• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN SELOGIRI WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN SELOGIRI WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT

(

MILIARIA

) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN

SELOGIRI WONOGIRI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

Prihatin Ari Susanti

NIM B12 035

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT

(

MILIARIA

) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN

SELOGIRI WONOGIRI

Diajukan Oleh :

Prihatin Ari Susanti NIM B12 035

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal Juni 2015

Pembimbing

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT

(

MILIARIA

) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN

SELOGIRI WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Oleh :

Prihatin Ari Susanti NIM B12 035

Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Pada tanggal Juni 2015

Penguji I Penguji II

Anis Nurhidayati, SST., M.Kes Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes NIK 200685025 NIK. 201083059

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan

Ka.Prodi D III Kebidanan

(4)

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas

akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,

Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Kepala Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri yang telah memberi ijin kepada

penulis untuk penelitian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi untuk pengisian kuesioner dalam

(5)

7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh responden yang telah bersedia dilakukan wawancara saat pengambilan

studi pendahuluan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi

kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

semua pihak.

Surakarta, Juni 2015

(6)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN

SELOGIRI WONOGIRI

xiii + 47 halaman + 19 lampiran + 5 tabel + 3 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir (Natahusada, 2009). Dari hasil wawancara dengan melakukan tanya jawab tentang biang keringat terhadap 10 orang ibu didapatkan 4 ibu (40%) mengetahui tentang biang keringat sedangkan 6 ibu (60%) belum mengetahui tentang biang keringat. Mengingat masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat baik, cukup dan kurang.

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 43 ibu dengan menggunakan total sampling jenuh. Penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria). Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder. Analisis analisis univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (18,6%), pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (14,0%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat pengetahuan cukup.

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

1. Apapun yang terjadi hari ini. Sabarlah, Tuhan selalu menguji anak muda

yang masa depannya besar dengn kesulitan dan kekecewaan. Yang penting

anda tidak menyerah, anda sedang menuju sukses ( Mario Teguh)

2. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh

direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri ( Ibu Kartini)

3. Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda (

Heather Pryor)

PERSEMBAHAN

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan di setiap waktu

2. Bapak Karsiman dan Ibu Karwini orangtua ku yang tiada henti mendoakan

ku dari kejauhan, terima kasih atas kasih sayang yang diberikan selama ini.

Tetap sehat ya Pak buk sampai Santi bisa membalas semuanya

3. Kakak ku tercinta Eko Wahyudi dan Lia Tri Putri yang memberikan

dukungan dan semangat setiap saat

4. Sahabatku Arlinda, Indah, Ariyanti, Afin, Dewi, April, Afifah, Devi,

Nunung.

5. Teman-teman kos Griya Tentrem Lusi, Yayuk, Lusiana, Intan, Mutiara,

Dyan, Nurma yang menemaniku saat bahagia dan membantu ku saat

kesusahan

(8)

BIODATA

Nama : Prihatin Ari Susanti

Tempat / Tanggal Lahir : Wonogiri, 08 Januari 1994

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Krisak RT 04/ 6 Selogiri Wonogiri

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 3 Krisak Lulus tahun 2006

2. SMP Negeri 4 Wonogiri Lulus tahun 2009

3. SMA Negeri 3 Wonogiri Lulus tahun 2012

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 6

1. Pengetahuan ... 6

2. Bayi ... 14

(10)

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 29

D. Variabel Penelitian ... 30

E. Definisi Operasional ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 33

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

I. Etika Penelitian ... 37

J. Jadwal Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39

B. Hasil Penelitian ... 40

C. Pembahasan ... 42

D. Keterbatasan Penelitian ... 45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 26

(12)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 31

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ... 40

Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ... 40

Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan... 41

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi ... 41

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas

Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 6. Surat Permohonan Lahan

Lampiran 7. Surat Balasan Lahan

Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 12. Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 13. Tabulasi Data Validitas

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas

Lampiran 15. Hasil Uji Reabilitas

Lampiran 16. Hasil Perhitungan Manual

Lampiran 17. Karakteristik Responden

Lampiran 18. Dokumentasi

(14)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan

dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun

2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015.

Penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35

menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 mengestimasikan nilai Angka Kematian Balita (AKABA)

periode 5 tahun terakhir sebelum survei sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional Indonesia masuk dalam

kategori AKABA sedang. Eksema dermatitis, prurigo besnier, dan

neurodermatitis. Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar

1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak

meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir (Depkes RI, 2013).

Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri,

virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan

kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat

masuknya mikroorganisme ke kulit. Kulit bayi dan anak berbeda dengan

orang dewasa, walaupun strukturnya sama namun belum berfungsi dengan

optimal. Kulit bayi dan anak lebih tipis, jaringan antar sel relatif lebih longgar,

(15)

2

matang. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan tubuh bayi khususnya

tubuh bayi berupaya beradaptasi terhadap lingkungan (FKUI, 2013).

Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat).

Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada

minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh

sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar

kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar

40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa

pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai

sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang

baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian

bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian

cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (Natahusada, 2009).

Berdasarkan hasil survey di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri

terdapat 43 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun. Dari hasil

wawancara dengan melakukan tanya jawab tentang biang keringat terhadap

10 orang ibu diapatkan 4 ibu (40%) mengetahui tentang biang keringat

sedangkan 6 ibu (60%) belum mengetahui tentang biang keringat. Mengingat

masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang

keringat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria) pada bayi di

(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah tentang

“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat baik.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat cukup.

c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat kurang.

d. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan

ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan

Selogiri Wonogiri.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kepustakaan

mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)

(17)

4

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian atau

kajian-kajian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat

pada bayi.

2. Bagi Diri Sendiri

Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang

biang keringat pada bayi.

3. Bagi Institusi

a. Pendidikan

Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian

pada mata kuliah kebidanan khususnya tentang pengetahuan biang

keringat pada bayi.

b. Lahan

Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang

keringat pada anak bayi, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman untuk menanggulangi biang keringat.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang sejenis pernah diteliti yang diambil oleh penulis, yaitu:

1. Endah S. (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang

Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun di Posyandu Desa Pereng

(18)

deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan

ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa

Pereng Karanganyar responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak

13 responden (17,1%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 52 responden

(68,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (14,5%).

2. Wahyuningsih, (2010), dengan judul “ Tingkat Pengetauan Ibu tentang

biang Keringat pada bayi 0 – 1 Tahun Di Desa Punggur Lampung Tengah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian

menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat dengan

pengetahuan baik sebanyak 47 responden (58,75%), pengetahuan cukup

sebanyak 22 responden (27,50%) dan pengetahuan kurang sebanyak

11 responden (13,75%).

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada judul penelitian,

waktu penelitian, lokasi penelitian, jumlah penelitian, teknik mengambil

sampel dan kategori hasil penelitian sedangkan persamaanya terletak pada

(19)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia

terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), ada enam tingkat pengetahuan

yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

(20)

lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

sebagainya

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi

diartikan dapat sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja

dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti

sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk

(21)

8

5) Sintesa (Syntesis)

Sintesa merupakan kemampuan untuk menggabungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru

dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat

menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap

suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada.

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk

memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut

tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut

(22)

trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah

coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun

dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan

tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun

ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima

pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut

menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara

(23)

10

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan

manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi

maupun deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian

(research methodology).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, yaitu:

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami hal. Pendidikan SMA adalah

jejang pendidikan menengah pada pendidikan formal di

Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama atau

sedrajat . Sekolah menengah atas ditempuhdalam watu 3 tahun,

(24)

salah satu gelar yang didapatkan setelah menamatkan masa

pendidikan dibangku kuliah atau universitas tepatnya setrata

satu (S1). Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima

informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki

tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat

perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan

informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan

adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin

tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan

tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

(25)

12

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu

akan mempuyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat

seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerim informasi

e. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat

(26)

isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke

dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang

dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay.

Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai,

sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu

dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang

lainnya

2) Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple

choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan

pilihan ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan

obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti

oleh penilai.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan

sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah

disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya

akan lebih cepat (Arikunto, 2010). Pengukuran menurut Riwidikdo

(2009), yaitu :

(27)

14

b) Cukup, bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD.

4. Bayi

a. Pengertian

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan

dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi

sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh

ibunya.

b. Faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembagna bayi

Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), yang mempengaruhi tahap

pertumbuhan dan perkembagna bayi, yaitu:

1) Faktor herediter

Herediter (keturunan) merupakan faktor yang tidak dapat untuk

diubah ataupun dimodifikasi, herediter merupakan modal dasar

untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbuh kembang bayi.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi:

a) Lingkungan internal

Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada

tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu

hormon somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi

(28)

kretinesme dan hormon gondadotropin yang berfungsi untuk

merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi

spermatozoa, sedangkan estrogen merangsang perkembangan

seks sekunder wanita.

b) Lingkungan eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang

mempengaruhi, yaitu kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga,

status nutrisi.

3) Faktor pelayanan kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekitar

lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan

tumbuh kembang anak dipantau, sehingga apabila terdapat sesuatu

hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam

perkembangannya anak dapat segera mendapatkan pelayanan

kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya.

c. Pertumbuhan dan Perkembangan bayi

Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), tahapan perkembangan bayi,

meliputi:

1) Umur 1 bulan

Fisik : berat badan akan meningkat 150 – 200 gr/mg, tinggi badan

meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5

cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung

(29)

16

Motorik : bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala

dengan dibantu oleh orang tua

Sensori : mata mengikuti sinar ke tengah

2) Umur 2 – 3 bulan

Fisik : fontanel posterior, sudah menutup

Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya

sendiri dengan tangan, memasukkan tangannya ke mulut,

mulai berusaha untuk meraih benda-benda yang menarik

yang ada di sekitarnya, bisa didudukkan dengan posisi

punggung disokong, mulai asik bermain sendiri dengan

tangan dan jarinya.

Sensori : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi koordinasi ke atas,

ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya.

Sosialisasi: mulai tertatwa pada seseorang, senang jika tertawa keras,

menangis sudah mulai berkurang.

3) Umur 4 – 5 bulan

Fisik : berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir, ngeces

karena tidak adana koordinasi menelan saliva.

Motorik : jika didudukkan kepala sudah bisa seimbang dan

punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah

bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, reflek

primitif sudah mulai hilang, berusaha meraih benda sekitar

(30)

Sensori : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada di

dekatnya, akomodasi mata positif.

Sosialisasi: senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun

belum pernah dilihatnya atau dikenalnya, sudah bisa

mengeluarkan suara pertanda tidak senang bial mainan

atau benda miliknya diambil oleh orang lain.

4) Usia 6 – 7 bulan

Fisik : berat badan meningkat 90 – 150 /minggu, tinggi badan

meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5

cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung

sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan kedua) gigi sudah

mulai tumbuh.

Motorik : bayi sudah membalikkan badan sendiri, memindahkan

anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang

lainya, mengambil mainan dengan tangannya, senang

memasukan kaki ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan

makanan ke mulut sendiri.

Sosialisasi: sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya denga

yang tidak dikenalnya jika bersama orang yang belum

dikenalnya bayi akan merasa cemas (stangger anxiety),

sudah dapat menyebut atau mengeluarkan suara

(31)

18

hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat

tertawa lagi.

5) Umur 8 – 9 bulan

Fisik : sudah bisa duduk dengan sendiri, koordinasi tangan ke

mulut sangat sering, bayi muali tengkurap sendiri dan

mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil

benda dengan menggunakan jari-jarinya.

Motorik : bayi tertarik dgnan benda-benda kecil yang ada di

sekitarnya

Sensori : bayi mengalami strangger anxiety atau merasa cemas

terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing),

sehingga dia akan menangis dan mendorong serta

meronta-ronta, merangkul atau memeluk orang yang

dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan

reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang

kata-kata.

6) Umur 10 – 12 bulan

Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas

dan bawah sudah tumbuh.

Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama,

belajar berjalan dngan bantuan, sudah bisa berdiri dan

(32)

sendok akan dengan menggunakan sendok akan tetapi

lebih senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci..

luk.. ba… mulai senang mencoret-coret

Sensori : visual aculity 20 – 50 positif, sudah dapat membedakan

bentuk

d. Kebutuhan Dasar Anak

Menurut Soetjiningsih (2012), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh

kembang secara umum digolongkan sebagai berikut:

1) Kebutuhan fisik – biomedis (ASUH)

Kebutuhan fisik– biomedis (ASUH), meliputi:

a) Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting

b) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian

ASI, penimbangan bayi atau anak yang teratur, pengobatan

kalau sakit.

c) Papan atau pemukiman yang layak.

d) Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.

2) Kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra

dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak

menjamn tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun

psikologikal. Berperannya dan kehadiran ibu sedini mungkin akan

menjalin rasa aman bagi bayinya. Kekurangan kasih sayang pada

tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada

(33)

20

sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan

kepercayaan dasar (basic trust).

3) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal proses belajar

(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH)

ini mengembangkan perkembangan mental psikososial:

kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,

kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

e. Kelainan kulit non infeksi pada Bayi dan Anak

Menurut Sugito dkk (2013), kelainan kulit non infeksi pada bayi dan

anak, yaitu:

1) Perubahan warna kulit akibat gangguan pigmen

a) Bercak mongol (mongolian spot)

Bercak mongol (mongolian spot) adalah makula berwarna

hitam kebiruan atau abu-abu kadang-kadang menyerupai

hematom.

b) Nevus melanositik (melanosytic nevi)

Nevus melanositik (melanosytic nevi) disebut juga moles

terbentuk dari sekumpulan sel pembentuk pigmen (melanosit)

2) Kelainan Vaskuler meliputi cutis marmorata, harlequin color

change, birthmarks.

3) Kelainan pada kelenjar keringat meliputi miliaria, ectodermal

(34)

4) Kelainan pada kelenjar sebum meliputi milia, akne neonatorum,

hiperplasia kelenjar sebasea, dermatitis seboroik

5) Anomali subkutan meliputi sclerema neonatorum dan

subcutaneous fat necrosis.

5. Miliaria (Biang Keringat)

a. Pengertian

Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat ditandai

dengan adanya vesikuler milier (Juanda, 2013). Miliaria disebut juga

keringet buntet (prickly head atau head rash), mengenai daerah dada,

punggung, ketiak dan leher. Sekitar 40% bayi mengalami miliaria

(Sugito dkk, 2013).

b. Penyebab

Menurut Sugito dkk (2013), terjadi akibat retensi keringat

karena duktus kelenjar keringat tertutup atau sempit, sedangkan

produksi keringat banyak. Menurut Pasaribu (2007), penyebab biang

keringat antara lain :

1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan

panas atau lembab.

2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat

menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.

3) Bayi mengalami panas atau demam.

4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan

(35)

22

Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari

kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang

pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah

kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan

bintik-bintik kecil yang terasa gatal.

c. Klasifikasi

Menurut Juanda (2013), klasifikasi miliaria, yaitu:

1) Miliria kristalina

Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1 – 2 mm terutama

pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa

panas. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagia badan

yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan

sembuh dengan sisik yang halus.

2) Milia rubra

Penyakit ini lebih berat dari pada miliaria kritalina yaitu terdapat

pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian.

Terlihat papul merah atau papu vesikular ekstrafolikular yang

sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang tidak

biasa pada daerah tropik.

Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat.

Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan

perubahar kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada

(36)

keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer

kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan

sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Pada gambaran

histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga

menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epiderm

3) Miliaria profunda

Miliaria profunda merupakan bentuk yang jarang dijumpai.

Kelainan ini tidak gatal dan jarang memberi keluhan. Terutama

ditemukan di badan, lengan, dan tungkai. Kelainan kulit berupa

bintik putih, keras, berukuran 1-3 mm dan tidak disertai dasar

kemerahan Penyakit ini umumnya mempunyai tanda berupa

papula keputih-putihan dengan diameter 1-3 mm. Biasanya pada

punggung, tetapi juga bagian ekstremitas. Ini merupakan vesikula

yang letaknya lebih dalam (di dalam dermis), sehingga bersifat

kronis dan tampak sebagai papula. Tidak ada eritem dan gatal.

Kalau luas, miliaria ini akan mengganggu keluarnya keringat,

sehingga menimbulkaa hiperhidrosis kompensasi di wajah. Kalau

banyak kelenjar keringat yang tidak berfungsi, sehingga keringat

yang harusnya keluar tidak terjadi, dan penderita perlu tempat

yang dingin. Penderita ini bisa menjadi lemah, dispnea, takikardia,

bahkan suhu bisa naik, dan penderita dapat pingsan di bawah

keadaan heat stress. Penderita tersebut disebut mengalami astenia

(37)

24

d. Komplikasi

Menurut IDAI (2012), efek samping dari biang keringat antara lain :

1)Impetigo tropicalis, adalah suatu infeksi bakteri akibat dari

miliaria/biang keringat. Penyakit ini mengakibatkan kulit seperti

melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan

berkembang menjadi benjolan. Jika sudah matang, benjolan ini

akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan menular

jika mengenai bagian tubuh yang lain. Impetigo tropicalis ini

terutama terjadi di daerah-daerah lipatan kulit.

2)Multiple sweat gland abses, yakni infeksi di bagian kepala anak

karena biang keringat yang dibiarkan.

3)Abses pada kelenjar keringat.

e. Pencegahan

Menurut Pasaribu (2007), biang keringat dapat tidak dialami bayi

asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat

yang menutup pori-pori bayi dengan cara :

1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.

2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti

ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian

oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.

(38)

4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan

bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan

diolesi dengan bedak tipis.

5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat

bayi.

6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi

udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam

kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.

7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,

sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak

meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa

meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan.

f. Pengobatan

Menurut Juanda (2013), pengobatan miliaria yaitu: terapi

pakaiana yang tipis dan yang dapat mengisap keringat. Dapat diberikan

bedak salisil 2% dibubuhi menthol ¼ - 2%. Losio faberi dapat pula

digunakan komposisi Acid salicylic 1, talc venet 10, oxyd zinc 10, amyl

(39)

26

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(40)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Cukup Baik

Kurang Tingkat pengetahuan tentang

(41)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptifkuantitatif. Menurut

Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan

(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini.

Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada

data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang

digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil

pengukuran maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2012). Penelitian ini

menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)

pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

selama kasus berlangsung (Budiarto, 2004).Penelitian inidilakukan di Desa

Sanggrahan Selogiri Wonogiri.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

(42)

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dan dilakukan selama

satu bulan.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti

tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,

masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang

semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik

(Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalahibu

yang mempunyai bayi yang berjumlah 43 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi

(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100

maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subyek lebih dari 100,

maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sehingga sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 43 ibu.

3. Teknik Pengambilan sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Teknik sampling

pada penelitian dengan menggunakantotal sampling jenuhyaituteknik

penentuan sampel jika jumlah populasi digunakan sebagai sampel

(43)

30

D. Variabel penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat

pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayidi Desa

Sanggrahan Selogiri Wonogiri.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup

atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

(44)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah

daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan

respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup

adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya

(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif

(favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah,

pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan

dengan skor 1 untuk jawaban salah.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan

Variabel Indikator Pernyataan Jumlah

Soal

5. Pencegahan 21,22,23* 24,25,

5

6. Pengobatan 26,27,28 29,30 5

19 11 30

Ket: *) = Pernyataan tidak valid

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar

adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data.

Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

(45)

32

validitas dilaksanakan di Desa Krisak Kulon Wonogiri dengan jumlah 30

responden. Menurut Riwidikdo (2013), uji coba validitas dan reliabilitas

minimal dilakukan terhadap 30 responden.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan

SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat

(2011), rumus product moment yaitu:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dikatakan valid jika rhitung>rtabel. Pada penelitian ini menggunakan taraf

signifikan 0,05 dan rtabel(30 responden : 0,361). Setelah dilakukan uji

validitas dari 30 pernyataan didapatkan 2 pernyataan tidak valid yaitu

(46)

selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian

karena sudah terwakili dengan pernyataan yang valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha

Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus

Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

ú

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2 = Varians total

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)

(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha

cronbach’ssebesar 0,856 > 0,60, sehingga instrumen penelitian cukup

(47)

34

G. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti

mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian Teknik

pengumpulan data dari primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013).

Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner oleh

ibu yang mempunyi tentang miliaria pada bayi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder didapatkan dari Desa

Sanggrahan Selogiri Wonogiri yaitu jumlah ibu.

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya

adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2010)

adalah:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban

dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian

(48)

Editingdilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau

tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap

tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data

selanjutnya.

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban

kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke

dalam tabel.

d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing

Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau soffware komputer.

e. Pembersihan data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning).

2. Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariatyaitu menganalisa

(49)

36

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.Penelitian ini hanya

mendeskirpsikan pengetahuan responden tentang seks bebas.

Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai

berikut:

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD

Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD

Menurut Notoatmodjo (2011), rumus mean yaitu:

Rumus : X =

: Jumlah seluruh jawaban responden

n : Jumlah responden

Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat

dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap

(50)

Untuk mendapatkan distribusi persentase pengetahuan ibu tentang

miliaria pada bayi usia 0 – 1 tahun digunakan rumus persentase. Menurut

Riwidikdo (2013), rumus persentase yaitu:

Jumlah responden menurut Tingkat Pengetahuan

Persentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100% Jumlah total responden

I. Etika Penelitian

Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian

dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi :

1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian peneliti

menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta

manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,

lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek

penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan, namun jika subjek penelitian menolak untuk diteliti maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subjek

penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan

(51)

38

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subjek penelitian

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan

disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

J. Jadwal Penelitian

Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan

penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan

(52)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri secara

geografis letak Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri. Desa Sanggrahan Selogiri

Wonogiri secara geografis berada di sebalah Utara Kabupaten Wonogiri dan

secara administratif dibagi menjadi 3 RT. Sumber pendapatan penduduk Desa

Sanggrahan Selogiri Wonogiri yaitu dari sektor pertanian sebagai salah satu

sektor primer, memang masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian dirinci

menjadi beberapa subsektor, yaitu (1) Tanaman Bahan Makanan, (2)

Perkebunan, (3) Kehutanan, (3) Peternakan, dan (4) Perikanan. 1. Tanaman

Bahan Makanan Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu

sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat.

Kabupaten Wonogiri sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang

memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro industri.

Dalam usaha menunjang kesehatan bagi masyarakat Desa Sanggrahan

Selogiri Wonogiri terdapat beberapa pusat layanan kesehatan diantaranya 1

(53)

40

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

No Umur Jumlah Persentase

responden (93%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden

(4,7%).

b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas karakteristik responden berdasarkan

pendidikan dapat diketahui pendidikan SMP sebanyak 4 responden

(9,3%), pendidikan SMA sebanyak 34 responden (79,1%) dan

(54)

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Berdasarkan pekerjaan responden dapat diketahui responden sebagai

Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 30 responden (69,8%), responden

bekerja di bidang swasata sebanyak 10 responden (23,2%) dan

responden bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 3 responden

(7%)

2. Hasil Perhitungan

Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan

ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan

Selogiri Wonogiri. Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih

dahulu mencari nilai mean dan standar deviasi, setelah dilakukan

perhitungan maka hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi

Variabel N Mean Standar Deviasi

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri

(55)

42

3. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat

pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut:

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat

(miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat

dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (18,6%),

pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%) dan pengetahuan

kurang sebanyak 6 responden (14,0%). Mayoritas tingkat pengetahuan ibu

tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri

Wonogiri pad tingkat pengetahuan cukup.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu

tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri

Wonogiri dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden

(18,6%), pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%) dan

(56)

Menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan merupakan

hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk

memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang

baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh

manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang

keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat

dikategorikan pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%).

Kemampuan ini dapat dilihat dari jawaban tentang miliaria kebanyakan benar.

Berdasarkan karakteristik mayoritas pendidikan responden mempunyai tingkat

pendidikan SMA sebanyak 34 responden (79,1%) dan ada yang mencapai

tingkat sarjana sebanyak 5 responden (11,6%). Menurut Wawan dan Dewi

(2011), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula

mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak.

Maka hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana tingkat pengetahuan

responden cukup bagus yaitu sebanyak 29 responden (67,4%), responden

mampu untuk menjawab sebagian kuesioner secara benar tentang objek yang

diketahui yaitu tentang biang keringat dan responden mampu untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari ditunjukkan dari jawaban

responden masih dalam kategori pengetahuan cukup. Berdasarkan pekerjaan

responden dapat diketahui responden sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)

(57)

44

sebanyak 10 responden (23,2%) dan responden bekerja sebagai Pegawai

Negeri Sipil sebanyak 3 responden. Mayoritas ibu belum pernah mendapatkan

penyuluhan tentang biang keringat, tetapi ibu mendapatkan informasi tentang

biang keringat dari internet atau teman – teman lingkungan rumah.

Menurut Wawan dan Dewi (2011), pekerjaan adalah kegiatan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Hal

ini sesuai dengan hasil pene;itian bahwa sebagian besar responden bekerja

sebagai ibu rumah tangga, sehingga mereka mampu mencari informasi di sela

– sela waktu mereka, seperti contoh : setelah pekerjaan rumah selesai mereka

dapat bersilaturahmi ke tetangga, dan internet yang mudah dijangkau lewat

HP.

Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat

(miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat disimpulkan

pada tingkat pengetahuan cukup dan faktor penghambat yaitu pekerjaan dan

faktor pendorong yaitu pendidikan.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Kendala

Saat melakukan penelitian sedikit menyita waktu karena peneliti harus

(58)

2. Keterbatasan

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil

penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda hasil

jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian. Kuesioner yang

digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab

“benar” atau “salah” dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur

(59)

46

46

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian

tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di Desa

Sanggrahan Selogiri Wonogiri. Tingkat pengetahuan responden dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di

Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri tingkat pengetahuan baik sebanyak 8

responden (18,6%).

2. Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di

Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri tingkat pengetahuan cukup sebanyak

29 responden (67,4%)

3. Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di

Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri tingkat pengetahuan kurang sebanyak

6 responden (14,0%)

4. Faktor pendorong tingkat pengetahuan responden yaitu pendidikan dan

penghambat tingkat pengetahuan responden yaitu kurangnya informasi

(60)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:

1. Responden

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pada

anak dengan aktif mengikuti penyuluhan, banyak membaca sehingga

mencegah atau menangani penyakit pada balita.

2. Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri

Diharapkan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan

bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait untuk menyelenggarakan

penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit pada balita

khususnya tentang biang keringat

3. Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

bacaan atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan

kebidanan khususnya tentang penyakit biang keringat.

4. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan

penelitian dengan variabel yang lebih, sehingga akan didapatkan penelitian

yang lebih baik. Serta diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan

(61)
(62)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi campak pada bayi mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN KECEMASAN PADA WANITA PRE MENOPAUSE.. DI DESA JENDI KECAMATAN SELOGIRI

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Dalam Merawat Bayi Baru Lahir dengan Pemilihan Dukun Bayi Di Desa Kecapi Kabupaten Jepara.. Menyatakan dengan sebenarnya

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang diabetes mellitus di BPS Anas Kusuma desa pilangsari sragen, dengan hasil diperoleh

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di BPS Anik Setyowati Boyolali kategori pengetahuan baik sebanyak 5 responden (15,62%). Tingkat

Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi pada bayi adalah pada tingkat sedang yaitu sebanyak 19 orang (46,3 %), Sebagian besar pemberian imunisasi pada bayi

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 60 responden sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan tentang seksualitas selama kehamilan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Antenatal Care di RSUD Surakarta yang mayoritas berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 37 responden (74%) disebabkan oleh