• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DI DESA BLULUKAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG MANAJEMEN LAKTASI DI DESA BLULUKAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG

MANAJEMEN LAKTASI DI DESA BLULUKAN

COLOMADU KARANGANYAR

TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh : NOVITASARI NIM. B10.038

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar Tahun 2013”

. Karya Tulis

Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat kelulusan

STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Ernawati, SST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. Kepala Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar yang telah memberi ijin kepada penulis untuk penggunaan lahan penelitian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

(5)

v

6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2013

(6)

vi

Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013

Novitasari B10.038

TINGKAT PENGETAHUAN IBU MENYUSUI TENTANG

MANAJEMEN LAKTASI DI DESA BLULUKAN

COLOMADU KARANGANYAR

(xiii + 53 halaman + 5 tabel + 12 gambar + 17 lampiran)

ABSTRAK

Latar Belakang

:

Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi, apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Dari kematian bayi tersebut salah satunya terkait dengan faktor gizi, dengan penyebabnya antara lain buruknya pemberian ASI dan belum terlaksananya manajemen laktasi. Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Hasil wawancara terhadap 10 ibu menyusui di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar didapatkan 2 orang (20%) berpengetahuan baik, 3 orang (30%) berpengetahuan cukup dan 5 orang (50%) berpengetahuan kurang tentang manajemen laktasi yang benar.

TujuanPenelitian : Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengtahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengambilan sampel dengan sampel jenuh dengan jumlah responden 42 orang, instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabelitasnya, variabel penelitian menggunakan variabel tunggal, teknik analisa data dengan analisa univariat, menggunakan distribusi frekuensi. Hasil Penelitian: Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajmen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar pada kategori baik sebanyak 7 responden (16,6%), kategori cukup 26 responden (62,0%) dan kategori kurang 9 responden (21,4%).

Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 26 responden (62,0%).

Kata kunci : Pengetahuan, ibu menyusui, manajemen laktasi Kepustakaan : 18 literatur ( Tahun 2003 s/d 2010 )

(7)

vii

MOTTO

§ Awali semuanya dengan doa dan senyuman

§ Allah tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya melebihi batas kemampuan

§ Jangan takut pada masa depan dan jangan menangis untuk masa lalu

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan untuk:

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak-ibu tersayang terimakasih atas doa dan dukungannya, tanpamu diriku bukanlah apa-apa.

3. Adikku tercinta yang selalu memberi semangat.

4. Masku “T” yang selalu mendoakan, menyemangati dan mengingatkan untuk jaga kesehatan.

5. Om ku “Muh” yang selalu membantuku saat aku butuhkan.

6. Teman-teman yang saling memberi semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Almamaterku

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .. ... vii

CURRICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI .. ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Studi Kasus ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8

1. Pengetahuan ... 8

(10)

x

3. Manajemen Laktasi ... 16

B. Kerangka Teori... 33

C. Kerangka Konsep ... 34

BAB III. METODOLOGI LAPORAN KASUS A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Variabel Penelitian ... 41

G. Definisi Operasional... 42

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 43

I. Etika Penelitian ... 45

J. Jadwal Penelitian ... 46

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47 B. Pembahasan ... 49 C. Keterbatasan Penelitian ... 51 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 52 B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner tentang Manajemen Laktasi ... 38

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner tentang Manajemen Laktasi ... 39

Tabel 3.3 Definisi Operasional... 42

Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ... 48

Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar ... 48

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perlekatan Menyusui Benar ... 25

Gambar 2.2 Perlekatan Menyusui Salah ... 25

Gambar 2.3 Cara Memegang Payudara ... 26

Gambar 2.4 Merangsang Bayi Membuka Mulut ... 26

Gambar 2.5 Posisi Menyusui Balita pada Kondisi Normal ... 27

Gambar 2.6 Posisi Menyusui BBL Benar di Ruang Perawatan ... 28

Gambar 2.7 Posisi Menyusui BBL Benar di Rumah ... 28

Gambar 2.8 Posisi Menyusui Bayi bila ASI Penuh ... 28

Gambar 2.9 Posisi Menyusui Bayi Kembar secara Bersamaan ... 29

Gambar 2.10 Teknik Menyusui yang Benar ... 30

Gambar 2.11 Kerangka Teori ... 33

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal Lampiran 3. Surat Balasan dari Lahan Penelitian

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Validitas

Lampiran 5. Surat Balasan Permohonan Ijin Validitas Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan

Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan

Lampiran 8. Lembar Permohonan menjadi Responden Lampiran 9. Lembar Persetujuan menjadi Responden Lampiran 10. Kuesioner Penelitian

Lampiran 11. Lembar Kunci Jawaban Kuesioner

Lampiran 12. Data Kuesioner Uji Validitas Pengetahuan tentang Manajemen Laktasi

Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 15. Hasil Data Kuesioner Pengetahuan tentang Manajemen Laktasi Lampiran 16. Lembar Konsultasi

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat resiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan penanggulangan kemiskinan secara nasional. UPGK dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektoral agar lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara nyata dan bertanggung jawab dengan memperlihatkan faktor epidemiologi, geografi, sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat (Depkes RI, 2009).

Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi, apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. AKB Indonesia dua sampai lima tahun lebih tinggi, padahal angka ini merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008 tercatat AKB sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup. Dari kematian bayi tersebut salah satunya terkait dengan faktor gizi, dengan penyebabnya antara lain karena buruknya pemberian ASI. Faktor gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumberdaya manusia, karena kurang gizi akan menyebabkan gangguan psikomotor, kognitif, dan sosial, serta secara klinis akan terjadi gangguan pertumbuhan yang pada akhirnya

(15)

2

menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak berkualitas serta akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Dinkes Surakarta, 2009).

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk secara nasional sebesar 4,9%, menurun 0,5% dibanding hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 5,4%, sedangkan gizi kurang tetap 13%. Salah satu penyebab dari gizi buruk dan kurang tersebut oleh karena rendahnya pemberian ASI yang disebabkan belum terlaksananya manajemen laktasi (Rinkesda, 2010).

Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah melahirkan dan pada masa menyusui selanjutnya.Bila manajemen laktasi tidak terlaksana maka akan berdampak penurunan pemberian ASI sehingga berdampak pada peningkatan angka gizi buruk dan gizi kurang yang beresiko pada peningkatan angka kesakitan dan kematian bayi ( Prasetyono, 2009).

United Nations Children’s Fund (UNICEF), menyatakan sekitar 30 ribu kematian anak Indonesia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI selama 6 bulan sejak kelahiran bayi. Pemberian ASI dapat menurunkan angka kematian bayi hingga 13% sehingga dengan dasar asumsi jumlah penduduk 219 juta angka kelahiran total 22/1000 kelahiran hidup, angka kematian balita 46/1000 kelahiran hidup, maka jumlah bayi yang akan terselamatkan sebanyak 30 ribu. Namun yang patut di sayangkan tingkat pemberian ASI di indonesia hingga saat ini masih sangat rendah yaitu antara 39%-40% dari jumlah ibu yang melahirkan (Gklinis, 2006).

(16)

Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan dalam upaya meningkatkan perilaku menyusui ibu yang memiliki bayi yaitu dengan cara memotivasi dan mendukung ibu agar tetap menyusui bayinya, memberikan penyuluhan tentang ASI dan mengajarkan ibu tentang manajemen laktasi yang benar.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Blulukan Colomadu Kabupaten Karanganyar didapatkan jumlah ibu menyusui pada bulan Oktober sebanyak 42. Peneliti melakukan wawancara dengan 10 ibu menyusui. Dengan hasil, 2 orang ibu berpengetahuan baik, 3 orang ibu berpengetahuan cukup dan 5 orang berpengetahuan kurang tentang manajemen laktasi yang benar.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Tingkat Pengetahuan Ibu Menuyusui Tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Kabupaten Karanganyar”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Kabupaten Karanganyar ?”.

(17)

4

C. Tujuan Penelitian 1. Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar Tahun 2013.

2. Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 pada kategori baik.

b. Mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 pada kategori cukup.

c. Mengetahui pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 pada kategori kurang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan informasi tentang manajemen laktasi yang benar.

2. Bagi diri sendiri

Penelitian ini untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian tentang manajemen laktasi yang benar

(18)

3. Bagi Desa Blulukan

Melalui adanya penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya ibu menyusui mendapatkan informasi tentang manajemen laktasi yang benar

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang serupa tentang manajemen laktasi antara lain sebagai berikut:

1. Dyah Eka Kusumawati (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja Di RW IX Kelurahan Jamurwonosari Kecamatan Wonocolo Surabaya”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dengan hasil, didapatkan ibu bekerja yang mempunyai pengetahuan baik sebagian kecil (14,3%), pengetahuan cukup hampir setengahnya (31,4%), dan pengetahuan kurang sebagian besar (54,3%).

2. Rina Sulistianingsih (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui yang Benar di Dusun Lemahbang Plosokerep Karangmalang Kabupaten Sragen”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Dari penelitian ini didapatkan pengetahuan ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar antara lain yang masuk kriteria baik (46,8%), cukup baik (43,8%), dan kurang baik (9,4%).

(19)

6

3. Intan Yuliana (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Perawatan Payudara di BPS Aryanti Gemolong Sragen”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Dengan hasil tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang perawatan payudara yang masuk kriteria cukup baik (80,0%), baik (8,6%) dan kurang baik (11,4%).

Persamaan keaslian penelitian di atas dengan penelitian ini terletak pada jenis metode penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat, waktu, sampel dan hasil penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 5 BAB yaitu, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan isi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penelitian Karya Tulis Ilmiah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang pengertian pengetahuan, ibu menyusui, manajemen laktasi, fisiologi laktasi, komposisi ASI, manfaat pemberian ASI, upaya memperbanyak ASI, cara menyusui yang benar, tahap tata laksana menyusui yang benar, posisi dan perlekatan ASI, cara pengamatan teknik menyusui yang benar, cara

(20)

perawatan payudara ibu menyusu. Berisi pula tentang kerangka teori dan kerangka konsep penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang jenis dan rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional variabel, metode pengolahan dan analisis data, etika penelitian serta jadwal penelitian

.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi berisikan tentang gambaran umum tempat penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui orang tersebut.

(22)

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4) Analisa (Analisys)

Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponan yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut.

5) Sintesis (Sintesys)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang untuk melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

(23)

10

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh kebenaran pengetahuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah) yakni melalui proses penilaian. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari: a) Cara coba – salah (Trial and Error)

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah upaya pencegahannya dilakukan dengan coba-coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan mengunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat di pecahkan.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak di sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasan seperti

(24)

ini bukan hanya terjadi masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama, pemegang pemeritahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakin orang mempunyai wibawa atau kekuasaan , baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

d) Berdasarkan pengalaman sendiri

Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa yang lalu.

e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah

(25)

12

dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang di wahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara rasional dan yang sistematis.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Induksi dan deduksi ada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan induksi sedangkan deduksi

(26)

adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

i) Induksi

Adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami. j) Deduksi

Adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research methodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang mengembangkan metode berfikir induktif kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen yang menyatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua

(27)

14

fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok:

a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

d. Faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi pengetahuan seseorang Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah, sebagai berikut:

1) Tingkat Pengetahuan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Pendidikan digolongkan sebagai berikut:

a) Tamat SD b) Tamat SLTP c) Tamat SLTA

d) Tamat Perguruan Tinggi 2) Pengalaman

Sesuatu yan pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan dan dapat menjadi sumber pengetahuan yang bersifat informal.

(28)

3) Usia

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.

4) Informasi

Informasi yang diperoleh melalui kenyataan (melihat dan mendengar sendiri), serta melalui media surat kabar, radio, tv dapat menambah pengetahuan lebih luas.

5) Budaya

Budaya yang ada di masyarakat dan kondisi politik juga mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

6) Sosial ekonomi

Apabila status ekonomi baik tingkat pendidikan juga akan tinggi dan diiringi oleh peningkatan pengetahuan (Soekanto, 2003).

(29)

16

e. Cara Pengukuran Pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, angket atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Mubarak, 2007).

Hasil pengukuran tingkat pengetahuan menurut Riwidikdo (2010) dibagi menjadi tiga,yaitu sebagai berikut:

a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD b. Cukup, bila nilai responden mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD 2. Ibu Menyusui

Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan susu kepada bayinya atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudaranya. Bayi menggunakan reflek menghisap untuk mendapatlan dan menelan susu. Keberhasilan menyusui tidak diperlukan dari pemakaian alat-alat khusus dan biaya yang mahal yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari lingkungan terutama suami (Rachmawati dan Kuntari, 2007).

3. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal (Prasetyono, 2009).

(30)

a. Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi berhubungan dengan makanan, faktor endokrin dan faktor fisiologi (Marmi, 2012).

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, airsusu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua dan ketiga setelah kelahiran.Setelah persalinan, segera susukan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofisesehingga pengeluaran air susu bertambah lancar (Marmi, 2012).

(31)

18

Reflek-reflek yang sangat penting dalam proses laktasi sebagai berikut:

1) Reflek Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang, rangsangan tersebut dibawa ke hipotalamus oleh serabut afferent, kemudian dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu.

2) Reflek Aliran (let down reflek)

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam aliran darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting susu.

3) Reflek Menangkap (Rooting Reflek)

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. 4) Reflek Menghisap

Reflek menghisap pada bayi akan timbul jika puting merangsang langit-langit.

5) Reflek Menelan

Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflek menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan puting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut (Marmi, 2012).

(32)

b. Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam protein, lactose dan garam organik yang disekresi oleh ke dua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu pada hari pertama sampai hari keempatsetelah bayi lahir yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Berwarna kuning keemasan atau krem (creamy). Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral-mineral dan imunoglobulin. Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.

2) ASI Peralihan

ASI peralihan ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8 – 20 hari) dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan kadar protein, mineral labih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum.

(33)

20

3) ASI Matur

ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90% nya adalah air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi. Sedangkan 10% kandungannya adalah karbohidrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam.

Ada 2 tipe ASI matur

a) Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.

b) Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat bayi.

Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

(34)

c. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Marmi (2012), manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut:

1) Manfaat bagi bayi

a) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

b) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

c) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.

d) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal.

e) ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

f) ASI mengandung banyak kadar seleniumyang melindungi gigi dari kerusakan.

g) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu membentuk rahang dan otot pipi yang baik.

h) ASI bermanfaat untuk perkembangan otak dan IQ bayi. i) ASI memberikan keuntungan psikologis.

(35)

22

2) Manfaat bagi ibu a) Aspek kesehatan ibu

(1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipofise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus.

(2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukkannya akan mempercepat kehilangan lemak. (3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian

karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.

(4) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.

b) Aspek Keluarga Berencana

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan.

c) Aspek psikologi

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

(36)

d. Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Marmi (2012), upaya tindakan yang dapat memperbanyak ASI yaitu, sebagai berikut:

1) Bimbingan prenatal.

2) Perawatan payudara dan puting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trimester III.

3) Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.

4) Menyusui secara on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.

5) Menyusui dengan posisi yang benar. 6) Memberikan ASI eksklusif.

7) Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang konsumsi nutrisi lengkap dengan cukup kalori dan cukup air 8) Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan

bidan.

9) Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas.

10) Saat menyusui, sebaiknya ibu berada di lingkungan yang tenang. 11) Pelayanan pascanatal.

12) Setiap menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian tetapi diusahakan satu payudara sampai habis, lalu pindah ke payudara yang lainnya.

(37)

24

e. Cara Menyusui Yang Benar

Menurut Marmi (2012), cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

1) Posisi madona atau menggendong

Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

2) Posisi football atau mengepit

Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

3) Posisi berbaring miring

Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.

f. Tahap Tata Laksana Menyusui Yang Benar

Menurut Marmi (2012), tahap dan tata laksana menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan ibu dan badan bayi

(a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

(b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. (c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

(d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.

(38)

(e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

(f) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

(g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

Gambar 2.1. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

Gambar 2.2. Perlekatan salah (Perinasia, 2004) (a) Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola.

(b) Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang dibawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting) dibelakang areola.

(39)

26

Gambar 2.3 Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

(c) Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting reflek (reflek menghisap).

Gambar 2.4. Merangsang bayi membuka mulut (Perinasia, 2004)

(d) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur kebawah.

(e) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala.

(f) Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.

(g) Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi.

(40)

(h) Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle). (i) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.

(j) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

(k) Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. (l) Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi. g. Posisi Dan Perlekatan Menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 2.5. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 2004)

(41)

28

Gambar 2.6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 2.7. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 2.8. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

(42)

Gambar 2.9. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

h. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

Menurut Marmi (2012), apabila bayi telah menyusu dengan maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Bayi tampak tenang

2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar

4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu

5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk

6) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 7) Puting susu tidak terasa nyeri

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9) Kepala bayi agak menengadah

(43)

30

Gambar 2.10. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004) i. Cara Perawatan payudara Ibu Menyusui

Menurut Marmi (2012), cara perawatan payudara payudara ibu menyusui adalah sebagai berikut:

1) Manfaat Perawatan Payudara

a) Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi.

b) Melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik.

c) Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar.

d) Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasi.

e) Persiapan psikis ibu menyusui.

2) Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui a) Persiapan alat

Alat yang dibutuhkan sebagai berikut: (1) Handuk

(44)

(3) Minyak kelapa atau baby oil

(4) 2 Baskom (masing-masing barisi air hangat dan dingin) b) Prosedur perawatan

(1) Buka pakaian ibu

(2) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk

(3) Buka handuk pada daerah payudara

(4) Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit

(5) Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu datar

(6) Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari (7) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa

(8) Kedua telapak tangan diletakkankan di antara kedua payudara (9) Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan kiri

ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan ke arah sisi kanan (10) Pengurutan diteruskan ke bawah, samping, selanjutnya

melintang, telapak tangan mengurut ke depan kemudian dilepas dari kedua payudara

(11) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara ke arah puting susu

(45)

32

(12) Telapak tangan kanan menopang payudara kanan dan tangan lainnya menggenggam dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah puting susu

(13) Payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian kira-kira 5 menit (air hangat dahulu)

(14) Keringkan dengan handuk

(15) Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara)

(46)

B. Kerangka Teori

Pengertian

1. Tujuan Rawat Gabung 2. Syarat Rawat Gabung

Gambar 2.11. Kerangka Teori Sumber: Notoatmodjo (2010)

Manajemen Laktasi : 1. Pengertian 2. Komposisi ASI

3. Manfaat Pemberian ASI 4. Upaya Memperbanyak ASI 5. Cara Menyusui Yang Benar 6. Cara Perawatan Payudara Ibu

Menyusui Ibu Menyusui

Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Tingkat Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Informasi 5. Budaya 6. Sosial Ekonomi Tingkat Pengetahuan

(47)

34

C. Kerangka Konsep penelitian

Keterangan:

: Variabel yang di teliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.12. Kerangka Konsep Tingkat pengetahuan

ibu menyusui tentang manajemen laktasi Baik Cukup Kurang Faktor yang MempengaruhiPengetahuan 1. Tingkat Pendidikan 2. Pengalaman 3. Usia 4. Informasi 5. Budaya 6. Sosial Ekonomi

(48)

35

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena yang ditemukan dan hasil penelitian disajikan apa adanya (Sugiyono, 2010). Kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu fenomena dengan berbentuk angka-angka (Hidayat, 2007). Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat, yang telah direncanakan sampai matang ketika persiapan penelitian disusun. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Arikunto, 2010).

Rancangan penelitian menggunakan penelitian survey deskriptif. Survey deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendekripsikan atau menguraikan sesuatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini menggambarkan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar Tahun 2013.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi merupakan tempat atau lokasi penelitian dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Blulukan, Colomadu, Karanganyar.

(49)

36

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang di butuhkan peneliti untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 - 29 Februari 2013.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengamatan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar yaitu sebanyak 42 ibu menyusui.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah semua ibu menyusui yang berada di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar pada bulan Oktober. Jika populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2010). Sampel dalam penelitian

(50)

ini adalah ibu menyusui di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar sebanyak 42 ibu menyusui.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2010).

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diisi oleh responden. Kuesioner tertutup adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang ia ketahui dan sudah disediakan jawabannya (Arikunto, 2010).

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu menyusui. Dalam kuesioner ini menggunakan pilihan jawaban “benar” atau “salah”. Jenis pernyataan dalam kuesioner ini bisa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, apabila responden memilih jawaban “benar” mendapat skor 1 dan apabila responden memilih pilihan jawaban “salah” mendapat skor 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif, apabila responden memilih jawaban “salah” mendapat skor 1 dan apabila responden memilih pilihan jawaban “benar” mendapat skor 0.

(51)

38

Tabel 3.1

Kisi- kisi Kuesioner tentang Manajemen Laktasi

Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian. Uji coba instrument dalam penelitian ini dilakukan di Desa Mojo Rembun Nogosari Boyolali, dengan jumlah 32 ibu menyusui.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument (Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diiukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan komputerisasi, rumus product moment, yaitu :

ݎݔݕൌ ܰ σ ܻܺെσ ܺǤσ ݕ ටቄܰ σ ݔʹെሺσ ܺሻ;ቅቄܰ σ ܻʹȂሺσ ܻሻ;ቅ

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

Variabel Sub Variabel Pernyataan Jumlah

Soal Favourable Unfavourable Pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi 1. Pengertian 1 2 2 2. Komposisi ASI

3. Manfaat Pemberian ASI 4. Upaya Memperbanyak ASI 5. Cara Menyusui yamg Benar 6. Cara Perawatan payudara Ibu

Menyusui 3,4,5 7,8,9,10 12,13,14,15 18,19,20,21,22 25,26,27,28 6 11 16,17 23,24 29,30 4 5 6 7 6 Jumlah 30

(52)

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Pernyataan dinyatakan valid jikanilai rhitung > rtabel.

Berdasarkan uji coba validitas yang dilakukan di Desa Mojo Rembun Nogosari Boyolali dengan data sebanyak 32 ibu menyusui dan 30 soal. Perhitungan dilakukan menggunakan program SPSS for Windows didapat nomor 13, 24, 26, 27 tidak valid karena nilai rhitung < rtabel (0,361)

untuk selanjutnya nomor yang tidak valid dihilangkan. Perhitungan SPSS selengkapnya terdapat dalam lampiran. Sehingga penelitian ini menggunakan 26 pernyataan

Tabel 3.2

Kisi- kisi Kuesioner tentang Manajemen Laktasi

Keterangan : * : tidak valid

Variabel Sub Variabel Pernyataan Jumlah

Soal Favourable Unfavourable Pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi 1. Pengertian 1 2 2 2. Komposisi ASI

3. Manfaat Pemberian ASI 4. Upaya Memperbanyak ASI 5. Cara Menyusui yamg Benar 6. Cara Perawatan payudara

Ibu Menyusui 3,4,5 7,8,9,10 12,13*,14,15 18,19,20,21,22 25,26*,27*,28 6 11 16,17 23,24* 29,30 4 5 6 7 6 Jumlah 30

(53)

40

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercayai untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2010).

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

ݎͳͳൌቈ݇ െ ͳ݇ ቉ ቈͳ െσߪߪܾ;ʹݐ

Keterangan:

r11 : Reliabilitas Instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑σb² : Jumlah varians butir

σt² : Varians total

Intrumen dikatakan realibel jika nilai Alpha Chronbach lebih dari 0,7 (Riwidikdo, 2010).

Dari uji coba realibilitas dari 32 menyusui dan 30 soal yang dilakukan di Desa Mojo Rembun Nogosari Boyolali didapatkan rhitung lebih besar dari

(54)

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner pada Ibu Menyusui di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2010). Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari pengisian kuesioner pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2010). Data sekunder pada penelitian ini yaitu data ibu menyusui yang ada di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 meliputi jumlah, umur dan pendidikan yang didapat dari bidan desa.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

(55)

42

Dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi. Variabel tunggal adalah variabel yang hanya mengungkapkan variabel untuk dideskripsikan unsur atau faktor-faktor didalam setiap gejala yang termasuk variabel tersebut.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.3 Definisi Operasional Nama

Variabel

Pengertian Indikator Alat Ukur Skala Pengetahuan Ibu menyusui tentang Manajemen laktasi Kemampuan Ibu menyusui menjawab kuesioner tentang Manajemen Laktasi

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh

X > mean + 1 SD Cukup : Bila nilai responden

mean - 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh

X < mean – 1 SD (Riwidikdo, 2010)

(56)

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan beikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2010) adalah:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai segera dilengkapi. Pada penelitian ini peneliti melakukan editing pada saat menerima kuesioner yang telah di isi oleh responden, di periksa kebenarannya dan kelengkapannya. Bila didapatkan seorang responden yang belum lengkap maka peneliti meminta responden tersebut untuk melengkapinya.

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Coding pada penelitian ini peneliti memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan dan analisis data serta berpedoman pada definisi operasional.

(57)

44

c. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan kedalam tabel. Tabulating pada penelitian ini setelah jawaban kuesioner di beri kode, kemudian peneliti menghitung data dan memasukkan kedalam tabel.

2. Analisis Data

Analisis univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variable dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Riwidiko (2010), rumus mean yaitu: ܺ ൌσ ݔ݊ Keterangan:

X : Rata-rata (mean)

∑x : Jumlah seluruh jawaban responden n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2010), Simpangan baku (standard deviation) adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-ratanya.

Rumus :

(58)

Keterangan:

x : Nilai responden n : Jumlah responden

Menurut Riwidikdo (2010), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi maka digunakan perhitungan sebagai berikut:

a. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD b. Cukup : Bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤

mean + 1 SD

c. Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean – 1 SD Adapun rumus untuk memperoleh skor prosentase adalah:

ܲ ൌݔ݊ ൈ ͳͲͲΨ Keterangan:

P : Skor prosentase

x : Nilai yang diperoleh responden n : Jumlah responden

I. EtikaPenelitian

Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut (Hidayat, 2007), meliputi: 1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan

(59)

46

serta manfaat yang dilakukannya penelitian. Setelah diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Pada penelitia ini semua responden di beri lembar persetujuan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan subyek penelitian, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan inisial dan memberi nomor pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasian semua informasi yang diperoleh oleh subyek penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.

J. Jadwal Kegiatan

Dalam jadwal kegiatan diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal kegiatan penelitian ini terlampir.

(60)

47

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Blulukan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Desa ini memiliki luas wilayah Blulukan ± 3 Km2. Keadaan lingkungannya lumayan bersih, sanitasi cukup baik, keadaan jalan masih ada yang rusak, terdapat area persawahan dan pabrik. Jumlah penduduk ± 675 jiwa. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan desa Tohudan, di sebelah selatan berbatasan dengan desa Gajahan, di sebelah barat berbatasan dengan desa Paulan, dan di sebelah timur berbatasan dengan desa Baturan. Untuk instansi kesehatan di Desa ini terdapat 1 posyandu. Posyandu ini terletak di tengah desa blulukan, di pimpin oleh seorang bidan desa dan di bantu dengan 5 kader. Kegiatan posyandu ini meliputi penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan, pencatatan pada buku KMS, pemberian vitamin, obat atau imunisasi dan gizi.

(61)

48

2. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar.

Setelah dilakukan penelitian didapatkan nilai mean dan standar deviasi, yaitu:

Tabel 4.1

Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi

Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Manajemen Laktasi

17,8 4,4

Sumber: Data Primer, 2013

Setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.2

Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar

No Pengetahuan Jumlah Prosentase(%)

1 Baik 7 16,6

2 Cukup 26 62,0

3 Kurang 9 21,4

Total 42 100

Sumber: Data Primer, 2013

Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar didapatkan sebanyak 7 responden (16,6%) dengan pengetahuan baik, 26 responden (62,0%) berpengetahuan cukup dan 9 responden (21,4%) berpengetahuan

(62)

kurang. Jadi tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar mayoritas berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden (62,0%).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar didapatkan 7 responden (16,6%) dengan pengetahuan baik, 26 responden (62,0%) berpengetahuan cukup dan 9 responden (21,4%) berpengetahuan kurang.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar mayoritas berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden (62,0%). Hal ini kemungkinan disebabkan karena dipengaruhi oleh faktor umur karena mayoritas ibu menyusui di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar mayoritas berumur 20 – 35 tahun. Pengetahuan responden salah satunya juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan, dimana makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Ibu menyusui di Desa Blulukan Colomadu mayoritas berpendidikan SMA. Serta pengetahuan responden dipengaruhi juga oleh faktor informasi yang diperoleh melalui media elektronik (televisi dan radio), media cetak (koran, majalah, artikel) dan penyuluhan tenaga kesehatan. Ibu menyusui di Desa Blulukan

(63)

50

Colomadu Karanganyar mayoritas pada waktu luang menggunakannya untuk melihat televisi sehingga informasi mempunyai pengaruh yang cukup baik untuk pengetahuan ibu.

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur dimana semakin tua umur seseorang ingatannya semakin berkurang, sehingga sulit menerima informasi yang diberikan, sebaliknya semakin muda umur seseorang maka akan mudah menerima informasi yang didapat dan akan lebih tertarik untuk mengetahui sesuatu hal. Faktor pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan, karena pendidikan merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif seseorang yang meningkat.

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu informasi. Informasi yang diperoleh melalui kenyataan (melihat dan mendengar sendiri), serta melalui media surat kabar, radio, tv dapat menambah pengetahuan lebih luas.

Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal (Prasetyono, 2009).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar kemungkinan dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan informasi.

(64)

C. Keterbatasan Penelitian 1. Kendala

a. Tempat penelitian letaknya cukup jauh dari kampus ataupun tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti tidak bisa melakukan penelitian setiap hari.

b. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan kunjungan rumah, karena jadwal Posyandu berbenturan dengan kegiatan perkuliahan. 2. Keterbatasan

a. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden hanya menjawab benar atau salah dan jawaban mereka belum bisa mengukur pengetahuan secara mendalam.

b. Variabel

Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.

(65)

52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini mengambil judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Manajemen Laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar Tahun 2013”. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu, sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu menyusuitentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 pada kategori baik sebanyak 7 responden (16,6%).

2. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 pada kategori cukup sebanyak 26 responden (62,0%).

3. Tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar tahun 2013 pada kategori kurang sebanyak 9 responden (21,4%).

B. Saran

1. Bagi Responden

Diharapkan ibu menyusui di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar untuk lebih aktif mengikuti penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang diadakan di Posyandu, Puskesmas, Polindes dan

(66)

Instansi Kesehatan Pemerintah terkait dan lebih banyak mencari informasi tentang manajemen laktasi melalui media massa maupun media elektronik.

2. Bagi Kader Kesehatan

Diharapkan lebih bisa menyebarkan informasi tentang manajemen laktasi di Desa Blulukan Colomadu Karanganyar.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan bahan acuan bagi peneliti lain untuk melanjutkan penelitian tentang manajemen laktasi untuk mengembangkan variabel peneliti.

Gambar

Gambar 2.2. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)  (a)  Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola
Gambar 2.3 Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
Gambar  2.5.  Posisi  menyusui  balita  pada  kondisi  normal  (Perinasia, 2004)
Gambar  2.6.  Posisi  menyusui  bayi  baru  lahir  yang  benar  di  ruang perawatan (Perinasia, 2004)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kreativitas sangat penting untuk ditingkatkan dalam diri anak khususnya bagi anak usia Taman Kanak-Kanak. Dengan kreativitas anak mampu mengekspresikan ide dan gagasan dalam

Selain upah, faktor lain yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah lingkungan kerja karna sangat berkaitan erat dengan tinggi rendahnya kepuasaan karyawan, apabila

menyangkal bingkai obyektif masyarakat kolonial yang dominan/ absolut, yang ternyata menyimpang dari kebenaran. Inilah sebuah bukti bahwa obyektivitas.. Bisakah pandangan

Untuk mengembangkan isolat Rhizobacteri indigenous Merapi sebagai pupuk hayati yang dapat meningkatkan toleransi tanaman padi terhadap cekaman kekeringan, maka perlu

Penelitian ini berjudul Pembelajaran Terpadu dalam Implementasi Kurikulum 2013 di kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung dipilih sebagai salah satu model

Dampak yang nantinya akan terjadi pada saat permasalahan belum bisa ditangani adalah debit air dalam sistem irigasi yang ada saat ini akan berkurang dan mempengaruhi

• Ruang-ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka

Berdasarkan hasil pengamatan perilaku siswa, pada kegiatan pendahuluan mendapatkan presentase 74.09%, pada kegiatan inti mendapatkan presentase 71.81%, dan pada