meningkatkan hasil

prestasi belajarnya.

Dengan penggunaan metode pembelajaran eksperimen lebih khusus

pada materi pembelajaran reaksi kimia diharapkan dapat menghasilkan

sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dari hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya baik

mengenai sikap, keterampilan dan pengetahuan, serta prestasi belajar

siswa dapat meningkat sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan oleh

sekolah. Karena pada materi pembelajaran reaksi kimia mempunyai tujuan

agar siswa mampu memahami berbagai sifat dalam perubahan kimia,

sehingga metode pembelajaran eksperimen diharapkan mampu membantu

(6)

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang timbul dalam penelitian ini teridentifikasi sebagai berikut.

1.Penerapan metode pembelajaran terkadang tidak sesuai dengan materi

pembelajaran yang akan diajarkan;

2.Partisipasi dan adaptasi dari siswa dalam proses pembelajaran masih

kurang;

3.Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih belum optimal,

terutama menyangkut tugas yang harus dilaksanakan;

4.Guru masih enggan untuk menggunakan metode pembelajaran yang

dirasa terlalu merepotkan guru;

5.Penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan guru kurang variatif;

C. Pembatasan Istilah

Agar diperoleh pengertian dan pemikiran yang sama, penulis perlu

menegaskan beberapa istilah atau pengertian dalam judul skripsi ini.

Adapun pengertian yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut :

1.Efektivitas

Kata efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya keadaan

berpengaruh, keberhasilan (tentang usaha, tindakan). Efektivitas

menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan

efektif apabila usaha itu mencapai tujuannya. Adapun yang dimaksud

efektivitas dalam penelitian ini adalah keberhasilan pembelajaran

dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen pada mata

pelajaran kimia materi pembelajaran reaksi kimia pada siswa kelas VII

SMPI al-Azhar 14 Semarang. Indikator keberhasilannya dapat dilihat

dari prestasi belajar kimia siswa yang diperoleh setelah pembelajaran

menggunakan metode pembelajaran eksperimen. Selain prestasi belajar,

efektivitas penggunaan metode pembelajaran eksperimen ini juga dilihat

(7)

2.Metode Pembelajaran Eksperimen

Menurut Akhmad Sudrajat, method is a way in achieving

something.9 Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat

digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,

diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5)

percobaan/ laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming;

(8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Eksperimen atau percobaan merupakan suatu tuntutan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan

suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat. Eksperimen dilakukan

orang untuk mengetahui kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan

mengembangkannya menjadi suatu teori. Kegiatan eksperimen yang

dilakukan siswa sekolah dasar merupakan kesempatan memiliki yang

dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri,

berpikir ilmiah dan rasional serta mengembangkan pengalamannya di

masa mendatang.

Metode pembelajaran eksperimen diartikan sebagai cara

pembelajaran yang melibatkan siswa dengan mengalami dan

membuktikan sendiri proses dan hasil eksperimen itu. Karena siswa

belum mengetahui teori dari suatu permasalahan, maka harus

melakukan kegiatan mengkaji, menyelidiki, menyusun hipotesis,

mencoba, menemukan secara induktif, merumuskan, memeriksa, dan

membuat simpulan tentang objek.

3.Prestasi Belajar

Prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya

9

(8)

ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.10 Prestasi belajar yang diteliti di dalam penelitian ini yaitu prestasi belajar kognitif kimia

siswa kelas VII semester I SMPI al-Azhar 14 Semarang Tahun

Pelajaran 2008/2009 pokok bahasan reaksi kimia yang dilihat dari hasil

post-tes. Sedangkan prestasi belajar afektif dan psikomotor dilihat dari

aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

4.Kimia

Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains)

yang mempelajari tentang sifat, struktur materi, komposisi materi,

perubahan, dan energi yang menyertai perubahan materi.11 Kimia tidak dapat dipandang sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebab kimia

merupakan bagian ilmu pengetahuan (sains) yang bersinggungan

dengan biologi dan fisika, bahkan dengan geografi fisik.

5.Reaksi Kimia

Reaksi kimia adalah tindakan yang terjadi pada perubahan kimia,

yaitu perubahan materi yang menyangkut struktur dalam molekul suatu

zat. Dalam reaksi kimia sifat zat yang bereaksi berubah, demikian pula

terjadi perubahan tenaga, misalnya kalor akan diserap dan dibebaskan.

Reaksi kimia secara sederhana adalah perubahan yang terjadi pada suatu

zat apabila direaksikan atau dicampurkan dengan zat lain.

D. Perumusan Masalah

1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

“Apakah penggunaan metode pembelajaran eksperimen efektif sebagai metode pembelajaran kimia materi pembelajaran reaksi kimia pada

siswa kelas VII SMPI al-Azhar 14 Semarang ?”

10

Tirtonegoro Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 43.

11

(9)

2. Bentuk Tindakan untuk Memecahkan Masalah

Bentuk tindakan untuk memecahkan masalahnya adalah dengan

menerapkan metode pembelajaran eksperimen pada siswa kelas VII-A

SMPI al-Azhar 14 Semarang pada materi pembelajaran reaksi kimia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan, sebagai berikut.

Bagi Siswa SMPI al-Azhar 14 Semarang:

a. kompetensi siswa di bidang kimia, khususnya pada materi pembelajaran

reaksi kimia dapat dicapai;

b.hasil belajar siswa kelas VII-A SMPI al-Azhar 14 Semarang dalam mata

pelajaran kimia khususnya materi pembelajaran reaksi kimia dapat

meningkat;

c. penerapan metode pembelajaran eksperimen dapat dikembangkan atau

diterapkan pada siswa kelas-kelas yang lain.

Bagi Guru SMPI al-Azhar 14 Semarang:

a. adanya inovasi metode pembelajaran kimia dari dan oleh guru dalam

melakukan kegiatan belajar mengajar;

b.merupakan sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut

serta mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang

ditekuninya;

c. adanya penelitian ini maka terjalin kerjasama atau kolaborasi sesama

guru pelajaran kimia di SMPI al-Azhar 14 Semarang;

d.adanya kesadaran dan motivasi bagi guru agar dapat mengembangkan

kualitas dalam pembelajaran.

Bagi Pihak SMPI al-Azhar 14 Semarang:

a. melalui peningkatan kualitas pembelajaran SMPI al-Azhar 14 Semarang

maka diharapkan dapat meningkatkan peringkat SMPI al-Azhar 14

(10)

BAB II

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN

PADA MATERI PEMBELAJARAN REAKSI KIMIA SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Landasan Teori

1.Belajar dan Mengajar

Secara umum Roestiyah mengartikan belajar sebagai proses

perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.12 Belajar juga dapat diartikan berusaha memperoleh kepandaian/ilmu,

berlatih, atau berubahnya tingkah laku/tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. Selain itu beberapa tokoh juga mendefinisikan belajar itu

sendiri, seperti Ernest R. Hilgard. Pada bukunya yang berjudul Theories

of Learning, menjelaskan definisi belajar sebagai berikut :

“Learning is the process by which an activity originates or is

changed through training procedures (whether is the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by

factors not attribute to training”13

Pada definisi di atas dijelaskan bahwa belajar berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,

dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan

sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

Gagne juga menjelaskan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi

stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian

rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami

12

Dra. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001)., hlm. 14. 13

Drs. H. Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, (Solo : CV. Aneka, 1993), hlm. 20.

(11)

situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi seperti tadi.14 Sedangkan Morgan, mengemukakan belajar sebagai setiap perubahan

yang relatif permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil

dari latihan atau pengalaman. Serta Witherington mengartikan belajar

sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,

kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

Selain itu, belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku

pada hati (jiwa) pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki

menuju perubahan baru.15 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang

berlangsung terus-menerus (pengalaman) sehingga menyamgkut aspek

fisik maupun psikis, seperti pemecahan suatu masalah/berpikir,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap.

Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar antara lain:16 a. Perubahan terjadi secara sadar

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau

sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah terjadi adanya suatu

perubahan dalam dirinya.

b.Perubahan dalam belajar

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan tidak statis. Perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna

bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

14

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 84.

15

Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Mazid, Tarbiyah wa Turuqit Tadris, (Mesir:

Darul Ma’arif, 1979), hlm. 169.

16

(12)

c. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif

Pada perbuatan belajar, perubahan–perubahan itu senantiasa bertambah

dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya.

d.Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan tingkah laku yang terjadi setelah belajar bersifat tetap dan

permanen

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai .

Perubahan belajar terarah kepada perubahan yang benar –benar

disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh pada sikap, keterampilan

dan pengetahuan .

Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dapat dialami oleh siswa sendiri. Bila siswa

belajar, maka akan terjadi perubahan mental, di samping itu juga terjadi

perubahan jasmani pada diri siswa.17 Perkembangan mental siswa dapat terjadi bila; Pertama, pertumbuhan jasmani telah siap (sebagai ilustrasi,

perkembangan berbahasa terjadi setelah alat-alat berbicara dan berpikir

siap berfungsi). Kedua, individu belajar, baik atas dorongan sendiri

ataupun dorongan dari lingkungan sekitar. Dari sisi perkembangan

individu, perkembangan mental dengan belajar bersifat mendorong

(sebagai ilustrasi, siswa kelas X SMA yang mendapatkan nilai sedang

pada mata pelajaran kimia. Semula ia segan belajar kimia karena mata

pelajaran kimia sangat sulit. Setelah ia mendapatkan penjelasan bahwa

kimia sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dan untuk belajar di

perguruan tinggi, siswa tersebut bersemangat dalam belajar kimia. Nilai

17

(13)

kimianya menjadi baik, dan ia makin bertambah semangat, rajin, dan

disiplin belajar).

Pengertian mengajar secara sederhana adalah upaya menyampaikan

bahan pelajaran pada siswa. Mengajar dalam arti luas adalah segala

upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa

untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan.18 Dengan demikian pembelajaran (proses belajar-mengajar) merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang

mengoptimalkan kegiatan belajar.

Adapun prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru

dalam melakukan pembelajaran adalah sebagai berikut.19

a. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.

Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan

yang akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa

sebelum pembelajaran berlangsung harus diketahui guru. Tingkat

kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat

diketahui diantaranya dengan melakukan pre test. Hal ini sangat

penting agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

b.Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.

Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi

kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi

belajar.

c. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.

Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu

mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dapat dipelajari

seseorang secara tepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh orang lain

dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus

memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.

18

Drs. H. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hlm. 12.

19

(14)

d.Kesiapan (readliness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan

dalam mengajar.

Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik secara fisik

maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk

melakukan pembelajaran, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik.

Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh

karena itu, pembelajaran dilakukan kalau individu mempunyai

kesiapan.

e. Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa.

Tujuan pembelajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku

apa yang diperoleh setelah pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran

diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar.

f. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar.

Belajar harus bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam

mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu :

1) dari sederhana kepada kompleks (rumit);

2) dari konkret kepada yang abstrak;

3) dari umum (general) kepada yang

4) dari yang sudah diketahui kepada yang tidak diketahui (konsep

yang bersifat abstrak);

5) dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi. Atau

sebaliknya;

6) sering menggunakan reinforcement (penguatan).

2.Strategi dan Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah pola dan urutan perbuatan guru-murid

di dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar.20 Strategi pembelajaran dengan demikian rencana dan cara-cara membawakan pengajaran agar

segala prinsip dasar dapat terlaksana dan tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. Akhmad Sudrajat mengemukakan “Strategy is a plan of

20

(15)

operation, and method isa way in achieving something”.21Dari sini jelas

bahwa strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran diantaranya; ceramah,

demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium/praktikum/eksperimen,

pengalaman lapangan (inquiry), brainstorming, debat, simposium, dan

sebagainya. Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan/materi maka strategi

pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua jenis.

a. Strategi pembelajaran ekspositori, guru mengolah secara tuntas

pesan/materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik

tinggal menerima saja.

b.Strategi pembelajaran heuristik, peserta didik mengolah sendiri

pesan/materi dengan pengarahan dari guru.22 3.Metode Pembelajaran Eksperimen

Karena siswa belum mengetahui teori dari suatu permasalahan,

maka harus melakukan kegiatan mengkaji, menyelidiki, menyusun

hipotesis, mencoba, menemukan secara induktif, merumuskan,

memeriksa, dan membuat simpulan tentang objek. Pembelajaran dengan

metode eksperimen dapat dilakukan secara individual atau secara

kelompok. Jika tujuannya untuk melatih belajar bekerja mandiri,

pembelajaran harus dilakukan secara individual. Belajar sendiri

memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan

kecepatannya. Hal ini menguntungkan siswa yang lambat belajarnya

dalam memahami materi, karena tidak terseret-seret oleh temannya yang

cepat belajarnya. Materi untuk belajar individual harus dipilih yang

sesuai dengan kemampuan siswa. Penjelasan dan perintah kepada siswa

kelas rendah sebaiknya diberikan secara lisan. Bagi siswa kelas tinggi,

informasi dan perintah dapat disampaikan secara tertulis pada lembar

21

Akhmad Sudrajat, 2008, /artikel online/, Metode Pembelajaran, , http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ diunduh tanggal 9 Desember 2008.

(16)

kerja siswa. Untuk tujuan belajar kerjasama, pembelajaran dilaksanakan

secara kelompok.

Eksperimen atau percobaan adalah suatu tuntutan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu

produk yang dapat dinikmati masyarakat. Eksperimen dilakukan orang

untuk mengetahui kebenaran suatu gejala dan dapat menguji dan

mengembangkannya menjadi suatu teori.23 Kegiatan eksperimen yang dilakukan siswa sekolah dasar merupakan kesempatan memiliki yang

dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri,

berfikir ilmiah dan rasional serta mengembangkan pengalamannya di

masa mendatang.

Metode pembelajaran eksperimen diartikan sebagai cara

pembelajaran yang melibatkan siswa dengan mengalami dan

membuktikan sendiri proses dan hasil eksperimen itu. Karena siswa

belum mengetahui teori dari suatu permasalahan, maka harus melakukan

kegiatan mengkaji, menyelidiki, menyusun hipotesis, mencoba,

menemukan secara induktif, merumuskan, memeriksa, dan membuat

simpulan tentang objek. Jadi dalam menerima suatu berita kita harus

mengetahui kebenaran dari berita/informasi tersebut, apalagi

berita/informasi dari orang fasik. Sebagaimana diterangkan dalam Q.S.

al-Hujaraat ayat 6 :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa

23

(17)

mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas

perbuatanmu itu. “24

Les Giblin menyatakan bahwa seseorang dapat mengingat 10% dari

yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari

yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang

dilakukannya.25 Berdasarkan besarnya presentasi dari keadaan tersebut,

dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran eksperimen merupakan

metode yang penting. Belajar melalui berbuat lebih baik daripada untuk

mengerjakan objek. Terkait dengan hal tersebut, guru perlu memahami

modus atau pola pengalaman belajar siswa dan kemungkinan hasil belajar yang dicapainya, dalam “Kerangka Kerucut Pengalaman” (gambar 1).

Gambar 1: Kerangka Kerucut Pengalaman

Metode pembelajaran eksperimen dapat juga digunakan untuk

mengajarkan objek langsung melalui percobaan secara langsung. Dengan

menggunakan metode pembelajaran eksperimen semangat belajar siswa

dapat ditingkatkan. Siswa belajar berbuat, menghayati dan menghargai

metode ilmiah, meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan

masalah, serta melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi. Jika

pembelajaran dengan metode pembelajaran eksperimen diberikan secara

24

Tim Penerjemah al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penafsiran/Penerjemehan, 1971), hlm. 846.

25

(18)

kelompok, anggotanya cukup tiga atau empat siswa. Semua anggota

kelompok diusahakan agar benar-benar berperan aktif, dapat bekerjasama,

saling menunjang, dan bergotong-royong dalam menyelesaikan tugas

kelompok yang diberikan.

Adapun tujuan dari metode pembelajaran eksperimen ini adalah:

a. agar siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang

diperoleh;

b.melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan

melaporkan percobaan; dan

c. melatih siswa menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik

kesimpulan dan fakta, informasi atau data, yang terkumpul melalui

eksperimen.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka

jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap

siswa.

b.Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang

meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka

kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan

bersih.

c. Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati

proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga

mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d.Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu

diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh

pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan

sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen

itu.

e. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai

(19)

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga

masalah itu tidak biasa diadakan percobaan.26 Prosedur eksperimen antara lain:

a. perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen, mereka harus

memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.

b.memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan

yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus

dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

c. selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa.

Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang

kesempurnaan jalannya eksperimen.

d.setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian

siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya

jawab.27

Keunggulan penggunaan metode eksperimen ini adalah:

a. membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan eksperimennya

daripada hanya menerima kata guru atau buku;

b. siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang

diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya;

c. dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan

berpikir ilmiah;

d. memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif,

realistis, dan menghilangkan verbalisme; dan

e. hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.

Adapun kelemahan metode eksperimen ini adalah:

a. memerlukan peralatan eksperimen yang lengkap;

b. dapat menghambat laju pembelajaran dalam eksperimen yang

memerlukan waktu lama;

26

Maria Ulfah, 2009, /artikel online/, Experimental Method,

http://mariaulfah,ExperimentalMethod,multiply.com/jurnal/ diunduh 21 Januari 2009. 27

(20)

c. menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa apabila kurang

berpengalaman dalam penelitian; dan

d. kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada

kesalahan menyimpulkan.

4.Prestasi Belajar

Prestasi belajar dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi

adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dan

sebagainya. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian.ilmu,

berlatih, atau berubahnya tingkah laku/tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri

seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam

berpikir, bersikap, dan berbuat. Sedangkan prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru.28 Prestasi belajar kimia adalah suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik

setelah ia menjalani proses belajar yang berupa nilai yang meliputi nilai

afektif, kognitif, dan psikomotorik dalam bidang ilmu kimia. Prestasi

belajar bergantung pada banyak faktor, akan tetapi tidak semua faktor

mempunyai pengaruh yang sama besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa dibedakan menjadi faktor internal dan faktor

eksternal.29

a. Faktor Intern (dari dalam), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi hasil

belajar yang berasal dari diri seseorang yang sedang belajar itu sendiri.

Faktor intern meliputi:

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis berhubungan erat dengan kesehatan fisik dan

kondisi fisiologis ini umumnya berpengaruh terhadap prestasi

belajar anak didik. Anak didik yang belajar dalam keadaan segar

28

Tirtonegoro Sutratinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hlm. 43.

29

(21)

jasmaninya akan berbeda prestasi belajarnya daripada anak didik

yang belajar dalam keadaan lemah.

2) Faktor psikologis

Faktor yang perlu diperhatikan yang berhubungan dengan hal ini

adalah anak didik harus mempunyai kesiapan mental untuk

menghadapi tugas yang harus dipelajari. Beberapa faktor psikologis

yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar adalah tingkat

kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi, dan kemampuan kognitif.

b. Faktor Ekstern (dari luar), yaitu faktor yang berasal dari luar diri anak

didik yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ekstern meliputi:

1) Faktor lingkungan

Proses belajar mengajar faktor lingkungan juga memegang peranan

penting, karenanya harus mendapat perhatian.

2) Faktor instrumen

Yaitu faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai

dengan prestasi belajar yang diharapkan, meliputi: kurikulum,

program guru atau tenaga pengajar, sarana, fasilitas, dan sebagainya.

5.Reaksi Kimia

Perubahan Materi

Berbagai perubahan materi kita temukan dalam kehidupan

sehari-hari. Misalnya, es mencair, air menguap, kertas terbakar, besi berkarat,

atau makanan menjadi basi. Berbagai macam perubahan materi dapat

digolongkan ke dalam perubahan fisis atau perubahan kimia. Perubahan

fisis adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru, pada perubahan

fisis, hakikat zat tidak berubah, yang berubah hanya bentuk atau

wujudnya. Sebaliknya, pada perubahan kimia terbentuk zat baru.30 Berikut ini diberikan beberapa contoh perubahan fisis dan kimia dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam industry.

Contoh perubahan fisis:

a. es mencair

30

(22)

b.air menguap

c. lilin meleleh

d.beras digiling menjadi tepung

e. lampu pijar menyala

f. kawat nikrom dibakar hingga berpijar

g.mencuci pakaian dengan sabun

h.memisahkan bensin dari minyak bumi

i. memisahkan oksigen dari udara

j. membuat meja dari balok kayu

Contoh perubahan kimia:

a. kertas terbakar

b.besi berkarat

c. lilin menyala/.terbakar

d.beras dimasak menjadi nasi

e. lampu petromaks menyala

f. pita magnesium dibakar hingga berpijar

g.mengelantang pakaian dengan pemutih

h.membuat plastik dari minyak bumi

i. membuat pupuk urea dari amonia

j. membuat sabun dari minyak kelapa

Ketika mengamati proses perubahan wujud es yang mencair atau air

menguap. Proses itu tidak menghasilkan zat baru . Es, air, dan uap air

adalah air (H2O). Es adalah air dalam bentuk padatan, sedangkan uap air

adalah air dalam bentuk gas. Demikian juga halnya dengan lilin yang

meleleh, tidak berbentuk zat baru. Lilin yang meleleh itu segera kembali

menjadi lilin padat jika didinginkan. Berbeda halnya jika perhatikan

kertas yang dibakar (menjadi abu) atau besi yang berkarat (menjadi karat

besi). Pada kedua itu terbentuk zat baru. Abu tertentu berbeda dari kertas

(23)

Ciri-ciri Reaksi Kimia

Pada kehidupan sehari-hari, banyak terjadi reaksi kimia. Biasanya

manusia tidak pernah menyadari akan adanya reaksi kimia di sekitarnya,

bahkan pada tubuh manusia sendiri. Nasi yang dimakan dan dikunyah

oleh mulut mengalami reaksi kimia. Tanaman dapat tumbuh karena

adanya proses fotosintesis di dalamnya yang melibatkan reaksi kimia.

Batang besi yang awalnya mengkilap, keras, dan dapat ditempa dapat

berubah menjadi rapuh, berwarna kuning kecokelatan, dan tidak dapat

ditempa akibat perkaratan. Karat terbentuk karena adanya reaksi kimia

antara besi dengan uap air di udara.

Reaksi kimia yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dapat diamati

dari beberapa perubahan. Setiap reaksi kimia mempunyai ciri-ciri, yaitu

terbentuknya endapan, perubahan warna, perubahan suhu dan terbentuk

gas.31 Berikut ini adalah beberapa ciri yang dapat diamati pada suatu reaksi kimia.

a. Terbentuk endapan

Dua jenis larutan yaitu kalium bromida (KBr) dari perak nitrat

(AgNO3) apabila dicampurkan akan menghasilkan reaksi kimia.

Reaksi antara larutan kalium bromida dan perak nitrat tersebut

menghasilkan endapan yang berwarna putih. Endapan yang terbentuk

merupakan zat baru yaitu perak bromida (AgBr). Reaksi antara kalium

bromida dan perak nitrat dapat dituliskan dlm persamaan berikut:

) ( )

( )

( )

(aq AgNO 3 aq AgBr s KNO 3 aq

KBr   

Dari persamaan di atas diketahui bahwa reaksi antara kalium bromida

(KBr) dan perak nitrat (AgNO3) menghasilkan perak bromida (AgBr)

dan kalium nitrat (KNO3). Keterangan “aq” pada KBr, AgNO3, dan

KNO3 menyatakan bahwa ketiga zat tersebut merupakan larutan (aq=

aqueous= larutan). Sedangkan keterangan “s” pada AgBr menyatakan

bahwa zat tersebut merupakan padatan (s= solid= padat).

31

(24)

Pada reaksi kimia di atas, endapan terbentuk karena perak bromida

(AgBr) tidak larut dalam air. Dalam suatu reaksi kimia, umumnya

endapan akan terbentuk apabila salah satu hasil reaksi tdh dapat larut

dalam air. Tidak semua reaksi kimia akan terbnetu endapan karena

terkadang semua hasil reaksi dapat larut dalam air.

b.Terjadinya Perubahan Warna

Ciri lain yang dapat diamati pada sebuah reaksi kimia adalah

perubahan warna. Misalnya pada reaksi antara kalium kromat

(K2CrO4) dan perak nitrat (AgNO3). Larutan kalium kromat berwarna

kuning sedangkan larutan perak nitrat tidak berwarna (bening).

Apabila larutan kalium kromat diteteskan ke dalam larutan perak nitrat

maka akan terjadi reaksi berikut:

)

Hasil reaksi antara kalium kromat dan perak nitrat merupakan larutan

yang berwarna orange. Reaksi kimia yang menimbulkan perubahan

warna juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya perubahan

warna yang terjadi pada buah yang mulai matang. Warna buah yang

semula hijau dapat berubah menjadi kuning, jingga, atau merah.

Reaksi ini melibatkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya.

Reaksi yang melibatkan enzim semacam ini dinamakan sebagai

reaksi enzimatis.

c. Terbentuk Gas

Perubahan kimia yang terjadi juga dapat ditandai dengan timbulnya

gas. Contohnya jika kalsium karbonat direaksikan dengan larutan asam

klorida, maka akan terbentuk gas karbon dioksida. Persamaan reaksi

tersebut adalah sebagai berikut:

(25)

bereaksi dengan asam klorida. Sedangkan kalsium klorida larut di

dalam air.

Jika kita jeli mengamati kejadian sehari-hari, kita dapat mengetahui

berbagai reaksi kimia yang menghasilkan gas. Misalnya pada reaksi

kimia yang terjadi pada pembusukan makanan dan juga pada proses

pembakaran. Kedua proses tersebut melibatkan reaksi kimia yang

dapat ditandai dengan timbulnya gas.

Proses pematangan buah-buahan juga melibatkan suatu reaksi kimia

yang menimbulkan gas. Jenis gas yang timbul pada pematangan buah

ini adalah gas etilen (C2H2). Gas ini menyebabkan terjadinya

perubahan enzim dalam buah sehingga membuat menjadi matang.

Terkadang pematangan buah juga dipercepat dengan menempatkan

bongkahan karbit dalam suatu kantong bersama buah yang akan

dimatangkan, misalnya: pisang. Hlm ini disebabkan karbit

memproduksi gas etilen.

d.Terjadi Perubahan Suhu

Pada reaksi kimia, umumnya terjadi perbedaan suhu antara zat-zat

yang bereaksi (reaktan) dengan zat-zat hasil reaksi (produk).

Perubahan suhu dalam suatu reaksi kimia ada dua macam, yaitu

eksoterm dan endoterm.

Reaksi eksoterm terjadi bila zat hasil reaksi suhunya lebih tinggi dari

zat-zat yang bereaksi. Oleh karena itu suhu akhir reaksi lebih tinggi

daripada suhu awal reaksi. Contoh reaksi eksoterm adalah

pembakaran, reaksi netralisasi, dan penambahan air pada larutan

asam pekat. Sedangkan reaksi endoterm terjadi bila zat hasil reaksi

suhunya lebih rendah daripada zat-zat yang bereaksi. Pada reaksi

endoterm, suhu kahir lebih rendah daripada suhu awal reaksi. Contoh

reaksi endoterm adalah reaksi antara urea dengan air. Bila urea

direaksikan dengan air maka akan terjadi penurunan suhu. Hal

(26)

kantong plastik dan mencampurkannya dengan air. Setelah beberapa

saat kantong tersebut akan menjadi lebih dingin dari sebelumnya.

B. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikiran yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah :

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penggunaan

metode pembelajaran eksperimen untuk pelajaran kimia materi

pembelajaran reaksi kimia pada siswa kelas VII SMPI al-Azhar 14

Semarang. Serta memberikan pengertian kepada guru bahwa metode

pembelajaran eksperimen efektif dan relevan untuk diterapkan dapam

pembelajaran.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober – 22 Nopember

2008. Adapun tempat yang digunakan untuk penelitian bertempat di SMPI

al-Azhar 14 Semarang.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau

gejala yang diteliti.32 F.N. Kerlinger mengatakan variabel sebagai sebuah konsep, sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala

yang bervariasi. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (independent variable),33 yaitu metode pembelajaran

eksperimen.

b. Variabel terikat (dependent variable), yaitu prestasi belajar siswa

SMPI al-Azhar 14 Semarang kelas VII pada materi pembelajaran

reaksi kimia.

32

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 72. 33

Merupakan variabel yang menyebabkan/mempengaruhi terjadinya prestasi belajar. Lihat : Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 12, hlm. 119.

(28)

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. McNiff

mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri yang hasilnya

dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah, dan

pengembangan keahlian mengajar.34 Dalam penelitian tindakan kelas ini, merujuk pada metode Kurt Lewin yang menunjuk empat komponen pokok

penelitian tindakan kelas yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan

(acting), 3) observasi (observing), dan 4) refleksi (reflecting).35 Metode

Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2: Alur tindakan kelas menurut metode Kurt Lewin

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus, yaitu:

 Siklus I : metode pembelajaran eksperimen dengan sub materi

pembelajaran perubahan materi.

 Siklus II : metode pembelajaran eksperimen dengan submateri

pembelajaran reaksi kimia.

Yang setiap siklusnya meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan (Pra Siklus)

Kegiatan ini diawali dengan ide yang merupakan harapan yang ingin

dicapai dalam penelitian, berdasarkan temuan dan analisa data. Pada

tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran antara peneliti

dengan kolaborator, yang pada penelitian ini adalah guru sains kimia

yang ada di SMPI al-Azhar 14. Dari diskusi yang dilakukan setelah

melakukan pengamatan proses belajar siswa didapatkan bahwa yang

menyebabkan nilai siswa rendah yaitu motivasi siswa yang kurang,

dikarenakan siswa bosan menerima pembelajaran yang monoton.

34

Prof. Dr. H. Mohammad Asrori, M.Pd., Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Wacana Prima, 2008), hlm. 4.

35

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Yrama Widya, 2008), hlm. 30.

(29)

2. Siklus I

Pada siklus pertama ini mengambil sub materi perubahan zat,

selanjutnya disebut tindakan I.

a. Perencanaan tindakan I

Materi yang akan disampaikan pada tindakan I adalah perubahan

materi dengan topik:

1) menentukan ciri-ciri dan identifikasi perubahan zat (perubahan

kimia dan perubahan fisika).

Tujuan pembelajaran pada tindakan I adalah:

1) siswa diharapkan dapat mengetahui ciri-ciri sifat kimia dan

sifat fisika (perubahannya);

2) siswa diharapkan dapat mengidentifikasi perubahan kimia dan

perubahan fisika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu

dilaksanakan, antara lain:

1) guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

2) guru menyusun petunjuk praktikum/kerja;

3) guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

untuk praktikum.

b. Pelaksanaan tindakan I

1) Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, siswa

mengingat kembali pengetahuan awal (prakonsepsi) tentang

sifat-sifat dan perubahan zat yang dibimbing oleh guru. Dengan

mengeksplorasi benda konkret secara langsung dari

pengalamannya yang telah diperoleh sebelumnya. Siswa diajak

menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah

sebagai berikut.

a) Siswa memahami penjelasan guru tentang langkah-langkah

eksperimen;

b) Guru membagi tugas eksperimen secara kelompok, yang

(30)

c) Siswa melakukan eksperimen sesuai dengan petunjuk kerja

sesuai bimbingan guru sebagai fasilitator;

d) Siswa menganalisis hasil eksperimen mengenai jenis-jenis

perubahan fisika dan kimia, dan mendiskusikannya serta

mempresentasikan hasil eksperimen tersebut;

e) Siswa mengecek ulang hasil eksperimennya masing-masing

dan memperbaiki eksperimen yang salah dan

menyimpulkannya.

2) Guru memberikan pemantapan pemahaman siswa melalui

tugas/latihan/bahan diskusi.

3) Guru memberikan evaluasi akhir tindakan I.

c. Observasi tindakan I

Selama pembelajaran berlangsung kolaborator mengamati guru

mengajar dan mencatat semua aktivitas siswa dengan

menggunakan lembar observasi.

d. Refleksi tindakan I

Semua data yang diperoleh akan dideskripsikan baik data hasil

evaluasi maupun data hasil observasi. Data yang diamati antara

lain; hasil post-test siswa, keaktifan siswa selama pembelajaran,

serta kinerja guru dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil deskripsi

tersebut dapat diambil simpulan apakah subjek penelitian telah

memahami konsep perubahan zat atau belum. Berdasarkan hasil

analisis data tersebut, barulah dapat disimpulkan apakah tindakan

perlu dilanjutkan atau tidak. Jika tujuan pembelajaran sudah

tercapai, maka tindakan bisa dihentikan. Akan tetapi jika belum

tercapai, maka tindakan dapat dilanjutkan dengan tindakan

selanjutnya.. Sehingga pada siklus ini subjek penelitian

(31)

3. Siklus II

Pada siklus kedua ini mengambil sub materi reaksi kimia, selanjutnya

disebut tindakan II.

a. Perencanaan tindakan II

Materi yang akan disampaikan pada tindakan II adalah reaksi kimia

dengan topik:

1) Reaksi-reaksi kimia yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari;

2) Ciri-ciri yang terjadi pada reaksi kimia.

Tujuan pembelajaran pada tindakan II adalah:

1) Siswa diharapkan dapat mengetahui reaksi-reaksi kimia yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari;

2) Siswa diharapkan dapat mengidentifikasi ciri-ciri yang terjadi

dalam reaksi kimia.

Sebelum melaksanakan pembelajaran, ada beberapa hal yang perlu

dilaksanakan, antara lain:

1) Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

2) Guru menyusun petunjuk praktikum/kerja;

3) Guru mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

untuk praktikum.

b. Pelaksanaan tindakan II

1) Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, siswa

mengingat kembali pengetahuan awal (prakonsepsi) tentang

reaksi kimia yang dibimbing oleh guru. Dengan

mengeksplorasi benda konkret secara langsung dari

pengalamannya yang telah diperoleh sebelumnya. Siswa diajak

menyelesaikan masalah tersebut dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a) Siswa memahami penjelasan guru tentang langkah-langkah

eksperimen;

b) Guru membagi tugas eksperimen secara kelompok, yang

(32)

c) Siswa melakukan eksperimen reaksi kimia sesuai dengan

petunjuk kerja di bawah bimbingan guru sebagai fasilitator;

d) Siswa menganalisis hasil eksperimen cirri-ciri yang terjadi

pada reaksi kimia dan mendiskusikannya serta

mempresentasikan hasil eksperimen tersebut;

e) Siswa mengecek ulang hasil eksperimennya masing-masing

dan memperbaiki eksperimen yang salah dan

menyimpulkannya.

2) Guru memberikan pemantapan pemahaman siswa melalui

tugas/latihan/bahan diskusi.

3) Guru memberikan evaluasi akhir tindakan II.

4) Selanjutnya untuk kegiatan observasi dan refleksi pada siklus II

akan mengikuti kegiatan observasi dan refleksi pada siklus I.

Tahap-tahap penelitian yang telah diuraikan di atas dapat dipersingkat

menggunakan alur tindakan pada gambar 3.

E. Populasi, Sampel, danTeknik Pengambilan Sampel

Pengertian populasi adalah keseluruhan kelompok subjek

penelitian.36 Adapun yang dimaksud sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester I SMPI al-Azhar 14 Semarang

tahun ajaran 2008/2009.

Menurut Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil

dari populasi yang diteliti.37 Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster sampling, yaitu secara acak dipilih satu

kelas sebagai sampel. Menurut Jamesh Mc. Millan and Sally Schumacher

menegaskan definisi random sampling sebagai berikut:

“Cluster sampling is the technique where the researcher identifies convenient, naturally occurring group units, such as neighborhoods,

36

Bruce W Tuckman, Conducting Educational Research, (London: Harcourt Brace Jovanovich, 1972), 2nd, hlm. 107.

37

(33)

schools, districts, or regions, not individual subjects, and then randomly selects some of these units for the study”38

Sehingga didapatkan kelas VII-A sebagai sampel dari penelitian ini.

Adapun dasar pemikiran dari random sampling adalah bahwa semua

anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dimasukkan

sebagai anggota sampel.39 Sebenarnya tidak ada ketetapan mutlak berapa persen suatu sampel harus diambil dari populasi. Tidak ada ketetapan yang

mutlak itu, sehingga tidak perlu menimbulkan keragu-raguan pada seorang

peneliti. Suatu hal yang justru perlu diperhatikan adalah keadaan

homogenitas populasi.40 Homogenitas populasi ini diambil berdasarkan nilai USBN (Ujian Sekolah Bestandart Nasional) dari siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data diambil dari siswa , teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan

data yang melalui dokumen-dokumen.41 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data siswa dan data nilai kimia ulangan siswa pada

materi pembelajaran sebelumnya yang menjadi populasi.

2. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.42 Tes yang digunakan untuk memperoleh data yaitu pre test maupun tes

38

Jamesh Mc. Millan and Sally Schumacher, Research in Education; A Conceptual Introduction, (London: Longman, 2001), hlm. 173

39

Prof. Drs. Sutrisno Hadi, MA., Metodologi Research; Jilid 3, (Yogyakarta: Andi, 2004). hlm. 336.

40

Ibid., Jilid 1, hlm. 81. 41

Amirul Hadi dan Haryanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 110.

42

(34)

pada setiap akhir tindakan untuk memperoleh data tentang pemahaman

siswa terhadap materi yang dipelajari.

Tes ini untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Hasilnya digunakan sebagai acuan untuk melihat

kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta untuk

menganalisis dan merefleksi tindakan selanjutnya. Hasil pekerjaan

siswa dianalisis untuk menentukan letak kesulitan dalam penyelesaian

soal materi.

3. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode yang digunakan melalui pengamatan

yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

dengan menggunakan keseluruhan alat indera.43 Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru. Observasi ini

bertujuan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan perencanaan

dan mengetahui sejauh mana tindakan dapat menghasilkan perubahan

yang dikehendaki. Observasi dilakukan oleh pengamat dengan

menggunakan lembar observasi. Alat yang digunakan dalam

mengadakan observasi dalam penelitian ini adalah daftar cek

(checklist). Daftar cek merupakan bentuk skala yang berisi sejumlah

pernyataan singkat yang harus direspon dengan dibubuhkan tanda cek (√).44

Penggunaan daftar cek sangat luas bisa untuk mengukur

pendapat, persepsi, kegiatan, kebiasaan, pengalaman, juga untuk

mengidentifikasi sesuatu. Pada daftar cek semua gejala yang akan atau

mungkin akan muncul pada suatu subyek yang menjadi obyek suatu

penelitian, didaftar secermat mungkin sesuai dengan masalah yang

diteliti, juga disediakan kolom cek yang digunakan selama observasi.45 Berdasarkan butir (item) yang ada pada daftar cek, bila suatu gejala

43

Ibid., hlm. 149 44

Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidkan, (Bandung : Program Pasca Sarjana UPI kerjasama dengan Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 228

45

(35)

muncul dibubuhkan tanda cek (√) pada kolom yang tersedia. Hal ini

memungkinkan dapat dengan mudah diamatinya seluruh gejala yang

muncul sesuai dengan data yang dibutuhkan. Dalam setiap kolom yang diberi tanda cek (√) mendapatkan dengan point 1, sedangkan yang tidak diberi tanda cek (√) mendapatkan dengan point 0. Adapun lembar observasi yang digunakan berupa lembar kinerja guru dalam proses

pembelajaran dan lembar keaktifan siswa selama pembelajaran.

4. Metode Angket

Metode angket sering digunakan untuk mengumpulkan data. Angket

memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul

data. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka angket harus melalui

prosedur. Prosedur yang harus dilalui, sebagai berikut:

a. merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan angket;

b. mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran angket;

c. menjabarkan setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih

spesifik dan tunggal;

d. menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk

menentukan teknik analisisnya.46

G. Metode Penyusunan Instrumen

1. Penyusunan Instrumen Pengajaran

Penyusunan instrumen pengukuran dapat dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. menentukan materi (materi dalam penelitian ini adalah pengajaran

kimia materi pembelajaran reaksi kimia);

b. menentukan alokasi waktu (waktu yang disediakan untuk

mengerjakan soal adalah 80 menit);

c. menentukan bentuk tes (bentuk soal berupa soal-soal obyektif yang

berbentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban);

46

(36)

d. membuat kisi-kisi soal, dengan mencantumkan jenjang atau

tingkatan soal, ruang lingkup bahan pelajaran dan tujuan pelajaran;

e. membuat perangkat tes, yaitu dengan menulis butir soal dengan

lingkup dan jenjang yang disesuaikan dengan kisi-kisi yang telah

dibuat, menulis petunjuk.pedoman mengerjakan soal, serta

membuat kunci jawaban;

f. mengujicobakan instrumen; dan

g. menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, realibilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembeda.

2. Analisis Uji Instrumen

Perangkat tes yang sudah tersusun rapi, kemudian diujicobakan kepada

siswa yang sudah mendapatkan pengajaran materi pembelajaran reaksi

kimia. Adapun analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen ini

meliputi validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Sebuah tes atau soal dikatakan valid

apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Teknik

yang digunakan untuk mengetahui kevalidan soal adalah teknik

Korelasi Product Moment.47

}

Keterangan : rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua

variabel yang dikorelasikan.

Untuk mengetahui apakah butir soal yang digunakan valid

digunakan kriteria:

Perangkat tes valid jika rxy≥ rtabel

Berdasarkan uji coba soal dengan menggunakan rumus Korelasi

Product Moment diperoleh masing-masing soal pada taraf

47

(37)

kepercayaan 5% dengan N = 30 diperoleh rtabel 0,361 dengan

ketentuan rxy sama atau lebih besar dari rtabel maka instrumen

tersebut valid. Dapat diketahui dari 10 soal dan 20 soal pada siklus

I dan II ternyata hasil hitungan tiap soal menunjukkan angka lebih

besar dari rtabel, sehingga dengan demikian seluruh soal adalah

valid. (hasil hitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9

dan 10)

b. Realibilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika

tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian

realibilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes.

Rumus yang digunakan adalah KR-20.48



r11 = realibilitas tes secara keseluruhan

N = banyaknya responden

M = rata-rata skor total

taraf kepercayaan 5%, jika r11 > rtabel maka instrumen reliabel.

(38)

ternyata hasil hitungan tiap soal menunjukkan angka lebih besar

dari rtabel, sehingga dengan demikian seluruh soal adalah reliabel.

(hasil hitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan

10).

c. Tingkat kesukaran

Ditinjau dari tingkat kesukaran, soal yang baik adalah soal yang

tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu

mudah tidak merangsang siswa untuk memecahkannya, sedangkan

soal yang telalu sukar dapat menyebabkan siswa cepat putus asa

dan tidak mau mencoba lagi karena itu di luar kemampuan mereka.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal

disebut indeks kesukaran (difficulty index).Di dalam istilah

evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P. singkatan dari

proporsi.49 Rumus mencari proporsi sebagai berikut :

JS B P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria :

0,00 – 0,10 = sangat sukar

0,11 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 0,90 = mudah

> 0,90 = sangat mudah

Berdasarkan uji coba 10 soal untuk siklus I didapatkan soal-soal

yang mudah dan sedang. Soal dengan kategori mudah hanya pada

soal nomor 10, dan soal dengan kategori sedang yaitu nomor 1, 2,

3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Sedangkan pada uji coba 20 soal untuk siklus

49

(39)

II didapatkan soal-soal yang mudah dan sedang. Soal dengan

kategori mudah pada soal nomor 5 , 9, dan 12, sedangkan soal

dengan kategori sedang yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 13,

14, 15,16, 17, 18, 19 dan 20. (hasil hitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 9 dan 10).

d. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).50

Rumus mencari datya pembeda (nilai D) sebagai berikut:

B

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar soal

itu dengan benar

nilai negatif = tidak baik

Berdasarkan uji coba 10 soal untuk siklus I didapatkan soal-soal

yang cukup dan baik. Soal dengan kategori cukup yaitu soal nomor

2, 3, 4, 5, dan 6, sedangkan soal dengan kategori baik yaitu nomor

1, 7, 8, 9, dan 10. Dan pada uji coba 20 soal untuk siklus II

50

(40)

didapatkan soal-soal yang cukup ,baik dan baik sekali. Soal dengan

kategori cukup yaitu soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 16, 18 dan

20, soal dengan kategori baik yaitu nomor 1, 4, 8, 12, 13, 15, 17

dan 19, sedangkan soal dengan kategori baik sekali yaitu pada

nomor 14. (hasil hitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 9 dan 10).

H. Analisa Data

1. Uji Homogenitas

Sebelum dilakukan penelitian, populasi harus dalam keadaan homogen

agar dalam pengambilan sampel dapat digunakan teknik random

sampling. Data yang digunakan untuk uji ini adalah nilai USBN (Ujian

Sekolah Bestandart Nasional) dari siswa yang digunakan sebagai tes

masuk SMPI al-Azhar 14 Semarang. Uji ini dilakukan uji Bartlett

dengan rumus sebagai berikut :

X2 = ln 10 { B - ∑ ( ni– 1 ) log Si2 }

S2 = varians gabungan dari semua populasi Si2 = varians masing-masing kelompok

Kriteria pengujian, jika X2hitung≤ X2tabel dengan dk = k – 1 dan peluang

(1-α) maka sampel dalam keadaan homogen.51

Berdasarkan perhitungan diperoleh X2hitung = 3,6053 dengan taraf

kepercayaan 5% dan dk = (k – 1) = 3 diperoleh X2tabel = 7,8147. Dari

hasil hitungan ternyata menunjukkan X2hitung < X2tabel, sehingga dengan

demikian bahwa populasi dalam keadaan homogen. (hasil hitungan

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2).

2. Kelulusan Klasikal

51

Gambar

Tabel 1.1. Nilai Mid Semester Mata Pelajaran Sains Kimia Sebelum Penelitian
Gambar 1: Kerangka Kerucut Pengalaman
Gambar 2: Alur tindakan kelas menurut metode Kurt Lewin
Gambar 3: Alur tindakan pada penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Alat peraga fisika sederhana yang dikembangkan ini sebagian pernah digunakan dalam berbagai kesempatan bertatap muka dengan para siswa dan guru, seperti dalam

Karena kereaktifannya yang begitu besar, halogen tidak pernah ditemukan dalam bentuk unsur bebasnya di alam.. Percobaan kali ini menggunakan larutan NaI 0,1 M, larutan NaBr 0,1 M,

Pembuktian Kualifikasi yang bertempat di Unit Layanan Pengadaan Kota Medan, Bagian Perlengkapan dan Aset Setda Kota Medan, Jalan Kapt.. Maulana Lubis

Si vous faite partie de la catégorie des affiliés audacieux des plateformes de gambling, vous serez accueillis tel un VIP lors de votre inscription et des outils marketing des

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan Penetapan Pemenang Seleksi

acara Pembuktian Kualifikasi yang bertempat di Unit Layanan Pengadaan Kota Medan, Bagian Perlengkapan dan Aset Setda Kota Medan, Jalan Kapt.. Maulana Lubis

Pokja Pengadaan Barang dan Jasa pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Mar os akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket peker jaan konstr

The concrete must be poured in the slabs formworks in vertical and not in horizontal layers since, in case concreting has to be stopped for a long period of time, when it is