• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

pada bayi.

2. Bagi Diri Sendiri

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang biang keringat pada bayi.

3. Bagi Institusi a. Pendidikan

Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian pada mata kuliah kebidanan khususnya tentang pengetahuan biang keringat pada bayi.

b. Lahan

Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak bayi, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk menanggulangi biang keringat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang sejenis pernah diteliti yang diambil oleh penulis, yaitu: 1. Endah S. (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang

Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar. Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 13 responden (17,1%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 52 responden (68,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (14,5%). 2. Wahyuningsih, (2010), dengan judul “ Tingkat Pengetauan Ibu tentang

biang Keringat pada bayi 0 – 1 Tahun Di Desa Punggur Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat dengan pengetahuan baik sebanyak 47 responden (58,75%), pengetahuan cukup sebanyak 22 responden (27,50%) dan pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (13,75%).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada judul penelitian, waktu penelitian, lokasi penelitian, jumlah penelitian, teknik mengambil sampel dan kategori hasil penelitian sedangkan persamaanya terletak pada instrumen penelitian, metode penelitian, dan analisis data.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), ada enam tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi diartikan dapat sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memisahkan.

8

5) Sintesa (Syntesis)

Sintesa merupakan kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode

trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

10

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research methodology).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

1) Faktor Internal a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami hal. Pendidikan SMA adalah jejang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama atau sedrajat . Sekolah menengah atas ditempuhdalam watu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Sedangkan sarjana adalah

salah satu gelar yang didapatkan setelah menamatkan masa pendidikan dibangku kuliah atau universitas tepatnya setrata satu (S1). Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

12

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu akan mempuyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerim informasi

e. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang

isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang lainnya

2) Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan pilihan ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat (Arikunto, 2010). Pengukuran menurut Riwidikdo (2009), yaitu :

14

b) Cukup, bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD.

4. Bayi

a. Pengertian

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.

b. Faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembagna bayi Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembagna bayi, yaitu:

1) Faktor herediter

Herediter (keturunan) merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi, herediter merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbuh kembang bayi. 2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi: a) Lingkungan internal

Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu hormon somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, tiroid hormon ini akan menyebabkan

kretinesme dan hormon gondadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita.

b) Lingkungan eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang mempengaruhi, yaitu kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga, status nutrisi.

3) Faktor pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekitar lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan tumbuh kembang anak dipantau, sehingga apabila terdapat sesuatu hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam perkembangannya anak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya.

c. Pertumbuhan dan Perkembangan bayi

Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), tahapan perkembangan bayi, meliputi:

1) Umur 1 bulan

Fisik : berat badan akan meningkat 150 – 200 gr/mg, tinggi badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai umur 6 bulan.

16

Motorik : bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala dengan dibantu oleh orang tua

Sensori : mata mengikuti sinar ke tengah 2) Umur 2 – 3 bulan

Fisik : fontanel posterior, sudah menutup

Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya sendiri dengan tangan, memasukkan tangannya ke mulut, mulai berusaha untuk meraih benda-benda yang menarik yang ada di sekitarnya, bisa didudukkan dengan posisi punggung disokong, mulai asik bermain sendiri dengan tangan dan jarinya.

Sensori : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi koordinasi ke atas, ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya. Sosialisasi: mulai tertatwa pada seseorang, senang jika tertawa keras,

menangis sudah mulai berkurang. 3) Umur 4 – 5 bulan

Fisik : berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir, ngeces karena tidak adana koordinasi menelan saliva.

Motorik : jika didudukkan kepala sudah bisa seimbang dan punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, reflek primitif sudah mulai hilang, berusaha meraih benda sekitar dengan tangannya.

Sensori : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada di dekatnya, akomodasi mata positif.

Sosialisasi: senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun belum pernah dilihatnya atau dikenalnya, sudah bisa mengeluarkan suara pertanda tidak senang bial mainan atau benda miliknya diambil oleh orang lain.

4) Usia 6 – 7 bulan

Fisik : berat badan meningkat 90 – 150 /minggu, tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan kedua) gigi sudah mulai tumbuh.

Motorik : bayi sudah membalikkan badan sendiri, memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang lainya, mengambil mainan dengan tangannya, senang memasukan kaki ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan makanan ke mulut sendiri.

Sosialisasi: sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya denga yang tidak dikenalnya jika bersama orang yang belum dikenalnya bayi akan merasa cemas (stangger anxiety), sudah dapat menyebut atau mengeluarkan suara

18

hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat tertawa lagi.

5) Umur 8 – 9 bulan

Fisik : sudah bisa duduk dengan sendiri, koordinasi tangan ke mulut sangat sering, bayi muali tengkurap sendiri dan mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil benda dengan menggunakan jari-jarinya.

Motorik : bayi tertarik dgnan benda-benda kecil yang ada di sekitarnya

Sensori : bayi mengalami strangger anxiety atau merasa cemas terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing), sehingga dia akan menangis dan mendorong serta meronta-ronta, merangkul atau memeluk orang yang dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang kata-kata.

6) Umur 10 – 12 bulan

Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas dan bawah sudah tumbuh.

Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama, belajar berjalan dngan bantuan, sudah bisa berdiri dan duduk sendiri, mulai belajar akan dengan menggunakan

sendok akan dengan menggunakan sendok akan tetapi lebih senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci..

luk.. ba… mulai senang mencoret-coret

Sensori : visual aculity 20 – 50 positif, sudah dapat membedakan bentuk

d. Kebutuhan Dasar Anak

Menurut Soetjiningsih (2012), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisik – biomedis (ASUH)

Kebutuhan fisik– biomedis (ASUH), meliputi: a) Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting

b) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi atau anak yang teratur, pengobatan kalau sakit.

c) Papan atau pemukiman yang layak. d) Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan. 2) Kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak menjamn tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikologikal. Berperannya dan kehadiran ibu sedini mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Kekurangan kasih sayang pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik mapun sosial emosi, kasih

20

sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar (basic trust).

3) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

e. Kelainan kulit non infeksi pada Bayi dan Anak

Menurut Sugito dkk (2013), kelainan kulit non infeksi pada bayi dan anak, yaitu:

1) Perubahan warna kulit akibat gangguan pigmen a) Bercak mongol (mongolian spot)

Bercak mongol (mongolian spot) adalah makula berwarna hitam kebiruan atau abu-abu kadang-kadang menyerupai hematom.

b) Nevus melanositik (melanosytic nevi)

Nevus melanositik (melanosytic nevi) disebut juga moles terbentuk dari sekumpulan sel pembentuk pigmen (melanosit) 2) Kelainan Vaskuler meliputi cutis marmorata, harlequin color

change, birthmarks.

3) Kelainan pada kelenjar keringat meliputi miliaria, ectodermal dysplasia.

4) Kelainan pada kelenjar sebum meliputi milia, akne neonatorum, hiperplasia kelenjar sebasea, dermatitis seboroik

5) Anomali subkutan meliputi sclerema neonatorum dan subcutaneous fat necrosis.

5. Miliaria (Biang Keringat)

a. Pengertian

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat ditandai dengan adanya vesikuler milier (Juanda, 2013). Miliaria disebut juga keringet buntet (prickly head atau head rash), mengenai daerah dada, punggung, ketiak dan leher. Sekitar 40% bayi mengalami miliaria (Sugito dkk, 2013).

b. Penyebab

Menurut Sugito dkk (2013), terjadi akibat retensi keringat karena duktus kelenjar keringat tertutup atau sempit, sedangkan produksi keringat banyak. Menurut Pasaribu (2007), penyebab biang keringat antara lain :

1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab.

2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.

3) Bayi mengalami panas atau demam.

4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat.

22

Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal.

c. Klasifikasi

Menurut Juanda (2013), klasifikasi miliaria, yaitu: 1) Miliria kristalina

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1 – 2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagia badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus.

2) Milia rubra

Penyakit ini lebih berat dari pada miliaria kritalina yaitu terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papu vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang tidak biasa pada daerah tropik.

Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahar kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan

keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epiderm 3) Miliaria profunda

Miliaria profunda merupakan bentuk yang jarang dijumpai. Kelainan ini tidak gatal dan jarang memberi keluhan. Terutama ditemukan di badan, lengan, dan tungkai. Kelainan kulit berupa bintik putih, keras, berukuran 1-3 mm dan tidak disertai dasar kemerahan Penyakit ini umumnya mempunyai tanda berupa papula keputih-putihan dengan diameter 1-3 mm. Biasanya pada punggung, tetapi juga bagian ekstremitas. Ini merupakan vesikula yang letaknya lebih dalam (di dalam dermis), sehingga bersifat kronis dan tampak sebagai papula. Tidak ada eritem dan gatal. Kalau luas, miliaria ini akan mengganggu keluarnya keringat, sehingga menimbulkaa hiperhidrosis kompensasi di wajah. Kalau banyak kelenjar keringat yang tidak berfungsi, sehingga keringat yang harusnya keluar tidak terjadi, dan penderita perlu tempat yang dingin. Penderita ini bisa menjadi lemah, dispnea, takikardia, bahkan suhu bisa naik, dan penderita dapat pingsan di bawah keadaan heat stress. Penderita tersebut disebut mengalami astenia anhidrotik tropikal (IDAI, 2012).

24

d. Komplikasi

Menurut IDAI (2012), efek samping dari biang keringat antara lain : 1)Impetigo tropicalis, adalah suatu infeksi bakteri akibat dari

miliaria/biang keringat. Penyakit ini mengakibatkan kulit seperti melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan berkembang menjadi benjolan. Jika sudah matang, benjolan ini akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan menular jika mengenai bagian tubuh yang lain. Impetigo tropicalis ini terutama terjadi di daerah-daerah lipatan kulit.

2)Multiple sweat gland abses, yakni infeksi di bagian kepala anak karena biang keringat yang dibiarkan.

3)Abses pada kelenjar keringat. e. Pencegahan

Menurut Pasaribu (2007), biang keringat dapat tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara :

1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari. 2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti

ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.

4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.

5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.

6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk. 7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,

sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan. f. Pengobatan

Menurut Juanda (2013), pengobatan miliaria yaitu: terapi pakaiana yang tipis dan yang dapat mengisap keringat. Dapat diberikan

Dokumen terkait