TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU
DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
DISUSUN OLEH : SARWO ENDAH SETYAWATI
B10 169
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2013
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (miliaria) Pada Anak Usia 0 – 1 Tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar Tahun 2013”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Sinarwan, selaku Kepala Desa Pereng Mojogedang karanganyar.
4. Bapak Sugiyana, selaku Kepala Desa Pereng Mojogedang karanganyar.
5. Bapak Sardiman, S.Ag , selaku Kepala Desa Ngringo Jaten karanganyar.
6. Seluruh ibu yang memiliki anak usia 0 – 1 tahun di posyandu Desa pereng dan Desa Ngringo Karanganyar yang bersedia menjadi responden
v
7. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak berupa saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Surakarta, Juli 2013
Penulis
vi
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Sarwo Endah Setyawati B10 169
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU
DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2013
xiii + 47 Halaman + 16 Lampiran + 4 Tabel + 2 Gambar ABSTRAK
Latar Belakang : Prevelensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi oleh bakteri, virus, dan jamur sebesar 45%. Sekitar 20% penyakit kulit adalah penyakit kulit pada anak. Biang Keringat merupakan salah satu penyakit kulit yang dapat dijumpai sekitar 40% pada bayi cukup umur maupun premature. Kemungkinan disebabkan oleh sel- sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan biang keringat. Berdasarkan hasil survey di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada bulan Oktober 2012 dari hasil wawancara pada 15 responden ibu yang memiliki anak 0-1 tahun terdapat 4 (27%) responden berpengetahuan baik, 6 (40%) responden berpengetahuan cukup dan 5 (33%) responden berpengetahuan kurang mengenai biang keringat.
Tujuan : Adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak 0-1 tahun pada tingkat baik, cukup dan kurang.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tanggal 5-26 Maret 2013.
Jumlah sempel sebanyak 76 responden. Dengan teknik pengambilan sempel menggunakan teknik sampling jenuh (nonprobability sampling), instrumen penelitian adalah kuesioner, variabel tunggal, analisa data menggunakan analisa univariat.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menujukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) yaitu baik sebanyak 11 responden (14,5%), pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (72,3%), dan pengetahuan kurang 10 responden (14,2%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun terbanyak pada kategori cukup yaitu sebanyak 55 responden (72,3%) dan hal ini di pengaruhi oleh informasi dan pengalaman.
Kata kunci : Pengetahuan, Ibu, Biang keringat (miliaria) Kepustakaan : 29 Literatur (tahun 2000-2010)
vii
MOTTO
v Menjadikan diri seindah mutiara yang begitu berharga untuk dimiliki, yang untuk memilikinya butuh perjuangan keras (Penulis).
v Allah SWT tidak memberikan yang kita pinta tetapi Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti dan tidak mau menerima rencana Allah padahal justru itulah yang terbaik untuk kita (HR. Baihaqi).
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini setulus hati Penulis persembahkan untuk :
v Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, serta petunjuk
v Bapak dan Ibu tercinta terimakasih atas segala dukungan semangat, nasehat, do’a dan kasih sayang yang tak terbatas
v Kakak-kakaku tercinta Mas Eko, Mbak Jamil, Mbak Upik, Mas Landung , Mas Danang, Mbak Ajeng, Mbak Yar dan Adik- adikku yang selalu memberikan support dalam setiap langkahku v For my future imamku kelak ridho Allah SWT v Wisnu yang selalu ada dalam tawa dan duka,
memberikan dukungan dan semangat
v Sahabat – sahabatku yang selalu memberi semangat dan tawa dalam suka maupun duka Lily, Riesa, Cici, Mala, Kiky, Rini, Putri
v Teman – teman seperjuanganku angaktan 2010 v Almamaterku tercinta
viii
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
CURICULUM VITAE ... viii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Keaslian Penelitian ... 5
F. Sistematika Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 7
1. Pengetahuan ... 7
2. Anak ... 15
3. Masalah Anak ... 16
4. Biang Keringat (miliaria) ... 17
B. Kerangka Teori ... 26
C. Kerangka Konsep ... 27
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 29
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Variabel Penelitian ... 34
G. Definisi Operasional ... 34
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 35
I. Etika Penelitian ... 37
J. Jadwal... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 39
B. Hasil Penelitian ... 40
C. Pembahasan ... 42
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 46
B. Saran... 47 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi – Kisi Kuisioner Tentang Biang Keringat ... 30 Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian ... 34 Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ... 40 Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (miliaria) Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar ... 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 26 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 27
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4.Surat Permohonan Uji Validitas Lampiran 5.Surat Balasan Validitas
Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 8. Surat Permohonan Responden
Lampiran 9. Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 10. Kuesioner
Lampiran 11. Jawaban Kuesioner Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14. Mean dan Standar Deviasi
Lampiran 15. Hasil Data Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai.
Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten di Indonesia dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005).
Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentannya timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal pada kulit dan tentunya dalam memilih bedak bayi ada beberapa point yang harus di perhatikan. Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus bersinggungan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan.
Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya (Djuanda, 2009).
Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini.
Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI, 2005).
Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI, 2005).
Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat).
Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh sel- sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian
bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (Natahusada, 2009).
Berdasarkan hasil survey di Posyandu Desa Pereng Karanganyar terhadap ibu yang memiliki bayi 0 – 1 tahun pada bulan Oktober 2012, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar. Dari hasil wawancara dengan 15 orang ibu ada 4 (27%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 6 (40%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5 (33%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat.
Mengingat masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah tentang
“Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak berusia 0 – 1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada tingkat baik.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada tingkat cukup.
c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada tingkat kurang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kepustakaan mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak berusia 0 – 1 tahun.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian – penelitian atau kajian – kajian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak berusia 0 – 1 tahun.
2. Bagi Diri Sendiri
Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang biang keringat pada anak usia 0 – 1 tahun.
3. Bagi Institusi a. Pendidikan
Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian pada mata kuliah kebidanan khususnya tentang pengetahuan biang keringat pada anak usia 0 – 1 tahun.
b. Lahan
Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0 – 1 tahun sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk menanggulangi biang keringat.
E. Keaslian Penelitian
Belum ada penelitian yang sejenis dengan judul yang diambil oleh penulis.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara menyeluruh, penulis akan menguraikan sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari BAB I sampai BAB V yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori masalah yang diteliti meliputi pengetahuan, biang keringat, faktor – faktor yang mempengaruhi biang keringat, kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian, populasi dan sempel serta teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisa data, dan etika penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbtasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang meliputi saran bagi pengetahuan, bagi institusi pendidikan dan peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengetahuan
a. Pengertian
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminology pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai.
Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).
Sedangkan mendefinisikan pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dalam hal ini pengetahuan ibu tentang biang keringat (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2010):
1) Tahu (know)
Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dimana kriteria penilaian suatu materi atau obyek ditentukan oleh diri sendiri.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Biang keringat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : 1) Usia
Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tetentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001).
2) Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan (Nur Salam, 2001).
3) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmodjo, 2005).
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis (Notoadmodjo, 2005).
4) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan (Sukmadinata, 2003).
Pada prinsipnya intelegensi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan
keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah (Sukmadinata, 2003).
5) Sosial-Ekonomi
Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan (Notoatmodjo, 2007).
6) Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Sosial budaya dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya (Notoatmodjo, 2007)
d. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2010), untuk mengetahui rasa ingin tahunya, manusia menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah (tanpa melalui penelitian ilmiah) Cara tradisional atau non ilmiah ini di pakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi :
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Metode ini digunakan orang dalam waktu yang cukup lama memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih digunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang di hadapi. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan.
b) Cara Kekuasaan
Prinsip ini adalah orang lain menerima padahal yang dikemukakan oleh yang mempunyai otoriter tanpa terlebih dahulu menguji atau memberikan kebenaran baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran.
c) Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang paling baik, maksud pepatah ini bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
d) Melalui Jalan Pikiran (Induksi dan Deduksi)
Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan–pertanyaan yang dikemukakan dan dicari hubungannya, sehingga dapat dibuat kesimpulan.
2) Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif, induktif, verifikatif, maka lahirlah suatu cara penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah.
e. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran menurut Riwidikdo (2009), yaitu :
a) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD.
b) Cukup, bila nilai mean – 1 SD [mean + 1 SD.
c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD.
2. Anak
a. Pengertian Anak
Menurut UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada Pasal 1 dikatakan dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
1) Klasifikasi anak
a) Masa bayi : Usia 0-1 Tahun
Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai
berfungsi, dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat
(Perry & Potter, 2005).
b) Masa balita : Usia 1-5 Tahun
Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan anak. Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006)
b. Masalah Anak
Menurut Tina, dkk (2000), masalah yang sering terjadi pada bayi dan anak adalah :
1) Dermatitis Atopik (Eksim Susu)
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan
anak, sering kambuh, diturunkan dalam keluarga, tidak menular dan merupakan pertanda timbulnya asma.
2) Diaper Rash (Ruam Popok)
Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang
tertutup popok, yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah. Berupa bercak-bercak iritasi kemerahan, kadang menebal dan bernanah.
3) Miliaria (Biang Keringat)
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan,
disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
3. Biang Keringat
a. Pengertian Miliaria (Biang Keringat)
Biang keringat merupakan kelainan kulit yang sering ditemukan pada bayi dan balita, walaupun dapat juga dijumpai pada orang dewasa. Kelainan kulit tersebut biasanya ditemukan di daerah tropis dikaitkan dengan produksi keringat yang berlebihan. Bila saluran kelenjar keringat tersumbat maka akan timbul berbagai macam tanda dan kelainan pada kulit (Siregar, 2005).
Biang keringat sebenarnya merupakan kelainan kulit ringan, tetapi karena seringkali terdapat kekeliruan pada perawatan kulitnya penyakit ini dapat berlanjut menjadi bisul akibat infeksi bakteri atau dapat disertai infeksi jamur. Oleh karena itu perlu perawatan khusus dan pengobatan yang tepat agar kulitnya tetap bersih dan sehat (Siregar, 2005).
Miliaria atau biang keringat adalah suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat di dalam kulit (Harahap, 2000).
Definisi miliaria yaitu kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier (Natahusada, 2011).
Biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, dada dan punggung serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian, dan dapat juga di kepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair (Budiarja dan Widaty, 2000).
Jadi, biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran keringat dapat diikuti rasa gatal, kulit menjadi kemerahan di sertai banyak gelembung kecil berair (Budiarja dan Widaty, 2000).
b. Jenis-jenis Biang Keringat
Ada empat macam biang keringat yaitu : 1) Miliaria kristalina
Biang keringat jenis ini mempunyai tanda khas, yakni vesikula kecil-kecil jernih seperti kristal dengan diameter 1-2 mm, menyerupai titik-titik air pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya tanpa simptom dan diketahui secara kebetulan pada waktu
pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah intertriginosa, seperti pada ketiak dan leher, serta badan. Vesikula mengelompok, mudah pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan (Siregar, 2005).
Biang keringat pada jenis ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis, dan menyerap keringat (Natahusada, 2009)
2) Miliaria rubra
Miliaria rubra merupakan bentuk klinik yang sangat penting dan ditandai dengan rasa gatal dan eritem. Lesinya berupa papula eritematus dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula.
Lesinya ekstrafolikuler ini membedakan dengan folikulitis.
Papulanya steril atau terinfeksi sekunder pada miliaria yang luas dan kronis (Siregar, 2005).
Miliaria rubra tidak mengenai muka dan bagian volar kulit, tetapi mengenai permukaan kulit yang istirahat, terutama pada punggung dan leher. Rasa gatal, dan kadang rasa panas
seperti terbakar. biasanya timbul bersamaaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang luas dan berat dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas (heat exhaustion) serta pingsan (Siregar, 2005).
Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik (IDAI, 2012).
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat.
Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahar kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga
menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis (Natahusada, 2011).
3) Miliaria profunda
Miliaria profunda merupakan bentuk yang jarang dijumpai. Kelainan ini tidak gatal dan jarang memberi keluhan.
Terutama ditemukan di badan, lengan, dan tungkai. Kelainan kulit
berupa bintik putih, keras, berukuran 1-3 mm dan tidak disertai dasar kemerahan (IDAI, 2012).
Penyakit ini umumnya mempunyai tanda berupa papula keputih-putihan dengan diameter 1-3 mm. Biasanya pada punggung, tetapi juga bagian ekstremitas. Ini merupakan vesikula yang letaknya lebih dalam (di dalam dermis), sehingga bersifat kronis dan tampak sebagai papula (IDAI, 2012).
Tidak ada eritem dan gatal. Kalau luas, miliaria ini akan mengganggu keluarnya keringat, sehingga menimbulkaan hiperhidrosis kompensasi di wajah. Kalau banyak kelenjar keringat yang tidak berfungsi, sehingga keringat yang harusnya keluar tidak terjadi, dan penderita perlu tempat yang dingin.
Penderita ini bisa menjadi lemah, dispnea, takikardia, bahkan suhu bisa naik, dan penderita dapat pingsan di bawah keadaan heat stress. Penderita tersebut disebut mengalami astenia anhidrotik tropikal (IDAI, 2012).
4) Miliaria Pustulosa
Miliaria pustulosa selalu didahului oleh penyakit kulit lain yang menimbulkan kerusakan dan sumbatan saluran kelenjar keringat atau biang keringat. Pustulanya jelas dan nonfolikuler.
Rasa gatal sering terjadi pada daerah-daerah intertriginosa.
Penyakit dermatitis kontak, liken simpleks kronikus dan intertrigo dapat menyebabkan timbulnya miliaria pustulosa setelah beberapa
minggu penyakit tersebut itu sembuh. Papula biasanya steril, tetapi dapat juga berisi stafilokok dan/atau streptokok yangn nonpatogen (IDAI, 2012).
c. Penyebab Biang Keringat
Menurut Pasaribu (2007), penyebab biang keringat antara lain : 1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan
panas atau lembab.
2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat.
3) Bayi mengalami panas atau demam.
4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat
Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal.
d. Efek Samping
Menurut IDAI (2012), efek samping dari biang keringat antara lain : 1) Impetigo tropicalis, adalah suatu infeksi bakteri akibat dari
miliaria / biang keringat. Penyakit ini mengakibatkan kulit seperti melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan berkembang menjadi benjolan. Jika sudah
matang, benjolan ini akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan menular jika mengenai bagian tubuh yang lain.
Impetigo tropicalis ini terutama terjadi di daerah-daerah lipatan kulit.
2) Multiple sweat gland abses, yakni infeksi di bagian kepala anak karena biang keringat yang dibiarkan.
3) Abses pada kelenjar keringat.
e. Pencegahan
1) Menurut Tina (2000), untuk mencegah terjadinya biang keringat pada bayi yaitu :
a) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun.
b) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur.
c) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri.
d) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat.
2) Menurut Pasaribu (2007), biang keringat dapat tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara :
a) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari.
b) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
c) Jaga tubuh bayi agar tetap kering.
d) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis.
e) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi.
f) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk.
g) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan.
f. Pengobatan
Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal, luka dan lecet dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Tina, 2000).
Kunci pengobatan miliaria adalah menempatkan penderita di dalam lingkungan yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang.
Sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat akan berangsur lepas beberapa hari sampai 2 minggu. AC /pendingin/ ruang yang teduh bisa memberi pencegahan pada permulaan miliaria. Obat-obatan topikal tidak begitu efektif dan kadang-kadang bisa menambah banyaknya miliaria. Selain itu pemberian vitamin C dosis tinggi mampu mencegah atau mengurangi timbulnya miliaria (Harahap, 2000).
B. Kerangka Teori
Kerangka teoris dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo 2010), (FKUI 2009), (Harahap 2000), (Natahusada 2009)
Tingkat Pengetahuan :
1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi
Biang Keringat 1. Pengertian
2. Penyebab 3. Tanda dan gejala 4. Pencegahan 5. Pengobatan Pengetahuan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan : 1. Usia
2. Tingkat pendidikan 3. Pengalaman 4. Intelegensi 5. Sosial ekonomi 6. Sosial budaya
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Tidak diteliti : Diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Cukup Baik
Kurang Tingkat pengetahuan tentang
biang keringat pada bayi 0- 1 tahun
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan : 1. Tingkat pendidikan
2. Pengalaman 3. Informasi 4. Budaya 5. Pekerjaan
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan satu tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dalam bentuk angka-angka mulai dari pegumpulan data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi
Lokasi adalah tempat digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2013 - 26 Maret 2013.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 0-1 tahun sebanyak 76 orang di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2010).
Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subjeknya lebih dari 100 maka diambil 10 – 15%, atau 20 – 25% atau lebih (Arikunto, 2006).Karena jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100 maka diambil semua sebagai sampel yaitu dengan jumlah 76 responden.
3. Tehnik Pengambilan sempel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability sampling yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono, 2 0 0 9 ) . Sehingga dalam penelitian ini diambil sebanyak 76 ibu yang memiliki anak usia 0 - 1 tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.
D. Instrument Penelitian
Yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuisioner, skala yang digunakan ordinal. Kuisioner atau angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (Notoatmodjo, 2005).
Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner tertutup ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007). Jenis pernyataan kuesioner berupa favourable yaitu pernyataan yang positif dimana jika benar nilai 1 (satu) jika salah nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable yaitu pernyataan negatif jika benar nilai 0 (nol) jika salah nilai 1 (satu). Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (ξ) pada jawaban yang dianggap benar. Adapun kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang pengetahuan biang keringat sebagai berikut :
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesinoner
Variabel Indikator No. Soal Jumlah
Soal Pengetahuan Ibu
Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun
Positif Negatif
1. Pengertian 1,3 2 3
2. Efek samping 4,5,6,10 7 5
3. Gejala 11,13,14 12,15,29 6
4. Penyebab 9,16,17,18 19,20 6
5. Pencegahan 22,23,26,27,30 25,28 7
Jumlah 18 9 27
Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan karakteristik sampel yang sama diluar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Posyandu Desa Ngringo Jaten Karanganyar sebanyak 30 responden.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukan tingkat kevalidan atau keaslian sesuatu instrument (Arikunto, 2006)
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan program SPSS for windows versi 16.0. rumus uji validitas menggunakan korelasi product moment, yaitu:
ݎ
௫௬=
ேǤȈ ିȈଡ଼ǤȈȊ ටሼேȈ௫మିሺȈሻమሽ൛ேȈȊమሺȈȊమሻൟKeterangan :
N : Jumlah responden
ݎ௫௬ : Koefisien korelasi product moment X : Skor pertanyaan
Y : Skor total
ݔ ݕ : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai rhitung lebih besar dari rtabel
5% (0,361) dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2005).
Setelah dilakukan uji validitas di Poyandu Nusama Perum RC Ngringo Palur pada tanggal 3 Maret 2013 terhadap 30 responden dengan 30 pernyataan didapatkan 3 nomor pernyataan tidak valid yaitu nomor 18,21 dan 24 karena rhitung lebih kecil dari rtabel, untuk selanjutnya nomor 18,21 dan 24 tidak digunakan dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu.
Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrument, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for windows. Rumus SPSS for windows adalah sebagai berikut:
ݎ
ଵଵൌ ݇
݇ െ ͳ൨ ቈͳ െ Ȉߪ ܾ
ଶߪ
ݐ
Keterangan:
ݎଵଵ : Reliabilitas Instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ȭߪ ܾଶ : Jumlah Varian butir
ߪݐ : Varian total
Soal dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > ݎ௧ (0,60) (Ghozali, 2005). Hasil Uji reliabilitas menunjukkan 0,87 berarti nilai alpha
cronbach’s 0,6, sehingga instrumen dikatakan reliabel.
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden di anjurkan mengisi kuesioner dengan selesai dan koesioner diambil pada saait itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh dari:
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009).
Dalam penelitian ini data primer di dapatkan dari pengisian kuesioner tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi pustaka dan data ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar yaitu 76 orang.
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2010) dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.3 Definisi Operasional
Nama
Variabel Pengertian Indikator Alat ukur Skala
Pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun
Segala sesuatu informasi yang diketahui dan dimengerti oleh ibu tentang pengertian, efek samping, gejala, penyebab dan pencegahan biang keringat
Baik :
Bila nilai responden yang diperoleh (x) >
mean +1 SD Cukup :
Bila nilai responden mean -1 SD [PHDQ
+ 1 SD Kurang :
Bila nilai responden yang diperoleh (x) <
mean – 1 SD
Kuesioner Ordinal
H. Metode Pengolahan Analisa Data 1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dilakukan pengolahan Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010) adalah : a. Seleksi Data (Editing)
cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Pemberian Kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
c. Memasukkan Data (Data Entry)
Jawaban dari masing – masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer.
d. Pengelompokkan Data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
e. Pembersihan Data (Cleaning)
Setelah semua data dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
2. Analisis Data
Analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini hanya mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun.
Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai berikut : Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD
Cukup : Bila nilai responden mean – 1 SD [PHDQ6' Kurang: Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Keterangan :
X : Nilai total skor dari responden SD : Standar deviasi
Mean : Nilai rata-rata
Menurut Riwidikdo (2009), rumus Mean adalah :
X=
σ ୀଵ ௫ೣ
Keterangan :
ݔ
: nilai dari data݊
: jumlah dataSedangkan untuk mencari SD (Simpangan Deviasi) menggunakan :
SD =ඨ
σ ௫మି ሾσ ೣሿమ
ିଵ
Keterangan :
SD : Simpangan baku : Banyaknya data : Nilai dari data
Setelah didapatkan hasil nilai mean dan Standard Deviation tiap responden kemudian hasil tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan yang sudah tercantum diatas. Adapun rumus prosentase untuk jumlah ibu yang mempunyai anak usia 0-1 tahun menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2010)
P = n
fix 100%
Keterangan : P : Persen fi : Frekuensi
n : Jumlah responden
Skor Prosentase :
I. Etika Penelitian
Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2008), meliputi :
1. Informent Consent (lembar persetujuan menjadi responden)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat yang akan dilakukan penelitian. Setelah diberikan penjelasan,
lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (kerahasiaan nama / identitas)
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini tidak mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2008).
3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)
Sub bab ini menjelaskan masalah–masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008).
J. Jadwal Penelitian Terlampir
39 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Pereng Kecematan Mojogedang Kabupaten Karanganyar secara gegrafis letak desa Pereng berbatsasan sebelah Timur Desa Pendem, sebelah Barat Desa Munggur, Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Desa Gentungan dan batas sebelah Utara berbatasan dengan desa Karangpelem dan Kedawung Kabupaten Sragen. Sumber pendapatan penduduk desa Pereng yaitu dari sektor pertanian sebagai salah satu sektor primer, memang masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Sektor pertanian dirinci menjadi beberapa subsektor, yaitu Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan. Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro industri.
Dalam usaha menunjang kesehatan bagi masyarakat Desa Pereng terdapat beberapa pusat layanan kesehatan diantaranya 1 Puskesmas Pembantu, 8 Posyandu dan terdapat 1 BPS.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar” untuk mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari nilai mean dan standar deviasi, hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 1. Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi
Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Biang Keringat pada Anak Usia 0-1 Tahun
21,1 4,4
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 21,1 dan standari deviasi sebesar 4,4.
2. Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan
Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat diketahu tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar dapat dikategorikan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar
No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1
2 3
Baik Cukup Kurang
11 55 10
14.5 72,3 13,2
Total 76 100
Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 11responden (14.5%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (72,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (13,2%).
Jadi tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar kebanyakan dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 55 responden (72,3%).
Tingkat pengetahuan respoden dapat digambarkan pada diagram di bawah ini, yaitu :
Gambar 4.1 Diagram tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar
C. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar responden dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 11 responden (14,5%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (72,3%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10 responden (13,2%). Berdasarkan analisa kuesioner mayoritas responden berpengetahuan cukup.
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminology pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dalam hal ini pengetahuan ibu tentang biang keringat (Notoatmodjo, 2010).
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dalam penyampaian informasi sebagai tugas
media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Sosial budaya dan ekonomi, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan, lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Pengalaman, Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. Usia, usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
(Cahyonoputra, 2009).
Biang keringat dapat tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari,
setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis, jaga tubuh bayi agar tetap kering, jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis, gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi (Pasaribu, 2007).
Untuk mencegah terjadinya biang keringat pada bayi yaitu bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun, bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur, jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri, Hindari penggunaan pakaian tebal, berbahan nilon, atau berbahan wol yang tidak menyerap keringat (Tina, 2000).
Hasil dari penelitian tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Desa Pereng Mojogedang Karanganyar mayoritas pada tingkat pengetahuan cukup. Hal ini dikarenakan masih banyak ibu yang kurang memahami tentang pengertian biang keringat (miliaria) dan cara pencegahan biang keringat (miliaria) yang dilihat dari hasil jawaban kuesioner. Kemungkinan dipengaruhi oleh faktor informasi. Masih kurangnya informasi yang didapatkan responden kemungkinan berasal dari kurangnya pemahaman ibu tentang pengetahuan yang didapat baik dari tenaga kesehatan atau sumber informasi lainya seperti media masa, dimana informasi diperoleh
baik secara langsung maupun tidak langsung, dari tempat-tempat pelayanan kesehatan (Posyandu), atau media masa (Koran). Serta pengalaman, semakin banyak pengalaman seseorang terhadap objek atau peristiwa makin luas pula pengetahuan yang di dapat sehingga responden mampu mengambil keputusan dengan tepat. Pengalaman kejadian biang keringat (miliaria) kemungkinan di pengaruhi oleh kebiasaan pada kelahiran anak sebelumnya sehingga berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk merawat biang keringat (miliaria) dengan baik atau tidak.
D. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini mempunyai kelemahan, yaitu : 1. Kendala
Pada saat pengambilan data sering kuesioner tidak terisi dengan lengkap sehingga penulis harus mengulang dengan cara memberikan kuesioner kembali kepada responden.
2. Kelemahan
a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada pengetahuan. Penelitian ini akan berbeda hasil jika menggunakan lebih dari 1 variabel penelitian.
b. Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya bisa menjawab “ya” atau “tidak” dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan secara mendalam.
46 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar”. Tingkat pengetahuan responden dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tingkat baik sebanyak 11 responden (14,5%).
2. Pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tingkat cukup sebanyak 55 responden (72,3%).
3. Pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tingkat kurang sebanyak 10 responden (13,2%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan penulis yaitu:
1. Posyandu
Diharapkan posyandu dapat meningkatkan pelayanan dengan aktif sehingga peserta posyandu dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan posyandu.
2. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan penyuluhan – penyuluhan, sehingga dapat memberikan informasi serta pengetahuan khususnya mengenai biang keringat (miliaria).
3. Desa Pereng Karanganyar
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Pereng Mojogedang Karanganyar khususnya pengetahuan tentang biang keringat (miliaria).
4. Institusi Pendidikan
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai sumber referensi atau bahan informasi khususnya tentang biang keringat (miliaria).
5. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang mungkin berminat untuk melakukan dan mengembangkan penelitian ini diharapkan melakukan penelitian dengan mengembangkan variable penelitian, lebih luas pembahasan materinya, menggunakan metode dan tehnik yang berbeda serta memperluas ruang lingkup peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, T. 2001. Filasafat Ilmu. Surabaya : Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Ringka Cipta.
Arikunto, S. 2006. Pedoman Penelitian Kesehatan Praktis. Edisi Revisi. Jakarta : RinekaCipta.
Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Budiarja, Siti Aisah dan Widaty Sandra. 2000. Perawatan Kulit Pada Bayi dan Balita. Jakarta : FKUI Press.
Cahyonoputro. 2009. Pengetahuan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, http://www.forbetterhealth.wordpress.com. Diakses tanggal 23 Oktober 2012.
Depkes, RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Depkes.
RI.
Djuanda. 2009. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : FKUI Press.
FKUI. 2005. Obsterti dan Ginokologi. Bandung : Eleman.
FKUI. 2009. Obsterti dan Ginokologi. Bandung : Eleman.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan I. Jakarta : Hipokrates.
Hidayat, A .2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A .2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.