TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT
(
MILIARIA
) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN
SELOGIRI WONOGIRI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Prihatin Ari Susanti
NIM B12 035
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT
(
MILIARIA
) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN
SELOGIRI WONOGIRI
Diajukan Oleh :
Prihatin Ari Susanti NIM B12 035
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal Juni 2015
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT
(
MILIARIA
) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN
SELOGIRI WONOGIRI
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Oleh :
Prihatin Ari Susanti NIM B12 035
Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Pada tanggal Juni 2015
Penguji I Penguji II
Anis Nurhidayati, SST., M.Kes Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes NIK 200685025 NIK. 201083059
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Ka.Prodi D III Kebidanan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Kepala Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri yang telah memberi ijin kepada
penulis untuk penelitian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi untuk pengisian kuesioner dalam
7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh responden yang telah bersedia dilakukan wawancara saat pengambilan
studi pendahuluan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA BAYI DI DESA SANGGRAHAN
SELOGIRI WONOGIRI
xiii + 47 halaman + 19 lampiran + 5 tabel + 3 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir (Natahusada, 2009). Dari hasil wawancara dengan melakukan tanya jawab tentang biang keringat terhadap 10 orang ibu didapatkan 4 ibu (40%) mengetahui tentang biang keringat sedangkan 6 ibu (60%) belum mengetahui tentang biang keringat. Mengingat masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian.
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dilaksanakan pada bulan Mei 2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 43 ibu dengan menggunakan total sampling jenuh. Penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria). Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder. Analisis analisis univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi.
Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (18,6%), pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (14,0%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat pengetahuan cukup.
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
1. Apapun yang terjadi hari ini. Sabarlah, Tuhan selalu menguji anak muda
yang masa depannya besar dengn kesulitan dan kekecewaan. Yang penting
anda tidak menyerah, anda sedang menuju sukses ( Mario Teguh)
2. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri ( Ibu Kartini)
3. Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda (
Heather Pryor)
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan di setiap waktu
2. Bapak Karsiman dan Ibu Karwini orangtua ku yang tiada henti mendoakan
ku dari kejauhan, terima kasih atas kasih sayang yang diberikan selama ini.
Tetap sehat ya Pak buk sampai Santi bisa membalas semuanya
3. Kakak ku tercinta Eko Wahyudi dan Lia Tri Putri yang memberikan
dukungan dan semangat setiap saat
4. Sahabatku Arlinda, Indah, Ariyanti, Afin, Dewi, April, Afifah, Devi,
Nunung.
5. Teman-teman kos Griya Tentrem Lusi, Yayuk, Lusiana, Intan, Mutiara,
Dyan, Nurma yang menemaniku saat bahagia dan membantu ku saat
kesusahan
BIODATA
Nama : Prihatin Ari Susanti
Tempat / Tanggal Lahir : Wonogiri, 08 Januari 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Krisak RT 04/ 6 Selogiri Wonogiri
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 3 Krisak Lulus tahun 2006
2. SMP Negeri 4 Wonogiri Lulus tahun 2009
3. SMA Negeri 3 Wonogiri Lulus tahun 2012
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
CURICULUM VITAE ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 6
1. Pengetahuan ... 6
2. Bayi ... 14
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 29
D. Variabel Penelitian ... 30
E. Definisi Operasional ... 30
F. Instrumen Penelitian ... 31
G. Teknik Pengumpulan Data ... 33
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34
I. Etika Penelitian ... 37
J. Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 39
B. Hasil Penelitian ... 40
C. Pembahasan ... 42
D. Keterbatasan Penelitian ... 45
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 26
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 31
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur ... 40
Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ... 40
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan... 41
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas
Lampiran 6. Surat Permohonan Lahan
Lampiran 7. Surat Balasan Lahan
Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Kuesioner Penelitian
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12. Tabulasi Hasil Penelitian
Lampiran 13. Tabulasi Data Validitas
Lampiran 14. Hasil Uji Validitas
Lampiran 15. Hasil Uji Reabilitas
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Manual
Lampiran 17. Karakteristik Responden
Lampiran 18. Dokumentasi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Capaian AKB 32 di tahun 2012 kurang menggembirakan
dibandingkan target Renstra Kemenkes yang ingin dicapai yaitu 24 di tahun
2014 juga target MDGs sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Penurunan AKB yang melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35
menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 mengestimasikan nilai Angka Kematian Balita (AKABA)
periode 5 tahun terakhir sebelum survei sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kategori tersebut, maka secara nasional Indonesia masuk dalam
kategori AKABA sedang. Eksema dermatitis, prurigo besnier, dan
neurodermatitis. Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar
1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak
meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir (Depkes RI, 2013).
Prevalensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri,
virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan
kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat
masuknya mikroorganisme ke kulit. Kulit bayi dan anak berbeda dengan
orang dewasa, walaupun strukturnya sama namun belum berfungsi dengan
optimal. Kulit bayi dan anak lebih tipis, jaringan antar sel relatif lebih longgar,
2
matang. Hal tersebut mempengaruhi perkembangan tubuh bayi khususnya
tubuh bayi berupaya beradaptasi terhadap lingkungan (FKUI, 2013).
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat).
Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada
minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh
sel-sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar
kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar
40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa
pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai
sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang
baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian
bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian
cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (Natahusada, 2009).
Berdasarkan hasil survey di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri
terdapat 43 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun. Dari hasil
wawancara dengan melakukan tanya jawab tentang biang keringat terhadap
10 orang ibu diapatkan 4 ibu (40%) mengetahui tentang biang keringat
sedangkan 6 ibu (60%) belum mengetahui tentang biang keringat. Mengingat
masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang
keringat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria) pada bayi di
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah tentang
“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat baik.
b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat cukup.
c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri pada tingkat kurang.
d. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan
ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan
Selogiri Wonogiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kepustakaan
mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)
4
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian atau
kajian-kajian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat
pada bayi.
2. Bagi Diri Sendiri
Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang
biang keringat pada bayi.
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian
pada mata kuliah kebidanan khususnya tentang pengetahuan biang
keringat pada bayi.
b. Lahan
Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang
keringat pada anak bayi, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman untuk menanggulangi biang keringat.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang sejenis pernah diteliti yang diambil oleh penulis, yaitu:
1. Endah S. (2013), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang
Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun di Posyandu Desa Pereng
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan
ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa
Pereng Karanganyar responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak
13 responden (17,1%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 52 responden
(68,4%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (14,5%).
2. Wahyuningsih, (2010), dengan judul “ Tingkat Pengetauan Ibu tentang
biang Keringat pada bayi 0 – 1 Tahun Di Desa Punggur Lampung Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat dengan
pengetahuan baik sebanyak 47 responden (58,75%), pengetahuan cukup
sebanyak 22 responden (27,50%) dan pengetahuan kurang sebanyak
11 responden (13,75%).
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan terletak pada judul penelitian,
waktu penelitian, lokasi penelitian, jumlah penelitian, teknik mengambil
sampel dan kategori hasil penelitian sedangkan persamaanya terletak pada
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia
terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)
(Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011), ada enam tingkat pengetahuan
yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk
lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya
2) Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi
diartikan dapat sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja
dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti
sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk
8
5) Sintesa (Syntesis)
Sintesa merupakan kemampuan untuk menggabungkan
bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru
dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat
menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap
suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu:
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut
tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut
trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah
coba-coba.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun
dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan
tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik
tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun
ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik
berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,
pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara
10
4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.
Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode
penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian
(research methodology).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami hal. Pendidikan SMA adalah
jejang pendidikan menengah pada pendidikan formal di
Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama atau
sedrajat . Sekolah menengah atas ditempuhdalam watu 3 tahun,
salah satu gelar yang didapatkan setelah menamatkan masa
pendidikan dibangku kuliah atau universitas tepatnya setrata
satu (S1). Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima
informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan
informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan
adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan
tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan non formal.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivitas yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
12
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu
akan mempuyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masayarakat
seseorang yang dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya. Hal ini akan sebagaian dari pengalaman dan
kematangan jiwa.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerim informasi
e. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010), pengukuran pengetahuan dapat
isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke
dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya. Adapun pertanyaan yang
dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
1) Pertanyaan subjektif, misalnya jenis pertanyaan essay.
Pertanyaan essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian
untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subyektif dari penilai,
sehingga nilainya akan berbeda dari seseorang penilai satu
dibandingkan dengan yang lain dari satu waktu ke waktu yang
lainnya
2) Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple
choise), bentul salah, dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan
pilihan ganda, betul salah, menjodohkan disebut pertanyaan
obyektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara pasti
oleh penilai.
Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif
khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai untuk dijadikan
sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah
disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya
akan lebih cepat (Arikunto, 2010). Pengukuran menurut Riwidikdo
(2009), yaitu :
14
b) Cukup, bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD.
4. Bayi
a. Pengertian
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh
ibunya.
b. Faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembagna bayi
Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), yang mempengaruhi tahap
pertumbuhan dan perkembagna bayi, yaitu:
1) Faktor herediter
Herediter (keturunan) merupakan faktor yang tidak dapat untuk
diubah ataupun dimodifikasi, herediter merupakan modal dasar
untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbuh kembang bayi.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi:
a) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada
tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu
hormon somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi
kretinesme dan hormon gondadotropin yang berfungsi untuk
merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi
spermatozoa, sedangkan estrogen merangsang perkembangan
seks sekunder wanita.
b) Lingkungan eksternal
Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang
mempengaruhi, yaitu kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga,
status nutrisi.
3) Faktor pelayanan kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di sekitar
lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan
tumbuh kembang anak dipantau, sehingga apabila terdapat sesuatu
hal yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam
perkembangannya anak dapat segera mendapatkan pelayanan
kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya.
c. Pertumbuhan dan Perkembangan bayi
Menurut Riyadi dan Ratnaningsih (2012), tahapan perkembangan bayi,
meliputi:
1) Umur 1 bulan
Fisik : berat badan akan meningkat 150 – 200 gr/mg, tinggi badan
meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 1,5
cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung
16
Motorik : bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat kepala
dengan dibantu oleh orang tua
Sensori : mata mengikuti sinar ke tengah
2) Umur 2 – 3 bulan
Fisik : fontanel posterior, sudah menutup
Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk menahannya
sendiri dengan tangan, memasukkan tangannya ke mulut,
mulai berusaha untuk meraih benda-benda yang menarik
yang ada di sekitarnya, bisa didudukkan dengan posisi
punggung disokong, mulai asik bermain sendiri dengan
tangan dan jarinya.
Sensori : sudah bisa mengikuti arah sinar ke tepi koordinasi ke atas,
ke bawah, mulai mendengarkan suara yang didengarnya.
Sosialisasi: mulai tertatwa pada seseorang, senang jika tertawa keras,
menangis sudah mulai berkurang.
3) Umur 4 – 5 bulan
Fisik : berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir, ngeces
karena tidak adana koordinasi menelan saliva.
Motorik : jika didudukkan kepala sudah bisa seimbang dan
punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah
bisa mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, reflek
primitif sudah mulai hilang, berusaha meraih benda sekitar
Sensori : sudah bisa mengenal orang-orang yang sering berada di
dekatnya, akomodasi mata positif.
Sosialisasi: senang jika berinteraksi dengan orang lain walaupun
belum pernah dilihatnya atau dikenalnya, sudah bisa
mengeluarkan suara pertanda tidak senang bial mainan
atau benda miliknya diambil oleh orang lain.
4) Usia 6 – 7 bulan
Fisik : berat badan meningkat 90 – 150 /minggu, tinggi badan
meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala meningkat 0,5
cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan berlangsung
sampai bayi berusia 12 bulan (6 bulan kedua) gigi sudah
mulai tumbuh.
Motorik : bayi sudah membalikkan badan sendiri, memindahkan
anggota badan dari tangan yang satu ke tangan yang
lainya, mengambil mainan dengan tangannya, senang
memasukan kaki ke mulut, sudah mulai bisa memasukkan
makanan ke mulut sendiri.
Sosialisasi: sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya denga
yang tidak dikenalnya jika bersama orang yang belum
dikenalnya bayi akan merasa cemas (stangger anxiety),
sudah dapat menyebut atau mengeluarkan suara
18
hal-hal yang tidak disenanginya akan tetapi akan cepat
tertawa lagi.
5) Umur 8 – 9 bulan
Fisik : sudah bisa duduk dengan sendiri, koordinasi tangan ke
mulut sangat sering, bayi muali tengkurap sendiri dan
mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil
benda dengan menggunakan jari-jarinya.
Motorik : bayi tertarik dgnan benda-benda kecil yang ada di
sekitarnya
Sensori : bayi mengalami strangger anxiety atau merasa cemas
terhadap hal-hal yang belum dikenalnya (orang asing),
sehingga dia akan menangis dan mendorong serta
meronta-ronta, merangkul atau memeluk orang yang
dicintainya, jika dimarahi dia sudah bisa memberikan
reaksi menangis dan tidak senang, mulai mengulang
kata-kata.
6) Umur 10 – 12 bulan
Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi bagian atas
dan bawah sudah tumbuh.
Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan lama,
belajar berjalan dngan bantuan, sudah bisa berdiri dan
sendok akan dengan menggunakan sendok akan tetapi
lebih senang menggunakan tangan, sudah bisa bermain ci..
luk.. ba… mulai senang mencoret-coret
Sensori : visual aculity 20 – 50 positif, sudah dapat membedakan
bentuk
d. Kebutuhan Dasar Anak
Menurut Soetjiningsih (2012), kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang secara umum digolongkan sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisik – biomedis (ASUH)
Kebutuhan fisik– biomedis (ASUH), meliputi:
a) Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting
b) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian
ASI, penimbangan bayi atau anak yang teratur, pengobatan
kalau sakit.
c) Papan atau pemukiman yang layak.
d) Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan.
2) Kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH)
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra
dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat mutlak
menjamn tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun
psikologikal. Berperannya dan kehadiran ibu sedini mungkin akan
menjalin rasa aman bagi bayinya. Kekurangan kasih sayang pada
tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada
20
sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar (basic trust).
3) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal proses belajar
(pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (ASAH)
ini mengembangkan perkembangan mental psikososial:
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.
e. Kelainan kulit non infeksi pada Bayi dan Anak
Menurut Sugito dkk (2013), kelainan kulit non infeksi pada bayi dan
anak, yaitu:
1) Perubahan warna kulit akibat gangguan pigmen
a) Bercak mongol (mongolian spot)
Bercak mongol (mongolian spot) adalah makula berwarna
hitam kebiruan atau abu-abu kadang-kadang menyerupai
hematom.
b) Nevus melanositik (melanosytic nevi)
Nevus melanositik (melanosytic nevi) disebut juga moles
terbentuk dari sekumpulan sel pembentuk pigmen (melanosit)
2) Kelainan Vaskuler meliputi cutis marmorata, harlequin color
change, birthmarks.
3) Kelainan pada kelenjar keringat meliputi miliaria, ectodermal
4) Kelainan pada kelenjar sebum meliputi milia, akne neonatorum,
hiperplasia kelenjar sebasea, dermatitis seboroik
5) Anomali subkutan meliputi sclerema neonatorum dan
subcutaneous fat necrosis.
5. Miliaria (Biang Keringat)
a. Pengertian
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat ditandai
dengan adanya vesikuler milier (Juanda, 2013). Miliaria disebut juga
keringet buntet (prickly head atau head rash), mengenai daerah dada,
punggung, ketiak dan leher. Sekitar 40% bayi mengalami miliaria
(Sugito dkk, 2013).
b. Penyebab
Menurut Sugito dkk (2013), terjadi akibat retensi keringat
karena duktus kelenjar keringat tertutup atau sempit, sedangkan
produksi keringat banyak. Menurut Pasaribu (2007), penyebab biang
keringat antara lain :
1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan
panas atau lembab.
2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat
menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
3) Bayi mengalami panas atau demam.
4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan
22
Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari
kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang
pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah
kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan
bintik-bintik kecil yang terasa gatal.
c. Klasifikasi
Menurut Juanda (2013), klasifikasi miliaria, yaitu:
1) Miliria kristalina
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1 – 2 mm terutama
pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa
panas. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagia badan
yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan
sembuh dengan sisik yang halus.
2) Milia rubra
Penyakit ini lebih berat dari pada miliaria kritalina yaitu terdapat
pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian.
Terlihat papul merah atau papu vesikular ekstrafolikular yang
sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang tidak
biasa pada daerah tropik.
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat.
Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan
perubahar kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada
keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer
kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan
sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Pada gambaran
histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga
menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epiderm
3) Miliaria profunda
Miliaria profunda merupakan bentuk yang jarang dijumpai.
Kelainan ini tidak gatal dan jarang memberi keluhan. Terutama
ditemukan di badan, lengan, dan tungkai. Kelainan kulit berupa
bintik putih, keras, berukuran 1-3 mm dan tidak disertai dasar
kemerahan Penyakit ini umumnya mempunyai tanda berupa
papula keputih-putihan dengan diameter 1-3 mm. Biasanya pada
punggung, tetapi juga bagian ekstremitas. Ini merupakan vesikula
yang letaknya lebih dalam (di dalam dermis), sehingga bersifat
kronis dan tampak sebagai papula. Tidak ada eritem dan gatal.
Kalau luas, miliaria ini akan mengganggu keluarnya keringat,
sehingga menimbulkaa hiperhidrosis kompensasi di wajah. Kalau
banyak kelenjar keringat yang tidak berfungsi, sehingga keringat
yang harusnya keluar tidak terjadi, dan penderita perlu tempat
yang dingin. Penderita ini bisa menjadi lemah, dispnea, takikardia,
bahkan suhu bisa naik, dan penderita dapat pingsan di bawah
keadaan heat stress. Penderita tersebut disebut mengalami astenia
24
d. Komplikasi
Menurut IDAI (2012), efek samping dari biang keringat antara lain :
1)Impetigo tropicalis, adalah suatu infeksi bakteri akibat dari
miliaria/biang keringat. Penyakit ini mengakibatkan kulit seperti
melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan
berkembang menjadi benjolan. Jika sudah matang, benjolan ini
akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan menular
jika mengenai bagian tubuh yang lain. Impetigo tropicalis ini
terutama terjadi di daerah-daerah lipatan kulit.
2)Multiple sweat gland abses, yakni infeksi di bagian kepala anak
karena biang keringat yang dibiarkan.
3)Abses pada kelenjar keringat.
e. Pencegahan
Menurut Pasaribu (2007), biang keringat dapat tidak dialami bayi
asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat
yang menutup pori-pori bayi dengan cara :
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
2) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti
ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian
oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
4) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan
bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan
diolesi dengan bedak tipis.
5) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat
bayi.
6) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi
udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam
kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
7) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat,
sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak
meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa
meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan.
f. Pengobatan
Menurut Juanda (2013), pengobatan miliaria yaitu: terapi
pakaiana yang tipis dan yang dapat mengisap keringat. Dapat diberikan
bedak salisil 2% dibubuhi menthol ¼ - 2%. Losio faberi dapat pula
digunakan komposisi Acid salicylic 1, talc venet 10, oxyd zinc 10, amyl
26
Gambar 2.1 Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Cukup Baik
Kurang Tingkat pengetahuan tentang
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptifkuantitatif. Menurut
Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini.
Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada
data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang
digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil
pengukuran maupun hasil konvensi (Nototatmodjo, 2012). Penelitian ini
menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria)
pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data
selama kasus berlangsung (Budiarto, 2004).Penelitian inidilakukan di Desa
Sanggrahan Selogiri Wonogiri.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dan dilakukan selama
satu bulan.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti
tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,
masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa atau laporan yang
semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik
(Silalahi, 2012). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalahibu
yang mempunyai bayi yang berjumlah 43 ibu.
2. Sampel
Sampel adalah bagian tertentu yang dipilih dari populasi
(Silalahi, 2010). Menurut Arikunto (2010), jika populasi kurang dari 100
maka lebih baik diambil semua dan jika jumlah subyek lebih dari 100,
maka dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Sehingga sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 43 ibu.
3. Teknik Pengambilan sampling
Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013). Teknik sampling
pada penelitian dengan menggunakantotal sampling jenuhyaituteknik
penentuan sampel jika jumlah populasi digunakan sebagai sampel
30
D. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayidi Desa
Sanggrahan Selogiri Wonogiri.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup
atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner adalah
daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan
respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2012).
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup
adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan jawabannya
(Arikunto, 2010). Kuesioner dalam penelitian ini dengan kriteria positif
(favorable) dengan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 bila jawaban salah,
pernyataan negatif (unfavorable) dengan skor 0 untuk jawaban benar dan
dengan skor 1 untuk jawaban salah.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pernyataan
Variabel Indikator Pernyataan Jumlah
Soal
5. Pencegahan 21,22,23* 24,25,
5
6. Pengobatan 26,27,28 29,30 5
19 11 30
Ket: *) = Pernyataan tidak valid
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas data.
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
32
validitas dilaksanakan di Desa Krisak Kulon Wonogiri dengan jumlah 30
responden. Menurut Riwidikdo (2013), uji coba validitas dan reliabilitas
minimal dilakukan terhadap 30 responden.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya
hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan
SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment. Menurut Hidayat
(2011), rumus product moment yaitu:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Dikatakan valid jika rhitung>rtabel. Pada penelitian ini menggunakan taraf
signifikan 0,05 dan rtabel(30 responden : 0,361). Setelah dilakukan uji
validitas dari 30 pernyataan didapatkan 2 pernyataan tidak valid yaitu
selanjutnya nomor yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian
karena sudah terwakili dengan pernyataan yang valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban
tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,
maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows. Rumus
Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
ú
r11 = Reliabilitas Instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2 = Varians total
Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan nilai alpha
cronbach’ssebesar 0,856 > 0,60, sehingga instrumen penelitian cukup
34
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Hidayat (2011), teknik pengumpulan data adalah cara peneliti
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian Teknik
pengumpulan data dari primer dan data sekunder, yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek
penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013).
Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner oleh
ibu yang mempunyi tentang miliaria pada bayi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder didapatkan dari Desa
Sanggrahan Selogiri Wonogiri yaitu jumlah ibu.
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2010)
adalah:
a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban
dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian
Editingdilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau
tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap
tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data
selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban
kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
d. Memasukkan Data (Data Entri) atau processing
Memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden
dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau soffware komputer.
e. Pembersihan data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,
kemudian di lakukan pembetulan atau koreksi, Proses ini disebut
pembersihan data (data cleaning).
2. Analisis Data
Menurut Notoatmodjo (2010), analisis univariatyaitu menganalisa
36
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.Penelitian ini hanya
mendeskirpsikan pengetahuan responden tentang seks bebas.
Menurut Riwidikdo (2013), maka digunakan perhitungan sebagai
berikut:
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD
Menurut Notoatmodjo (2011), rumus mean yaitu:
Rumus : X =
: Jumlah seluruh jawaban responden
n : Jumlah responden
Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat
dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap
Untuk mendapatkan distribusi persentase pengetahuan ibu tentang
miliaria pada bayi usia 0 – 1 tahun digunakan rumus persentase. Menurut
Riwidikdo (2013), rumus persentase yaitu:
Jumlah responden menurut Tingkat Pengetahuan
Persentase = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– x 100% Jumlah total responden
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian
dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2011), meliputi :
1. Informed Consent ( lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian peneliti
menjelaskan maskud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta
manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subjek penelitian. Jika subjek
penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan, namun jika subjek penelitian menolak untuk diteliti maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subjek
penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan
38
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan subjek penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan
inisial dan memberi nomor pada masing–masing lembar tersebut.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan semua informasi yang diperoleh oleh subjek penelitian
dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan
disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
J. Jadwal Penelitian
Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan
penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri secara
geografis letak Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri. Desa Sanggrahan Selogiri
Wonogiri secara geografis berada di sebalah Utara Kabupaten Wonogiri dan
secara administratif dibagi menjadi 3 RT. Sumber pendapatan penduduk Desa
Sanggrahan Selogiri Wonogiri yaitu dari sektor pertanian sebagai salah satu
sektor primer, memang masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian dirinci
menjadi beberapa subsektor, yaitu (1) Tanaman Bahan Makanan, (2)
Perkebunan, (3) Kehutanan, (3) Peternakan, dan (4) Perikanan. 1. Tanaman
Bahan Makanan Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu
sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat.
Kabupaten Wonogiri sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang
memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro industri.
Dalam usaha menunjang kesehatan bagi masyarakat Desa Sanggrahan
Selogiri Wonogiri terdapat beberapa pusat layanan kesehatan diantaranya 1
40
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
No Umur Jumlah Persentase
responden (93%) dan umur lebih dari 35 tahun sebanyak 2 responden
(4,7%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas karakteristik responden berdasarkan
pendidikan dapat diketahui pendidikan SMP sebanyak 4 responden
(9,3%), pendidikan SMA sebanyak 34 responden (79,1%) dan
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Berdasarkan pekerjaan responden dapat diketahui responden sebagai
Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 30 responden (69,8%), responden
bekerja di bidang swasata sebanyak 10 responden (23,2%) dan
responden bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 3 responden
(7%)
2. Hasil Perhitungan
Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan
Selogiri Wonogiri. Sebelum mengetahui tingkat pengetahuan terlebih
dahulu mencari nilai mean dan standar deviasi, setelah dilakukan
perhitungan maka hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Mean dan Standar Deviasi
Variabel N Mean Standar Deviasi
Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri
42
3. Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat dikategorikan 3 tingkat
pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat (Miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat
(miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat
dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden (18,6%),
pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%) dan pengetahuan
kurang sebanyak 6 responden (14,0%). Mayoritas tingkat pengetahuan ibu
tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri
Wonogiri pad tingkat pengetahuan cukup.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu
tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri
Wonogiri dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8 responden
(18,6%), pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%) dan
Menurut Notoatmodjo (2010), pada dasarnya pengetahuan merupakan
hasil tahu dari manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang
baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh
manusia berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang
keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat
dikategorikan pengetahuan cukup sebanyak 29 responden (67,4%).
Kemampuan ini dapat dilihat dari jawaban tentang miliaria kebanyakan benar.
Berdasarkan karakteristik mayoritas pendidikan responden mempunyai tingkat
pendidikan SMA sebanyak 34 responden (79,1%) dan ada yang mencapai
tingkat sarjana sebanyak 5 responden (11,6%). Menurut Wawan dan Dewi
(2011), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula
mereka menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
akan semakin banyak.
Maka hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana tingkat pengetahuan
responden cukup bagus yaitu sebanyak 29 responden (67,4%), responden
mampu untuk menjawab sebagian kuesioner secara benar tentang objek yang
diketahui yaitu tentang biang keringat dan responden mampu untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari ditunjukkan dari jawaban
responden masih dalam kategori pengetahuan cukup. Berdasarkan pekerjaan
responden dapat diketahui responden sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)
44
sebanyak 10 responden (23,2%) dan responden bekerja sebagai Pegawai
Negeri Sipil sebanyak 3 responden. Mayoritas ibu belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang biang keringat, tetapi ibu mendapatkan informasi tentang
biang keringat dari internet atau teman – teman lingkungan rumah.
Menurut Wawan dan Dewi (2011), pekerjaan adalah kegiatan yang
harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarga. Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Hal
ini sesuai dengan hasil pene;itian bahwa sebagian besar responden bekerja
sebagai ibu rumah tangga, sehingga mereka mampu mencari informasi di sela
– sela waktu mereka, seperti contoh : setelah pekerjaan rumah selesai mereka
dapat bersilaturahmi ke tetangga, dan internet yang mudah dijangkau lewat
HP.
Hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat
(miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat disimpulkan
pada tingkat pengetahuan cukup dan faktor penghambat yaitu pekerjaan dan
faktor pendorong yaitu pendidikan.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Kendala
Saat melakukan penelitian sedikit menyita waktu karena peneliti harus
2. Keterbatasan
Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda hasil
jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian. Kuesioner yang
digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab
“benar” atau “salah” dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur
46
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian
tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di Desa
Sanggrahan Selogiri Wonogiri. Tingkat pengetahuan responden dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di
Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri tingkat pengetahuan baik sebanyak 8
responden (18,6%).
2. Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di
Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri tingkat pengetahuan cukup sebanyak
29 responden (67,4%)
3. Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) pada bayi di
Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri tingkat pengetahuan kurang sebanyak
6 responden (14,0%)
4. Faktor pendorong tingkat pengetahuan responden yaitu pendidikan dan
penghambat tingkat pengetahuan responden yaitu kurangnya informasi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:
1. Responden
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pada
anak dengan aktif mengikuti penyuluhan, banyak membaca sehingga
mencegah atau menangani penyakit pada balita.
2. Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri
Diharapkan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan
bekerja sama dengan tenaga kesehatan terkait untuk menyelenggarakan
penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat tentang penyakit pada balita
khususnya tentang biang keringat
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber
bacaan atau dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan
kebidanan khususnya tentang penyakit biang keringat.
4. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian dengan variabel yang lebih, sehingga akan didapatkan penelitian
yang lebih baik. Serta diharapkan peneliti selanjutnya menggunakan