• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan dan berdasarkan hasil wawancara terhadap segenap nara sumber, Pusdiklat Migas Cepu tidak melupakan keselamatan kerja bagi karyawannya, maka kebijakan dan penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja kini menjadi perhatian khusus bagi Pusdiklat Migas Cepu, salah satunya adalah penerapan program dan Sistem Tanggap Darurat (Emergency Response and Preparedness). Hal ini menjadi landasan Pusdiklat Migas Cepu guna mengendalikan dan mencegah adanya kemungkinan terjadinya kondisi darurat, terlebih tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan kecelakaan kerja, kerusakan prasarana maupun kerugian materi maupun non materi yang besar. Hasil penelitian yang didapat di Pusdiklat Migas Cepu meliputi :

1. Sumber Bahaya

Keadaan darurat yang dimaksudkan dari penerapan tersebut berdasarkan ruang lingkup yang dicakup dari adanya sumber bahaya seperti :

a. Kebakaran

Tempat yang berpotensi terjadi kebakaran adalah unit pengolahan kilang, power plant dan wax plant.

b. Kebocoran gas

Tempat yang berpotensi terjadi kebocoran gas adalah di unit pengolahan kilang dan dapur.

c. Kebocoran gas dan atau tumpahan minyak dari bahan kimia Tempat yang berpotensi adalah di kilang dan laboratorium. d. Kegagalan tenaga

Tempat yang berpotensi terjadi kegagalan tenaga adalah kilang, power plant dan boiler plant.

2. Emergency Response and Preparedness

Dalam lingkungan Pusdiklat Migas Cepu keadaan darurat merupakan insiden di Pusdiklat Migas Cepu, dimana semua pegawai dan manajemen yang ada masih mampu menanggulanginya berdasarkan pedoman keadaan darurat yang diberlakukan di Pusdiklat Migas Cepu, fokus dari keadaan darurat yang dilakukan oleh Pusdiklat Migas Cepu adalah di unit kilang dimana unit tersebut berpotensi menimbulkan bahaya terbesar yang dapat menimbulkan bahaya di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu.

a. Tujuan umum

Dilaksanakan proses pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat yang bertujuan untuk menyelamatkan sebagian atau seluruh harta benda (investasi vital) serta tenaga kerja yang berada di lokasi terjadinya keadaan darurat dengan usaha semaksimal mungkin.

b. Ruang Lingkup

Ketentuan kebijakan tanggap darurat ini berlaku untuk semua personil yang berada di dalam lingkungan Pusdiklat Migas Cepu yaitu meliputi karyawan, tamu, dan juga lingkungan yang ada didalamnya bisa dikatakan tanpa terkecuali sehingga wajib untuk dilakukan.

c. Peran Fungsionaris dan Tanggung Jawab

Organisasi dibuat dan disesuaikan berdasarkan tugas dan fungsi serta tanggung jawab bidang atau bagian terkait yang disahkan oleh Kepala Pusdiklat Migas Cepu yang didistribusikan kesetiap bidang atau bagian di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu, apabila ada pejabat dari fungsi bidang atau bagian terkait tidak berada ditempat atau berhalangan maka pejabat pengganti yang ditunjuk secara otomatis akan menjalankan tugas dari pejabat yang digantikan.

3. Emergency Response Plan

Perencanaan yang dilakukan Pusdiklat Migas adalah melakukan penanggulangan keadaan darurat dan persiapan untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak terduga. Dalam pelaksanaan prosedur menghadapi keadaan darurat di Pusdiklat Migas Cepu, dari hasil wawancara yang dilakukan Fire Chief bertugas melaksanakan penyusunan perencanaan dan penempatan tim keadaan darurat. Hal – hal yang perlu diatur dalam prosedur kesiapsiagaan tanggap darurat adalah :

a. Identifikasi jenis darurat atau bencana yang potensial yang terjadi baik di dalam lingkungan Pusdiklat Migas Cepu seperti kebakaran, kebocoran gas, kebocoran dan tumpahan minyak, kegagalan tenaga dan keadaan krisis.

b. Mempersiapkan tim penanggulangan keadaan darurat beserta tugas dan struktur organisasinya (tim pemadam kebakaran, tim evakuasi, tim rescue, keamanan, safety dan tim lingkungan).

c. Mempersiapkan sarana dan fasilitas keadaan darurat yang diperlukan dalam penannggulangan keadaan darurat.

d. Tenaga kerja mendapat sosialisasi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat resikonya.

e. Pelatihan khusus bagi tim penanggulangan yang telah ditunjuk (emergency drill).

f. Alur proses cara menghadapi keadaan darurat diantaranya alur koordinasi dan alur komunikasi, instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara jelas dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan.

g. Peta evakuasi dan titik berkumpul (assembly point) telah ditentukan dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan Pusdiklat Migas Cepu. h. Pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat dan sistem

proteksi keadaan darurat, misalnya : Apar, Fire Hydrant, alarm system dan lain – lain.

4. Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team)

Tim tanggap darurat dibentuk sebagai salah satu langkah pengendalian terpadu dalam rangka mengendalikan dan menanggulangi keadaan darurat yang timbul di tempat kerja, maka dibentuklah tim tanggap darurat perusahaan. Organisasi tingkat perusahaan ini, beranggotakan perwakilan dari semua Departemen atau unit kerja. Tim ini dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Sarana Kilang. Tim tanggap darurat, terdiri dari tim kebakaran, tim penyelamat, tim pengawas lingkungan, tim keamanan, tim medis, tim logistik dan tim komunikasi. Struktur organisasi tim tanggap darurat Pusdiklat Migas Cepu, terdiri dari semua personil yang berada di setiap unit kerja. (Bagan struktur organisasi dapat dilihat secara terperinci pada lampiran 7). Tim tanggap darurat di Pusdiklat Migas, terdiri dari:

a. General Manager

Kepala Pusdiklat Migas Cepu sebagai penanggung jawab operasional penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat. b. Fire Chief

Kepala Bidang Sarana Kilang sebagai pimpinan pusat pengendalian yang bertugas mengkoordinir dan memimpin kegiatan penanggulangan keadaan darurat dan juga menentukan status keadaan darurat.

c. Deputy Fire Chief

Kepala Sub Bidang Kilang bertindak sebagai Fire Chief sebelum Fire Chief tiba di PUSKODAL, bertugas mencegah keadaan darurat tidak meluas, yang terdiri dari :

1) On Scene Comander (OSC)

Kepala pengelola LK3 yang bertanggung jawab atas pelaksanaan teknis operasional penanggulangan keadaan darurat di lokasi kejadian tim ini meliputi TPKD (Tim Inti Pelaksana Keadaan Darurat) dan TBKD (Tim Bantuan Keadaan Darurat). Keputusannya bersifat mengikat dan hanya dapat dirubah oleh Fire Chief.

2) Fire Officer

Pengelola pemadam api bertanggung jawab (organisasi pemadam kebakaran terlampir pada lampiran 8):

a) Melaksanakan penanggulangan bahaya kebakaran dan keselamatan timnya yaitu memegang pimpinan regu pemadam kebakaran.

b) Melaksanakan intruksi-intruksi yang diberikan oleh OSC (On Scense Comander).

c) Selalu berkomunikasi dan berkonsultasi dengan OSC (On Scence Comander).

3) Safety Officer

a) Usaha pencegahan kecelakaan selama dan sesudah keadaan darurat.

b) Menentukan radius “fire Zone” bagi kendaraan pemadam, ambulance serta kendaraan lainnya.

c) Mengkoordinir usaha evakuasi dan memastikan adanya peralatan yang diperlukan.

4) Enviromental Officer

Pengelola lindungan lingkungan bertanggung jawab :

a) Melaksanakan penanggulangan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh keadaan darurat.

b) Menyiapkan peralatan penanggulangan pencemaran untuk mengantisipasi tumpahan minyak yang menuju keparit atau perairan bengawan solo dan monitoring pencemaran udara. d. Fire Station

Pengawas operasional pemadam api bertanggung jawab (tanggung jawab dan uraian pekerjaan terlampir pada lampiran 9): 1) Menyiapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan. 2) Menjamin tersedianya tenaga operator pompa pemadam dari

LK3.

3) Mendata dan mengatur personil-personil yang tergabung dalam organisasi keadaan darurat.

4) Mencatat semua kejadian dalam suatu buku untuk dijadikan bahan evaluasi.

e. Fire Warden

Jabatan teratas dalam tiap unit yang ditunjuk oleh Kepala Pusdiklat Migas Cepu, Bertanggungjawab untuk mengkoordinir tindakan evakuasi ditempat kerja.

f. Koordinator Umum

Kepala bidang Tata Usaha, bertugas mengkoordinir terhadap semua kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung operasional penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat, yang terdiri : 1) Operasional Pengamanan

Kepala operasional keamanan bertugas sebagai koordinator khusus keamanan yang bertanggung jawab :

a) Kelancaran pelaksanaan kegiatan guna membantu dan mendukung upaya pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat.

b) Pelaksanakan evakuasi.

c) Mengatur lalulintas dan membuka pintu-pintu darurat dan memastikan agar kendaraan dan personil yang memiliki identitas untuk diizinkan masuk kedaeerah kejadian.

d) Mendata semua pengunjung, tamu atau kontraktor melalui pencatatan yang sudah dilakukan.

2) Koordinator Logistik

Kepala sub bagian kepegawaian dan umum, bertanggungjawab atas kelancaran penyediaan material, transport,

dan konsumsi yang dibutuhkan selama dan sesudah penanggulangan keadaan darurat.

3) Operasional Pelayanan Medis

Kepala rumah sakit migas salah satu koordinator khusus kesehatan, bertanggung jawab :

a) Kelancaran semua pelaksanaan semua kegiatan pelayanan medis bagi korban keadaan darurat.

b) Mengadakan koordinasi dengan rumah sakit lain diluar Pusdiklat Migas.

4) Operasional Telekomunikasi

Kepala pengoperasian jaringan komunikasi dan telekomunikasi bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanakan kegiatan guna membantu dan mendukung upaya pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat hand phone atau perangkat telekomunikasi telepon seluler baik milik Pusdiklat Migas maupun milik pribadi dapat digunakan dalam area selama keadaan darurat.

5) Operasional Humas

Kepala pengelola Humas, bertanggung jawab atas :

a) Kelancaran kegiatan dalam mendukung upaya penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat.

b) Pembuatan dokumentasi yang berhubungan dengan keadaan darurat.

c) Menyiapkan data-data untuk siaran pers.

Selain itu, Pusdiklat Migas juga membantu dalam usaha tanggap darurat diluar aset Pusdiklat Migas Cepu sebagai tanggung jawab moral terhadap masyarakat Cepu dan sekitarnya, setelah ada permintaan dari Pemerintah Daerah.

5. Instrumen Sarana dan Prasarana Keadaan Darurat

Pusdiklat Migas Cepu telah menyediakan beberapa sarana prasarana dan instrumen kedaruratan, guna menunjang dalam proses penanggulangan dan pengendalian keadaan darurat (emergency). Beberapa fasilitas Emergency Response Pusdiklat Migas Cepu adalah sebagai berikut:

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Hasil pengamatan dan interview, Pusdiklat Migas Cepu untuk mengantisipasi dan mengendalikan bahaya kebakaran tahap awal disediakan alat pemadam api ringan (APAR). Jenis APAR yang tersedia adalah foam, dry chemical, CO2, dan halotron.

Pemeriksaan APAR sendiri dilakukan setiap 6 bulan sekali, dengan penempatan APAR 125 cm diukur dari dasar lantai dan menggantung pada gantungan atau bracket yang telah disediakan untuk jarak pemasangan berjarak 15 meter. Agar keamanan APAR terjaga dan digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya, untuk itu Pusdiklat Migas Cepu rutin melakukan

pengecekan ditiap unit (Pemeriksaan APAR secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 10).

b. Hydrant

Pusdiklat Migas Cepu menyediakan Hydrant baik di dalam gedung maupun di luar gedung yang tersebar dimasing-masing unit kerja. Hydrant merupakan salah satu peralatan pemadam kebakaran yang digunakan untuk mengeluarkan air pemadam yang bertekanan dari suatu instalasi jaringan pipa air pemadam. Pipa terpasang tetap yang dihubungkan dengan sumber air melalui sistem perpipaan yang fungsinya sebagai sumber air yang dibutuhkan untuk pencegahan atau pemadam kebakaran. Air pemadam yang disuplai oleh hydrant merupakan air pemadam yang bertekanan (Fire Water Outlet), dimana air tersebut berasal dari jaringan pipa air pemadam yang mendapat suplai air bertekanan dari pompa utama pemadam kebakaran.

c. Foam Chamber

Foam chamber adalah alat pemadam api yang terpasang pada tangki-tangki kilang yang apabila tejadi kebakaran maka kaca foam chamber akan pecah ketika mendapat tekanan dari saluran hydrant yang dibuka, setelah itu foam chamber akan mengeluarkan busa dan masuk kedalam tangki-tangki lewat pipa besi. Busa dari foam chamber berasal dari FPT (Foam Pressure Proportioning Tank). Di Pusdiklat Migas Cepu terdapat 3 FPT. FPT adalah tabung yang

digunakan tempat untuk mengolah air dan foam konsentrat dan akan menghasilkan foam solution.

d. Water Drenching

Water drenching adalah alat pemadam api dan pendingin yang dipasang pada tangki-tangki yang apabila terjadi kebakaran maka saluran hydrant dibuka dan water drenching akan terbuka dan mencurahi bagian atas tangki kilang. Water drenching bekerja secara penyelimutan.

e. Mobil Pemadam Kebakaran

Mobil pemadam kebakaran rangkaian dari beberapa unit sistem yang secara garis besar terdiri dari:

1) Engine dan Chasis kendaraan 2) Pompa dan PTO (Power Take Off)

Bagian tersebut dirangkai melalui sistem mekanik elektrik, konstruksi bodi dan sistem perpipaan, sehingga merupakan suatu unit secara utuh dan berfungsi sebagai kendaraan pemadam kebakaran dan media pemadam sesuai dengan kebutuhan. Pusdiklat Migas Cepu memiliki 3 mobil pemadam kebakaran yang masing-masing mempunyai kapasitas air yang berbeda akan tetapi karena usia mobil yang tidak memungkinkan hanya 2 mobil yang mampu beroperasi. Perawatan yang dilakukan secara berkala seperti mengganti oli, pemeriksaan pompa pada mobil dan peralatannya,

serta servis suku cadangnya. Tahun 2011 disiapkan untuk pengadaan 1 unit mobil pemadam baru.

f. Fire Alarm System

Pengertian dari alarm kebakaran adalah komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang berupa :

1) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi khusus.

2) Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap oleh pandangan mata secara jelas.

Alarm keadaan darurat dibunyikan pada saat keadaan darurat terjadi dan dibunyikan oleh petugas LK3 fire chief dengan ketentuan jika keadaan darurat besar terjadi suling dibunyikan selama 15 detik, berhenti 10 detik dibunyikan secara berulang – ulang selama 3 menit. Pemeriksaan dilakukan satu kali dalam seminggu setiap hari jumat.

g. Tanda Petunjuk Keluar dan Pintu Darurat

Arah jalan keluar diberi tanda sehingga dapat mudah ditemukan terutama penunjuk arah untuk pintu darurat. Keadaan darurat atau terancam orang lebih cenderung untuk melakukan tindakan ceroboh dan ragu – ragu dalam menentukan jalan mana yang harus ditempuh. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk atau cenderung berbahaya bagi orang tersebut.

Disimbolkan dengan penunjuk arah baik itu panah atau tulisan yang bertuliskan “EXIT” ini terdapat pada gedung utama dan setiap laboratorium. Tanda EXIT dan petunjuk arah warna dasar hijau dengan tulisan putih juga terdapat lampu terang agar pada waktu gelap pun dapat terlihat tulisan EXIT tersebut, tanda ini telah terpasang beserta denah di setiap lantai yang berfungsi menunjukkan lokasi pintu darurat berada. Untuk pintu darurat di Pusdiklat Migas Cepu bebas dari halangan apapun dan terdapat 2 pintu untuk jalan keluar darurat, agar pada saat keadaan darurat tidak terjadi penumpukan pekerja di tempat kejadian.

h. Tempat Berkumpul Sementara (Assembly Point and Muster Point) Assembly point adalah tempat berkumpul aman yang mempunyai tujuan melindungi pekerja maupun penghuni gedung lainnya setelah dilakukan evakuasi. Pusdiklat Migas Cepu menempatkan di 6 titik, yaitu depan kantor Pusdiklat sebagai Muster Point, depan unit pengolahan, ruang boiler, laboratorium, ruang peraga, dan power plant.

Karena kurangnya perawatan sehingga ada beberapa yang kondisinya rusak Seperti kerusakan yang ditemui di beberapa titik pemasangan, pudarnya warna sehingga tulisan “A” yang dilambangkan sebagai Assembly point tidak begitu terlihat dengan jelas. Depan laboratorium yang terpasang assembly point juga ditemui adanya parkir sepeda motor dimana hal tersebut dapat

menggangggu akses keluar dan berkumpul ketika ada keadaan darurat (Peta terlampir pada lampiran 11).

i. Tanda Peringatan

Adalah tanda peringatan untuk larangan atau himbauan yang menyatakan keadaan kondisi area tersebut, sehingga harus mematuhinya sesuai yang tertulis pada tanda peringatan. Larangan itu seperti dilarang merokok, dilarang mengaktifkan handphone di kawasan kilang dan slogan pemakaian APD, dilakukan untuk pencegahan terjadinya keadaan darurat yang tidak diinginkan seperti kebakaran.

Pada saat penelitian dilakukan ada beberapa tanda peringatan dalam keadaan rusak yaitu kawasan kilang, tulisan tidak terlihat dan juga papan yang sudah tidak layak lagi untuk dipergunakan lagi. j. Alat Pelindung Diri (APD)

Pusdiklat Migas telah menyediakan alat pelindung diri, dengan disesuaikan pada karakteristik bahaya setiap area kerja. Alat pelindung diri yang disediakan pihak Pusdiklat Migas adalah:

1) Safety shoes 2) Ear plug / ear muff 3) Masker

k. Kotak P3K

Kotak P3K ditempatkan disetiap tempat kerja yang merupakan sarana kelengkapan medis dengan kelengkapan obat standar. Dari hasil observasi ditemukan kotak P3K yang terdapat obat – obat yang setelah digunakan tidak dikembalikan, seperti obat merah dan plester. l. Peta Evakuasi

Peta evakuasi adalah gambar arah penyelamatan diri pada saat terjadi keadaan darurat berupa arah keluar seperti yang ditunjukkan didalam peta. Penempatan peta evakuasi Pusdiklat Migas Cepu diletakkan pada setiap dinding dekat pintu, bertujuan agar mudah dilihat orang yang lewat, diharapkan sebagai media informasi. (Denah peta evakuasi terlampir pada lampiran 12).

6. Prosedur Pelaksanaan Emergency Response and Preparedness a. Pelaporan dan Fasilitas Pelaporan

Setiap keadaan darurat yang dapat mengakibatkan kerugian bagi Pusdiklat Migas Cepu perlu segera dilaporkan oleh siapapun yang mengetahui hal tersebut. Untuk menghindari kesalahan dalam penyampaian dan penerimaan informasi tersebut, maka tata cara pelaporan diatur sebagai berikut :

1) Pelapor harus berbicara tenang, jelas dan singkat 2) Sebut nama, nomor pegawai dan bagian

3) Sebut jenis keadaan darurat dan lokasinya

5) Fire station mengoreksi dan mengulangi informasi yang diterima 6) Fasilitas yang dapat digunakan adalah radio komunikasi dengan

kode panggil pada frekuensi 157.32 dan telpon (0296) 421888 Ext. 145

b. Tahap Pra Alarm (Initial Action)

Pengaturan ini adalah agar kondisi keadaan darurat sedapat mungkin ditanggulangi dan dikendalikan secara cepat agar tidak meluas, tidak membesar dan menghindari kerugian yang lebih besar, tindakan yang harus dilakukan :

1) Unit produksi segera mengambil tindakan awal. Mengendalikan operasi, berkoordinasi dengan pimpinan setempat dan menginformasikan keadaan setempat

2) Fire station mencatat semua informasi, menuju lokasi dengan membawa peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan jenis keadaan darurat, untuk melakukan isolasi sehingga mudah dikendalikan. Selanjutnya menghubungi TBKD untuk membantu upaya penanggulangan.

3) Satuan pengamanan melaksanakan intruksi kerja yang telah ditetapkan dan anggota lainnya siap siaga dipos jaga masing-masing

4) Bagian lain tetap waspada terhadap perubahan keadaan dan dilarang mendekati lokasi dan menunggu intruksi selanjutnya.

c. Alarm (Alerting System)

Dibunyikan oleh petugas LK3 yang berada diruang jaga Fire station atas perintah pejabat yang berwenang yaitu fire chief dan deputy fire chief. Alerting system hanya dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat besar dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Keadaan darurat besar : suling dibunyikan (ON) selama 15 detik, (OFF) selama 10 detik berulang-ulang dengan lama waktu dibunyikan selama 3 menit.

2) Keadaan aman (all clear) : suling dibunyikan selama 3 menit terus menerus.

d. Tahapan Alarm

Tahap ini dilakukan apabila kondisi keadaan darurat dinilai semakin bertambah serius serta dibutuhkan upaya penanggulangan total yang lebih terpadu, terorganisir dan terkoordinasi dengan mengerahkan semua sumber daya yang ada baik sumber daya manusia, tenaga maupun peralatan. Guna mendukung tercapainya sisitem pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat yang baik, aman, efektif dan efisien, maka setiap fungsi bagian perlu menyusun suatu pembagian tugas dan tanggung jawab personil yang disahkan oleh masing-masing kepala bidang.

e. Komunikasi Keadaan Darurat

Pada saat operasi pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat, komunikasi merupakan hal yang paling penting dan sangat

mempengaruhi cepat atau lambatnya operasi tersebut. Semua fasilitas komunikasi hanya boleh digunakan untuk hal-hal yang sangat penting yang berkaitan dengan keadaan darurat.

Jalur komunikasi yang digunakan adalah radio komunikasi handy talky dengan frekuensi yang sudah diatur selain itu juga bisa melalui telepon. Karena keterbatasan alat untuk komunikasi antar anggota digunakan alat komunikasi hand phone.

f. Transportasi

Keefektifan dan kecepatan sistem pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat salah satunya sangat ditentukan juga oleh tersediannya sumberdaya manusia dan peralatan.

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi antara lain :

1) Pool angkutan menyiapkan mobil angkutan barang/orang dan segera mengirimkan ke fire station

2) Pengelola angkutan dan kendaraan ringan harus segera menyediakan dan menyiapkan alat angkut berat

3) Apabila hendak meninggalkan kendaraan didalam area kilang, maka kunci kendaraan harus tetap berada ditempatnya, mematikan mesin serta dilarang mengunci pintu kendaraan. g. Pelayanan Medis

Pelayanan medis untuk penanggulangan keadaan darurat bekerjasama dengan tim medis Rumah Sakit Migas. Sistem pelayanan medis yang sangat cepat dan tepat menghindari atau

mengurangi tingkat keparahan, cidera, cacat atau gangguan kesehatan lain pada korban yang terkena akibat dari keadaan darurat. Oleh sebab itu maka Rumah Sakit Migas perlu membuat standar operasional kerja (SOP) guna mengantisipasi dan mempersiapkan semua peralatan medis serta tenaga medis bila terjadi keadaan darurat. SOP tersebut meliputi :

1) Mengatur pergerakan mobil ambulance 2) Mengatur tugas dari para medis

3) Mengatur sistem kerjasama rumah sakit terdekat 4) Mengatur sistem pelayanan medis

5) Mengatur sistem kerjasama dan koordinasi dengan rumah sakit rujukan.

h. Penyelamatan Jiwa Manusia dan Barang (Rescue and Salvage)

Salah satu antisipasi yang perlu dipersiapkan dalam sistem penanggulangan keadaan darurat adalah tindakan pencarian. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan jiwa manusia, harta benda, dokumen dan aset penting lainnya agar kelangsungan kegiatan operasional Pusdiklat Migas Cepu dapat terjamin.

Beberapa hal penting yang berkaitan dengan pelaksanaan tindakan ini adalah :

1) Informasi yang tepat mengenai penyelamatan korban, peralatan yang perlu diselamatkan seperti informasi jumlah, lokasi, jalur masuk dan lain sebagainya.

2) Mempersiapkan anggota tim yang telah terlatih.

3) Mempersiapkan peralatan-peralatan penyelamatan yang diperlukan termasuk peralatan proteksi bagi anggota tim.

i. Evakuasi

Tindakan evakuasi diperlukan dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan jatuhnya korban manusia yang dapat diakibatkan oleh keadaan darurat. Oleh sebab itu maka semua pegawai yang tidak terlibat dalam penanggulangan keadaan darurat harus diungsikan ke tempat yang aman dari pengaruh keadaan darurat. Ada tiga tingkatan yang harus dilakukan dalam prosedur evakuasi (Prosedur evakuasi terlampir dalam lampiran 13):

1) Partial Evacuation

Dilakukan pada semua pegawai yang tidak terlibat pada penanggulangan tersebut, segera menuju Assembly Point dan atau Muster Area.

2) Plant Evacuation

Dilakukan bila keadaan menjadi serius sehingga semua pegawai dipindahkan menjauhi tempat kejadian ketempat aman yang telah ditentukan.

3) Community Evacuation

Dilakuakan apabila kondisi telah meluas dan telah berpengaruh terhadap penduduk sehingga semuanya dipindahkan ketempat aman yang telah ditentukan (misalnya komplek perumahan).

Langkah – langkah evakuasi yang dilaksanakan Pusdiklat Migas Cepu adalah

1) Alarm berbunyi.

2) Mematikan aliran listrik.

3) Segera keluar ruangan berjalan cepat dan teratur.

Dokumen terkait